Anda di halaman 1dari 50

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................1
BAB I.......................................................................................................................2
PENDAHULUAN...................................................................................................2
A. Latar Belakang Masalah...............................................................................2

B. Rumusan Masalah.........................................................................................5

C. Tujuan Penelitan...........................................................................................5

D. Manfaat Penelitian........................................................................................5

E. Metode Penelitian.........................................................................................6

BAB II....................................................................................................................10
LANDASAN TEORI.............................................................................................10
A. Tinjauan Pustaka.........................................................................................10

B. Tinjauan Teoritik........................................................................................13

1. Pengertian Peran Masjid..........................................................................13


2. Pengertian Pengembangan......................................................................18
3. Pengertian Pendidikan Agama Islam......................................................18
4. Pengertian Non Formal...........................................................................21
BAB III..................................................................................................................29
DESKRIPSI DATA...............................................................................................29
A. Gambaran Umum Masjid At-Taqwa Desa Beji..........................................29

1. Sejarah Masjid At-Taqwa Desa Beji.......................................................29


2. Letak Geografis Masjid At-Taqwa..........................................................29
3. Visi dan misi di Masjid At-Taqwa..........................................................30
4. Struktur Organisasi Masjid At-taqwa......................................................30
5. Sarana dan Prasarana Masjid AT-Taqwa................................................32
6. Kegiatan Pengembangan Pendidikan Agama Islam................................32

1
7. Jumlah jamaah masjid At-Taqwa............................................................33
B. Peran Masjid At-Taqwa desa Beji Dalam Pengembangan Pedidikan Islam

Nonformal..........................................................................................................34

1. Pengembangan Akal................................................................................35
2. Pengembangan Sosial..............................................................................36
C. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Pengembangan Pendidikan

Islam di Masjid At-Taqwa Desa Beji.................................................................37

1. Faktor pendukung....................................................................................37
2. Hambatan yang ditemui..........................................................................38
BAB IV..................................................................................................................40
ANALISIS DATA.................................................................................................40
A. Peran Masjid At-Taqwa Desa Beji Dalam Pengembangan Pendidikan

Islam..................................................................................................................40

B. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Pengembangan

Pendidikan Islam di Masjid At-Taqwa Desa Beji.........................................45

BAB V...................................................................................................................48
PENUTUP..............................................................................................................48
A. Simpulan.....................................................................................................48

B. Saran...........................................................................................................49

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada hakikatnya pendidikan dapat diartikan sebagai upaya untuk

memanusiakan manusia, dan melalui pendidikan seseorang dapat tumbuh dan

berkembang sehingga mampu menjalankan tugas-tugasnya sebagai khilafah

dimuka bumi ini. Dengan pendidikan seseorang mampu mengubah hidupnya dari

awalnya yang tidak tahu menjadi tahu akan sesuatu dan juga pendidikan mampu

mengubah karakter seseorang dari yang awalnya berperilaku yang kurang baik

menjadi sadar bahwa perilaku yang kurang baik akan mendapatkan balasan yang

kurang baik juga nantinya.1

Pendidikan merupakan faktor penting bagi masyarakat, demi maju

mundurnya kualitas masyarakat atau bangsa sangat bergantung pada pendidikan

yang ada pada rakyat bangsa tersebut.2 Seperti yang dikatakan oleh Harahap dan

Poerkatja, pendidikan adalah usaha yang secara sengaja dari orang tua yang selalu

diartikan mampu menimbulkan tanggung jawab moral dari segala perbuatannya.3

Yang dimaksud orang tua tersebut adalah orang tua anak tersebut atau orang yang

mempunyai kewajiban untuk mendidik tersebut seperti guru, pendeta, dan seorang

1
Heri Jauhar Muchtar, Fikih Pendidikan Islam (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005),
hlm.1.
2
http://www.kumpulandefinisi.com/2015/10/pengertian-definisi-tujuan-pendidikan-
menurut-para-ahli.html, diakses pada tanggal 29 Juni, jam 10:50 wib.
3
Muhibbin, syah. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. (Bandung. Pt. remaja
rosdakarya, 2007), hlm. 11.

3
kiai. Pendidikan akan memberikan dampak positif bagi para generasi muda dan

negara

Namun saat ini dengan semakin majunya era digigital menyebabkan fokus

anak-anak banyak teralihkan kepada game online atau media sosial sehingga

terganggunya proses pembelajaran dan untuk mendapatkan ilmu-ilmu umum dan

ilmu-ilmu agama khususnya mengalami penurunan kualitas karena tidak

maksimalnya pembelajaran yang dilakukan di sekolah. Akan tetapi proses

pembelajaran harus tetap dilakukan karena untuk menghasilkan sumber daya

manusia kedepan yang berbakti kepada bangsa dan negara ini.

Dengan pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat (warga) atau

yang lebih dikenal dengan pendidikan nonformal salah satunya dapat berupa

pendidikan keluarga dan pendidikan melalui masjid. Masjid mengandung arti

sebagai tempat duduk atau tempat yang dipergunakan untuk beribadah.4

Masjid mencerminkan seluruh aktivitas umat, masjid menjadi pengukur

dan indikator dari kesejahteraan umat baik lahir maupun batin. Oleh sebab itu,

jika tidak ada masjid diwilayah yang berpenduduk agama Islam atau ada masjid di

tengah penduduk Islam, tetapi tidak digunakan sebagai pusat kehidupan, ini akan

menjadi isyarat negatif timbulnya dis-orientasi kehidupan umat. Dalam dua situasi

ini, umat akan mengalami kebingungan dan menderita berbagai penyakit mental

4
Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia Lintas Sejarah Pertumbuhan dan
Perkembangan. (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1999), hlm.131.

4
maupun fisik serta tidak dapat menikmati distribusi aliran ridha dan energi dari

Allah SWT.5

Pada dasarnya masjid mempunyai fungsi yang tidak lepas dari kehidupan

keluarga. Sebagai lembaga pendidikan yang berfungsi sebagai penyempurna

pendidikan dalam keluarga.6 Masyarakat dalam suatu wilayah tidak akan lepas

dengan adanya peranan masjid dalam kehidupan sehari-hari. Seperti halnya warga

Desa Beji yang mayoritas penduduknya adalah Muslim, masyarakat yang

memerankan masjid sebagai pusat sarana peningkatan pendidikan Islam yang

berbasis masyarakat. Dengan melakukan kegiatan-kegiatan tentang pendidikan

Islam. Diantaranya baca tulis alqur’an, ilmu aqidah, ilmu tafsir dan pengkajian

secara rutin, bulanan dan tahunan.

Masjid At-Taqwa Desa Beji ialah salah satu masjid yang memiliki

perhatian terhadap lingkungan masyarakatnya. Dengan mengadakan beberapa

program untuk menambah dan juga memperkaya pengetahuan tentang ilmu-ilmu

agama yang kemungkinan tidak dipelajari di sekolah, dan program-program

tersebut masih berjalan dan banyak jamaah yang mengikuti mulai dari kalangan

anak-anak, remaja, dan juga orang dewasa.

Berdasarkan latar belakang di atas dan untuk spesifikasi penelitian ini,

maka peneliti akan memilih judul penelitian “PERAN MASJID DALAM

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM NONFORMAL


5
Nana, Rukmana DW, Masjid dan Dakwah, Merencanakan, Membangun dan Mengelola
Masjid, Mengemas substansi Dakwah, Upaya Pemecahan Krisis Moral dan Spritual, (Jakarta:
Almawardi Prima, 2002), hlm. 76, bandingkan juga dalam M Quraish Shihab, Wawasan alQur'an,
Tafsir Maudhu'i atas pelbagai persoalan umat, (Bandung: Mizan, 1996), hlm. 204.
6
Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia Lintas Sejarah Pertumbuhan dan
Perkembangan. (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1999), hlm.133.

5
TAHUN AJARAN 2022-2023 (STUDI KASUS MASJID AT-TAQWA DESA

BEJI TULUNG KLATEN)”.

B. Rumusan Masalah

Masalah adalah pokok yang hendak diteliti dan dibahas. Berdasarkan latar

belakang diatas maka masalah yang mendasar yang akan dikaji adalah:

1. Bagaimana peran Masjid At-taqwa desa beji tulung klaten dalam

pengembangan pendidikan agama islam nonformal?

2. Apa faktor pendukung dan faktor penghambat dalam pengembangan

pendidikan agama islam nonformal?

C. Tujuan Penelitan

a. Untuk mendiskripsikan peran Masjid At-Taqwa desa beji tulung klaten

dalam pengembangan pendidikan agama islam nonformal.

b. Untuk mendiskripsikan faktor pendukung dan faktor penghambat dalam

pengembangan pendidikan agama islam nonformal.

D. Manfaat Penelitian

a. Secara teoritik atau akademik, dengan hasil penelitian ini dapat

memberikan dan menambah khazanah keilmuan tentang pendidikan,

khususnya tentang peningkatan pendidikan melalui pendidikan nonformal

melalui peran masjid.

6
b. Secara praktis, sebagai tambahan informasi dan mampu memberikan

masukan, penambahan pemikiran dalam mengembangkan pendidikan

melalui pendidikan nonformal.

E. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Untuk mendapatkan data, peneliti menggunakan penelitian

lapangan/field research. Penelitian lapangan ialah penelitian yang

dilakukan secara langsung ditempat guna mendapatkan data sebanyak-

banyaknya. Kemudian data tersebut difokuskan untuk mengkaji studi

kasus masjid at-taqwa desa beji, tulung, klaten.

2. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan peneliti adalah pendekatan deskriptif,

yang mendiskripsikan informasi tentang kenyataan sesuai dengan variable

yang hendak diteliti. Pada penelitian ini akan mendiskripsikan studi kasus

masjid at-taqwa desa beji, tulung, klaten.

3. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Masjid At-Taqwa yang terletak di Desa

Beji Rt 05/Rw 02 Kecamatan Tulung, Kota Klaten, Jawa Tengah 57482

4. Penentuan Subjek

a. Ketua Ta’mir pengurus masjid, karena ketua Ta’mir masjid sebagai

pengelola agenda masjid At-Taqwa

7
b. Masyarakat sekitar masjid At-Taqwa, karena masyarakat sekitar

masjid At-Taqwa ikut serta dalam menjalankan agenda-agenda yang

ada di masjid At-Taqwa.

5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti ialah:

a. Observasi

Observasi merupakan suatu cara untuk mendapatkan data yang

dilakukan dengan cara melihat secara langsung. Metode observasi

suatu mode yang dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat

secara sistematik terhadap gejala tampak pada objek pada penelitian

(Mukti, 2022). Observasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

pengamatan dari peneliti baik secara langsung ataupun tidak langsung

yaitu dengan meneliti di masjid At-Taqwa mengenai peran masjid At-

Taqwa dalam pengembangan pendidikan agama islam nonformal.

b. Wawancara

Wawancara merupakan suatu percakapan antara dua orang atau

lebih dengan tujuan tertentu.7 Dalam metode ini memiliki tujuan guna

memperoleh data yang sesuai dengan kondisi lapangan. Kemudian

peneliti akan melakukan proses wawancara kepada ketua ta’mir atau

kepala bagian yang lain dan juga masyarakat sekitar guna

mendapatkan data peran masjid At-Taqwa dalam pengembangan

pendidikan agama islam nonformal.

7
Michael Quinn Patton, Metode Evaluasi Kualitatif (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2009),
hlm. 13.

8
c. Dokumentasi

Dokumentasi ialah teknik pengumpulan data-data pendukung yang

bersumber baik secara tertulis atau subjek dokumen yang berbentuk

foto dan arsip (dokumen) berkaitan dengan tempat peneliti di masjid

At-Taqwa desa beji, tulung, klaten.

6. Metode Analisis Data

Dalam penelitian untuk menganalisis data menggunakan metode

deskriptif – kualitatif, yaitu suatu metode yang fungsinya untuk

menggambarkan serta menganalisa hasil penelitian.8 Dalam peniliti akan

memperoleh data tentang bagaimana peran masjid at-taqwa dalam

pengembangan pendidikan agama islam nonformal.

7. Uji Keabsahan Data

Keabsahan data yaitu bahwa setiap data hasil penelitian harus

memenuhi, menunjukkan nilai yang benar, menyediakan dasar agar hal

tersebut dapat ditetapkan dan memperoleh keputusan luar yang dapat

dibuat tentang konsistensi dan prosedurnya.9 Untuk menetapkan

keabsahan data maka diperlukan sebuah teknik dengan sejumlah kriteria

tertentu. Dalam penelitian ini, keabsahan data dapat diperiksa dengan

menggunakan teknik triangulasi.

Triangulasi adalah suatu teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang ada di luar data untuk keperluan pengecekan


8
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: Alfabeta, 2005), hlm. 21.
9
Lexy J. Moloeng, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2007), hlm. 320.

9
atau dijadikan sebagai data pembanding dari data yang didapatkan.10

Pemeriksaan keabsahan data dengan menggunakan teknik triangulasi

dapat dilakukan dengan cara berikut:

a. Membandingkan data hasil pengamatan atau observasi dengan data

hasil wawancara.

b. Membandingkan apa yang dikatakan di depan umum dengan apa yang

dikatakan secara pribadi.

c. Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi

penelitian dengan apa yang dikatakan sepanjang waktu.

d. Membandingkan data hasil wawancara dengan isi dokumen yang

berkaitan.

Teknik triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah

dengan membandingkan hasil observasi, dan dokumentasi dengan sumber

data yang diperoleh dari kegiatan wawancara. Dalam artinya hasil

wawancara dikaitkan dengan kegiatan observasi dan hasil dokumentasi

menjadi penguat keabsahan data yang didapatkan.

10
Lexy J. Moloeng, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2007), hlm. 331.

10
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

Hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti setelah melakukan

pengamatan diberbagai literatur sebelumnya yang berupa jurnal, tesis, skripsi, dan

disertasi. Peneliti belum menemukan penelitian yang variabelnya sama dengan

penelitian yang akan diangkat pada penelitian ini.

Adapun penelitian yang memiliki kemiripan dengan penelitian ini adalah:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Burhanuddin, yang merupakan Skripsi di

Program Studi Pendidikan Agama Islam (Tarbiyah) Fakultas Agama Islam

Universitas Muhammadiyah Surakarta tahun 2015 dengan judul “Peran

Masjid Dalam Pendidikan Islam Berbasis Masyarakat (Di Masjid Jami’

Syarif Saripan Kelurahan Makamhaji Kecamatan Kartasura Kabupaten

Sukoharjo 2014/2015)”. Hasil penelitian ini bahwa Peran masjid Jami’

Syarif sebagai pusat pendidikan Islam yang berbasis masyarakat yang

bersifat nonformal telah berjalan dengan baik. Hal ini terlihat dari berbagai

kegiatan yang telah diselenggarakan. Pendidikan yang dikembangkan

secara menyeluruh untuk berbagai jenjang usia. Yaitu sebagai tempat

beribadah kepada Allah SWT, pusat dakwah dan kebudayaan, pusat

kaderisasi umat, dan masjid Jami’ Syarif Saripan selalu dijadikan tempat

ibadah Hari Besar Islam seperti shalat idul fitri dan shalat idul Adha. Di

bidang pencerdasan kepedulian sosial pengurus masjid memberi pelayanan

11
pengobatan gratis kepada jama’ah (masyarakat) dan kegiatan donor

darah.11

2. Penelitian yang dilakukan oleh Muhtadun, yang merupakan Skripsi di

Program Studi Pendidikan Agama Islam (Tarbiyah) Fakultas Agama Islam

Universitas Muhammadiyah Surakarta tahun 2013 dengan judul “Peran

Masjid Bagi Warga Muhammadiyah Sebagai Sarana Peningkatan

Pendidikan Islam” (Studi Kasus di Ranting Muhammadiyah Randu, Kec.

Pecalungan, Kab. Batang). Menyimpulkan bahwa peran masjid tidak

hanya tempat ibadah kepada Allah SWT tetapi sebagai tempat untuk

melakukan kegiatan sosial lainnya seperti tempat menuntut ilmu, diskusi,

pusat perkaderan.12

3. Penelitian yang dilakukan oleh Adi Hermawan, yang merupakan Skripsi di

Program Studi Pendidikan Agama Islam (Tarbiyah) Fakultas Agama Islam

Universitas Muhammadiyah Surakarta tahun 2012 dengan judul “Peran

masjid sebagai pusat pendidikan Islam dalam pembentukan akhlak remaja

tahun ajaran 2011/2012 (di Masjid Al-Muhajirin Semanggi Pasar Kliwon

Surakarta). Menyimpulkan bahwa peran masjid sebagai pusat pendidikan

Islam. Sebagai mobilisator, wadah pengembangan sumber daya manusia

khususnya generasi remaja dan tempat pembinaan jama’ah. Dalam

aktivitasnya kegaiatan-kegiatan yang didukung oleh masyarakat adalah:

11
Burhanuddin, Skripsi: “Peran Masjid Dalam Pendidikan Islam Berbasis Masyarakat
Tahun Ajaran 2014/2015” (Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2015)
12
Muhtadun, Skripsi: “Peran Masjid Bagi Warga Muhammadiyah Sebagai Sarana
Peningkatan Pendidikan Islam” (Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2013)

12
mengadakan kajian-kajian intensif keislaman yang diadakan secara rutin

setiap hari dan bersifat umum.13

4. Penelitian yang dilakukan oleh Lina Silfa, yang merupakan Skripsi di

Program Studi Pendidikan Agama Islam (Tarbiyah) Fakultas Agama Islam

Universitas Muhammadiyah Surakarta tahun 2013 dengan judul “Peran

masjid dalam meningkatkan kualitas pendidikan islam tahun ajaran

2013/2014 (Studi Kasus di Masjid At-Taqwa Ngares, Kadireso, Teras,

Boyolali). Menyimpulkan bahwa peran masjid At-Taqwa telah berjalan

dengan lancar dan baik. Hal ini dilihat dari berbagai kegiatan yang telah

diselenggarakan, seperti Majelis taklim yaitu berbagai pengajian yang

diikuti oleh seluruh masyarakat Ngeras, adanya Taman Pendidikan Al-

Qur’an dan tadarus pada bulan ramadhan.14

5. Aviana Lestari (2017), dengan skripsi yang berjudul "Peran Masjid

sebagai Pusat Pendidikan Akhlak (Studi Peran Masjid Fatimatuzzahra

Grendeng Purwokerto) menyimpulkan bahwa peran masjid sebagai pusat

pendidikan akhlak adalah sebagai tempat menanamkan akhlaj terpuji, dan

penggerak dalam menyebarkan akhlak terpuji. Metode yang digunakan

adalah metode teladan, nasihat, pembiasaan, targhib dan tarhib dan

pemberian pengawasan. Faktor yang mendukung ialah tempatnya

strategis, animo masyarakat dan sistem pengurusannya tersusun dengan

13
Adi Hermawan, Skripsi: “Peran masjid sebagai pusat pendidikan Islam dalam
pembentukan akhlak remaja tahun ajaran 2011/2012” (Surakarta: Universitas Muhammadiyah
Surakarta, 2012)
14
Lina Silfia, Skripsi: “Peran masjid dalam meningkatkan kualitas pendidikan islam tahun
ajaran 2013/2014” (Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2013)

13
baik sedangkan faktor penghambatnya ialah anggapan eksklusif oleh

sebagian masyarakat, pengurus masjid yang sibuk, dan pengawasan

program kerja kurang.15

Berdasarkan beberapa kajian penelitian terdahulu memiliki kesamaan dan

perbedaan dengan penelitian yang akan peneliti teliti. Persamaan penelitian

tersebut dengan penelitian ini adalah sama-sama membahas tentang peran masjid

terhadap lingkungan masyarakat, dan meneliti fungsi masjid terhadap pendidikan

islam. Hanya saja penelitian yang penulis lakukan lebih menitik beratkan pada

pengembangan pendidikan agama islam nonformal dengan subyek penelitian

terfokus pada masyarakat desa beji tulung, klaten.

B. Tinjauan Teoritik

1. Pengertian Peran Masjid

Peran adalah perangkat tingkah yang diharapkan dimiliki oleh orang yang

berkedudukan dalam masyarakat;16Menurut Abu Ahmadi peran adalah suatu

kompleks pengharapan manusia terhadap caranya individu harus bersikap dan

berbuat dalam situasi tertentu yang berdasarkan status dan fungsi sosialnya.17

Peran Menurut Koentrajaraningrat, berarti tingkah laku individu yang

memutuskan suatu kedudukan tertentu, dengan demikian konsep peran menunjuk

kepada pola perilaku yang diharapkan dari seseorang yang memiliki status atau

posisi tertentu dalam organisasi atau sistem.

15
Aviana Lestari, Masjid Sebagai Pusat Pendidikan Akhlak, (Purwokerto: IAIN
Purwokerto 2017), hlm 107.
16
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), “Peran”, diakses dari: https://kbbi.web.id/peran,
pada 4 Desember 2021, pukul 19:07 WIB.
17
Abu Ahmadi, Psikologi Sosial, (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1982), hlm. 50

14
Pengertian peran menurut Soerjomo Soekanto yaitu peran diartikan

sebagai aspek dinamis kedudukan (status), apabila seseorang melaksanakan hak

dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka ia menjalankan suatu

peranan.18

Masjid berasal dari kata sajada yang berarti tempat sujud atau tempat

menyembah Allah swt. selain itu, masjid juga merupakan tempat orang berkumpul

dan melakukan shalat secara berjama’ah yang bertujuan meningkatkan kadar

ketaqwaan dan silaturahmi dikalangan kaum muslimin, dan dimasjid pula sebaik-

baiknya tempat untuk melaksanakan sholat jum’at.

Dan ada beberapa pengertian masjid menurut para ahli, sebagai berikut:

- Menurut Abu Bakar, masjid adalah tempat untuk memotifasi dan

membangkitkan keruhaniyahan dan keimanan seorang muslim.19

- Mohammad E. Ayub mendefinisikan Masjid sebagai tempat orang-orang

muslimin berkumpul dan melakukan shalat berjama’ah dengan

meningkatkan solidaritas dan silaturahmi dikalangan muslimin.20

Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa masjid

merupakan tempat untuk melakukan segala bentuk ibadah kepada Allah swt. dan

juga aktifitas sosial lainnya.

Seluruhnya telah mengenal masjid sebagai tempat ibadah umat islam.

Masjid dapat kita temui dimanapun, baik di desa maupun dikota. Masjid tidak

18
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2002),
hlm. 213.
19
Abubakar, Manajemen Berbasis IT, (Yogyakarta: PT. Arina, 2007), hlm. 9.
20
Mohammad, E. Ayub, Manajemen Masjid, (Jakarta: Gema Insani, 1996) hlm.1-2.

15
hanya digunakan untuk beribadah saja, tetapi masjid digunakan dan berperan

sebagai "Islamic Center" tempat membina hubungan manusia dengan Allah

(hablumminallah) dan hubungan manusia dengan manusia atau sesamanya

(hablumminannas). Menurut Siswanto masjid memiliki fungsi dan peran sebagai21

1) Peran Masjid Sebagai Sarana Ibadah

Sesuai dengan namanya bahwa masjid digunakan sabagai tempat sujud,

maka fungsi utamanya yaitu sebagai tempat ibadah shalat. Sebagaimana diketahui

bahwa arti ibadah dalam Islam maknanya luas menyangkut aktivitas kehidupan

yang ditujukan untuk memperoleh ridho Allah, maka fungsi masjid disampng

untuk sholat juga digunakan sebagai sarana ibadah secara luas sesuai dengan

ajaran islam.

2) Masjid sebagai sarana dakwah dan kebudayaan islam

Masjid adalah jantung kehidupan umat islam yang selalu berdenyut

menyebarluaskan dakwah islamiyah. Di Masjid pula merencanakan,

mengorganisasikan, mengkaji dan melaksanakan pengembangan dakwah dan

kebudayaan islam yang menyatuhi kebutuhan masyarakat. Karena masjid itu

berperan sebagai sentra aktivitas dakwah dan kebudayaan. Masjid adalah tempat

dakwah yang selalu melaksanakan kegiatan seperti kuliah subuh, ceramah,

pengajian-pengajian rutin yang dianggap penting oleh masyarakat karena forum

21
Siswanto, “Panduan Praktis Organisasi Remas”, (Jakarta timur: Al Kautsar), 2005,
hlm. 23.

16
itulah merreka mengadakan internalisasi tentang nilai-nilai, norma-norma agama

yang berguna sebagai pedoman hidup ditengah-tengah masyarakat.

3) Masjid Sebagai Sarana Kemasyarakatan

Masjid sebagai titik kegiatan masyarakat islam, sudah sebagai adat yang

dilakukan dikalangan muslim. Peran masjid sebagai pengembangan wawasan

keislaman melalui penyelenggaraan pengajian dan pendidikan, serta keterampilan

yang dilakukan dengan runtut dan tertibberkenaan dengan cara tertentu, masjid

adalah pusat pencerahan dan pusat bimbingan bagi masyarakat yang ada

disekitarnya.

Masjid dapat menjalankan tugasnya sebagai kegiatan sosial, dimana

masyarakat saling bertemu, menjalin silaturahmi antara satu dengan yang lainnya

dalam memperkuat ikatan persaudaraan, bisa saling menyakan kabar, menanyakan

kondisi masing masing. Terutama ada salah satu jamaah yang tidak berangkat ke

masjid untuk sholat berjamaah. Apabila ada yang sakit makan dijenguk, bila

mereka sibuk maka diberitahukan, dan jika lupa diingatkan.

Masjid digunakan sebagai tempat pelaksanaan berbagai kegiatan, yakni

membaca al qur'an, lembaga amil zakat, lembaga solidaritas, bantuan

kemanusiaan, lembaga kursus bagi anak-anak muda dalam berbagai ilmu

pengetahuan.

Masjid memiliki kedudukan yang sangat penting bagi umat muslim dalam

upaya membentuk pribadi dan pribadi masyarakat islami. Dalam rangka

17
mewujudkan peran penting itulah masjid dapat diperdayakan atau difungsikan

secara optimal.22

4) Masjid Sebagai tempat menuntut ilmu

Masjid berfungsi sebagai tempat menuntut ilmu dan untuk belajar

mengajar. Seperti adanya TPA (Taman Pendidikan Al-Qur'an), kuliah subuh,

kajian rutin bagi pemuda, dan pengajian-pengajian lainnya, bahwa masjid telah

menempatkan fungsinya sebagai tempat menuntut ilmu meskipun dengan waktu

yang terbatas.23

5) Peran Masjid Sebagai Pusat Kaderisasi Umat

Masjid memerlukan aktivis yang berjuang memakmurkan dan

menegakkan islam secara istiqomah dan berkesinambungan guna tempat

pembinaan dan kepemimpinan umat. Yang patah tumbuh yang hilang berganti.

Karena itu pembinaan kader perlu disiapkan dan diputuskan di masjid sejak masih

kecil sampai dewasa, diantaranya dengam adanya Taman Pendidikan Al-Qur'an

(TPA), Remaja Masjid maupun Pemuda masjid, dan Takmir masjid beserta

kegiatan-kegitannya.24

22
Muhammad Qodaruddin, Peran Dakwah Masjid dalam peningkatan kualitas Hidup
Masyarakat, Edukasi (Juli-Desember. 2016), hlm. 224.
23
Rizqun Hanifah, Skripsi: Pemanfaatan masjid sebagai pusat pendidikan Islam
nonformal, (Surakarta: UMS: 2012), hlm. 7.
24
Lina Silfia, Peran Masjid dalam Meningkatkan Kualitas Pendidikan Islam, (Surakarta:
UMS, 2013), hlm. 6.

18
2. Pengertian Pengembangan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pengembangan adalah

proses, cara, perbuatan mengembangkan.25 Dan lebih dijelaskan lagi dalam

Kamus Umum Bahasa Indonesia karya WJS Poerwadarminta, bahwa

pengembangan adalah perbuatan menjadikan bertambah, berubah sempurna

(pikiran, pengetahuan dan sebagainya).26

Pengembangan adalah suatu usaha untuk meningkatkan kemampuan

teknis, teoritis, konseptual, dan moral sesuai dengan kebutuhan melalui

pendidikan dan latihan. Pengembangan adalah suatu proses mendesain

pembelajaran secara logis, dan sistematis dalam rangka untuk menetapkan segala

sesuatu yang akan dilaksanakan dalam proses kegiatan belajar dengan

memperhatikan potensi dan kompetensi peserta didik.27

3. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Menurut Nasruddin Anshoriy pendidikan itu ialah, upaya untuk

mencerdaskan pikiran, menghaluskan budi pekerti, memperluas cakrawala

pengetahuan serta memimpin dan membiasakan anak-anak menuju ke arah

kesehatan badan dan kesehatan ruhani bangsanya.28 Selanjutnya, dalam arti

sederhana pendidikan sering diartikan sebagai usaha manusia untuk membina

25
Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan
Nasional Indonesia 2014), hal. 201.
26
Sukiman, Pengembangan Media Pembelajaran, (Yogyakarta: PT. Pustaka Insan Madani,
2012), hal. 53.
27
Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), hlm.
24.
28
Nasruddin Anshoriy, Pendidikan Berwawasan Kebangsaan (Yogyakarta: Lkis
Yogyakarta, 2008), hlm. 11.

19
kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan.

Dalam perkembangannya, istilah atau pedagogie berarti bimbingan atau

pertolongan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa agar ia menjadi

dewasa.

Menurut Hasbullah pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

membantu mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajran agar peserta didik

secara aktif membangun potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual,

keagamaan, pengendalian diri, kepribadiann kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.29

Dapat ditarik kesimpulan bahwa pendidikan adalah suatu upaya atau

usaha untuk mencerdaskan, menanamkan dan membina potensi anak agar menjadi

manusia yang mempunyai akhlak mulia, memiliki wawasan yang luas dalam

berfikir, dan memili sikap dan kepribadian yang baik agar berguna untuk dirinya

sendiri, bangsa ataupun negaranya.

Kemudian Pengertian Islam Secara Etimologi (ilmu asal usul kata), islam

berasal dari bahasa Arab, yaitu Salima yang berarti salam selamat sentosa. Dari

kata ini kemudian dibentuk menjadi kata aslama yang berarti memeliharakan

dalam keadaan selamat, sentosa, dan berarti pula berserah diri, patuh, tunduk dan

taat.Dari kata aslama ini dibentuk 14 kata Islam (aslama yuslimu islaman), yang

mengandung arti sebagaimana terkandung dalam arti pokoknya, yaitu selamat,

aman, damai, patuh, berserah diri, dan taat. Pengertian Islam yang demikian itu

29
Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2009), hlm.
1.

20
sejalan dengan firman Allah SWT, antara lain: Secara terminologi Islam adalah

agama yang diajarkan oleh nabi Muhammad SAW berpedoman pada kitab suci

Al-Qur‟an yang diturunkan ke dunia melalui wahyu Allah SWT.

Pendidikan Agama Islam adalah sebagai usaha untuk mengubah tingkah

laku individu dalam kehidupan pribadinya atau dalam kehidupan

kemasyarakatannya dan kehidupan dalam alam sekitarnya melalui proses

kependidikan30.

Menurut Zakiyah Dradjat: “Pendidikan Islam sebagai proses untuk

mengembangkan fitrah manusia, sesuai dengan ajarannya (pengaruh dari luar).

Sementara Naquib Al-Attas menekankan pendidikan Islam sebagai proses untuk

membentuk kepribadian Muslim”. Lalu Yusuf Qardhawi memaknai pendidikan

Islam sebagai pendidikan manusia seutuhnya, akal dan hatinya, rohani dan

jasmaninya, akhlak dan keterampilannya. 31

Menurut Kamrani Buser. “Pendidikan Islam adalah pendidikan yang

merajuk kepada Alquran dan Sunnah”.Sebagai instrument kehidupan pendidikan

adalah upaya manusia untuk mengembangkan kualitas hidup untuk dunia dan

akhirat. Dengan kata lain, pendidikan adalah upaya memanusiakan manusia.32

Selanjutnya pengertian pendidikan Islam adalah lembaga pendidikan yang

dikelola, dilaksanakan, dan diperuntukkan bagi umat Islam. Oleh sebab itu

lembaga pendidikan Islam menurut bentuknya dapat dibedakan dalam dua, yaitu
30
Muhammad Fathurahman, Meretas Pendidikan Berkwalitas dalam Pendidikan Islam.
(Yogyakarta: Teras, 2012), hlm. 16.
31
Shafwan, Intisari Sejarah Pendidikan Islam. (Malang: Pustaka Arafah, 2014), hlm.16.
32
Masdub, Sosiologi Pendidikan Agama Islam. (Yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2015),
hlm. 3.

21
lembaga pendidikan Islam diluar sekolah dan lembaga pendidikan Islam di dalam

sekolah. Pendidikan Islam memandang keluarga, masyarakat, dan tempat-tempat

peribadahan ataupun lembaga-lembaga pendidikan 16 diluar sekolah, seperti TPQ

sebagai bentuk pendidikan, dan ini dalam sistem pendidikan nasional disebut

pendidikan di luar sekolah. Keberadaan lembaga/institut pendidikan Islam di

Indonesia dapat dibedakan dalam tiga kelompok besar: (1) Sekolah Islam dan atau

madrasah, (2) pesantren, dan, (3) pendidikan Islam non formal, seperti pendidikan

di dalam keluarga, TPA, ataupun majlis taklim.33

Dari beberapa pendapat diatas, dapat dipahami bahwa pendidikan Islam

adalah pendidikan yang benar diperuntukkan orang Muslim, untuk membentuk

suatu kepribadian seorang muslim dan untuk mengembangkan fitrah manusia

yang sesuai dengan pedoman Al quran dan Hadits.

4. Pengertian Non Formal

Jalur pendidikan ini disebut juga jalur pendidikan luar sekolah, yang

berpengaruh langsung atau tidak langsung pada perkembangan anak-anak.

Didalam jalur ini terdapat kegiatan pendidikan yangdi programkan, terutama

berupa kegiatan kursus-kursus, baik dibidang umum maupun khusus dibidang

keagamaan. 34

Pendidikan nonformal adalah pendidikan yang bebas dalam segi tempat

dan waktu sehingga pendidikan mampu dilaksanakan dimana saja dan kapan saja,

33
Muliawan, Metodologi Penelitian Pendidikan dengan Studi Kasus. (Yogyakarta: Gava
Media, 2015), hlm. 155.
34
Nawawi, Metode Penelitian Sosial. (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1993)
hlm. 204.

22
tidak ada penentuan umur dalam pendidikan nonformal usia mulai dari 0 sampai

lansia.

Pendidikan nonformal menurut Undang-Undang No 20 tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional pada pasal 26 adalah (1) Pendidikan nonformal

diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan

yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan pelengkap pendidikan formal

dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat. (2) Pendidikan nonformal

berfungsi mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan pada

penguasaan pengetahuan dan ketrampilan fungsional serta pengembangan sikap

dan kepribadian professional. (3) Pendidikan nonformal meliputi pendidikan

kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan

pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan keterampilan, dan

pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan, serta pendidikan lain yang ditujukan untuk

mengembangkan kemampuan peserta didik. (4) Satuan pendidikan nonformal

terdiri atas lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan

belajar masyarakat, dan majelis taklim, serta satuan pendidikan yang sejenis. (5)

Kursus dan pelatihan diselenggarakan bagi masyarakat yang memerlukan bekal

pengetahuan, keterampilan, kecakapan hidup, dan sikap untuk mengembangkan

diri, mengembangkan profesi, bekerja, usaha mandiri, dan/atau melanjutkan

pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. (6) Hasil pendidikan nonformal dapat

dihargai setara dengan hasil program pendidikan formal setelah melalui proses

23
penilaian penyetaraan oleh lembaga yang ditunjuk oleh Pemerintah atau

Pemerintah Daerah dengan mengacu pada standar nasional pendidikan.35

Menurut Coombs dalam Kamil (2009) menyatakan bahwa “Pendidikan

Nonformal merupakan setiap kegiatan pendidikan yang terorganisasi,

diselenggarakan di luar pendidikan, persekolahan, diselenggarakan secara

tersendiri atau merupakan bagian penting dari suatu kegiatan yang lebih luas

dengan maksud memberikan layanan khusus kepada warga belajar dalam

mencapai tujuan belajar.” Dan menurut Hadikusumo (1996) menjelaskan:

“Pendidikan Nonformal dapat diartikan sebagai berbagai usaha khusus yang

diselenggarakan secara terorganisisr agar nantinya terutama generasi muda dan

juga individu yang dewasa, yang tidak sepenuhnya atau yang tidak sama sekali

berkesempatan mengikuti sekolah agar dapat memiliki pengethauan praktis dan

kemampuan dasar yang mereka perlukan sebagai warga masyarakat yang

produktif.”

Pendidikan nonformal merupakan proses yang terjadi secara

terorganisasikan di luar sistem persekolahan atau pendidikan formal, baik

dilaksanakan terpisah maupun merupakan bagian penting dari suatu kegiatan yang

lebih besar yang dimaksudkan untuk melayani sasaran didik terentu dan

belajarnya tertentu pula.36

35
Sapinah dkk, “Peran Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) Kota Serang Sebagai Satuan
Pendidikan Nonformal”, Jurnal Parameter, volume 33 no 2.
36
Saleh Marzuki, Pendidikan Non Formal. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), hlm.
137.

24
Sementara itu pendidikan non formal sendiri ada beberapa macam

kegiatan, diantaranya:

1. TPQ /TPA

Lembaga pendidikan Islam berikut adalah Taman pengajian Al-Qur‟an

(TPQ).TPQ adalah lembaga pendidikan Islam tingkat dasar diluar sekolah.

Peseertanya secara umum memang ditunjukkan padaanak-anak usia taman kanak-

kanak (TK), tetapi ada praktiknya, sering ditemui anak-anak usia SD atau SLTP

bahkan terkadang SLTA yang ingin lancar membaca AlQuran. Jangkauannya

sangat luas dari kota-kota besar sampai ke pelosok desa. Hampir dapat dipastikan

setiap ada masjid atau langgar disana pasti ada TPQ. TPQ adalah pendidikan

diluar sekolah yang berfugsi sebagai pengajaran dasar-dasar pelaksanaan ibadah

dalam agama Islam, oleh sebab itu bersifat alamiah. Materi yang diajarkan dalam

TPQ adalah membaca Al-Qur‟an, doa-doa sehari-hari, hafalan surat pendek,

praktik wudhu, dan tata cara sholat yang baik.37

2. Majelis Taklim

Majelis taklim adalah salah satu sarana pendidikan dalam Islam. Majlis

taklim lebih kita kenal dengan istilah pengajian-pengajian atau sering pula

berbentuk halaqah. Umumnya berisi ceramah atau khotbah-khotbah keagamaan

Islam. Tetapi dalam perkembangannya, majelis taklim sering juga digunakan

sebagai wahana diskusi ilmiah, sosiolog, politik, hukum dan seterusnya.38

37
Muliawan, Metodologi Penelitian Pendidikan dengan Studi Kasus. (Yogyakarta: Gava
Media, 2015), hlm. 160.
38
Ibid.

25
Majlis Taklim mempunyai pengertian pertemuan sekelompok orang yang

mengkaji tentang ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu lain. Dalam hal ini majlis

taklim dikategorikan sebagai sebuah kelompok yang melakukan komunikasi

kelompok. Majlis Taklim sebagai media dakwah dan bentuk komunikasi

kelompok, dapat dibagi dua golongan yaitu majlis terseleksi dan majlis

keterogren. Dari adanya majelis taklim disana, semakin antusias untuk diikuti agar

semakin bertambahnya ilmu agama yang didapatkan, dan dipelajari. Serta

mendiskusikan pembahasan yang akan dibahas seperti pertanyaan yang muncul

ketika diskusi berlangsung.

3. Kelompok Belajar

Kelompok belajar merupakan salah satu pembelajaran dimana siswa

belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki kemampuan yang

berbeda-beda (Anonim, 2004:11). Sedangkan menurut Ibrahim, dkk (2000: 5-6)

pembelajaran kelompok merupakan pembelajaran yang dicirikan oleh struktur,

tugas, tujuan, dan penghargaan kelompok. Siswa bekerja dalam situasi didorong

atau dikehendaki untuk bekerja sama pada suatu tugas dan mereka harus

mengkoordinasi usahanya menyelesaikan tugasnya.

Menurut suprijono (2009), kelomok adalah duan individu atau lebih yang

berinteraksi dan saling bergantung, yang saling bergabung untuk mencapai tujuan

tertentu. Kelompok bukan lah semata-mata kumpulan orang yang saling

berdekatan. Kelompok adalah kesatuan yang bulat diantara anggotanya.

Tujuan dari kelompok belajar yaitu

- Meninggikan rasa percaya diri terhadap kemampuan siswa

26
- Mengembangkan kemampuan siswa dalam bersosialisasi

- Mewujudkan tingkah lakuyang lebih efektif

- Meningkatkan kemampuan berkomunikasi baik verbal maupun

nonverbal

- Meningkatkan prestasi belajar siswa.

4. Lembaga Kursus dan Pelatihan

Lembaga kursus diselenggarakan bagi masyarakat yang

memerlukan bekal pengetahuan, keterampilan, kecakapan hidup dan sikap

untuk mengembangkan diri, mengembangkan profesi, bekerja, usaha

mandiri, dan melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi.

Lembaga kursus memiliki peranan penting dalam pemberdayaan

masyarakat yaitu memberikan pendidikan keterampilan pada masyarakat

khususnya peserta didik agar dapat hidup secara mandiri yakni dapat

menyelesaikan permasalahan yang dihadapi dan memenuhi kebutuhan

hidupnya sehingga dapat mencari taraf kesejahteraan. Dengan demikian

lembaga kursus sangat bermanfaat bagi para peserta didik dalam

meningkatkan kesejahteraan dengan memanfaatkan ilmu yang diperoleh

dari lembaga kursus tersebut sehingga pada akhirnya seseorang tersebut

dapat mengubah taraf hidupnya.

27
Daftar jenis kursus sebagai berikut: kursus komputer, bahasa inggris,

menjahit, tata rias pengantin, otomotif, mengemudi, tataboga dan masih

banyak yang lainnya.39

5. Pusat kegiatan belajar masyarakat

PKBM atau pusat kegiatan belajar masyarakat pada dasarnya

merupakan tempat dimana masyarakat dapat mengikuti program kegiatan

belajar yang mandiri melalui penguatan pemberdayaan pendidikan. Sesuai

dengan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang pendidikan nasional

yang menetapkan PKBM sebagai salah satu pendidikan non formal.

Makna dasar pusat kegiatan belajar masyarakat adalah pemusatan

manajemen dalam hal mencari solusi dalam pemberdayaan sumber daya,

yang diselenggarakan dengan latar belakang pembelajaran sehingga output

yang dihasilkan dari kegiatan pembelajaran ini berdampak pada

peningkatan soft skill dan hard skill.

Dengan demikian diharapkan warga belajar yang menjadikan

PKBM sebagai alternatif, mempunyai kesetaraan dengan pengetahuan dan

ketrampilan yang diperoleh masyarakat dari pendidikan formal. Pusat

kegiatan belajar masyarakat memfasilitasi dan mengajarkan pada warga

belajarnya untuk dapat meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan agar

bermanfaat bagi mereka dan juga untuk orang lain, yaitu berbagai ilmu

pengetahuan, ketrampilan dan ilmu-ilmu penunjang kecakapan hidup,

serta memberikan motivasi untuk mandiri dan menumbuhkan jiwa


39
Mia Purnamasari dan Fahrul Rizal, “Peran lembaga pendidikan Keterampilan keluarga
Sembiring Dalam Pemberdayaan Masyarakat Melalui Kursus Menjahit di Kecamatan Kabanjahe
Kabupaten Karo”, Jurnal Pemberdayaan Masyarakat, Vol 7 no 1, 2019.

28
wirausaha. Keterbatasan ekonomi, waktu, usia, kebutuhan hidup, masalah

jarak, kebutuhan dunia kerja merupakan beberapa sebab hadirnya lembaga

pendidikan yang dikelola oleh masyarakat sebagai pendidikan non formal.

Selain menfasilitasi dan memberikan pembelajaran, menurut

Sudjana (1991) PKBM mempunyai tugas: (a) memberikan pembelajaran

kepada peserta belajar untuk meningkatkan ketrampilan, kemampuan

berkomunikasi maupun beradaptasi dengan perubahan lingkungan di masa

mendatang, serta kecakapan dalam menyelesaikan permasalahan hidup,

(b) pemberdayaan peserta belajar agar mampu merubah barang yang sudah

tidak mempunyai nilai ekonomis menjadi bernilai guna dan bernilai

ekonomis.40

40
Gunartin dkk, “Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat Sebagai Tempat Alternatif
Menumbuhkan Kemandirian Wirausaha Warga Belajar (Studi Pada PKBM Insan Karya Pamulang
Tanggerang Selatan)”. Jurnal Pendidikan, Ekonomi dan Bisnis, Vol 3. No 2, 2018.

29
BAB III

DESKRIPSI DATA

A. Gambaran Umum Masjid At-Taqwa Desa Beji

1. Sejarah Masjid At-Taqwa Desa Beji

Masjid ini tak memiliki sejarah panjang, dikarenakan penduduk sekitar

masjid tidak ada yang tahu kapan masjid tersebut berdiri. Mulai dari tahun,

tanggal, serta bulan tidak ada yang tahu, namun para penduduk yakin bahwa

masjid A-Taqwa memiliki umur yang yang tua, lebih tua dari masjid-masjid

yang ada di seluruh desa beji. Karena tidak ada penduduk yang tahu kapan

masjid at-Taqwa ini berdiri para masyrakat desa beji pernah menjulukinya

dengan julukan “Masjid Tiban” dan sekarang masjid tersebut telah mengalami

renovasi pada tahun 2012 sehingga kini bentuknya telah berbeda daripada

bentuk aslinya namun lebih banyak menampung jamaah yang hendak

beribadah.41

2. Letak Geografis Masjid At-Taqwa

Masjid At-Taqwa terletak di ds. Beji, kec. Tulung, kab. Klaten, Jawa

Tengah.

3. Visi dan misi di Masjid At-Taqwa


41
Wawancara dengan Arif sufianto selaku ketua bid. Dakwah Masjid At-Taqwa Beji pada
selasa, 18 Januari 2022, pukul 19:31.

30
Masjid At-taqwa tidak memiliki visi dan misi namun, memiliki tujuan

yaitu mendekatkan al-quran kepada kehidupan masyarakat desa beji dengan

sedekat-dekatnya.42

4. Struktur Organisasi Masjid At-taqwa

KETUA
MUSTANGIN

WAKIL KETUA
FARWADI

SEKERTARIS BENDAHARA
. I.RAHARJO I. DARSONO

II. ABDUL II. AMIN


AZIZ JAYONO

BIDANG BIDANG BIDANG BIDANG BIDANG TPA


DAKWAH LAZIZMU SOSIAL SARANA
MASYARAKAT PRASARANA
I. ARIF SUHARJOKO UMAR ABDUL NURYADI
SUFIANTO SINGGIH ROHMAN
II. FARID
DIMYATI

Struktur organisasi takmir masjid At-taqwa desa beji di antaranya:

Ketua, Sekertaris, Bendahara, selain itu ada bidang Lazizmu, bidang

Dakwah, bidang.Sosoial Masyrakat, bidang Sarana Prasarana, bidang

Pemudaan dan bidang TPA.

Tugas dan Fungsi:

42
Wawancara dengan bapak Abdul Aziz selaku sekertaris dua Masjid At-Taqwa Beji pada
kamis 20 januari 2022 pukul 09:21.

31
Ketua: Bertugas untuk mengatur jalannya organisasi agar tetap berjalan

sesuai dengan tujuan yanga ingin dicapai, bertanggung jawab dan menjadi

pemimin yang baik.

Sekretaris: Bertugas untuk membuat surat-surat keperluan masjid seperti

sebuah surat kajian rutin bersma masyarakat, undangan untuk mengahadiri

sebuah acara.

Bendahara: Bertugas untuk mengatur jalannya keuangan, mulai dari

pemasukkan hingga pengeluaraan, baik dari dana masyarakat, biaya

infrastruktur, pemasukan infaq dan shodaqoh, atau mencari dana bantuan

masjid.

Bidang Dakwah; Bertugas untuk mengadakan beberapa kajian rutin di

hari-hari tertentu dengan mendatang pembicara dari luar ataupun dari desa

beji itu sendiri.

Bidang Lazizmu: bertugas untuk menampung dan menjaga zakat dari

masyarakat baik itu berupa uang ataupun hasil sawah lalu dibagikan kepada

yang membutuhkan.

Bidang Sosial Masyarakat: bertugas untuk membantu memeriahkan acara

jika terdapat event yang menarik, seperti upacara agustusan disertai dengan

lomba-lomba, gotong royong dan lain sebagainya.

32
Bidang Sarpras: bertugas untuk menjaga dan merawat beberapa peralatan

masjid dan hal-hal lain yang dapat membantu dalam sebuah acara.

Bidang TPA: bertugas untuk mengawasi anak-anak dan ikut membantu

dalam pembelajarannya seperti tahsin dan tahfidz al-Quran.43

5. Sarana dan Prasarana Masjid AT-Taqwa

Sarana utama masjid At-taqwa adalah memfasilitasi masjid untuk

beribadah dengan nyaman, juga menjadikan masjid sebagai tempat untuk

pendidikan.

Sarana pendukung: Seperti mobil jenazah, perlengkapan alat sholat, al-

Quran, kipas angin, microphone, proyektor, perpustakaan kecil, dan tempat

wudhu terpisah antara ikhwan dan akhwat

6. Kegiatan Pengembangan Pendidikan Agama Islam

a. Menghadirkan beberapa kajian-kajian bagi masyarakat yang remaja

dan yang sudah lansia seperti:

- Belajar ulang dalam belajar Al-Quran mulai dari makhrijul huruf

dan membaca surat al-Fatihah.

- Shubuh Akbar dan

- Belajar juz 30 beserta dengan tafsirannya diutamakan kepada

pemuda desa beji

43
Hasil wawancara dengan bapak Raharharjo selaku sekertaris Masjid At-Taqwa desa beji
pada rabu 19 Januari 2022, pukul 18:45.

33
b. Membaca dan menghafal al-quran bagi anak-anak, dan tidak lupa

selalu mengajarkan bagaimana berakhlak yang baik, baik kepada

sesama manusia ataupun terhadap lingkungan yang ada dalam

kehidupan sehari-hari.

Menurut Bpk. Arif Sufianto bahwa, Dengan merutinkan setiap

keluarga terutama bagi yang laki-laki untuk terus hadir dalam jamaah

sholat lima waktu dan juga semua acara yang diadakan oleh masjid At-

taqwa guna membentuk karakter masyarakat desa beji yang selalu

rindu akan masjid dan dapat menjadi contoh baik dari pada dengan

masyarakat desa yang lain.44

c. Pendatangan tokoh.

Suatu kegiatan yang mendatangkan tokoh yang dapat menginspirasi

masyarakat serta memberi nasihat dan masukan untuk meningatkan

keimanan dan ketaqwaan jamaah masjid At-Taqwa dan masyarakat

desa beji.

d. Study banding adalah konsep belajar yang dilakukan di lingkungan

yang berbeda, study banding dilakukan untuk saling belajar dari

beberapa keunggulan-keunggulan yang bisa dicontoh oleh masjid At-

Taqwa terhadap masjid-masjid yang lain, dan juga sebaliknya.

7. Jumlah jamaah masjid At-Taqwa.

44
Hasil wawancara dengan bapak arif sufianto selaku ketua bidang dakwah Masjid At-
taqwa desa beji pada selasa 18 Januari 2022, pukul 17:31.

34
Jumlah jamaah masjid At-taqwa menurut usia dan jenis kelamin

kurang lebih ada 210 jiwa. Dengan uraian sebagai berikut45:

No Umur Jenis Kelamin Jumlah

Laki-laki Perempuan

1. 0–4

1. 5–9 9 3 12

2. 10 – 14 3 - 3

3. 15 – 19 4 7 11

4. 20 – 30 15 4 19

5. 31 – 50 22 15 37

6. >51 57 71 128

7. Jumlah 210

B. Peran Masjid At-Taqwa desa Beji Dalam Pengembangan Pedidikan

Islam Nonformal

Pada pembahasan ini penulis akan menguraikan hasil data observasi,

wawancara, dan dokumentasi, data yang bersifat kualitatif ini akan diuraikan

secara deskriptif tentang Peran masjid At-Taqwa dalam pengembangan

pendidikan islam. Maka dari hasil wawancara peran masjid At-Taqwa desa Beji

dalam pengembangan pendidikan islam diantaranya sebagai berikut:

45
Ibid.

35
1. Pengembangan Akal

Peran masjid At-Taqwa dalam mengembangkan pendidikan islam

dimulai dari pengembangan akal, karena dengan adanya akal manusia dan

hewan dapat dibedakan. Melalui bidang dakwah masjid At-Taqwa yang

menghadirkan beberapa kajian rutin tentang cara memahami ilmu-ilmu

agama islam, dan bidang TPA yang bersedia memberi dan mengajarkan

ilmu-ilmu agama islam dengan sebaik-baiknya karena pendidikan agama

islam memanfaatkan akal menurut pola perkembangan yang terbaik,

sehingga masyarakat desa beji dapat menggunakan akal mereka dalam

kehidupan sehari-hari supaya terjadinya kerukunan dalam berkeluarga

maupun bermasyarakat, karena bila akal telah dimanfaatkan dengan baik

seprti dalam berargumen, merenung dan dalam melakukan observasi, tidak

akan ada manusia berakal yang sombong, karena pendidikan agama islam

menjauhkan manusia dari perbuatan yang dilandasi oleh nafsu. Seperti

yang telah di paparkan oleh bapak Arif Sufianto: “kita akan rutin

mengadakan kajian-kajian islam khususnya subuh akbar pada hari minggu

supaya masyarakat desa beji tidak hanya tahu tenntang berkerja saja akan

tetapi supaya mengerti tentang bagaimana bersyukur dan berpikir bahwa

rezeki itu selalu datang dari Allah, dan maka dari dari itu bentuk dari rasa

bersyukur itu kita mengajak kepada masyarakat desa beji untuk selalu

dekat dengan Allah dengan cara memakmurkan masjid-masjid Allah

dimulai dari kajian-kajian rutin tersebut”.46

46
Ibid.

36
Berdasarkan paparan diatas menjelaskan bahwa dari adanya kajian

kajian yang ada di masjid merupakan wadah untuk belajar menggunakan

akal yang baik sehingga menjadikan diri lebih bersyukur dan

berkepribadian yang lebih baik.

2. Pengembangan Sosial

Karena manusia adalah makhluk sosial, sangat dibutuhkan interaksi

sesame manusia untuk bertahan hidup tiap individu. Peran masjid At-

Taqwa dalam perkembangan sosial adalah dengan membiasakan mendidik

anak-anak khususnya untuk menghormati orang tua, seperti memberi

salam, berbahasa yang halus ketika berbicara dan jarang membantah bila

diberi perintah, karena bila dengan orangtuanya sendiri sudah sopan dan

hormat maka setelah itu baru kepada tetangga, teman-teman dan orang

lain. Begitupun bila ada sesuatu acara yang ada di desa dilakukan dengan

cara gotong royong agar menciptakan lingkungan yang baik dan saling

peduli sesama tetangga. Dari hasil wawancara selama penelitian bpk.

Abdul Aziz mengatakan bahwa: “dari berbekal ilmu yang didapat dari

beberapa kajian dan dari TPA, saya berharap dengan dibiasakannya yang

muda menghormati dan merawat yang tua dan yang tua menyayangi dan

memberi arahan kepada yang masih muda-muda, akan menciptakan suatu

lingkungan yang ramah sehingga bila ada suatu acara pada desa kita ini,

dengan sadar mereka dengan sendirinya akan berkerja sama, membantu

atau gotong royong sehingga dibalik gotong royong itu bisa menjalin

siaturahim yang baik dan juga mempermudah dan mempercepat pekerjaan.

37
Dan diharapkan tidak ada saling menggunjing antar sesama karena

takutnya dari menggunjing tersebut timbullah perepcahan diantara

masyarakat kita ini”.47

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa bila sejak dini

anak dididik dengan baik dapat menjadikan keluarga yang ramah sehingga

secara tidak langsung juga menciptakan lingkungan masyarakat yang baik

pula.

C. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Pengembangan Pendidikan

Islam di Masjid At-Taqwa Desa Beji

Dalam kegiatan acara masjid telah diusahakan supaya akan menjadikan hasil

yang terbaik sebab maka dari itu dalam kegiatan yang dilakukan memiliki faktor

pendukung dan juga kendala selama pengembangan pendidikan islam yaitu:

1. Faktor pendukung

a. Dukungan penuh dari masyarakat desa beji

Kesadaran masyarakat desa beji yang tinggi terhadap pentingnya ilmu

agama sehingga turut memeriahkan dan memakmurkan acara-acara

maupun kajian-kajian rutin yang selalu diadakan di masjid At-taqwa desa

Beji, dan menerapkannya dalam berkehidupan sehari-hari.

b. Fasilitas masjid lumayan memadai

47
Hasil wawancara dengan bapak Abdul Aziz selaku sekertaris 2 Masjid At-taqwa desa
beji pada jumat 21 Januari 2022, pukul 17:11.

38
Dengan tempat dan fasilitas yang nyaman mulai dari tempat sholat,

penerangan lampu, dan sirkulasi yang bagus dengan kipas angin,

perlengkaan sholat yang baik, tempat wudhu dan toilet yang bersih, dan

proyektor yang bisa memudahkan dalam acara kajian. Dengan banyaknya

fasilitas sarana dan prasarana masjid tersebut maka harus dimanfaatkan

dengan sebaikbaiknya oleh karena itu melalui kegiatan-kegiatan yang

diadakan di Masjid At-Taqwa dapat mengembangkan ilmu pendidikan

islam.

c. Finansial Masjid At-Taqwa

Dari segi keuangan masjid At-Taqwa memiliki dana kas yang bisa

dibilang lebih dari cukup untuk membiayai kegiatan 48, pengumpulan

sumber dana dari masjid At-Taqwa sendiri terkumpul dari kotak amal yang

berada dimasjid itu sendiri, dan dari shodaqoh dari masyarakat.

2. Hambatan yang ditemui:

Hambatan yang terbesar adalah datangnya corona virus covid 19 sehingga

beberapa acara seperti kajian, TPA dan sholat jumat pun harus diberhentikan

dalam beberapa waktu namun dalam beberapa tahun akhir ini sudah mulai

membaik dan mulai kembali rutin seperti sebelum-sebelumnya. Seperti yang

telah dipaparkan pak Arif sufianto. “Sebenarnya selama saya yang memegang

bidang dakwah ini belum ada mengalami kendala yang sangat fatal, yang kecil-

kecil mungkin kayak ya paling mendatangkan beberapa tokoh saja dan itupun

48
Hasil wawancara dengan bapak darsono selaku bendahara 1 Masjid At-taqwa desa beji
pada jumat 21 Januari 2022, pukul 10:45.

39
Alhamdulillah tidak semuanya sulit, tapi yang paling sulit waktu datangnya

corona sampai-sampai masjid At-Taqwa itu hampir mati total, namun

Alhamdulillah gak lama beberapa kegiatan rutin masjid kita sudah mulai

membaik dan hampir semuanya berjalan sama dengan sebelum datangnya

corona.”49

49
Hasil wawancara dengan bapak arif sufianto selaku ketua bidang dakwah Masjid At-
taqwa desa beji pada selasa 18 Januari 2022, pukul 17:31.

40
BAB IV

ANALISIS DATA

Setelah mengumpulkan beberapa data terkait peran masjid At-Taqwa

dalam pengembangan pendidikan Islam nonformal di desa Beji maka peneliti

dapat menganalisa data yaitu sebagai berikut:

A. Peran Masjid At-Taqwa Desa Beji Dalam Pengembangan Pendidikan

Islam

Berdasarkan data yang telah peneiti kumulkan masjid At-taqwa merupakan

salah satu masjid yang berperan penting dalam pengembangan pendidikan islam

nonformal di desa Beji, adapun data-data tersebut telah disajikan pada BAB III

dan menggunakan teori-teori yang telah dibahas pada BAB II Masjid At-Taqwa

memiliki banyak kegunaan, tidak hanya untuk peribadatan saja melainkan dapat

berperan menjadi tempat yang baik untuk membina hubungan antara manusia

dengan Allah ataupun hubungan manusia sesame manusia,

Peran-peran masjid At-Taqwa di desa Beji yaitu sebagai berikut:

1. Peran Masjid At-Taqwa Sebagai Sarana dakwah

Banyak fungsi masjid salah satunya ialah sebagai tempat ilmu

pengetahuan. Seperti yang di jelaskan oleh bapak arif sufianto selaku ketua

bidang dakwah masjid At-Taqwa desa Beji bahwa masjid At-Taqwa selalu

mengadakan kajian rutin guna untuk memakmurkan masjid.50

50
Lihat BAB III hlm. 33

41
Di masjid At-Taqwa kerapkali mengadakan kajian yang guna untuk

menambah wawasan warga masyarakat desa Beji yang kurang terhadap

pemahaman tentang ilmu agama ataupun poin-poin yang terdapat dari cerita

kisah para nabi dan rasul terdahulu. Dengan diisi dengan kajian-kajian setiap

minggunya dapat meningkatkan kualitas keimanan dan ilmu bagi para

jamaah. Hal tersebut sesusai dengan yang diungkapkan oleh Siswanto

bahwa masjid berperan sebagai sentra aktivitas dakwah dan kebudayaan.51

2. Masjid At-Taqwa Sebagai Sarana Menuntut Ilmu

Masjid At-Taqwa merupakan salah satu tempat untuk menuntut ilmu

bagi masyarakat sekitar masjid At-Taqwa. Seperti yang telah dipaparkan

oleh bapak Arif sufianto selaku ketua bidang dakwah bahwa masjid

berfungsi sebagai tempat untuk memperoleh ilmu-ilmu agama maupun ilmu

sosial.

Dengan diadakannya beberapa kajian-kajian di masjid At-Taqwa dapat

mencerminkan bahwa masjid At-taqwa berperan sebagai pusat pendidikan

selain sekolah, ada kajian untuk jama’ah umum yaitu kajian pada setiap hari

ahad setelah shubuh, selasa setelah isya’, dan hari jumat setelah maghrib

sampai setelah isya. Untuk anak-anak disediakan TPA atau Taman

Pendidikan Al-quran. Hal tersebut serupa dengan dengan teorinya siswanto

bahwa masjid berfungsi sebagai tempat menuntut ilmu dan untuk belajar

51
Lihat BAB II hlm. 17.

42
mengajar. Seperti adanya TPA (Taman Pendidikan Al-Qur'an), kuliah

subuh.52

Ruang lingkup pengembangan pendidikan yang peneliti teliti adalah

pengembangan akal, dan pengembangan sosial, maka peneliti akan

menganalisis sesuai dengan teori Yusuf Qardhawi. Dari data yang telah

peneliti kumpulkan maka dapat dilihat bahwa peran masjid At-Taqwa dalam

ruang lingkup pendidikan Islam adalah sebagai berikut:

1. Pengembangan Akal

Peran masjid At-Taqwa dapat dilihat dari bagaimana peran masjid dalam

membina masyarakat di desa Beji untuk memahami Al-Quran dan juga

Sunnah Rasul yang mana terdapat banyak pelajaran dan juga nilai-nilai

agama yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari hari. Hal tersebut

dilakukan melalui beberapa kegiatan keagamaan seperti pengajian shubuh

akbar, pembacaan hadist setelah sholat maghrib, kajian yang diberikan

beragam mulai dari yang paling utama yakni pemahaman tentang syirik

sampai tentang bagaimana hidup rukun dalam bermasyarakat. Dan juga

terdapat beberapa kegiatan yang berguna bagi akhwat yang masih belum

faseh dalam membaca Al-Quran yaitu ngaji bersama yang dilakukan setiap

malam sabtu dan juga malam minggu sehabis sholat isya’, bagi anak-anak

desa beji diharuskan mengikuti Taman Pendidikan Al-Quran atau yang biasa

disingkat dengan TPA yang dilaksanakan pada waktu sebelum ashar hingga

ba’da maghrib. Seperti yang diakatakan oleh Nasruddin anshoriy yaitu


52
Lihat BAB II hlm. 19.

43
pendidikan adalah upaya untuk mencerdaskan pikiran, menghaluskan budi

pekerti, memperluas cakrawala pengetahuan serta memimpin dan

membiasakan anak-anak menuju ke arah kesehatan badan dan kesehatan

ruhani bangsanya.53 Dengan adanya kegiatan-kegiatan tersebut maka ilmu-

ilmu agama akan bertambah sehingga wawasan mereka tentang agama islam

menjadi lebih baik dan akan terhindar dari pelencengan terhadap ajaran-

ajaran agama islam disebabkan dari sedikitnya pengetahuan tentang ajaran

islam.

2. Pengembangan Sosial

Poin penting dari pengembangan sosial adalah bagaimana menjaga

akhlak yang baik terhadap orang-orang disekitar, dan bagaimana akhlak

yang baik atau akhlakul karimah itu terbentuk adalah sama halnya dengan

tujuan pendidikan itu sendiri, banyak sekali para ahli yang mengatakan

bahwa tujuan pendidikan adalah pembentukan akhlak. Muhamad Athiyah

Al-Abhrasyi Misalnya mengatakan bahwa pendidikan budi pekerti dan

akhlak adalah jiwa dan tujuan pendidikan islam.54 Dalam akhlak tercakup

pengertian terciptannya keterpaduan antara kehendak khaliq (tuhan)

ddengan perilaku makhluk (manusia). Atau bisa juga disebut tata perilaku

seseorang terhadap orang lain dalam lingkungannya baru mengandung nilai

akhlak yang hakiki manakala tindakan atau perilaku tersebut didasarkan

kepada kehendak tuhan. Ash-Shidiq berkata: “Sesungguhnya Allah SWT

53
Lihat BAB II hlm. 20
54
Abuddin, Akhlak Tasawuf, (PT Raja Grafindo Pustaka: Jakarta, 1997), hlm. 5.

44
membekali Rasul-Nya dengan akhlak yang mulia. Maka, telitilah dirimu,

jika engaku memilikinya bertasbihlah kepada Allah dan teruslah berusaha

menambahnya.” Kemudian beliau menyebutkan sepuluh akhlak yang mulia

yakni: yakin, qana’ah, sabar, syukur, bijak, perangkai baik, semangat,

dermawan, berani dan mempunyai harga diri.55

Pengembangan sosial sendiri lebih baik ditanamkan sejak dini sebab

dapat membantu mereka dalam hal bersosialisasi, membangun solidaritas

dan dapat menumbuhkan rasa percaya diri terhadap lingkungan masyarakat

sekitar. Melalui praktik yang dilakukan sehari-hari yakni membiasakan

anak-anak atau siapa saja untuk ikut memakmurkan masjid dalam sholat

lima waktu, dalam acara rutin minggguan dan ketika terdapat suatu event

mereka diberikan tanggung jawab atas tugasnya masing-masing jadi berawal

dari hal semacam ini bila dilakukan secara terus menerus dapat memupuk

rasa sosial atau solidaritas terhadap lingkungan masyarakat sekitar sehingga

menjadikan kehidupan masyarakat yang rukun dan bersahaja yang sesui

dengan ajaran Al-Quran dan juga As-Sunnah. Sesuai dengan yang dikatakan

oleh Kamrani Buser bahwa pendidikan islam adalah pendidikan yang

merajuk kepada Alquran dan Sunnah”.Sebagai instrument kehidupan

pendidikan adalah upaya manusia untuk mengembangkan kualitas hidup

untuk dunia dan akhirat. Dengan kata lain, pendidikan adalah upaya

memanusiakan manusia.56

55
Musa Subaiti, Akhlak Keluarga Muhammad SAW (Lentera: Jakarta: 1994), hlm.29.
56
Lihat BAB II hlm. 22.

45
B. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Pengembangan Pendidikan

Islam di Masjid At-Taqwa Desa Beji

Faktor-faktor yang mempengaruhi proses dalam mengembangkan pendidikan

islam di masjid At-Taqwa terbagi menjadi dua yaitu faktor internal dan faktor

eksternal.

Faktor internal yaitu berasal dari masyarakat desa Beji itu sendiri. Mulai dari

minat dan antusias masing-masing individu dalam mempelajari dan mendalami

ilmu agama, bagaimana niat masing-masing individu mengikuti berbagai macam

kegiatan di masjid merupakan faktor internal dari proses pengembangan

pendidikan agama islam dari setiap individu masyrakat desa Beji tersebut.

Selain faktor internal terdapat juga faktor eksternal yang mempengaruhi

pengembangan pendidikan islam di desa Beji. Faktor eksternal ini berasal dari

luar individu masyarakat desa Beji itu sendiri, misalnya dari keluarga, atau

lingkungan sekitar. Disini merupakan peran masjid At-Taqwa dalam

mengembangkan pendidikan islami kepada masyarakat desa Beji yang menjadi

media untuk menyatukan umat dan mensejahterakan umat. Sehingga masjid At-

Taqwa tidak dilihat hanya untuk beribadah saja, melainkan dapat dijadikan sarana

untuk menimba ilmu dan juga sebagai tempat yang berguna untuk menjalin

hubungan sosial atau sering dikenal dengan sillaturahhim antar sesame

masyarakat desa Beji, baik yang kecil maupun yang dewasa ataupun yang sudah

sepuh sekalipun. Jadi masjid At-Taqwa diharuskan dapat menjadi lingkungan

46
yang positif sehingga dapat menjadi faktor eksternal pendukung dalam

pengembangan pendidikan islam di desa Beji.

Berikut ini faktor pendukung dan penghambat pengembangan pendidikan

islam:

1. Faktor Pendukung

a. Internal

Faktor internalnya adalah niat dan semangat individu masyarakat desa Beji itu

sendiri, dapat dilihat dari antusias mereka yang selalu mengikuti setiap event dan

kajian-kajian yang dilaksanakan perminggunya, dan juga dapat dilihat dari ke

istiqomahan para individu masyarakat desa Beji itu sendiri dalam memakmurkan

dan meramaikan masjid At-Taqwa.

Dan juga faktor internal dari pengurus takmir masjid khususnya pada bidang

dakwah yang selalu memberikan dan juga mendatangkan tokoh-tokoh pemuka

agama yang berkualitas sehingga masjid At-Taqwa desa Beji tidak pernah sepi

dari yang namanya siraman rohani, atau kajian-kajian yang dapat menambah

wawasan tentang ilmu pendidikan islam dan meningkatkan keimanan dan

ketakwaan dan kesadaran akan betapa pentingnya pendidikan islam tersebut.

b. Eksternal

Faktor eksternalnya adalah di masjid At-Taqwa memiliki fasilitas yang cukup

memadai, mulai dari tempat sholat yang nyaman dan sejuk dan mampu

menampung banyak jama’ah, terdapat banyak kipas angin, proyektor dan

beberapa buku bacaan, tempat wudhu yang bersih sehingga hal-hal tersebut harus

47
dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya dalam memakmurkan masjid At-taqwa desa

Beji.

2. Faktor penghambat

a. Internal

Faktor internal dalam penghambat pengembangan pendidikan islam walaupun

lebih banyak yang mengikuti kajian-kajian ataupun TPA, namun masih ada dari

beberapa individu masyarakat desa Beji yang malas mengikuti kegiatan-kegiatan

yang ada di masjid desa Beji. Minimnya kesadaran segelintir orang tentang

pentingnya agama islam dalam kehidupan mengakibatkan malas dalam

memakmurkan kegiatan-kegiatan yang ada dalam masjid At-Taqwa desa Beji.

b. Eksternal

Faktor eksternalnya sesuai yang dikatakan oleh pak Arif Sufianto faktor yang

paling mempengaruhi pengembangan pendidikan islam adalah awal-awal

datangnya wabah virus corona sehingga mengakibatkan kegiatan-kegiatan yang

rutin biasa dijalankan berhenti beberapa bulan hingga akhirnya mulai puluh

kembali dan membaik seperti hari-hari sebelumnya.

48
BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan uraian pada bab-bab terdahulu dapat ditarik kesimpulan:

1. Masjid memiliki banyak fungsi seperti yang telah diketahui selain untuk

beribadah masjid huga dapat dijadikan tempat untuk menambah wawasan

ilmu pengetahuan terkhusus dalam ilmu agama islam. Dari beragam-

ragam kegiatan yang ada di masjid At-taqwa desa Beji dapat

menggambarkan bahwa masjid At-Taqwa desa Beji memiliki peran yang

cukup penting dalam pengembangan pendidikan islam, mulai dari

kalangan anak-anak hingga kalangan dewasa. Semua berperan dalam

mengolah masjid dan menjadikan masjid sebagai penggerak ke arah yang

baik dikalangan masyarakat desa Beji. Pengembangan pendidikan islam

berfokus pada pengembangan akal dan pengembangan sosial.

2. Faktor pendukkung penghambat pengembangan pendidikan islam di

masjid At-Taqwa desa Beji berasal dari dua faktor yakni faktor internal

dan faktor eksternal. Internal dari pengelola masjid: yang pertama yaitu

dilihat dari antusias masyarakat desa Beji yang secara kompak

memakmurkan masjid. Yang kedua yakni dari bidang takmir masjid

khusunya bidang dakwah dan bidang TPA yang mempunyai semangat

untuk membimbing masyarakat desa beji dengan baik. Faktor

eksternalnya yaitu dengan adanya sarana dan prasarana yang cukup

49
memadai ditambah narasumber yang cakap dan berwawasan luas

sehingga menambah keberhasilan dalam pengembangan pendidikan islam

di desa Beji.

B. Saran

Lebih giat dan lebih semangat dalam mengadakan kegiatan-kegiatan yang

dilaksanakan di masjid At-Taqwa dan diusahakan lagi kegiatan-kegiatan

yang diadakan oleh masjid At-taqwa desa beji bisa di ikuti oleh semua

masyarakat desa beji lebih bagus lagi bisa diikuti atau dicontoh oleh desa-

desa terdekat dari desa Beji.

Semoga bagi pihak takmir masjid At-Taqwa desa beji dan masyarakat

desa Beji menjadi lebih baik dengan memegang erat persuadaraan dan

kekeluargaan antara masyarakat desa Beji sehingga tercipta lingkungan

yang rukun dan dapat menjadi percontohan bagi desa-desa disekitarnya,

dan apapun yang telah direncanakan semoga terlaksana dengan baik dan

mendapat balasan kebaikan dari Allah maupun dari kalangan masyarakat

desa beji itu sendiri.

50

Anda mungkin juga menyukai