Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

“Peran mahasiswa Dalam Mewujudkan Indonesia Maju”

MKWU410802 / Bahasa Indonesia

Siswati
NIM. 856592197
S1 PGPAUD
UPBJJ 12 JAMBI

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan


Universitas Terbuka
2023.11
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kehadirat Allah SWT, sehingga tugas mata kuliah bahasa
Indonesia, terkait “Peran mahasiswa dalam mewujudkan Indonesia maju” dapat
diselesaikan dengan baik. Penulis berharap tulisan ini dapat bermanfaat bagi penulis
pribadi, umumnya kepada pembaca. Adapun pembuatan karya tulis ini ditujukan
sebagai salah satu syarat kelulusan dari mata kuliah.

Penulis menyadari banyak pihak yang membantu dan berkontribusi dalam


terselesaikannya tugas ini. Dengan demikian penulis ucapkan terimakasih dengan
ketulusan hati kepada pihak-pihak yang telah membantu dan membimbing penulis
selama penyelesaiannya.

Penulis menyadari karya tulis ini masih banya kekurangan, sehingga penulis
secara terbuka menerima setiap kritik dan saran dari pembaca.

Jambi, November 2023


Hormat saya

Siswati

i
DAFTAR ISI

Kata pengantar…………………………………………………………… i

Daftar isi…………………………………………………………………... ii

BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang…………………………………………………… 1
1.2. Rumusan Masalah………………………………………………… 2
1.3. Tujuan…………………………………………………………….. 2

BAB II. PEMBAHASAN


2.1. Agent of Change…………………………………………………. 3
2.2. Guardian of Value………………………………………………... 4
2.3. Iron stock………………..………………………………………… 4
2.4. Moral Force………………….……………………………………. 4
2.5. Social Control………………..……………………………………. 5

BAB III. PENUTUP


3.1. Kesimpulan…………..……………………………………………. 6
3.2. Saran………………………..……………………………………... 6

DAFTAR PUSTAKA…............................................................................. 7

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kemajuan suatu bangsa di masa sekarang dan masa datang akan sangat
ditentukan generasi muda yang akan menjadi penerus bangsa itu sendiri.
Generasi muda yang berkualitas dihasilkan dari adanya sistem pendidikan yang
berkualitas pula. Muhardi (2004) memaparkan bahwa sumber daya manusia
merupakan aset utama dalam membangun suatu bangsa, tidak terkecuali bagi
bangsa Indonesia. Ketersediaan sumber daya alam yang melimpah yang
dimiliki bangsa Indonesia, dan adanya sumber daya modal serta teknologi yang
semakin canggih tidak akan mempunyai kontribusi yang bernilai tambah, tanpa
didukung oleh adanya sumber daya manusia (human resources) yang
berkualitas. Dengan demikian, peningkatan kualitas bangsa sesungguhnya
bertumpu pada peningkatan kualitas sumber daya manusianya, dan hanya akan
dapat dicapai salah satunya melalui penekanan pada pentingnya pendidikan.
Pendidikan yang dimaksud adalah didasarkan pada sistem pendidikan yang
lebih berkualitas.

Dalam undang-undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2012


tentang Pendidikan Tinggi pada pasal 13 ayat 1 dan 2 tercantum bahwa
mahasiswa adalah anggota civitas akademika yang ditempatkan sebagai
individu yang secara aktif memiliki kesadaran sendiri dalam mengembangkan
potensi diri untuk melakukan pembelajaran, pencarian kebenaran ilmiah,
dan/atau penguasaan, pengembangan, dan pengamalan suatu cabang ilmu
pengetahuan dan/atau teknologi untuk menjadi ilmuwan, intelektual, praktisi,
dan/atau profesional yang berbudaya (UUD RI, 2012). Lebih lanjut lagi,
menurut Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional (2018), Mahasiswa
adalah individu yang belajar di sebuah perguruan tinggi.

1
Mahasiswa sebagai anggota Sivitas Akademika diposisikan sebagai
insan dewasa yang memiliki kesadaran sendiri dalam mengembangkan potensi
diri di Perguruan Tinggi untuk menjadi intelektual, ilmuwan, praktisi, dan/atau
profesional. Pendidikan tinggi yang ditempuh sebagai seorang mahasiswa,
tentunya akan membentuk pola pikir, pengetahuan yang lebih untuk mampu
memperankan diri secara profesional dan proporsional di masyarakat ataupun di
dunia pendidikan.

1.2. Rumusan Masalah


Rumusan masalah yang akan dibahas dalam penulisan makalah ini yaitu:
1. Apa saja peran mahasiswa dalam kemajuan bangsa Indonesia ?
2. Apa yang dimaksud dengan mahasiswa sebagai agent of change,
guardian of Value, social control, iron stock dan moral force ?

1.3. Tujuan
Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah sebagai bahan bacaan dan
referensi bagi pembaca tentang peran mahasiswa dalam memajukan bangsa,
selanjutnya sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan tugas Mata Kuliah
Bahasa Indonesia.

2
BAB II

PEMBAHASAN

Pendidikan merupakan sarana manusia untuk dapat meningkatkan kapasitas


ilmu pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman sehingga bisa memenuhi kebutuhan
dan keinginan dengan menghadapi berbagai peluang serta tantangan yang ada.
Pendidikan pada era modern banyak diterapkan melalui sistem pendidikan mulai dari
sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Tentunya dengan ilmu dan bekal yang cukup
ini akan memberikan dampak yang baik pada kemajuan bangsa dalam berbagai
aspek.
Mahasiswa perlu menyadari urgensi hubungan antara manusia sebagai
individu dengan masyarakat. Manusia sebagai individu sendiri merupakan bagian dari
masyarakat, dan mahasiswa menjadi bagian penting darinya. Mahasiswa tidak bisa
hidup terisolasi dari kehidupan bermasyarakat. Bahkan seorang mahasiswa yang
sedang melakukan studi pasti berhubungan dengan orang lain. Mahasiswa bisa
berperan penting dalam meningkatkan kualitas masyarakat (Cahyono, 2019).
Pada level intelektual yang tinggi, mahasiswa dengan usia muda dan
semangat yang tinggi peran mahasiswa sangat dibutuhkan dalam memajukan bangsa
ini. Terdapat 5 peran mahasiswa dalam kehidupan sosial bermasyarakat yang perlu
diketahui, yakni peran sebagai agent of change, guardian of Value, iron stock, moral
force, dan control social.

2.1. Agent of Change


Rogers and Shoemaker (1971) mengartikan agen of change sebagai seorang
profesional yang mampu memberikan pengaruh untuk berinovasi ke arah perubahan
yang diinginkan olehnya. Sejalan dengan itu, seorang mahasiswa idealnya menjadi
agen perubahan menuju ke arah yang lebih baik. Agen perubahan tidak berpaku
hanya pada aspek kehidupan sosial, politik, dapat juga pada sektor ekonomi dan
pembangunan.

3
Mahasiswa memiliki banyak peran penting dalam masyarakat. Mahasiswa
adalah agen perubahan yang dituntut bisa menginisiasi perubahan atau bertindak
sebagai katalis untuk sebuah proses perubahan dalam suatu komunitas atau tempat.
Arfa (2019) mengatakan bahwa mahasiswa sudah sepantasnya memiliki kecerdasan
intelektual yang tinggi yang dapat dinilai melalui kemampuan berpikir kritis,
komunikatif, dan terampil dalam pemecahan masalah.

2.2. Guardian of Value


Zimmerman (2001) mengemukakan yakni perilaku belajar sebagai Self
regulated learning atau pengaturan diri dalam belajar adalah proses dimana
mahasiswa mengaktifkan dan mengendalikan metakognitif adalah pemahaman dan
kesadaran tentang proses kognitif, motivasi, dan perilaku dalam belajarnya yang
secara sistematis berorientasi pada pencapaian tujuan. Sejalan dengan itu, sebagai
intelek muda, mahasiswa mempunyai peran dalam menjaga nilai-nilai kebaikan
dalam kehidupan bersosial. Diantaranya seperti nilai kejujuran, kebersamaan, empati,
integritas, dsb. Tidak hanya menjaga, namun juga sebisa mungkin untuk bisa
menyebarkan dan mengajak lingkungannya dalam kebaikan.

2.3. Iron Stock


Mahasiswa sebagai Iron stock diartikan bahwasanya mahasiswa bertanggung
jawab tehadap regenerasi kader intelektual, dimana selama prosesnya mahasiswa
dipersiapkan untuk menduduki jabatan penting dan strategis, nantinya. Sebagai iron
stock mahasiswa diharapkan menjadi generasi penerus yang kuat, ulet, tangguh,
memiliki akhlak dan budipekerti luhur, serta jiwa kepemimpinan. Hal ini karena
mahasiswa merupakan aset harapan bangsa untuk membawa ke arah yang lebih baik
nantinya.

2.4. Moral Force


Pendidikan nasional berdasarkan UU. No 20 tahun 2003 Pasal 3 menyebutkan:

4
“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.

Berdasarkan konsep tersebut, pendidikan menjadi suatu media pembelajaran


yang akan membentuk karakter manusia bermoral, berilmu dan berbudi pekerti luhur
serta memiliki akhlak terpuji.
Perguruan tinggi dapat menjadi masa penemuan intelektual dan pertumbuhan
kepribadian. Seperti halnya transisi dari sekolah dasar menuju sekolah menengah
pertama yang melibatkan perubahan dan kemungkinan stres, begitu pula masa transisi
dari sekolah menengah atas menuju universitas. Dalam banyak hal, terdapat
perubahan yang sama dalam dua transisi itu. Transisi ini melibatkan gerakan menuju
satu struktur sekolah yang lebih besar dan tidak bersifat pribadi, seperti interaksi
dengan kelompok sebaya dari daerah yang lebih beragam dan peningkatan perhatian
pada prestasi dan penilaiannya (Santrock, 2002: 74)

2.5. Social Control


Alis (2018) menyatakan bahwa Social control yaitu memfokuskan diri pada
teknik-teknik dan strategi- strategi yang mengatur tingkah laku manusia dan
membawanya kepada penyusaian atau ketaatan kepada aturan-aturan masyarakat.
Seseorang mengikuti hukum sebagai respon atas kekuatan-kekuatan pengontrol
tertentu dalam kehidupan seseorang. Seseorang menjadi kriminal ketika kekuatan-
kekuatan yang mengontrol tersebut lemah atau hilang. Sistem keyakinanlah yang
membimbing apa yang dilakukan orang-orang dan yang secara universal mengontrol
tingkah laku, tidak peduli dengan bentuk keyakinan yang dipilih. Setiap manusia
cenderung untuk tidak patuh pada hukum atau memiliki dorongan untuk melanggar
hukum (Hirschi, 1969).
Sebagai social control adalah mahasiswa harus peka terhadap apa saja yang
terjadi dalam dirnya terlebih lagi terhadap penyelewangan dan harus segera

5
melakukan koreksi diri. Sebagai social control di dalam keluarga atau orang-orang
sekitar kita juga tetap harus tetap mengamati perubahan sosial yang terjadi di
masyarakat dan sebaiknya memberikan penyelesaian dan solusi yang baik jika ada
suatu masalah. Untuk negara, mahasiswa sebagai Social Control harus mampu
bersikap kritis terhadap apa yang terjadi di pemerintahan, kritis terhadap kebijakan-
kebijakan yang dibuat oleh aparat negara yang semula ingin mensejahterakan rakyat
malah semakin menyengsarakan rakyat.
Mahasiswa dituntut mampu untuk mengontrol keadaan negara; bukan untuk
sekedar mengkritik, tetapi juga memberikan kontribusi yang riil untuk perubahan
yang lebih baik (agent of social control). Sebagai kaum intelektual mahasiswa harus
bersikap berani dan kritis, berani untuk mendobrak zaman ke arah kemajuan dan
kritis terhadap kebijakan para pemegang roda pemerintahan.

6
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Sebagai kalangan dengan level intelektual yang tinggi di masyarakat,
mahasiswa tak hanya cukup hanya dengan kuliah, namun juga harus mencerminkan
diri sebagai generasi muda yang berkualitas, generasi muda yang tidak tergerus oleh
tantangan dan majunya zaman, generasi muda yang bermoral dan budi pekerti baik,
generasi muda yang peka dan peduli terhadap perubahan-perubahan yang sekiranya
dapat merugikan, generasi muda yang memiliki jiwa kepemimpinan dan tidak pernah
takut untuk bersuara dalam menegakkan kebenaran. Bila mahasiswa benar
mengambil peran sebagai agen perubahan, kontrol sosial, serta 3 peran lainnya, maka
majunya negara Indonesia bukan lagi hanya sebuah angan dan mimpi.

3.2. Saran
- Sebagai mahasiswa hendaknya selalu berpikir kritis, dan bijak dalam
mengambil keputusan.
- Jangan takut untuk menyuarakan dan mengajak pada kebaikan.
- Jangan pernah berhenti belajar untuk terus berinovasi dan memberikan yang
terbaik.

7
DAFTAR PUSTAKA

Alis LO, Jamaluddin, Roslan S. (2018). PERAN MAHASISWA SEBAGAI


SOCIAL-CONTROL (Studi Tentang Partisipasi Mahasiswa dalam
Mengawasi Pengelolaan Dana Desa Di Desa Kondongia Kecamatan Lohia
Kabupaten Muna). 3 (2) . 484-493

Arfa, M. (2019). Literasi Informasi Sebagai Langkah Awal Mewujudkan Visi


Universitas Diponegoro. Anuva: Jurnal Kajian Budaya, Perpustakaan, Dan
Informasi, 3(2), 215– 222.

Cahyono, H. (2019). Peran Mahasiswa di Masyarakat. De Banten-Bode: Jurnal


Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) Setiabudhi, 1(1), 32–41.

Hirschi, T (1969). Causes of delinquency. Berkeley : University of California

Rogers, E., & Shoemaker, F. (1971): Communications of innovations: A cross –


cultural approach (2nd ed.). New York: The Free Press.

Santrock, John W. (2002). Life Span Development. Jakarta: Erlangga.

Zimmerman, (2001). Self regulated learning :from teaching to self practice. New
York : The guild press.

Anda mungkin juga menyukai