DISUSUN OLEH :
AISYAH NABILA RAHMA
AULIYA WINDI NATRIANSYAH
SRI NUR CHASANAH
MAN 1 WONOSOBO
2020
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim, Alhamdulillahirabbil’alamin
Puji syukur kehadirat Allah subhana wa ta’ala yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Ilmiah
Remaja dengan judul “Peran Madrasah Diniyah Dalam Membangun Generasi
Milenial Berakhlak Santun Terhadap Orang Tua”, dengan tanpa halangan suatu
apapun. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad
saw. yang kita nantikan syafaatnya di hari akhir nanti.
Selanjutnya, penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu, sehingga KIR ini dapat terselesaikan dengan baik. Harapan
kami KIR ini dapat memberikan manfaat kepada pembaca sekalian.
Akhirnya, penulis mohon maaf karena menyadari bahwa KIR ini masih
belum sempurna dan membutuhkan kritik serta saran yang bersifat konstruktif
untuk perbaikan di masa yang akan datang.
HALAMAN SAMPUL.................................................................................. i
HALAMAN JUDUL .................................................................................... ii
KATA PENGANTAR .................................................................................. iii
DAFTAR ISI .................................................................................................iv
BAB I: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .................................................................... 5
B. Rumusan Masalah .............................................................................. 5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ......................................................... 5
BAB II: LANDASAN TEORI
A. Pengertian Generasi Millenial ...........................................................7
B. Pengertian Akhlak Sopan Santun...................................................... 10
C. Pengertian Orang Tua........................................................................ 12
D. Pengertian Madrasah Diniyah .......................................................... 13
BAB III : METODE PENELITIAN
A. Jenis dan pendekatan penelitian ........................................................ 43
B. Tempat dan waktu penelitian ............................................................ 44
C. Sumber data ...................................................................................... 44
D. Fokus penelitian ................................................................................ 45
E. Teknik pengumpulan data ................................................................. 46
F. Teknik analisis data........................................................................... 48
BAB IV : PEMBAHASAN
PERAN MADRASAH DINIYAH DALAM MEMBANGUN AKHLAK
SANTUN GENERASI MILLENIAL PADA ORANG TUA
A. DESKRPSI DATA
1. Gambaran umum Madrasah Diniyah Tarbiyatul Athfal Al-Ikhlas
a. Profil Madin Tarbiyatul Athfal Al-Ikhlas................................... 52
b. Letak Geografis Madin Tarbiyatul Athfal Al-Ikhlas................... 52
c. Sejarah Berdirinya Madin Tarbiyatul Athfal Al-Ikhlas............... 54
d. Visi, Misi, peraturan Madin Tarbiyatul Athfal Al-Ikhlas........... 56
e. Keadaan Guru dan Murid Madin Tarbiyatul Athfal Al-
Ikhlas............................................................................................ 57
f. Kurikulum Madin Tarbiyatul Athfal Al-Ikhlas............................ 60
g. Sarana Prasarana Madin Tarbiyatul Athfal Al-Ikhlas..................
2. Proses Pembinaan Akhlak Santun di Madin
a. Pentingnya Pembinaan Akhlak ................................................... 64
b. Bentuk Usaha Pembinaan Akhlak Santun di Madin Tarbiyatul
Athfal Al-Ikhlas........................................................................... 67
c. Metode Pembinaan Akhlak Santun di Madin Tarbiyatul
Athfal Al-Ikhlas........................................................................... 69
3. Peran Madrasah Diniyah Tarbiyatul Athfal Al-Ikhlas Dalam
Pembinaan Akhlak Santun Generasi Millenial................................. 81
4. Pengakuan Generasi Millenial Yang Menjadi Guru Maupun Santri
B. ANALISIS DATA
1. Analisis Pentingnya Akhlak Santun Generasi Millenial Terhadap Orang
Yang Lebih Tua..................................................................................
2. Proses Pembinaan Akhlak Santun di Madin Tarbiatul Athfal Al-
Ikhlas................................................................................................. 84
3. Analisis Peran Madrasah Diniyah Tarbiatul Athfal Al-Ikhlas Dalam
Pembinaan Akhlak Santun.................................................................... 96
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan ....................................................................................... 105
B. Saran ................................................................................................ 107
C. Kata Penutup .....................................................................................108
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
1. Manfaat Teoritis
a. Untuk mengembangkan wawasan penulis mengenai peran madrasah
diniyah dalam pembinaan akhlak santun generasi milenial terhadap
orang yang lebih tua.
b. Memberikan kontribusi terhadap pengembangan khazanah keilmuan
mengenai cara membangun akhlak mulia generasi milenial melalui
peran madrasah diniyah dalam membangun akhlak santun.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Kementerian Agama, hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikan perhatian lebih untuk mensejahterakan madrasah-
madrasah diniyah yang telah menunjukkan peranannya dalam
pembinaan akhlak santun anak bangsa.
b. Bagi guru atau ustaz, hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan
bagi guru madrasah diniyah agar memperluas pengetahuan mengenai
peran madrasah diniyah sebagai lembaga pendidikan Islam dalam
pembinaan akhlak santun anak bangsa.
3. Bagi madrasah diniyah, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi
gambaran sederhana dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan
agama Islam, sehingga dapat mencapai hasil yang maksimal di Madrasah
Diniyah Tarbiyatul Athfal Al- Ikhlas Tembelang.
4. Bagi generasi milenial, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi
pembelajaran sehingga dapat dijadikan salah satu pegangan dan sumber
belajar untuk bersikap santun terhadap orang yang lebih tua. Alhasil, dapat
terbentuk akhlak mulia, berupa akhlak kesantunan dalam diri generasi
milenial.
BAB II
LANDASAN TEORI
Artinya: “Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah. Apabila telah
Aku sempurnakan kejadiannya, dan aku tiupkan kepadanya ruh (ciptaan-Ku, maka
hendaklah kalian tersungkur dengan bersujud kepadanya.” (QS.Shad [38] : 71-
72). Di dalam ayat tersebut Allah SWT, mengingatkan bahwa jasad manusia itu
dihubungkan kepada tanah, sedangkan ruh manusia dihungkan langsung kepada
Allah, Rabb seru sekalian alam.
Dari kajian pengertian akhlak menurut imam Al-Gazali, dapat dilihat
bahwa pengertian akhlakqul karimah sejatinya adalah sesuai firman Allah SWT di
al-qur’an. Maka dapat disimpulkan bahwa akhlak mulia adalah akhlak al-qur’an
dan yang pasti tercermin pada diri Rasulullah saw. Rasulullah mencerminkan
akhlaqul karimah, salah satunya yaitu bertindak sopan dan santun kepada orang
yang lebih tua, memuliakan dan berabakti kepada orang yang lebih tua, serta
bertata krama.
Adapun yang di maksud dengan akhlak santun kepada orang tua yaitu
pembiasaan karakter dalam bertata krama yang baik kepada orang yang lebih tua.
Dalam al-qur’an, banyak firman-firman Allah yang menjelaskan tentang
akhlak santun terhadap orang tua. Yang dimaksud dengan orang yang lebih tua,
yaitu orang tua kandung, guru atau ustaz, dan tetangga yang lebih tua.
Klasifikasi Akhlak santun kepada orang yang lebih tua :
1. Akhlak santun kepada orang tua kandung.
Kewajiban anak untuk menghormati dan menaati semua perintah orang
tua, selagi tidak melanggar ketentuan ajaran agama maka wajib dilaksanakan.
Kedua orang tua adalah orang yang pertama-tama wajib dihormati setelah
pengabdian kepada Allah. Berikut Allah perintahkan dalam al-Qur’an: َ
Artinya : “Katakanlah, Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh
Tuhanmu, yaitu janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat
baiklah terhadap kedua bapak ibu ...” (Q.S. Al-An’am/6:151).
Artinya : “Dan Kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepada dua orang ibu-
bapaknya. dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan aku dengan
sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah kamu
mengikuti keduanya. hanya kepada-Ku-lah kembalimu, lalu aku kabarkan
kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. (Q.S. Al-Ankabut/29:8)
Masih banyak lagi ayat yang memerintahkan manusia untuk senantiasa
berbakti kepada kedua orang tua. Penjabaran akhlak kepada orang tua yaitu
berbakti dengan melaksanakan nasihat dan perintahnya yang baik, memelihara
dengan penuh keikhlasan dan kesabaran, merendahkan diri di depan mereka,
berbicara kepada mereka dengan baik dan sopan, memandang mereka dengan
penuh kasih sayang dan hormat, tidak mengeluh dan menggerutu, mendoakan
kedua orang tua, berkorban untuk orang tua, dan meminta kerelaan kepada orang
tua ketika akan berbuat sesuatu.
2. Akhlak santun kepada guru.
Akhlak kepada guru hakikatnya sama seperti akhlak kepada orang tua,
karena guru adalah orang tua kedua yang mendidik untuk berakhlak baik sesuai
syari’at. Salah satu kewajiban dalam menuntut ilmu adalah melaksanakan perintah
guru, memuliakan dan menghormatinya, berupaya menyenangkan hatinya dengan
cara yang baik, tidak berjalan di hadapannya, tidak duduk di tempat duduknya,
tidak melawan apalagi menipu guru, dan meminta maaf jika berkata keliru di
hadapan guru. Tidak hanya meresapi apa yang diajarkan guru, tetapi ada hal lain
yang keberadaannya perlu diperhatikan, yaitu akhlak kepadanya. Karena guru
yang ridho kepada muridnya akan mengalirkan ilmu yang bermanfaat, sebaliknya
ketika guru tidak meridhoi muridnya maka tertutuplah pintu keberkahan dalam
menuntut ilmu.
3. Akhlak santun kepada tetangga yang lebih tua.
Tetangga adalah orang yang rumahnya dekat. Mereka memiliki kedudukan
yang khusus dan peranan yang krusial karena setiap hari pasti berinteraksi dengan
mereka. Islam mengajarkan untuk memperlihatkan sikap dan perilaku yang baik
dalam hubungan dan kehidupan bertetangga. Kepada tetangga yang umurnya
lebih tua, wajib bagi kita untuk bersikap santun dan menghormati mereka.
Madrasah diniyah dilihat dari struktur Bahasa Arab berasal dari dua kata
madrasah dan al-din. Kata madrasah dijadikan nama tempat dari asal kata darosa
yang berarti belajar. Sedangkan al-din dimaknai dengan makna keagamaan. Dari
dua struktur kata yang dijadikan sau tersebut, madrasah diniyah berarti tempat
belajar masalah keagamaan, dalam hal ini agama Islam.Madrasah diniyah adalah
bagian dari lembaga pendidikan Islam.
BAB III
METODE PENELITIAN
2. Waktu Penelitian
C. Sumber Data
Sumber data yang dimaksud dalam penelitian ini adalah subjek dari mana
data diperoleh. Adapun yang menjadi sumber data dalam penelitian ini adalah:
1. Guru atau ustaz pengajar di Madrasah Diniyah Tarbiyatul Athfal Al-
Ikhlas yang berumur 21 tahun (generasi milenial).
2. Santri yang belajar di Madrasah Diniyah Tarbiyatul Athfal Al-Ikhlas
yang berumur 19 tahun (generasi milenial).
3. Warga sekitar yang mengenal pengajar dan santri di madrasah.
3. Metode Dokumentasi
1. Pengumpulan Data
2. Reduksi Data
3. Penyajian Data
4. Penarikan Kesimpulan
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. DESKRIPSI DATA
2. Misi
Menyelenggarakan pendidikan yang berkualitas dan berkuantitas.
Membekali siswa dengan life skill, baik general life skill maupun specific
life skill.
Memadukan penyelenggaraan program pendidikan agama dan sosial.
Menghidupkan pendidikan ber-ruh Islam, menggiatkan ibadah,
memperteguh keimanan dan akhlakul karimah.
Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan tenaga pendidik.
Melaksanakan tata kelola madrasah yang efektif, efisien, transparan, dan
berwawasan lingkungan.
a. Ma’murot/ perintah
Wajib mengikuti semua kegiatan madrasah sesuai dengan tingkatan
masing-masing.
Menjunjung kedisiplinan kegiatan belajar-mengajar.
Menjunjung tinggi akhlakqul karimah dalam kehidupan sehari-hari.
Menggunakan bahasa krama inggil saat kegiatan belajar mengajar.
Menerapkan sopan santun
Menjaga nama baik madrasah
Izin ketika berhalangan/ udzur tidak bisa mengikuti kegiatan
b. Manhiyyat/ larangan
Tidak boleh meninggalkan kegiatan tanpa izin.
Bergerombol dan bergurau di waktu jamaah, mujahadah, dan kajian.
Mengikuti kegiatan menggunakan kaos
Menulis/ mencoret-coret dinding madrasah.
Membawa ponsel.
Membawa makanan dan minuman.
5 ruang kelas
Dampar atau meja
Kitab dan Al-Quran
Karpet
Papan Tulis
Tempat wudhu dan WC
Kegiatan Tahunan
“Kagem kula, lare tak timbali piyambak lanjeng tak paringi pangertosan
menawi tumindak kados niku lepat, supados larene mboten isin menawa ditegur
tg ngajeng rencang rencange kaliyan larene ugi gadhah raos dihargai dados
larene paham. Dados guru nggh onten adabe”
“Untuk saya, anak saya panggil sendiri kemudian saya kasih pengertian
bahwa perbuatan seperti itu salah, ini bertujuan agar anak tidak merasa malu
apabila ditegur didepan teman temannya, anak juga merasa dihargai dengan itu,
dengan seperti ini anak akan lebih paham. Jadi guru juga ada adabnya”
“Dalam pembelajaran, kalau biasanya itu kalau ramai saya beri
pertanyaan, tapi kalau beri pertanyaan ndak bisa jawab, nanti saya berikan
pemahaman bahwa ya itulah akibatnya orang yang tidak mendengarkan
keterangan dari guru, makanya kalau ada guru menerangkan itu harus
didengarkan. Disamping anda rugi itu juga merugikan temennya.”
Dalam memberikan kebijakan kepada santri, ustaz atau guru memang
tidak dengan perlakukan yang sama, karena hal itu disesuaikan dengan tingkat
ketidaksopanan dan karakteristik anak. Sehingga tidak terjadi kesalahpahaman
dalam pembinaan akhlak yang diketahui oleh anak serta orang tua, akibatnya
pembinaan akhlak itu sendiri mudah dilaksanakan.
b. Madrasah diniyah menjadikan santri mengahargai orang tua dan bertutur kata
halus.
Dalam proses pembinaan akhlak di madrasah diniyah para santri diajarkan
untuk menggunakan bahasa krama halus sebagai bahasa komunikasi dengan para
guru atau ustaz dan sesama teman. Sehingga anak nantinya terbiasa untuk
berbicara santun kepada siapapun terutama kepada orang tua. Hal ini merupakan
bentuk dari akhlak santun.
“Kami membiasakan apabila telah memasuki pembelajaran, untuk
mencium tangan dengan guru. Saat pembelajaran juga kami menggunakan bahasa
krama inggil agar terdengar lebih halus sehingga saat mereka berbicara dengan
guru, orang tua atau orang yang lebih tua terdengar lebih sopan, kemudian disini
juga diajarkan agar mereka merendahkan pandangan agar terlihat rasa hormat
mereka kepada orang yang lebih tua.”
Sebagai contoh kecil, di Madarasah Diniyah Tarbiyatul Athfal Al Ikhlas
diajarkan salam dan cium tangan kepada orang yang lebih tua, dari hal ini
merupakan bagian kecil dari penanaman akhlak santun.
B. ANALISIS DATA
C. KETERBATASAN PENELITIAN
Peneliti merasa masih banyak hal yang menghambat dan menjadi kendala
dalam penelitian ini. Hal itu terjadi bukan karena faktor kesengajaaan, tetapi
karena adanya keterbatasan dalam melakukan penelitian. Diantara keterbatasan
dalam penelitian ini adalah:
1. Keterbatasan dalam waktu penelitian.
Hasil penelitian ini hanya sebatas pada waktu di mana penelitian dilakukan,
tidak selalu sama dengan waktu yang berbeda. Sehingga penelitian ini belum tentu
dapat digunakan dalam waktu yang berbeda.
2. Keterbatasan dalam objek penelitian.
Dalam penelitian ini, peneliti hanya meneliti tentang peran Madrasah
Diniyah Tarbiyatul Athfal Al-Ikhlas dalam pembinaan akhlak kesantunan. Oleh
karena itu kemungkinan ada perbedaan hasil penelitian jika dilakukan pada objek
penelitian yang lain.
3. Keterbatasan kemampuan.
Dalam melakukan penelitian tidaklah lepas dari pengetahuan. Dengan
demikian peneliti menyadari keterbatasan kemampuan khusunya dalam
pengetahuan untuk membuat karya ilmiah. Tetapi peneliti sudah berusaha
semaksimal mungkin untuk melaksanakan penelitian sesuai dengan kemampuan
keilmuan serta bimbingan dan arahan dari guru pembimbing.
Dari berbagai keterbatasan yang peneliti paparkan diatas, maka dapat
dikatakan dengan sejujurnya bahwa inilah kekurangan dari penelitian yang
peneliti lakukan di Madrasah Diniyah Tarbiyatul Athfal Al-Ikhlas. Meskipun
banyak hambatan yang dihadapi dalam melakukan penelitian ini, namun peneliti
bersyukur penelitian ini dapat selesai dengan lancar.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dan pembahasan mulai
dari bab pertama sampai bab empat beserta analisisnya, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
1. Madrasah Diniyah Tarbiyatul Athfal Al-Ikhlas telah berupaya membina
akhlak kesantunan para santrinya, hal ini dilakukan dengan beberapa
metode, yaitu metode pemahaman, metode Pembiasaan, metode Uswatun
Hasanah (Teladan yang Baik), dan metode Targhib dan Tarhib (Pujian dan
Hukuman).
2. Melalui proses pembinaan akhlak diatas, maka didapatkan hasil yang
signifikan atas akhlak para santri. Artinya para santri Madrasah Diniyah
Tarbiyatul Athfal Al-Ikhlas memiliki akhlak santun terhadap orang yang
lebih tua. Hal ini dikarenakan madrasah diniyah memiliki peran-peran
sebagai berikut:
a. Memberikan aktivitas yang positif melalui pembinaan akhlak santun kepada
generasi milenial.
b. Menjadikan santri mengahargai orang tua dan bertutur kata halus.
c. Memberikan pengajaran yang tidak didapatkan di luar madrasah dan
memberikan perbedaan antara generasi milenial yang menuntut ilmu dengan yang
tidak menuntut ilmu.
3. Madrasah diniyah menjadikan generasi milenial berakhlak santun,
sehingga dapat menghargai orang yang kebih tua, menjadikan para santri
bertutur kata halus, menjadikan para santri disiplin, dan terdapat perbedaan
dimana anak yang mengikuti madrasah diniyah lebih unggul dari anak
yang tidak mengikuti madrasah diniyah.
B. Saran
1. Saran bagi madrasah
Madrasah sebagai tempat peserta didik melakukan pembelajaran,
diharapkan memberikan fasilitas dan kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan
peserta didik sehingga melancarkan proses pembelajaran. Selain itu, pihak
pengelola Madrasah hendaknya memberikan peraturan yang sedikit mengikat bagi
para ustaz atau guru kaitannya dengan pembinaan akhlak, sehingga tujuan
madrasah dalam pembinaan akhlaqul karimah lebih mudah untuk dicapai.
2. Saran bagi guru
Guru sebagai pemberi informasi sekaligus pendidik dan pembimbing
dalam proses pembelajaran harus mampu menggunakan metode yang bervariasi
tetapi seefektif mungkin dan menggunakan seluruh kompetensi (kemampuan)
yang dimiliki, kemudian guru diharapkan lebih disiplin kaitannya waktu
pelaksanaan pembelajaran.
3. Saran bagi generasi milenial
Generasi milenial memiliki peranan penting dalam kemajuan agama dan
bangsa. Untuk itu, mereka harus memiliki akhlaqul karimah, khususnya akhlak
kesantunan. Sebaiknya, selain belajar di sekolah, generasi milenial juga perlu
belajar agama di madrasah diniyah, mengingat contoh dari Madrasah Diniyah
Tarbiyatul Athfal Al-Ikhlas yang sukses mendidik generasi milenial di sekitarnya.
C. Kata Penutup
Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini merupakan sebuah karya
sederhana yang memungkinkan banyak ditemukan kekurangan. Oleh karena itu,
kritik dan saran dari setiap pembaca sangat penulis harapkan untuk memperbaiki
karya selanjutnya. Meskipun demikian, penulis berharap semoga hasil karya ini
dapat memberi manfaat dan inspirasi bagi penulis sendiri dan pembaca.
Aamiin
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Nasih Ulwan. 1981. Pedoman Pendidikan Anak Dalam Islam. Semarang:
Asy-Syifa‟.
------------------. 1992. Pedoman Anak menurut Islam: Pendidikan Sosial Anak.
Semarang: Asy-Syifa‟.
Ahmad Syarifuddin. 2008. Mendidik Anak Membaca, Menulis dan Mencintai
AlQur’an. Jakarta: Gema Insani.
Bencsik, A., Csikos, G., & Juhaz, T. (2016). Y and Z Generations at Workplaces.
Journal of Competitiveness, 8(3), 90–106. https://doi.org/10.7441/joc.2016.03.06
Bencsik, A., & Machova, R. (2016, April). Knowledge Sharing Problems from the
Viewpoint of Intergeneration Management. In ICMLG2016 - 4th International
Conferenceon Management, Leadership and Governance: ICMLG2016 (p.42).
Academic Conferences andpublishing limited.
Caspi, A., & Roberts, B. W. (2001). Personality development across the life
course: The argument for change and continuity. Psychological Inquiry, 12(2),
49–66. doi:10.1207/S15327965 PLI1202_01.
Abdullah, M. Amin. 2002. “Antara al Ghazali dan Kant : Filsafat Etika Islam”,
Cet. I. Bandung: Mizan.
Ahmad, Zainal Abidin. 1975. “Riwayat Hidup Imam Al-Ghazali”, Jakarta: Bulan
Bintang. Amin, Ahmad. 1983. “Etika, Ilmu Akhlak”, cet III, (terj)
K, H, Farid Ma‟ruf dari, Al-Akhlak,Jakarta,Bulan Bintang. Amin, Maswardi
Muhammad. 2011. “Pendidikan Karakter Anak Bangsa”, Jakarta ; Baduose
Media Jakarta.
Asmara, AS. 1994. “Pengantar Tsawuf”. PT. Raja Grafindo, Persada __________
1992. “Pengantar Studi Akhlak”, Jakarta: Rajawali Pers