Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

PENTINGNYA PENDIDIKAN MORAL DI INDONESIA


Tugas Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia

Disusun oleh :
ALBERTUS NAIYUF
XI IPS 2

SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI


BIUDUKFOHO
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat, berkat,
serta petunjuk-Nya, sehingga penyusunan makalah yang berjudul “Pentingnya Pendidikan
Moral Di Indonesia” dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu, untuk memenuhi tugas
mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia.
Kiranya dalam penulisan ini, penulis menghadapi cukup banyak rintangan dan selesainya
makalah ini tak lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu tak lupa penulis ucapkan terima
kasih pada pihak-pihak yang telah membantu dalam proses pembuatan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada makalah ini. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun agar makalah ini menjadi lebih
baik lagi. Penulis berharap makalah ini dapat memberi bermanfaat bagi kita semua.

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................... i
DAFTAR ISI........................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................... 1
A. Latar Belakang............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah........................................................................................ 2
C. Tujuan Penulisan.......................................................................................... 2
D. Manfaat Penulisan........................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................... 3
A. Pengertian Pendidikan.................................................................................. 3
B. Pengertian Pendidikan Moral....................................................................... 8
C. Fungsi Pendidikan Moral di Indonesia........................................................ 9
D. Faktor-faktor yang Memengaruhi Moral Seseorang.................................... 10
E. Perkembangan Pendidikan Moral di Indonesia........................................... 13
F. Pentingnya Pendidikan Moral di Indonesia................................................. 13
BAB III PENUTUP............................................................................................... 16
A. Simpulan.................................................................................................... 16
B. Saran.......................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sebagian besar masyarakat saat ini tidak begitu paham apa itu moral. Pendidikan
moral saat ini mulai diacuhkan masyarakat. Masyarakat saat ini dimanjakan oleh
teknologi yang berbagai macam hingga melupakan pentingnya moral di kehidupannya.
Padahal moral berkaitan dalam interaksi antar orang di masyarakat.
Moral tidak lepas dari norma-norma di masyarakat. Misalnya norma kesopanan,
ada moral yang terdapat saat seseorang berkomunikasi dengan orang lain. Seseseseorang
yang berperilaku tidak sesuai norma dan moral akan diberikan sanksi. Sanksi tersebut
dapat berupa cemoohan oleh masyarakat. Selain cemoohan sanksi yang diberikan saat
melanggar norma hukum dapat berupa tahanan.
Didalam ranah pendidikan, meningkatkan kemampuan intelektual saja tidak
cukup. Kejujuran, kebenaran serta pengabdian kepada masyarakatadalah hal yang penting
dalam dunia pendidikan. Moral dalam dunia pendidikan merupakan indikator optimisme
dalam pembangunan masyarakat Indonesia ke depan. Moral menuntut pelaksanaan apa
yang baik dan penolakan apa yang buruk. (Zuriah,2008:12).
Seseorang yang paham dengan moral bisa membedakan apa yang baik dan apa
yang buruk. Seseorang yang bermoral akan disegani serta dihargai masyarakat karena
berhasil memahami nilai-nilai serta norma yang dikehendaki masyarakat. Masyarakat
lebih nyaman dengan seseorang yang memahami pendidikan moral. Seseorang yang
bermoral akan menjauhi penyimpangan-penyimpangan yang terjadi di masyarakat.
(Zuriah,2008:13-19).
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik membahas Pentingnya
Pendidikan Moral di Indonesia.

1
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini adalah :
1. Apakah pengertian pendidikan moral ?
2. Apa sajakah faktor-faktor yang memengaruhi moral seseorang?
3. Bagaimanakah pentingnya pendidikan moral di Indonesia?

C. Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk menjelaskan pentingnya pendidikan moral di Indonesia.

D. Manfaat
Makalah ini mempunyai 2 manfaat, yaitu :
1. Manfaat teoritis
Makalah ini diharapakan dapat mengembangkan teori keilmuan di bidang pendidikan,
khususnya tentang pentingnya pendidikan moral di Indonesia.
2. Manfaat Praktis
Makalah ini diharapkan dapat membuat masyarakat sadar akan pentingnya
pendidikan moral sehingga masyarakat memiliki pendidikan moral yang lebih baik.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendidikan
Pendidikan adalah usaha membina dan mengembangkan kepribadian manusia baik
dibagian rohani atau dibagian jasmani. Ada juga para beberapa orang ahli mengartikan
pendidikan itu adalah suatu proses pengubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau
sekelompok orang dalam mendewasakan melalui pengajaran dan latihan. Dengan
pendidikan kita bisa lebih dewasa karena pendidikan tersebut memberikan dampak yang
sangat positif bagi kita, dan juga pendidikan tersebut bisa memberantas buta huruf dan akan
memberikan keterampilan, kemampuan mental, dan lain sebagainya. Seperti yang tertera
didalam UU No.20 tahun 2003 Pendidikan adalah usaha dasar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan, yang
diperlukan dirinya, masyarakat, dan Negara.
Dalam arti sederhana pendidikan sering diartikan sebagai usaha manusia untuk
membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan.
Dalam perkembangannya, istilah pendidikan atau paedagogie berarti bimbingan atau
pertolongan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa kepada anak-anak agar ia
menjadi dewasa.
Pendidikan adalah suatu upaya sadar untuk mengembangkan potensi peserta didik
secara optimal. Usaha sadar itu tidak boleh dilepaskan dari lingkungan peserta didik berada,
terutama dari lingkungan budayanya, karena peserta didik hidup tak terpishkan dalam
lingkungannya dan bertindak sesuai dengan kaidah-kaidah budayanya. Pendidikan yang
tidak dilandasi oleh prinsip itu akan menyebabkan peserta didik tercerabut dari akar
budayanya. Ketika hal ini terjadi, maka mereka tidak akan mengenal budayanya dengan baik
sehingga ia menjadi orang “asing” dalam lingkungan budayanya. Selain menjadi orang
asing, yang lebih mengkhawatirkan adalah dia menjadi orang yang tidak menyukai
budayanya.

3
Menurut UU SISDIKNAS No.20 tahun 2003, pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya dan masyarakat. Menrut Prof. H. Mahmud Yunus dan Martinus Jan
Langeveld mengatakan pendidikan adalah suatu usaha yang dengan sengaja dipilih untuk
mempengaruhi dan membantu anak yang bertujuan meningkatkan ilmu pengetahuan,
jasmani dan akhlak sehingga secara perlahan bisa mengantarkan anak kepada tujuan dan
cita-citanya yang paling tinggi. Agar anak tesebut memperoleh kehidupan yang bahagia dan
apa yang dilakukannya dapat bermanfaat bagi dirinya sendiri, masyarakat, bangsa, negara
dan agamanya. Selain dari itu Pendidikan adalah upaya menolong anak untuk dapat
melakukan tugas hidupnya secara mandiri dan bertanggung jawab dan pendidikan
merupakan usaha manusia dewasa dalam membimbing manusia yang belum dewasa menuju
kedewasaan.
Menurut H. Horne, pendidikan adalah proses yang terus menerus (abadi) dari
penyesuaian yang lebih tinggi bagi makhluk manusia yang telah berkembang secara fisik
dan mental, yang bebas dan sadar kepada tuhan, seperti termanifestasi (terwujud) dalam
alam sekitar intelektual, emosional dan kemanusiaan dari manusia. Setiap negara maju tidak
akan pernah terlepas dengan dunia pendidikan. Semakin tinggi kualitas pendidikan suatu
negara, maka semakin tinggi pula kualitas sumber daya manusia yang dapat memajukan dan
mengharumkan negaranya. Pendidikan merupakan faktor penting bagi masyarakat, demi
maju mundurnya kualitas masyarakat atau bangsa sangat bergantung pada pendidikan yang
ada pada rakyat bangsa tersebut.
Seperti yang dikatakan oleh Harahap dan Poerkatja, pendidikan adalah usaha yang
secara sengaja dari orang tua yang selalu diartikan mampu menimbulkan tanggung jawab
moril dari segala perbuatannya. Yang dimaksud orang tua tersebut adalah orang tua anak itu
atau orang yang mempunyai kewajiban untuk mendidik tersebut seperti guru, pendeta, dan
seorang kiai. Pendidikan akan memberikan dampak positif bagi para generasi muda dan juga
pendidikan
Psikologi pendidikan dengan pendekatan baru akan meyiapkan generasi yang baik dan
bagus bagi Negaranya. Maka dari itu para pendidik harus membutuhkan keuletan dan

4
kesabaran didalam mengajarnya. Ki Hajar Dewantara sebagai bapak pendidikan Nasional
Indonesia mengatakan pendidikan tersebut adalah merupakan tuntutan didalam hidup
tumbuhnya anak-anak, adapun maksud dari pendidikan yaitu menuntun segala kodrat yang
ada pada anak-anak tersebut agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan.
Pendidikan adalah suatu kegiatan untuk meningkatkan pengetahuaan umum seseorang
termasuk di dalam peningkatan penguasaan teori dan keterampilan, memutuskan dan
mencari solusi atas persoalan-persoalan yang menyangkut kegiatan di dalam mencapai
tujuannya, baik itu persoalan dalam dunia pendidikan ataupun kehidupan sehari-hari.
Sedangkan menurut Notoadmodjo, kalau pendidikan formal dalam suatu organisasi
merupakan suatu proses pengembangan kemampuan kearah yang diinginkan oleh organisasi
yang bersangkutan.
Para masyarakat mengartikan pendidikan adalah pengajaran yang di lakukan disekolah
yang mana sekolah tersebut sebagai tempat terjadinya pengajaran atau pendidikan formal.
Jadi pendidikan tidak seluruhnya terjadi disekolah tetapi pendidikan bisa jadi di rumah yang
mana orang tua yang menjadi gurunya. Pendidikan adalah sebuah program yang
mengandung komponen tujuan, proses belajar mengajar antara murid dan gurunya sehingga,
akan meningkatkan sumber daya manusia (SDM) menjadi lebih baik. Apalagi kita hidup
dijaman sekarang ini pendidikan sangatlah diperlukan karena pendidikan itu akan membawa
kita tidak ketinggalan jaman tetapi kita bisa memilih mana yang baik dan mana yang tidak
baik bagi kita. Pengartian mengenai pendidikan tersebut, dapat dilihat dari sisi beberapa titik
sudut pandang yang berbeda-beda antara dari titik sudut psikologis maupun titik sudut
pandang sosiologis. Terdapat banyak pengertian maupun definisi yang membahas mengenai
pendidikan, tergantung dalam melihat pendidikan melalui titik sudut manapun. Akan tetapi
dalam inti sari mengenai pemaknaan konsep pendidikan mengarah pada satu tujuan yaitu
suatu upaya yang dijadikan proses dalam membina diri seseorang maupun masyarakat
secara umum supaya dapat menjembatani langkah-langkah dalam menjalani kehidupan
sehingga bisa meraih hidup yang diimpikan oleh semua orang yaitu menikmati kehidupan
yang serba dilandasi pegetahuan dan hidup sejahtera, semua kebutuhan terpenuhinya dengan
munculnya ide kreatif dan inovatif yang hanya bisa didapat dengan proses mengenyam
pendidikan.

5
Pendidikan merupakan modal yang sangat penting dalam menjalani kehidupan
bermasyarakat. Dalam pendidikan di Indonesia kita dapat memperoleh banyak pengetahuan
seperti pengetahuan tentang moral, agama, kedisiplinan dan masih banyak lagi yang lainnya.
Dalam pendidikan Indonesia pengembangan pikiran sebagian besar dilakukan di sekolah-
sekolah atau di perguruan tinggi melalui bidang studi yang dipelajari dengan cara
pemecahan soal-soal, pemecahan berbagai masalah, menganalisis sesuatu serta
menyimpulkannya.
Di dalam buku ilmu dan aplikasi pendidikan bagian I Tim UPI, ilmu dan aplikasi
pendidikan bagi empat kajian.
1. Pendidikan teoretis.
Pendidikan teoretis memfokuskan kajian pada landasan konseptual dan teoretis secara
universal serta berbagai teori yang terkait dengan pelaksanaan pendidikan dengan
menyelidiki; menata secra sistemastis akan fungsi, tugas ilmu pendidikan, serta teori
pendidikan secara khusus.
Pengakajian pendidikan teoretis meliputi:
a. Filsafat pendidikan;
b. Pedagogik teoretis;
c. Teori mengajar;
d. Teori kurikulum;
e. Teori evaluasi pendidikan;
f. Teori psikologi pendidikan;
g. Teori administrasi pendidikan;
h. Teori konseling pendidikan;
i. Teori sosiologi pendidikan;
j. Teori antropologi pendidikan;
k. Teori andragogi;
l. Teori penelitian pendidikan.
2. Pendidikan praktis.
Pendidikan praktis memfokuskan kajian pada aplikasi teori pendidikan dalam praktik
penyelenggaraan pendidikan.
Pengkajian pendidikan praktis ini meliputi :

6
a. Andragogi praktis;
b. Pendidikan nonformal;
c. Pendagogik anak berkebutuhan khusus;
d. Bimbingan dan konseling;
e. Kurikulum dam pembelajaran;
f. Pengembangan kurikulum sekolah;
g. Pengajaran;
h. Teknologi pendidikan;
i. Sumber belajar dalam pendidikan;
j. Manajemen pendidikan;
k. Penilaian pendidikan berbasis kelas;
l. Ekonomi pendidikan;
m. Politik pendidikan;
n. Penilaian diri dalam pendidikan dan;
o. Penjaminan mutu pendidikan.
3. Pendidikan displin ilmu.
Pendidikan disiplin ilmu merupakan aplikasi ilmu pendidikan dalam pembelajaran
cabang ilmu pengetahuan atau mata pelajaran.
Pendidikan disiplin ilmu ini meliputi :
a. Pendidikan agama;
b. Pendidikan akhlak;
c. Pendidikan nilai;
d. Pendidikan bahasa;
e. Pendidikan bahasa asing;
f. Pendidikan kewarganegaraan;
g. Pendidikan matematika;
h. Pendidikan sains;
i. Pendidikan fisika;
j. Pendidikan kimia;
k. Pendidikan biologi;
l. Pendidikan pengetahuan sosial;

7
m. Pendidikan ekonomi;
n. Pendidikan bisnis;
o. Pendidikan ilmu sejarah;
p. Pendidikan geografi;
q. Pendidikan lingkungan hidup;
r. Pendidikan seni;
s. Pendidikan olah raga.
4. Pendidikan lintas bidang.
Pendidikan lintas bidang memfokuskan kajian pada konteks penerapan ilmu pendidikan.
Kajian pendidikan lintas bidang ini diantaranya meliputi :
a. Pendidikan dalam sistem pendidikan nasional;
b. Pendidikan miltibudaya;
c. Pendidikan keluarga;
d. Pendidikan anak usia dini;
e. Pendidikan dasar dan menengah;
f. Pendidikan usia lanjut;
g. Pendidikan anak berbakat;
h. Pendidikan wanita;
i. Pendidikan kesejahteraan keluarga;
j. Pendidikan umum;
k. Pendidikan kesehatan.
Pendidikan adalah suatu bidang studi (suatu displin) dalam bidangnya. Studi bidang
pendidikan merupakan suatu kajian tentang bagaimana cara atau model-model
penyelidikan disusun, digunakan, dikembangkan, dan disusun kembali. Lebih jauh berisi
kajian tantang model-model yang cocok pada suatu tempat, saat syarat-syarat yang
diperlukan bagi pelaksanaan model tersebut.

B. Pengertian Pendidikan Moral


Pendidikan adalah pembelajaran, pengetahuan, keterampilan dan kebiasaan
sekelompok orang yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui
pengajaran, pelatihan atau penelitian. (zuriah,2008: 4-5). Secara Etimologi pengertian

8
pendidikan adalah proses mengembangkan kemampuan diri sendiri dan kekuatan
individu. Sedangkan menurut Kamus Bahasa Indonesia, pendidikan adalah proses
pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha
mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.Menurut KBBI kata
pendidikan datang dari kata “didik” dengan memperoleh imbuhan “pe” serta akhiran
“an”, yang artinya langkah, sistem atau perbuatan mendidik.(
http://silabus.org/pengertian-pendidikan/)

Sedangkan pengertian moral adalah istilah untuk menyebut seseorang yang dalam
tindakannya memiliki nilai positif. (zuriah,2008:5). Moral (Bahasa Latin Moralitas)
merupakan istilah manusia menyebut ke manusia atau orang lainnya dalam tindakan yang
mempunyai nilai positif. Manusia yang tidak memiliki moral disebut amoral artinya dia
tidak bermoral dan tidak memiliki nilai positif di mata manusia lainnya. Sehingga moral
adalah hal mutlak yang harus dimiliki oleh manusia. Moral secara ekplisit adalah hal-hal
yang berhubungan dengan proses sosialisasi individu tanpa moral manusia tidak bisa
melakukan proses sosialisasi. Moral dalam zaman sekarang mempunyai nilai implisit
karena banyak orang yang mempunyai moral atau sikap amoral itu dari sudut pandang
yang sempit. (https://www.eurekapendidikan.com/2015/02/pengertian-dan-definisi-
moral.html)

Secara singkat dapat kita pahami bahwa pendidikan moral merupakan suatu
pembelajaran dalam interaksinya antara orang yang satu dengan yang lain meliputi
tindakannya yang mengarah pada hal-hal yang bersifat positif. Pendidikan moral dapat
pula dipersamakan dengan istilah pendidikan etik, pendidikan budi pekerti, pendidikan
nilai (value education) atau pendidikan afektif. Dalam hal ini hal-hal yang disampaikan
dalam pendidikan moral adalah nilai-nilai yang termasuk domain afektif. Nilai-nilai
tersebut antara lain : perasaan,sikap,emosi,kemauan,keyakinan dan kesadaran.

C. Fungsi Pendidikan Moral di Indonesia


Seseorang yang bermoral dapat membedakan perbuatan mana yang seharusnya ia
lakukan dilingkungan masyarakat. Dengan demikian salah satu fungsi dari pendidikan
moral adalah menjadikan seseorang mengetahui, memahami bahwa di lingkungan

9
masyarakat tertentu karakter masing-masing orang itu berbeda sehingga tindakan yang
harus kita lakukan pun berbeda. Antara orang yang satu dengan orang yang lain mungkin
memiliki jenjang pendidikan yang sama, namun jenjang pendidikan yang sama belum
bisa memastikan bahwa orang-orang tersebut memiliki moral yang sama. Seseorang yang
bermoral akan bisa menempatkan dirinya didalam masyarakat dengan sebaik mungkin.

Fungsi dari pendidikan moral yang kedua adalah agar masyarakat bisa hidup
berdampingan di lingkungannya dengan damai, tentram dan sejahtera. Jika masyarakat
bisa hidup saling damai dan tentram maka akan tercipta lingkungan yang harmonis.
Didalam pendidikan moral terkandung nilai-nilai kesusilaan yang jika diterapkan didalam
lingkungan masyarakat akan menciptakan suasana yang membuat masyarakat sejahtera.
Moral yang ada di masyarakat berperan menciptakan suasana lingkungan yang
didalamnya terdapat nilai-nilai norma, baik itu norma kesopanan, norma kesusilaan,
norma agama ataupun norma hukum.

Pendidikan moral merupakan salah satu sarana pengembangan diri untuk


meningkatkan pola bertingkah laku agar berperilaku baik yang telah tertanam dalam
lingkungan keluarga, masyarakat dan negara. Nilai-nilai, moral, budi pekerti yang luhur
berperan penting bagi semua warga negara. Suatu bangsa atau negara bisa runtuh karena
pejabat negara dan warga masyarakatnya tidak memiliki moral dan budi pekerti yang
luhur. Pendidikan moral akan mendorong terbentuknya kebiasaan dan perilakuyang
terpuji dan sejalan dengan norma atau nila-nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang
memiliki nilai keagamaan. Selain itu, pendidikan moral berperan menumbuhkan jiwa
kepemimpinan dan rasa tanggung jawab sebagai generasi penerus bangsa. Pendidikan
moral yang diajarkan secara baik akan meningkatkan kemampuan seseorang untuk
menghindari diri dari sifat-sifat tercela yang dapat merusak diri sendiri, teman, orang tua
atau orang lain serta lingkungan nya (Elkabumaini,2016:42-43).

D. Faktor-faktor yang Memengaruhi Moral Seseorang


Moral yang dimiliki oleh orang yang satu dengan orang yang lain tentu tidak
sama dan belum bisa diukur secara kuantitatif. Misalnya didalam suatu kelas yang
terdapat berbagai macam siswa yang berbeda-beda asalnya dan berbeda-beda tempat

10
tinggalnya, moral yang dimiliki siswa yang satu dengan yang lain pun tentu tidak akan
sama. Moral tersebut dapat kita lihat dari bagaimana ia berperilaku terhadap orang lain
dan bagaimana reaksinya jika dia memiliki masalah dengan orang lain. Moral yang
dimiliki oleh masing-masing orang terbentuk melalui beberapa tahap dan banyak faktor
yang memengaruhi bagaimana moral itu terbentuk.
Faktor utama yang berperan penting dalam pembentukan moral seseorang adalah
faktor keluarga. Keluarga inilah tempat pertama dimana seseorang mengenal nilai-nilai
moral. Seseorang akan belajar dari orang tuanya bagaimana seharusnya dia sebagai
bagian dari masyarakat berperilaku dan bertindak. Didalam suatu keluarga yang harmonis
tentu terdapat nilai-nilai moral yang diterapkannya, baik itu nilai kesopanan, nilai
kesusilaan, nilai keagamaan maupun nilai hukum.
Didalam suatu keluarga yang harmonis, antar anggota keluarga akan saling
memberikan gambaran bagaimana berperilaku yang benar di lingkungan masyarakat.
Seorang ibu yang baik akan mengajari anak nya bagaimana berperilaku yang benar
terhadap orang lain baik itu teman sebaya nya, orang yang lebih tua darinya, ataupun
orang yang lebih muda darinya. Melalui keluarga sebagai unit terkcil dari masyarakat,
pendidikan moral akan ditanamkan sejak kecil, sebelum seseorang memasuki lingkungan
dimana ia berada maka ia akan melalui tahap dimana dia akan mengenal bagaimana
berperilaku didalam keluarga sendiri. Keluarga merupakan salah satu faktor penting yang
menentukan bagaimana seseorang akan bersosialisasi dimasyarakat.
Faktor lain yang memengaruhi moral seseorang adalah lingkungan dimana ia
berada dan dimana ia dibesarkan. Di lingkungan tersebut ia saling berinteraksi dengan
orang lain baik itu orang yang lebih dewasa darinya, orang yang sebaya dengan dia atau
orang yang lebih muda dari dirinya. Di lingkungan tersebut di akan mengenali banyak
orang dengan berbagai kebiasaan dan perilaku nya masing-masing. Di linhkungan
tersebut dia akan mengenali banyak orang dengan berbagai latar belakang serta latar
budaya yang berbeda-beda serta kebiasaan-kebiasaan yang orang lain lakukan. Dari
semua kebiasaan yang dimiliki oleh orang yang berada di sekitarnya tersebut dia secara
tidak sadar akan memilih mana perilaku yang akan dia tiru dan mana perilaku yang akan
dia tinggalkan.

11
Dalam suatu lingkungan masyarakat tertentu, biasanya setiap orang memiliki
perilaku yang berbeda-beda karena dipengaruhi oleh banyak hal. Maka di lingkungan
tersebut setiap orang akan mengamati bagaimana orang lain bertindak dalam melakukan
sesuatu. Dari sanalah orang tersebut akan belajar berbagai macam perbuatan yang
dilakukan orang lain. Dari sana pula orang tersebut akan mencontoh perilaku-perilaku
dari orang lain yang dilihatnya dan kemungkinan akan diterapkannya didalam
interaksinya dengan masyarakat lain.
Seorang anak yang masih berumur dibawah 10 tahun bisa mengatakan kata-kata
kasar bahkan sampai bisa memukul temannya di sekolah, salah satu penyebabnya adalah
lingkungannya.Di lingkungannya dia tidak sengaja dicontohkan berbagai kebiasaan-
kebiasaan tersebut. Orang lain yang dicontoh anak tersebut sebenarnya tidak menyadari
bahwa dia akan membuat anak tersebut meniru hal-hal yang dilakukannya. Anak tersebut
awalnya hanya mengamati bagaimana orang lain berperilaku, kemudian dia akan mencari
tau perilaku mana yang cocok untuk dilakukannya terhadap orang lain, tanpa tau mana
sebenarnya perilaku yang baik dan mana perilaku yang buruk. Demikian pula sebaliknya,
apabila anak tersebut hidup di lingkungan yang masyarakatnya menjunjung nilai-nilai
moral maka anak itu tentu akan diajari secara tidak langsung bagaimana berperiku
terhadap orang lain. Anak itu akan tau mana yang boleh dilakukan dan mana yang tidak
boleh dilakukan terhadap orang lain.
Selain itu faktor lain yang besar pengaruhnya terhadap moral seseorang adalah
pendidikan. Dunia pendidikan sangat berpengaruh terhadap moral atau perilaku yang
dimiliki oleh seseorang. Di dalam dunia pendidikan seseorang akan diperkenalkan dan
diajarkan berbagai ilmu pengetahuan agar siswanya memahami dan melakukan
perubahan pada dirinya(Mustafa,2005:82). Didalam ranah pendidikan yang berperan
penting dalam membangun moral seseorang adalah tenaga pendidiknya. Karakter serta
perilaku yang dimiliki oleh tenaga pendidik akan sangat berpengaruh terhadap orang
yang dididik atau diajarkannya.
Seorang pendidik akan menjadi contoh atau teladan bagi yang dididiknya. Maka
hendaknya seorang tenaga pendidik meresapi nilai-nilai moral yang ada di masyarakat.
Tenaga pendidik akan menjadi tolak ukur keberhasilan pendidikan di mana ia mengajar.
Oleh sebab itu tenaga pendidik harus terlebih dahulu memahami nilai-nilai moral serta

12
norma-norma di masyarakat agar yang dia berikan kepada orang yang dididiknya nanti
mendapatkan pengetahuan yang benar

E. Perkembangan Pendidikan Moral di Indonesia


Secara ringkas pendidikan moral atau budi pekerti di Indonesia mengalami
perkembangan sebagai berikut:

1. Pendidikan moral pada masa tradisional (masa koloinial dan sebelumnya)


berisikan nilai-nilai adat dan kemasyarakatan. Pendidikan saat ini
dilakukan di lembaga-lembaga informal seperti pondok, padepokan, dan
sekolah agama.
2. Pendidikan moral pada awal Indonesia merdeka dilaksanakan melalui pendidikan
keagamaan dan juga budi pekerti.
3. Pendidikan agama dan pendidikan budi pekerti tetap dipertahankan. Namun dalam
era berikutnya tumbuh kebutuhan negara untuk menjadikan
warga negara Indonesia yang baik. Tuntutan itu menandainya munculnya
pendidikan kewarganegaraan di Indonesia sebagai penyaluran pendidikan moral.
(https://farizdp15.wordpress.com/2014/01/13/pendidikan-moral-di-indonesia/ )

F. Pentingnya Pendidikan Moral di Indonesia


Apabila kita memperhatikan berbagai media massa sekarang, amat banyak kita
saksikan tayangan atau peristiwa-peristiwa berbagai tindak kriminalitas seperti
pembunuhan, memeras teman di sekolah, memakai oabt-obatan terlarang,pemerkosaan,
perampokan, bom bunuh diri, dan lain-lain. Semua tayangan tersebut ibarat pisau bermata
dua, di satu sisi, pesan-pesan tayangan tersebut untuk diwaspadai, jangan sampai menjadi
korban dan jangan dilakukan pihak lain maupun diri sendiri. Di sisi lain juga dapat
mendorong seseorang untuk menirukan atau melakukan perbuatan seperti tayangan yang
disebarkan di media massa tersebut. Menghadapi fenomena sosial demikian, maka

13
peranan pendidikan moral sangat berpengaruh. Bila penanaman moral atau budi pekerti
dapat dilakukan dengan baik dan benar oleh orang tua serta keluarga di rumah, para
pengajar di sekolah maupun di kampus, tokoh-tokoh agama, serta tokoh-tokoh
masyarakat, maka seseorang akan menjadi warga negara yang berbudi pekerti yang bisa
menyaring mana hal yang buruk dari tayangan tersebut dan mana yangbaik di tayangan
tersebut.
Pendidikan di Indonesia dalam praktik pembelajarannya lebih didominasi oleh
pengembangan kemampuan intelektual atau akademis dan kurang memberi perhatian
pada aspek moral serta perilaku. Kiranya tidak seorang pun yang dapat membantah
bahwa moral merupakan aspek penting dalam membangun sumber daya manusia.
Seseorang dengan kemampuan intelektual yang tinggi dapat saja menjadi orang yang
tidak berguna bagi masyarakat atau bahkan dapat membahayakan masyarakat jika moral
serta budi pekerti yang dimilikinya rendah. Sementara itu, saat ini kenyataan sosial
menunjukkan maraknya beebagai kasus pelanggaran moral yang terjadi di masyarakat.
Dan dalam kasus-kasus tersebut tidak sedikit pelakunya adalah orang-orang yang
terdidik( muchson,samsuri:2013,83).
Menurut undang-undang pendidikan, sebenarnya sudah dicantumkan bahwa
pendidikan nasional kita ini bertujuan untuk membantu generasi muda agar berkembang
menjadi anggota masyarakat yang utuh, yang berpengetahuan tinggi, bermoral, taat
kepada ajaran agamanya, beriman, berbudi luhur, bersosialitas dan lain-lain. Dengan kata
lain, pendidikan yang kita jalani di sekolah menghendaki dan membantu generasi muda
untuk berkembang menjadi yang lebih utuh dengan segala aspek kemanusiaan yang
dimilikinya (Elkabumaini,rahmat:2016,37). Kita bangsa Indonesia pada umumnya dan
umat Islam pada khususnya perlu bersyukur bahwa arah tujuan pendidikan Nasional telah
digariskan dalam Undang-Undang Republik Indonesia nomor : 20 Tahun 2003 Bab II
pasal 3 yang berbunyi : “ Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan
dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.”( Azyumandi:2002,203-204).

14
Selain itu, dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional dinayatkan pada pasal 3 bahwa tujuan pendidikan nasional antara lain adalah
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang berakhlak mulia atau
bermoral tinggi. Pada masa lalu pendidikan moral adalah inti dan wajah utama
pendidikan di Indonesia. Dengan demikian, jika ada orang yang berbicara tentang
pendidikan, pendidik, dan orang yang terdidik, maka gambaran yang paling menonjol
adalah aspek moral, budi pekerti,akhlak, karakter, kepribadian dan sebagainya. Pendidik
dan orang yang terdidik dianggap identik dengan orang yang memiliki moralitas yang
tinggi. (muchon,samsuri:2013,83). Seorang pendidik harus memiliki moral agar dia
sebagai pendidik yang tugasnya adalah mendidik orang lain bisa saling berbagi
bagaimana berperilau yang baik di masyarakat. Masyarakat tentu akan lebih menghargai
tenaga pendidik yang bermoral serta memiliki akhlak yang baik.
Dengan diberikannya pendidikan moral diharapkan dapat merubah perilaku
seseorang, sehingga orang tersebut jika sudah dewasa lebih bertanggung jawab dan
menghargai sesamanya dan mampu menghadapi tatangan zaman yang cepat berubah.
Disinilah pentingnya nilai-nilai moral yang berfungsi sebagai media transformasi
manusia Indonesia agar lebih baik, memiliki keunggulan dan kecerdasan di berbagai
bidang; baik kecerdasan emosional, kecerdasan sosial, kecerdasan spiritual, kecerdasan
kinestika, kecerdasan logis, musikal, lenguistik, kecerdasan special. (Kusrahmadi: 2007,
119).
Pendidikan moral diharapkan dapat menghasilkan masyarakat yang memiliki
kompetensi personal dan sosial sehingga menjadi warga negara yang baik. Arah
kebijaksanaan pendidikan moral adalah untuk mewujudkan masyarakat sipil dengan
parameter masyarakat lebih baik; demokratis, anti kekerasan, berbudi pekerti luhur,
bermoral; masyarakat mendapat porsi partisipasi lebih luas, serta adanya landasan
kepastian hukum, mengedepankan nilai-nilai egalitarian, nilai keadilan, menghargai
HAM, penegakan hukum, menghargai perbedaan SARA dalam kesatuan bangsa.
Menjunjung tinggi nilai-nilai religius dengan dilandasi pengamalan nilai-nilai moral
Pancasila, yang diaktualisasikan baik secara objektif dan subjektif sebagai paradigmanya.
Pendidikan moral harns menjadi bagian hidup dalam kehidupan sehari-hari akan sangat

15
mendukung suasana yang kondusif untuk pelaksanaan pendidikan moral mewujudkan
masyarakat ideal. (Kusrahmadi: 2007,129).

16
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Berdasarkan penjelasan pada bab sebelumnya dapat disimpulkan bahwa:

1. Pendidikan moral merupakan suatu pembelajaran dalam interaksinya antara orang


yang satu dengan yang lain meliputi tindakannya yang mengarah pada hal-hal yang
bersifat positif
2. Faktor-faktor yang memengaruhi moral seseorang antara lain adalah faktor keluarga,
faktor lingkungan serta faktor pendidikan.
3. Moral merupakan aspek penting dalam membangun sumber daya manusia. Seseorang
dengan kemampuan intelektual yang tinggi dapat saja menjadi orang yang tidak
berguna bagi masyarakat atau bahkan dapat membahayakan masyarakat jika moral
serta budi pekerti yang dimilikinya rendah. Maka orang yang bermoral lebih penting
peranan nya dalam masyarakat disbanding orang yang hanya berkemampuan
intelektual tinggi.

B. Saran
Masih banyak permasalahan di Indonesia ini diakibatkan oleh moral warga negara
nya yang masih rendah. Hendaknya bagi para pembaca memahami bahwa pendidikan
moral itu sangat penting terkait dengan kehidupan bangsa dan negara. Dengan memahami
bagaimana pentingnya pendidikan moral hendaknya bangsa Indonesia kedepan nya
semakin lebih baik lagi bukan hanya infrastrukur pembangunan nya yang banyak
dibangun namun moral bangsa juga harus lebih dibangun dimasa modern ini.
Melihat dari belum maksimalnya penulisan makalah ini, hendaknya penulis
selanjutnya lebih bisa menyempurnakan lagi makalah ini agar isi makalah bisa lengkap
dan lebih mendalam.

17
DAFTAR PUSTAKA

Zuriah,Nurul. 2008. Pendidikan Moral dan Budi Pekerti dalam Perspektif Perubahan.
Jakarta: PT Bumi Aksara.
Elkabumaini, Nasin dan Rahmat Ruhyana. 2016. Panduan Implementasi Pendidikan
Budi Pekerti untuk SD,SMP DAN SMA. Bandung: Yrama Widya.
Muchson dan Samsuri. 2013. Dasar-dasar Pendidikan Moral. Yogyakarta: Ombak.
Azyumadi. 2002. Akhlak Dalam Kehidupan Thasawuf. Jakarta: Rajagrafindo Persada.
Kusrahmadi, Sigit Dwi. 2007. Pentingnya Pendidikan Moral Bagi Anak Sekolah Dasar.
Yogyakarta: FIP, UNY.
Dahlan,Ahmad. 2015. Pengertian dan Definisi Moral.
https://www.eurekapendidikan.com/2015/02/pengertian-dan-definisi-moral.html
( diakses pada Rabu tanggal 23 Mei 2018, 10:45:02).
Fariz. 2014. Pendidikan Moral di indonesia.
https://farizdp15.wordpress.com/2014/01/13/pendidikan-moral-di-indonesia/
( diakses pada Rabu tanggal 23 Mei 2018, 11:48:06).
Budi. 2011. Pendidikan Moral ( Nilai/Budi Pekerti).
http://budisma1.blogspot.co.id/2011/07/pendidikan-moral-nilaibudi-pekerti.html
(diakses pada Rabu tanggal 23 Mei 2018, 11:55:45)
Wedan, Mas. 2016. Pengertian Pendidikan dan Tujuan Pendidikan Secara Umum.
http://silabus.org/pengertian-pendidikan/ ( diakses pada Rabu tanggal 23 Mei 2018
11:58:00)

18

Anda mungkin juga menyukai