Anda di halaman 1dari 22

Makalah Manfaat Pendidikan Kewarganegaraan

Bagi Mahasiswa Diperguruan Tinggi


Mata Kuliah Kewarganegaraan
Dosen Pembimbing : Sata Hamid SH, M.H

Disusun Oleh :
1. Resi Delpiana ( 2274201032 )

Kelas : 1B Hukum

Program Studi Sarjana Ilmu Hukum


Fakultas Ekonomi dan Hukum
Universitas Serasan
Muara Enim
Tahun Ajaran 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah serta inayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat
serta salam tak lupa penulis curahkan kepada baginda besar Nabi Muhammad SAW. Tak lupa
penulis ucapkan terimakasih kepada dosen mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan karena
atas bimbingannya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dari bentuk
penyusunan maupun materinya. Kritik yang bersifat membangun dari pembaca sangat penulis
harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi penulis khususnya dan
bagi pembaca pada umumnya.

Muara Enim, 5 Januari 2023

Resi Delpiana

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................................... ii


DAFTAR ISI......................................................................................................................................... iii
BAB 1 ..................................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ................................................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ...................................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................................ 2
1.3 Tujuan .................................................................................................................................... 2
BAB 2 ..................................................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN .................................................................................................................................... 3
2.1 Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan ......................................................................... 3
2.1.1 Pendidikan Kewarganegaraan Menurut Para Ahli ................................................... 3
2.2 Sejarah dan perkembangan Pendidikan Kewarganegaraan ............................................ 4
2.3 Tujuan Pendidikan Kewarganegaran ................................................................................. 8
2.4 Tujuan dan manfaat Pendidikan Kewarganegaran Bagi Mahasiswa.............................. 9
2.5 PKn Sebagai Mata kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK) .................................... 12
2.5.1 PKN sebagai MPK ...................................................................................................... 12
2.5.2 Pedoman dan Sumber Orientasi ................................................................................ 14
2.5.3 PKn Sebagai Pendidikan Karakter ........................................................................... 16
BAB 3 ................................................................................................................................................... 18
PENUTUP ............................................................................................................................................ 18
3.1 Kesimpulan .......................................................................................................................... 18
3.2 Saran .................................................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................... 19

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pendidikan Kewarganegaraan sangat penting bagi semua orang. Oleh karena
itu, pendidikan nasional Indonesia menjadikan pendidikan kewarganegaraan dalam
lima posisi sebagai pelajaran utama. Pertama sebagai mata pelajaran sekolah. Gelar
kedua di universitas. Ketiga, sebagai bagian dari pelatihan spesialis ilmu sosial
sebagai bagian dari pelatihan guru. Keempat, sebagai program pendidikan politik
yang dikemas dalam petunjuk pemutakhiran memahami dan mengamalkan
Pancasila (Pembaruan P4) atau sejenisnya, yang pernah dijalankan pemerintah
sebagai crash program. Kelima, sebagai kerangka konseptual berupa gagasan
individu dan kelompok ahli terkait kewarganegaraan di negara tersebut, sangat
penting. Tanpa kewarganegaraan, negara tidak mengakui warga negara. Dan dalam
artikel ini, penulis menjelaskan sedikit tentang pendidikan kewarganegaraan dan
pendidikan kewarganegaraan sebagai mata kuliah pengembangan kepribadian.
Dalam konferensi internasioanl tentang pendidikan tinggi yang diselenggarakan
UNESCO di Paris tahun 1998 menyepakati bahwa perubahan pendidikan tinggi
masa depan bertolak dari pandangan bahwa tanggung jawab pendidikan adalah;
1) Tidak hanya meneruskan nilai-nilai, mentransfer ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni, tetapi juga melahirkan warganegara yang berkesadaran
tinggi tentang bangsa dan kemanusiaan
2) Mempersiapkan tenaga kerja masa depan yang produktif dalam konteks
yang dinamis.
3) Mengubah cara berfikir, sikap hidup, dan perilaku berkarya individu
maupun kelompok masyarakat dalam rangka memprakarsai perubahan
sosial yang diperlukan serta mendorong perubahan ke arah kemajuan yang
adil dan bebas.
Agar bangsa Indonesia tidak tertinggal dari bangsa lain, maka pendidikan
nasional Indonesia harus dikembangkan sesuai dengan perubahan pendidikan di
masa yang akan datang. Pendidikan nasional mempunyai misi yang sangat
strategis, yaitu “mengembangkan bakat dan membentuk watak serta peradaban

1
bangsa yang berguna bagi peningkatan taraf hidup masyarakat” menjadi warga
negara yang cakap, kreatif, dan demokratis serta bertanggung jawab.
Pendidikan Kewarganegaraan (citizenship education) di perguruan tinggi
sebagai kelompok MPK diharapkan dapat mengemban misi fungsi dan tujuan
pendidikan nasional tersebut. Melalui pengasuhan Pendidikan Kewarganegaraan
di perguruan tinggi yang substansi kajian dan materi instruksionalnya menunjang
dan relevan dengan pembangunan masyarakat demokratik berkeadaban,
diharapkan mahasiswa akan tumbuh menjadi ilmuwan atau profesional, berdaya
saing secara internasionasional, warganegara Indonesia yang memiliki rasa
kebangsaan dan cinta tanah air.

1.2 Rumusan Masalah


1) Apa pengertian Pendidikan Kewarganegaraan ?
2) Bagaimana sejarah Pendidikan Kewarganegaraan ?
3) Apa tujuan Pendidikan Kewarganegaran ?
4) Apa pentingnya PKn Bagi Mahasiswa ?
5) Bagaimana peran PKn Sebagai Mata kuliah Pengembangan Kepribadian
(MPK) ?

1.3 Tujuan
1) Untuk mengetahui Apa pengertian Pendidikan Kewarganegaraan
2) Untuk mengetahui Bagaimana sejarah Pendidikan Kewarganegaraan
3) Untuk mengetahui Apa tujuan Pendidikan Kewarganegaran
4) mengetahui Apa pentingnya PKn Bagi Mahasiswa
5) mengetahui Bagaimana peran PKn Sebagai Mata kuliah Pengembangan
Kepribadian (MPK)

2
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan


Definisi dan pengertian pendidikan kewarganeraaan adalah suatu upaya sadar dan
terencana mencerdaskan warga negara (khususnya generasi muda). Caranya dengan
menumbuhkan jati diri dan moral bangsa agar mampu berpartisipasi aktif dalam
pembelaan negara.
Dengan kata lain pendidikan kewarganegaraan merupakan alat untuk membangun
dan memajukan suatu negara. Dalam implementasinya pendidikan kewarganegaraan
menerapkan prinsip-prinsip demokratis dan humanis.
Pendidikan kewarganegaraan adalah arti generik yang meliputi pengalaman belajar
di sekolah serta diluar sekolah, seperti yang berlangsung di lingkungan keluarga, dalam
organisasi keagamaan, dalam organisasi kemasyarakatan, serta dalam media.
Dalam arti luas, pendidikan kewarganegaraan juga diartikan sebagai pendidikan
demokrasi, yang bertujuan melatih warga negara untuk berpikir kritis dan bertindak
secara demokratis melalui kegiatan yang menanamkan kesadaran kepada generasi baru
bahwa demokrasi adalah cara hidup masyarakat yang paling menjamin hak-hak rakyat.
Cholisin (Samsuri, 2011) mengatakan bahwa pendidikan kewarganegaraan adalah
pendidikan kewarganegaraan yang menitikberatkan pada materi tentang peran warga
negara dalam kehidupan bernegara, dan kesemuanya dibahas dalam rencana untuk
memajukan peran tersebut dalam kondisi Pancasila. dan UUD 1945 untuk menjadikan
mereka warga negara yang dapat dipercaya oleh rakyat dan negara.

2.1.1 Pendidikan Kewarganegaraan Menurut Para Ahli


1) Merphin Panjaitan
Pendidikan kewarganegaraan merupakan pendidikan demokrasi.
Tujuannya untuk mendidik generasi muda menjadi warga negara yang
berjiwa demokratis dan partisipatif lewat pendidikan yang bersifat
dialogial.

3
2) Azyumardi Azra
Pendidikan Kewarganegaraan mengkaji dan membahas tentang
pemerintahan, konstitusi, lembaga-lembaga demokrasi, rule of law, hak
dan kewajiban negara serta demokrasi. Secara sustantif, pendidikan
kewarganegaraan juga membangun kesiapan menjadi warga dunia

3) Daryono
Kewarganegaraan adalah isi pokok yang mencakup hak dan
kewajiban warga Negara.Kewarganegaraan merupakan keanggotaan
seseorang dalam satuan politik tertentu (secara khusus : Negara ) yang
dengannya membawa hak untuk berpartisipasi dalam kegiatan politik.
Seseorang dengan keanggotaan yang demikian disebut warga Negara.

2.2 Sejarah dan perkembangan Pendidikan Kewarganegaraan


Sejarah asal muasal ekspresi kewargaan di Indonesia dapat dipaparkan secara
kronologis. Sejak tahun 1957, kurikulum SMA telah memasukkan konsep
kewarganegaraan H. pelajaran yang terkandung dalam mata kuliah ketatanegaraan.
Konten tersebut hanya membahas cara memperoleh dan kehilangan kewarganegaraan.
Setelah Dekrit Presiden 5 Juli 1959, berlakunya kembali konstitusi, (1945) dan pidato
Presiden P.Y.M. Soekarno pada 17 Agustus 1959, dipandang wajar untuk mereformasi
sistem pendidikan nasional. Salah satu prasyarat perbaikan pendidikan adalah upaya
menanamkan pemahaman dan rasa cinta tanah air pada anak sekolah. Oleh karena itu,
dengan Surat Keputusan No. 122274/S tanggal 10 Desember 1959, dibentuk panitia di
Kementerian Pendidikan, Pelatihan dan Kebudayaan, yang beranggotakan tujuh orang
pegawai Departemen K PPda, yaitu Bpk. Soepardo, Bpk. M. Hoetahoeroek, Soeroyo
Warsid, Soemardjo, Chalid Rasyidi, Soekarno dan Mr.J.C.T Simorangkir yang
ditugaskan untuk membuat buku pedoman tentang tugas dan hak warga negara
Indonesia dan hal-hal yang akan mengingatkan mereka tentang alasan sejarah dan
tujuan revolusi kemerdekaan Indonesia.
Buku tersebut adalah Manusia dan Masyarakat Baru Indonesia (Civic) yang
diterbitkan pada 12 November 1960 dimana kata sambutan diberikan oleh menteri
Pendidikan,Pengajaran dan Kebudayaan (pada waktu itu) Prijono. Buku tersebut
mendapat sambutan dan perhatian besar dari masyarakat serta berbagai instansi.
Selanjutnya istilah “kewarganegaraan” diubah menjadi “kewargaannegara” .Saran ini
4
dating dari Menteri Kehakiman Mr. Sahardjo yang lebih menekankan pengertian dan
isi serta kewajiban dan tugas serta hak warganegara.
Sumber pertama buku tersebut adalah pidato-pidato Presiden/Panglima Tertinggi
Angkatan Perang Republik Indonesia berikut penjelasan-penjelasannya. Dengan buku
tersebut, dimaksudkan dapat membentuk manusia Indonesia baru yang berjiwa
patriotic, mengerti dan mendukung Manifesto Politik Republik Indonesia beserta
USDEK (U=Undang-Undang Dasar 1945, S=Sosialisme ala Indonesia, D=Demokrasi
terpimpin, E=Ekonomi terpimpin dan K=Kepribadian ala Indonesia), sehingga
masyarakat akan berusaha keras untuk membangun masyarakat baru, yang oleh
Presiden Soekarno disebut masyarakat sosialis Indonesia, di dalam rangka Negara
Republik Kesatuan Indonesia yang meliputi juga Irian Barat dan yang ingin hidup
damai dengan segala bangsa di seluruh dunia yang besar dan segala macam penindasan
dan penjajahan. Dari uraian tersebut jelaslah bahwa kewarganegaraan (Civic) pada
masa itu identik dengan indoktrinasi karena pelajaran Civic berisikan haluan Negara
yaitu Manifesto Politik USDEK.
Pada tahun 1968, istilah Civic di sekolah diberi nama “Pendidikan Kewargaan
Negara”. (Catatan : istilah Pendidikan Kewargaan Negara, dengan meletakkan akhiran
-an di tengah-tengah, dimaksudkan bahwa tekanannya pada warga Negara, bukan pada
Negara. Dewasa ini istilah tersebut diganti dengan Pendidikan Kewarganegaraan ,
dengan meletakkan akhiran -an pada akhir kata, sesuai dengan saran dari Lembaga
Bahasa, bahwa akhiran -an harus diletakkan pada bagian akhir kata). Apabila ditelaah
maksud dari pelajaran Pendidikan Kewargaan Negara, baik di Sekolah Dasar, Sekolah
Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas serta sekolah lainnya, maksudnya tidak
lain dari mengembangkan dan menumbuhkan warga negara yang baik. Isi bahan
pelajaran mengandung elemen-elemen nasionalisme, patriotisme, kenegaraan, etika,
agama, kebudayaan, pokoknya segala sesuatu yang dianggap baik menurut moral
Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945 dan keputusan-keputusan lembaga legislatif
serta pemerintah.Nilai-nilai tersebut dalam pelajaran Pendidikan Kewargaan Negara
tidak dapat disangkal adalah baik sekali, hanya saja dalam susunan pelajaran di sekolah
terlalu menekankan kepada soal-soal kenegaraan, sedangkan kebutuhan pribadi pelajar
kurang diperhatikan.
Di Sekolah Dasar, mata pelajaran Pendidikan Kewargaan Negara terdiri dari
integrasi dari pelajaran ilmu bumi, sejarah Indonesia dan pengetahuan kewargaan
Negara (Civic). Di Sekolah Menengah Pertama, terdiri dari 30 persen mengenai sejarah
5
kebangsaan, 30 persen mengenai kejadian setelah Indonesia merdeka dan 40 persen
mengenai Undang-Undang Dasar 1945, sedangkan di Sekolah Menengah Atas, 100
persen mengenai Undang-Undang Dasar 1945.
Dari gambaran tersebut di atas jelaslah bahwa walaupun nama mata pelajarannya
Pendidikan Kewargaan Negara, namun belum menyentuh kebutuhan serta motivasi
para pelajar untuk menerapkannya dalam praktek. Mata pelajaran lebih bersifat hafalan
dan kurang diminati para pelajar.
Pada tahun 1975, pemerintah mengganti istilah Pendidikan Kewargaan Negara
menjadi pelajaran Pendidikan Moral Pancasila (PMP) dimana pemerintah menganggap
mata pelajaran Pendidikan Kewargaan Negara kurang mampu mengembangkan
perilaku warga negara yang mendukung garis kebijakan Orde Baru, pertahanan
keamanan nasional serta pembangunan nasional sebagaimana yang diharapkan oleh
pemerintah. Di sisi lain, dalam Pidato Kenegaraan di depan DPR pada tanggal 16
Agustus 1978 Presiden Soeharto menegaskan, “Tiidak perlu diragukan lagi bahwa kita
dengan sungguh-sungguh, dengan sepenuh hati dan sekuat tenaga, dan kalau perlu
mempertaruhkan apa saja, untuk mewujudkan kehidupan bangsa kita dalam bernegara
dan berpemerintahan sesuai dengan falsafah dan ideologi Negara Pancasila dan
konstitusi Negara Undang-Undang Dasar 1945”.
Sejak kelahirannya Orde baru memang bertekad untuk melaksanakan Undang-
Undang Dasar 1945.Beliau juga menilai bahwa sejak itu kehidupan konstitusi terus
ditumbuhkan karena adanya kesadaran bahwa kehidupan konstitusional adalah hal
yang fundamental dalam usaha pembinaan dan pembangunan bangsa agar bangsa itu
dapat tumbuh dan berkembang dengan tertib, teratur, dan berkesinambungan.
Selanjutnya ditetapkanlah Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Nomor II
Tahun 1978 tentang Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (Ekaprasetia
Pancakarsa), dimana ketentuan Pasal 4 menyatakan bahwa Pedoman Penghayatan dan
Pengamalan Pancasila (P-4) merupakan penuntun dan pegangan hidup dalam
kehidupan bermasyarakat dan bernegara bagi setiap warganegara Indonesia, setiap
penyelenggara negara, setiap lembaga kenegaraan dan lembaga kemasyarakatan, baik
di pusat maupun di daerah. Selanjutnya, seiring dengan berlakunya Undang-Undang
Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menggariskan adanya
pendidikan Pancasila dan pendidikan Kewarganegaraan sebagai bahan kajian wajib
kurikulum semua jurusan, jenis dan jenjang pendidikan (Pasal 39). Kurikulum
Pendidikan Dasar dan Sekolah Menengah tahun 1994 mengakomodasikan misi baru
6
pendidikan tersebut dengan memperkenalkan mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan atau PPKn.
Berbeda dengan kurikulum sebelumnya, kurikulum PPKn 1994 mengorganisasikan
materi pembelajarannya bukan atas dasar rumusan butir-butir P-4, akan tetapi atas dasar
konsep nilai yang disaripatikan dari P-4 dan sumber resmi lainnya. Menurut kurikulum
1994, PPKn diartikan sebagai mata pelajaran yang digunakan sebagai wahana untuk
mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya
bangsa Indonesia.
Selanjutnya berdasarkan Kurikulum Berbasis Kompetensi 2002 mata pelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan berfungsi sebagai wahana untuk membentuk
warganegara cerdas, terampil dan berkarakter yang setia kepada bangsa dan Negara
Indonesia dengan merefleksikan dirinya dalam kebiasaan berpikir dan bertindak sesuai
dengan amanat Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Hal ini kemudian didukung
oleh Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
dimana mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan sebagai muatan wajib kurikulum
pada pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi sesuai dengan
Pasal 37 ayat (1) dan ayat (2) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003. Sesuai dengan
isi Pasal 3 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, Pendidikan Kewarganegaraan
diarahkan kepada tercapainya tujuan pendidikan nasional yaitu Pendidikan Nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa
yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warganegara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Secara Konseptual istilah Pendidikan Kewarganegaraan dapat terangkum sebagai
berikut :
1) Kewarganegaraan (1956)
2) Civics (1959)
3) Kewarganegaraan (1962)
4) Pendidikan Kewarganegaraan (1968)
5) Pendidikan Moral Pancasila (1975)
6) Pendidikan Pancasila Kewarganegaraan (1994)
7) Pendidikan Kewarganegaraan (UU No. 20 Tahun 2003)

7
Dari uraian di atas, jelas bahwa pendidikan kewarganegaraan di Indonesia masih
belum jelas dan terus menimbulkan kebingungan di kalangan guru pendidikan
kewarganegaraan karena perubahan politik dan kebijakan pemerintah. Sangat jelas dari
penggunaan konsep tersebut bahwa ketidakkonsistenan dalam penyelenggaraan
pendidikan kewarganegaraan menyebabkan krisis fungsional dimana konteks dan
format pendidikan berubah. Krisis konseptual ini tercermin, menurut Kuhn (1970),
dalam ketidakteraturan konsep atau ungkapan yang digunakan dalam pembelajaran
IPS. Krisis fungsional tercermin dalam perubahan isi dan format buku teks, dalam
kursus yang tidak jelas dan fenomena kelas yang tidak banyak berfokus pada proses
kognitif menghafal fakta dan konsep. Kedua jenis krisis tersebut muncul karena sekolah
masih diperlakukan sebagai lembaga sosial politik dan metode pembelajaran
konseptual masih belum efektif karena belum ada referensi konseptual dan fungsional
paradigma pendidikan kewarganegaraan yang diterima secara universal dan digunakan
secara nasional.

2.3 Tujuan Pendidikan Kewarganegaran


Pendidikan Kewarganegaraan dilakukan oleh hampir seluruh bangsa di dunia,
dengan menggunakan nama seperti: civic education, citizenship education, democracy
education. PKn memiliki peran strategis dalam mempersiapkan warganegara yang
cerdas, bertanggungjawab jawab dan beerkeadaban. Menurut rumusan Civic
International (1995) bahwa “pendidikan demokrasi penting bagi pertumbuhan “civic
culture” untuk keberhasilan pengembangan dan pemeliharaan pemerintahan, inilah satu
tujuan penting pendidikan “civic” maupun citizenship” untuk mengatasi political
apatism demokrasi (Azyumadi Azra, 2002 : 12 ). Semua negara yang formal menganut
demokrasi menerapkan Pendidikan Kewarganegaraan dengan muatan, demokrasi, rule
of law, HAM, dan perdamaian, dan selalu mengaitkan dengan kondisi situasional
negara dan bangsa masing-masing Pendidikan Kewarganegaraan di Indonesia
semestinya menjadi tanggungjawab semua pihak atau komponen bangsa, pemerintah,
lembaga masyarakat, lembaga keagamaan dan msyarakat industri (Hamdan Mansoer,
2004: 4)
Searah dengan perubahan pendidikan ke masa depan dan dinamika internal bangsa
Indonesia, program pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi
harus mampu mencapai tujuan:

8
1) Mengembangkan sikap dan perilaku kewarganegaraan yang
mengapresiasi nilai-nilai moral-etika dan religius.
2) Menjadi warganegara yang cerdas berkarakter, menjunjung tinggi nilai
kemanusiaan
3) Menumbuhkembangkan jiwa dan semangat nasionalisme, dan rasa cinta
pada tanah air.
4) Mengembangkan sikap demokratik berkeadaban dan
bertanggungjawab, serta mengembangkan kemampuan kompetitif
bangsa di era globalisasi.
5) Menjunjung tinggi nilai-nilai keadilan

2.4 Tujuan dan manfaat Pendidikan Kewarganegaran Bagi Mahasiswa


Setiap kali kita mendengar kata kewarganegaraan, secara tidak langsung otak
merespon dan mengaitkan kewarganegaraan dengan pelajaran kewarganegaraan pada
saat sekolah, dan mata kuliah kewarganegaraan pada saat kita kuliah. Bisa jadi kata
kewarganegaraan di dalam memori otak tersimpan kuat karena setiap tahun dari sekolah
dasar hingga sekolah menengah atas ada pelajaran kewarganegaraan yang harus
dipelajari, dan ternyata saat kuliah juga ada. Dan di dalam bangku perkuliahan kita akan
mempelajari lebih dalam seberapa pentingnya pendidikan kewarganegaraan bagi
kehidupan berbangsa dan bernegara.
Pendidikan Kewarganegaraan menjadi mata pelajaran setelah terpecah dari PPKn
ataupun Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Pada awalnya di gabung menjadi
satu, karena isi dari Pendidikan Kewarganegaraan sendiri besumber dari Pancasila itu
sendiri. Selanjutnya di pecah menjadi mata pelajaran sendiri karena Pendidikan
Kewarganegaraan dianggap penting untuk di ajarkan kepada siswa dan dalam
Pendidikan Kewarganegaraan diajarkan materi kewarganegaraan yang lebih luas dan
tidak hanya bersumber langsung dari Pancasila. Mempelajari Pendidikan
Kewarganegaraan bagi sebagian mahasiswa tidak ubahnya mempelajari Pancasila
tahap dua, atau bahkan tidak jauh berbeda dengan Pendidikan Moral Pancasila dan
Sejarah Bangsa. Beberapa materinya memang berkaitan ataupun sama. Itulah mengapa
Pendidikan kewarganegaraan selalu ?dianak tirikan? dalam percaturan dunia
pendidikan. Menurut orang kebanyakan, lebih penting belajar matematika daripada
PKn.

9
Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan adalah mewujudkan warga negara sadar bela
negara berlandaskan pemahaman politik kebangsaan, dan kepekaan mengembangkan
jati diri dan moral bangsa dalam perikehidupan bangsa.
Pelajar adalah bibit unggul suatu bangsa, yang pada saatnya nanti akan melahirkan
pemimpin-pemimpin dunia. Oleh karena itu, diperlukan pendidikan moral dan
akademik yang mendukung karakter pribadi siswa. Kepribadian siswa tumbuh seiring
waktu dan mengalami proses peningkatan, klarifikasi, penentuan, dan akhirnya
penentuan nasib sendiri. Negara, masyarakat masa depan, membutuhkan informasi
yang cukup untuk dapat mendukung pembangunan negara yang stabil.
Negara yang maju membutuhkan daya dukung masyarakat yang besar,
membutuhkan tenaga kerja yang lebih terampil dengan loyalitas yang tinggi. Negara
didorong untuk menginspirasi masyarakat untuk menciptakan rasa persatuan dan
kebersamaan. Masyarakat harus disadarkan untuk segera mengabdikan diri pada
negaranya dan bersatu dalam semangat yang sama untuk menghadapi krisis budaya,
iman, moralitas dan lain-lain. Negara harus menampilkan citra di masyarakat untuk
membangkitkan kebanggaan dan keinginan untuk melindungi dan membela negara
kita. Pendidikan Kewarganegaraan merupakan wahana yang tepat untuk membekali
peserta didik dengan gambaran langsung tentang persoalan-persoalan yang berkaitan
dengan kewarganegaraan.
Pendidikan kewarganegaraan sangat penting. Dalam konteks Indonesia, pendidikan
kewarganegaraan itu berisi antara lain mengenai pruralisme yakni sikap menghargai
keragaman, pembelajaran kolaboratif, dan kreatifitas. Pendidikan itu mengajarkan
nilai-nilai kewarganegaraan dalam kerangka identitas nasional.
Hakikat pendidikan kewarganegaraan adalah upaya sadar dan terencana untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa bagi warga negara dengan menumbuhkan jati diri dan
moral bangsa sebagai landasan pelaksanaan hak dan kewajiban dalam bela negara, demi
kelangsungan kehidupan dan kejayaan bangsa dan negara. Sehingga dengan
mencerdaskan kehidupan bangsa, memberi ilmu tentang tata Negara, menumbuhkan
kepercayaan terhadap jati diri bangsa serta moral bangsa, maka takkan sulit untuk
menjaga kelangsungan kehidupan dan kejayaan Indonesia.
Pengetahuan yang diharapkan dari mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan
adalah mahasiswa dapat berkembang menjadi warga negara yang berwawasan dan
komitmen terhadap nilai-nilai demokrasi dan hak asasi manusia sehingga mahasiswa
dapat berpartisipasi secara cerdas dan damai dalam pencegahan dan penghentian
10
berbagai tindak kekerasan. , agar mahasiswa dapat terlibat dan berpartisipasi dalam
penyelesaian konflik sosial berdasarkan nilai-nilai moral, agama dan nilai-nilai
universal, sehingga mahasiswa dapat berpikir secara kritis dan objektif tentang
masalah-masalah yang berkaitan dengan negara, hak asasi manusia dan demokrasi,
sehingga mahasiswa dapat berpartisipasi dan berpartisipasi mengajukan solusi atas
berbagai masalah kebijakan publik, agar mahasiswa dapat menetapkan nilai-nilai inti
secara bijaksana (beradab).
Pendidikan kewarganegaraan mengajarkan bagaimana menjadi warga negara yang
lebih bertanggung jawab. Karena kewarganegaraan tidak dapat diwariskan begitu saja,
setiap orang harus belajar dan mengalaminya. Selain itu, negara kita sedang menuju
negara demokrasi, sehingga warganya secara tidak langsung harus lebih aktif dan
terlibat. Oleh karena itu kita para pelajar harus mempelajarinya agar kita bisa menjadi
garda terdepan dalam menjaga negara. Penjaga yang kuat yang terus melindungi tanah
meski banyak rintangan.
Kita semua tahu bahwa kewarganegaraan mengajarkan bagaimana warga negara
tidak hanya tunduk dan patuh pada negara, tetapi juga bagaimana warga negara sejati
harus toleran dan mandiri. Melalui pendidikan ini, setiap generasi baru dapat
memperoleh pengetahuan, mengembangkan keterampilan dan juga mengembangkan
karakter masyarakat. Pendidikan kewarganegaraan juga termasuk mengembangkan
komunikasi dengan lingkungan yang lebih luas. Walaupun perkembangan ini dapat
dipelajari walaupun tanpa pendidikan politik, akan lebih baik lagi jika pendidikan ini
digunakan dalam pengembangan diri seluas-luasnya.
Rasa kewarganegaraan yang tinggi, akan membuat kita tidak akan mudah goyah
dengan iming-iming kejayaan yang sifatnya hanya sementara. Selain itu kita tidak akan
mudah terpengaruh secara langsung budaya yang bukan berasal dari Indonesia dan juga
menghargai segala budaya serta nilai-nilai yang berlaku di negara kita. Memiliki sikap
tersebut tentu tidak bisa kita peroleh begitu saja tanpa belajar. Oleh karena itu mengapa
Pendidikan Kewarganegaraan masih sangat penting untuk kita pelajari.
Oleh karena itu Pendidikan Kewarganegaraan sangat penting manfaatnya, maka di
masa depan harus segera dilakukan perubahan secara mendasar konsep, orientasi,
materi, metode dan evaluasi pembelajarannya. Tujuannya adalah agar membangun
kesadaran para pelajar akan hak dan kewajibannya sebagai warga negara dan mampu
menggunakan sebaik-baiknya dengan cara demokratis dan juga terdidik.

11
2.5 PKn Sebagai Mata kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

2.5.1 PKN sebagai MPK


Nilai-nilai dasar Pancasila haruslah diterapkan sejak bangku Perguruan
Tinggi, disaat para Pemuda calon pemimpin bangsa ini mendapat pendidikan
pertamanya untuk dapat berkarya dengan baik setelah mereka lulus dari
Perguruan Tinggi nantinya. Semua itu dapat terwujud, dengan catatan
pemerintah berkenan masukkan kembali kurikulum Pendidikan Pancasila di
Perguruan Tinggi.
Selain itu, mengingat Visi Pkn di perguruan tinggi menjadi sumber nilai
dan pedoman penyelenggaraan program studi untuk mengantarkan mahasiswa
mengembangkan kepribadiannya selaku WNI yang berperan aktif menegakkan
demokrasi menuju masyarakat madani.
Untuk itulah mengapa disetiap Perguruan Tingga ada mata kuliah
Pendidikan Kewarganegaraan. Karena dalam mata kuliah Pendidikan
Kewarganegaraan inilah doktrin-doktrin Pancasila mulai ditanamkan didalam
jiwa setiap Mahasiswa, agar Mahasiswa mengenal, memahami, dan
mengamalkan nilai-nilai Pancasila yang menjadi dasar atau azas baginya nanti
dalam berkarya setelah lulus dari Perguruan Tinggi.
Misi Pkn di Perguruan Tinggi membantu mahasiswa sebagai WNI agar
mampu mewujudkan nilai-nilai dasar perjuangan bangsa Indonesia serta
kesadaran berbangsa, bernegara untuk menerapkan ilmunya secara bertanggung
jawab terhadap kemanusiaan dan pembangunan
Kita ketahui bersama bahwa para kaum akademisi, atau para Mahasiswa
dan Mahasiswi yang saat ini duduk di bangku Perguruan Tinggi baik itu
Perguruan Tinggi Negeri (PTN) ataupun Perguruan Tinggi Swasta (PTS) kelak
akan menjadi seseorang yang memimpin bangsa ini dengan bidang keahliannya
masing-masing. Mereka akan berkarya dan membuat suatu karya yang akan
menentukan nasib bangsa ini kedepannya. Untuk itulah diperlukan penanaman
dan pemahaman nilai-nilai dasar Pancasila. Pancasila itu sendiri sifatnya
empirik karena digali oleh pengalaman nenek moyang bangsa Indonesia, telah
mendarah daging dalam diri insan Pancasilais, dan oleh karena itu terkristalisasi
oleh nilai-nilai luhur yang memancar pada sila-sila Pancasila.

12
Keberadaan Pendidikan Kewarganegaraan sebagai Mata Kuliah
Pengembangan Kepribadian (MPK) ditetapkan melalui:
1) Kepmendiknas No. 232/U/2000, tentang Pedoman Penyusunan
Kurikulum Pendidikan Tinggi dan Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa,
menetapkan bahwa Pendidikan Agama, Pendidikan Pancasila dan
Pendidikan Kewarganegaraan merupakan kelompok Mata Kuliah
Pengembangan Kepribadian yang wajib diberikan dalam kurikulum
setiap program studi/kelompok program studi.
2) Kepmendiknas No.045/U/2002 tentang Kurikulum Inti Pendidikan
Tinggi menetapkan bahwa Pendidikan Agama, Pendidikan Pancasila,
dan Pendidikan Kewarganegaraan merupakan kelompok Mata Kuliah
Pegembangan Kepribadian yang wajib diberikan dalam kurikulum
setiap program studi/kelmpok program studi.
3) Keputusan Dirjen Dikti Depdiknas No. 43/Dikti/Kep/2006 tentang
rambu-rambu pelaksanaan pembelajaran kelompok mata kuliah
pengembangan kepribadian di perguruan tinggi, menetapkan status dan
beban studi kelompok mata kuliah Pengembangan Kepribadian.
Bahwasannya beban studi untuk Mata Kuliah Pendidikan Agama,
Kewarganegaraan dan Bahasa masing-masing sebanyak 3 sks.

Universitas memberikan Mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan


(MPK) sebagai pengembangan kepribadian karena pendidikan
kewarganegaraan dapat membantu mahasiswa-mahasiswi menjadi warga
negara yang baik sekaligus paham antara hak dan kewajiban, dapat hidup
berdemokrasi, nasionalis, dengan dibekali nilai-nilai moral, norma-norma yang
berlaku dalam kehidupan bermasyarakat.
Mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan juga merupakan pelajaran
yang menyelenggarakan pendidikan kebangsaan, demokrasi, hukum,
multikultural, dan kewarganegaraan bagi mahasiswa guna mendukung
terwujudnya warga Negara yang sadar akan hak dan kewajiban, serta cerdas,
terampil dan berkarakter sehingga dapat diandalkan untuk membangun bangsa
dan Negara berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 sesuai bidang keilmuan dan
profesinya.

13
Menurut Iriyanto, Mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan (MPK)
adalah suatu program pendidikan nilai yang dilaksanakan melalui proses
pembelajaran di Perguruan Tinggi dan berfungsi sebagai model pengembangan
jati diri dan kepribadian para mahasiswa, bertujuan untuk membangun manusia
Indonesia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi
pekerti luhur, berkepribadian mantap, dan mandiri, serta mempunyai rasa
tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.

2.5.2 Pedoman dan Sumber Orientasi


Telah Kita ketahui sebagaimana yang Penulis paparkan diatas, bahwa
Pendidikan Kewarganegaraan sebagai Mata Kuliah Pengembangan
Kepribadian memiliki misi untuk mendoktrinkan nilai-nilai dasar Pancasila
kepada para Mahasiswa. Nilai-nilai dasar Pancasila yang telah didoktrinkan
oleh para dosen yang profesional itu digunakan untuk berkarya nantinya setelah
para Mahasiswa tersebut lulus dari Perguruan Tinggi.
Pancasila adalah falsafah yang identik dengan Pandangan Hidup Bangsa
Indonesia juga sebagai Dasar Negara Republik Indonesia. Pancasila sebagai hsil
perenungan yang mendalam dari para tokoh-tokoh kenegaraan Indonesia yang
semul untuk merumuskan dasar Negara yang akan merdeka adalah merupakan
suatu sistem filsafat, karena telah memenuhi ciri-ciri pokok filsafat. Untuk itu,
maka nilai-nilai dasar Pancasila yang telah mereka dapatkan di bangku
Perguruan Tinggi harus dijadikan sebagai Pedoman dan Sumber Orientasi.
Sehingga disaat mereka mencapai masa untuk berkarya, maka para Mahasiswa
tersebut memiliki pedoman yang jelas, yaitu nilai-nilai Pancasila. Sehingga
terlaksana dengan sempurnalah proses pengembangan kepribadian yang telah
mereka jalani di bangku Perguruan Tinggi. Peran nilai-nilai dalam setiap Sila
Pancasila adalah sebagai berikut.
1) Nilai-nilai Ketuhanan dalam Petunjuk Ketuhanan Yang Maha Esa:
dalam ajaran percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa tidak
meninggalkan tempat sekecil apapun pada konsep ateisme,
fundamentalisme dan ekstremisme agama, sekularisme ilmiah,
antroposentrisme dan kosmosentrisme. Sehingga menjadi jelas apa yang
dimaksud dengan iman kepada Tuhan Yang Maha Esa, yaitu iman dan
ilmu yang terwujud dalam perbuatan terhadap Yang Maha Esa, satu-
14
satunya dan sempurna, yang sebagai sebab pertama adalah sempurna.
Bahkan dalam perintah keimanan kepada Tuhan Yang Maha Esa,
manusia ditempatkan sebagai bagian dari alam dan bukan sebagai
pusatnya. Doktrin Ketuhanan Yang Maha Esa ini juga melengkapi ilmu
pengetahuan dengan menyeimbangkan akal dan irasionalitas, akal dan
pikiran. Jadi moral pertama Pancasila adalah Keimanan dan Kerukunan
sebagai wujud nyata dari ketakwaan dan keimanan. Karena pekerjaan
yang baik selalu datang dari orang-orang dengan latar belakang yang
baik. Adapun perwujudan Tuhan Yang Maha Esa adalah sikap hidup,
pandangan hidup dan ketaatan kepada Tuhan yang berpedoman pada
ajaran agama-Nya yang diturunkan kepada orang-orang tertentu yang
biasa disebut rasul dan nabi.
2) Nilai Kemanusiaan dalam Sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab :
Pengembangan Ilmu harus didasari pada tujuan awal ditemukan ilmu
atau fungsinya semula, yaitu untuk mencerdaskan, mensejahterakan,
dan memartabatkan manusia, ilmu tidak hanya untuk kelompok dan
lapisan tertentu. Untuk itu, maka Sila Kemanusiaan Yang Adil dan
Beradab memberi arah dan pengendalian Ilmu Pengetahuan. Keadilan
yang dimaksud adalah keadilan yang benar bukan Keadilan yang tidak
berlandaskan pada kebenaran.
3) Nilai Persatuan dalam Sila Persatuan Indonesia : Solidaritas pada
Subsistem sangat penting untuk kelangsungan keseluruhan
individualitas, tetapi tidak mengganggu integrasi. Nilai Persatuan dalam
Sila Persatuan Indonesia sensinya adalah pengakuan Kebhinekaan
dalam Persatuan: Koeksistensi, Kohesivitas, Kesetaraan, Kekeluargaan,
Supremasi Hukum. Sila Persatuan Indonesia juga memiliki nilai yang
mengkomplementasikan universalisme dalam sila-sila yang lain,
sehingga supra sistem tidak mengabaikan sistem dan sub sistem.
4) Nilai Kerakyatan dalam Sila Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat
Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan / Perwakilan: Eksperimentasi
penerapan dan penyebaran Ilmu Pengehatuan harus demokratis dapat
dimusyawarahkan secara perwakilan, sejak dari kebijakan, penelitian,
dan penerapan masal. Nilai Kerakyatan dalam Sila ke 4 ini esensinya
adalah menjunjung tinggi nilai-nilai demokrasi yang berkeadaban.
Tidak memberi ruang bagi egoisme keilmuan (puritanisme, otonomi

15
keilmuan), liberalisme dan individualism dalam konteks kehidupan.
Nilai Kerakyatan dalam Sila ke 4 ini juga mengimbangi otodinamika
ilmu pengetahuan dan teknologi berevolusi sendiri dengan leluasa.
5) Nilai Keadilan dalam Sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat
Indonesia, menekankan ketiga keadilan Aristoteles: keadilan distributif,
keadilan kontributif, dan keadilan komulatif. Keadilan sosial juga
menjaga keseimbangan kepentingan antara individu dan masyarakat,
karena kepentingan individu tidak boleh terinjak oleh kepentingan
semu. Individualitas merupakan landasan yang memungkinkan
timbulnya kreativitas dan inovasi. Dalam arti lain, keadilan bermakna
melindungi dan membantu yang tidak berdaya, tidak ada rasa cemburu
sosial yang tinggi karena tidak ada kelompok tertentu diberlakukan
istimewa yang didasarkan atas norma-norma yang berlaku dalam
masyarakat.

2.5.3 PKn Sebagai Pendidikan Karakter


Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan pendidikan
politik yang fokus materinya berupa peranan warga negara dalam kehidupan
bernegara yang kesemuanya itu diproses dalam rangka untuk membina peranan
tersebut sesuai dengan ketentuan Pancasila dan UUD 1945 agar menjadi warga
negara yang dapat diandalkan oleh bangsa dan negara (Prewitt & Dawson, dan
Aziz dkk dalam Cholisin, 2004:10). Pendidikan Kewarganegaraan lebih
merupakan bentuk pengajaran politik atau pendidikan politik. Sebagai
pendidikan politik berarti fokusnya lebih menekankan bagaimana membina
warga negara yang lebih baik (memiliki kesadaran politik dan hukum) lewat
suatu proses belajar mengajar (Cholisin, 2004:11). Selain itu, Pendidikan
Kewarganegaraan adalah sebagai wahana untuk mengembangkan kemampuan,
watak dan karakter warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.
Kemudian tujuan mata pelajaran Kewarganegaraan menurut Kurikulum 2004
adalah untuk memberikan kompetensi-kompetensi sebagai berikut:
1) berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu
kewarganegaraan
2) berpartisipasi secara bermutu dan bertanggung jawab, dan bertindak
secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, bernegara

16
3) berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri
berdasarkan pada karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat
hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya
4) berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara
langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi
dan komunikasi (Standar Kompetensi Kewarganegaraan SMA/Aliyah
Tahun 2003).

17
BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pendidikan kewarganegaraan adalah pendidikan warga negara secara sadar dan
terencana (khususnya generasi muda). Hal itu dilakukan dengan mengedepankan jati
diri dan moral bangsa agar dapat berpartisipasi aktif dalam pembelaan negara. Sejarah
asal usul konsep kewarganegaraan Indonesia dapat diuraikan secara kronologis: Sejak
tahun 1957, konsep kewarganegaraan menjadi bagian dari kurikulum sekolah
menengah dan sekolah menengah atas yang merupakan bagian dari mata pelajaran
ketatanegaraan. Kewarganegaraan merupakan program pendidikan berdasarkan nilai-
nilai pancasila yang mengembangkan dan mendukung nilai-nilai luhur dan moral yang
berakar pada budaya bangsa, yang diharapkan dapat membentuk jati diri yang
diwujudkan sebagai perilaku dalam kehidupan sehari-hari peserta didik. dan sebagai
individu, calon guru/pengajar, pendidik, anggota masyarakat dan makhluk Tuhan Yang
Maha Esa. Universitas menawarkan pendidikan politik (MPK) untuk pengembangan
kepribadian, karena pendidikan politik dapat membantu mahasiswa menjadi warga
negara yang baik, memahami hak dan kewajiban, hidup berdemokrasi, berwawasan
kebangsaan, dibekali nilai-nilai moral, norma-norma yang berlaku di masyarakat.

3.2 Saran
Dalam era globalisasi diperlukan adanya suatu pola pendidikan yang mengarah
pada pembentukan karakter agar terciptanya manusia yang berkepribadian serta
berkarakter. Jadilah warga Negara Indonesia yang baik. Taat pada hukum dan norma –
norma yang berlaku, taat pada pancasila dan taat pada undan – undang dasar 1945.

18
DAFTAR PUSTAKA

Sinamo, Nomensen (2010). Pendidikan Kewarganegaraan untuk Perguruan Tinggi. Jakarta:


PT. Bumi Intitama Sejahtera.

Budiyanto.Pendidikan Kewarganegaraan .Yogyakarta: UNY Press. 2004

Prof. DR. H. Kaelani, M.S. dan Drs. H. Achmad Zubaidi, M.Si. PendidikanKewarganegaraan
Untuk Perguruan Tinggi. Penerbit Paradigma:Yogyakarta 2007

Endang Zaelani Zukarya, dkk. 2000. Pendidikan Kewarganegaraan untuk Perguruan Tinggi.
Yogyakarta: Paradigma.

19

Anda mungkin juga menyukai