Anda di halaman 1dari 20

PENDIDIKAN DAN PRANATA SOSIAL SESUAI DENGAN TINJAUAN

SOSIOLOGI PENDIDIKAN

Ditujukan Untuk Memenuhi Tugas Kelompok


Mata Kuliah Sosiologi Pendidikan
Kelas PGMI 02 2019

Dosen Pengampu:
Ines Tasya Jadidah, M.Pd.

Disusun Oleh:
1. Bella Kurnia 1920201059
2. Hanny Nur’Aini 1920201060
3. Indri Sunaryo Putri 1920201061

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG
TAHUN 2022

i
KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Allah SWT. Shalawat dan salam selalu tercurahkan
kepada Rasulullah SAW. Berkat limpahan dan rahmatnya penyusun mampu
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “PENDIDIKAN DAN PRANATA
SOSIAL SESUAI DENGAN TINJAUAN SOSIOLOGI PENDIDIKAN” guna
memenuhi tugas mata kuliah Sosiologi Pendidikan. Pada kesempatan ini, kami
mengucapkan terima kasih kepada ibu Ines Tasya Jadidah, M.Pd. selaku dosen
mata kuliah Sosiologi Pendidikan atas dedikasinya kepada kami untuk
menyelesaikan tugas makalah ini. Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak
sedikit hambatan yang penulis hadapi. Penulis menyadari bahwa kelancaran
dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat bantuan, dorongan, dan
bimbingan dosen atau teman- teman seperjuangan, sehingga kendala-kendala yang
penulis hadapi teratasi. Makalah ini telah disusun oleh penyusun dari berbagai
sumber yang ada baik jurnal, artikel, ebook, maupun buku dan sebagainya.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan
menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa maupun
mahasiswi UIN Raden Fatah Palembang. Penulis sadar bahwa makalah ini
masih banyak kekurangan dan jauh dari perbaikan pembuatan makalah penulis di
masa yang akan datang dan mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca dan
teman-teman. Semoga makalah ini dapat memberi manfaat kepada penulis dan
pembaca untuk kebahagiaan di dunia dan akhirat Aamiin.

Palembang … Mei 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR .............................................................................................. II
DAFTAR ISI ............................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar belakang ................................................................................................... 1


2. Rumusan masalah.............................................................................................. 2
3. Tujuan masalah ................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN
1. Visi dan Misi Pendidikan Nasional ................................................................... 3
2. Pendidikan Dan Pranata Sosial ......................................................................... 4
3. Pendidikan Dan Fungsi Keluarga, Masyarakat dan Pemerintah ....................... 6

1. BAB III PENUTUP


2. Kesimpulan ................................................................................................... 15
3. Saran ................................................................................................................ 16
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 17

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan adalah sebuah wadah bagi orang-orang yang mencari atau
menambah ilmu pengetahuannya. Bukan hanya untuk sekadar mencari ilmu saja,
akan tetapi sebagai wadah mencetak orang-orang yang berkualitas terutama untuk
generasi muda selanjutnya. Di dalam pendidikan setiap orang di Indonesia
memiliki hak untuk mengembangkan kemampuan, meningkatkan mutu, dan juga
meningkatkan martabat dalam mencapai tujuan nasional. Sama halnya dengan
visi pendidikan nasional memiliki tujuan yang sama yaitu untuk memujudkan
sitem pendidikan sebagi pranata sosial yang dapat memberdayakan semua warga
negara Indonesia yang berkembang menjadi warga negara yang berkualitas tinggi.
Pada penggunaan sehari-hari, istilah “pranata” atau institution sering
disamakan dengan istilah institute yang artinya “lembaga”, padahal kedua istilah
tersebut memiliki makna yang berbeda. Pranata merupakan sistem norma atau
aturan-aturan mengenai aktivitas masyarakat khusus berupa perilaku, sedangkan
lembaga atau institut merupakan badan atau organisasi yang melaksanakan
aktivitas tersebut. Oleh karena itu, pranata sosial memiliki tujuan utama berupa
kebutuhan khusus masyarakat. Misalnya: demi tercapainya sasaran lembaga,
tiap lembaga mempunyai fungsi ganda yang harus dilaksanakan. Dalam
mewujudkan pendidikan yang bermutu dan berkualitas, harus ada hubungan
yang harmonis antara sekolah, keluarga, masyarakat, serta lembaga- lembaga
lain yang ada dalam masyarakat. Setiap unsur mempunyai peran dan fungsi
masing-masing yang saling mendukung satu dengan yang lain, sehingga
membentuk suatu kesatuan dalam sebuah sistem.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Visi dan Misi Pendidikan Nasional?
2. Bagaimana Pendidikan Dan Pranata Sosial?

1
3. Bagaimana Pendidikan Dan Fungsi Keluarga, Masyarakat dan
Pemerintah?

C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui Bagaimana Visi dan Misi Pendidikan Nasional?
2. Mengetahui Bagaimana Pendidikan Dan Pranata Sosial?
3. Mengetahui Bagaimana Pendidikan Dan Fungsi Keluarga, Masyarakat dan
Pemerintah?

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Visi dan Misi Pendidikan Nasional


Pendidikan Nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yang berakar
pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap
tuntutan perubahan zaman. Untuk mewujudkan cita-cita ini, diperlukan
perjuangan seluruh lapisan masyarakat.
Visi dan misi pendidikan nasional telah menjadi rumusan dan dituangkan
pada bagian “penjelasan” atas Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional. Visi dan misi pendidikan nasional ini adalah
merupakan bagian dari strategi pembaruan sistem pendidikan.
1. Visi Pendidikan Nasional
Pendidikan nasional mempunyai visi terwujudnya system pendidikan
sebaga pranata social yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua
warga Negara Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas
sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu
berubah.
2. Misi Pendidikan Nasional
Dengan visi pendidikan tersebut, pendidikan nasional mempunyai misi
sebagai berikut:
a. Mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh
pendidikan yang bermutu bagi seluruh rakyat Indonesia;
b. Membantu dan memfasilitasi pengembangan potensi anak bangsa secara
utuh sejak usia dini sampai akhir hayat dalam rangka mewujudkan
masyarakat belajar;
c. Meningkatkan kesiapan masukan dan kualitas proses pendidikan untuk
mengoptimalkan pembentukan kepribadian yang bermoral;

3
d. Meningkatkan keprofesionalan dan akuntabilitas lembaga pendidikan
sebagai pusat pembudayaan ilmu pengetahuan, keterampilan,
pengalaman, sikap, dan nilai berdasarkan standar nasional dan global;
dan
e. Memberdayakan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan
pendidikan berdasarkan prinsip otonomi dalam konteks Negara Kesatuan
Republik Indonesia.1

B. Pendidikan Dan Pranata Sosial


Pendidikan diselenggarakan sebagai proses pembudayaan dan pemberdayaan
anak didik yang berlangsung sepanjang hayat. Pendidikan dijadikan sebagai sarana
pembelajaran bagianak didik, sesungguhnya pendidikan tersebut mengajarkan kepada
anak didik untuk menjadianggota masyarakat yang baik dan senantiasa mentaati
aturan-aturan yang berlaku dalammasyarakat. Pendidikan juga tidak hanya sekedar
berperan dalam kemajuan bangsa, akan tetapi juga berkaitan dengan pasar bebas yang
semakin kompetitif, pendidikan hendaknya dipandang dapat mengakomodir
masyarakat agar suatu negara memiliki manusia-manusia yang berkualitas.melalui
pendidikan dapat menciptakan lapangan kerja yang tidak hanya kaya akan
pengetahuan teoritis namun juga praktis, penguasaan teknologi, dan memiliki
keahlian khusus.2
Menurut Hayami dan Kikuchi: Pranata adalah aturan-aturan yang dikukuhkan
dengan sanksi oleh anggota-anggotanya. Aturan-aturan yang disepakati bersama
tersebut memudahkan koordinasi dan kerjasama di antara penduduk dalam pemakaian
sumber daya yaitu dengan cara membentuk harapan-harapan yang dimiliki oleh setiap
orang dalam berinteraksi dengan orang lain. Contoh pranata dasar antara lain gotong

1
PKBMN24, Visi-Misi dan Tujuan Pendidikan Nasional,
https://sites.google.com/site/pkbmn24/visi-misi-dan-tujuan/visi-misi-dan-tujuan-pendidikan-nasional.
2
Muhammad Nur Hadi, “The Urgency of Social Institutions in Education”, Mu’allim Jurnal
Pendidikan Islam, Vol. 3 No. 1, Januari 2021, h. 62.https://jurnal.yudharta.ac.id/v2/index.php/muallim

4
royong, tolong menolong, juga pemerataan dalam kesejahteraan dan pendapatan di
antara penduduk setempat berdasarkan pandangan lokal, seperti sistem bawon. 3
Menurut Tatang Syarifuddin (2009) pengertian dari pranata sosial ialah sebuah
kelakuan yang terjadi di masyarakat dalm rangka memenuhi kebutuhan hidupnya
sehari-hari sebagai kebutuhan dasar yakni manusia butuh makanan, kekerabatan, dan
perlindungan serta pendidikan.4 Sedangkan menurut Koentjaraningrat, pranata sosial
adalah suatu sistem tata kelakuan dan hubungan yang terpusat kepada aktivitas untuk
memenuhi kompleksitas kebutuhan dalam kehidupan masyarakat yang menekan pada
sistem tata kelakuan atau norma untuk memenuhi kebutuhan. Pranata sosial atau
social institution di dalam kehidupan manusia ini, merupakan himpunan atau
kesatuan kesatuan manusia yang hidup bersama. Pranata sosial adalah dimana
terdapat suatu struktur organisasi dan suatu faktor, dimana dimiliki bersama oleh
anggota-anggota kelompok itu sehingga hubungan antara mereka bertambah
erat.5Dapat disimpulkan dari pendapat para ahli tersebut pranata sosial ialah sebuah
sistem tata kelakuan (norma) pada individu/kelompok di masyarakat dalam
memenuhi kebutuhan baik makanan, kekerabatan, perlindungan maupun pendidikan.
Pranata sosial dan pendidikan sangat berpengaruh satu sama lain. Pendidikan
bertujuan untuk mengembangkan ilmu dan potensi manusia agar mencapai tingkatan
yang lebih tinggi guna mewujudkan keinginan dan hasratnya untuk mencapai
tujuannya. Oleh karena itu, pranata sosial sangat penting untuk membiasakan
seseorang agar senantiasa berada dalam pranata yang baik sesuai norma aturan yang
berlaku.Untuk membiasakan seseorang berada dalam pranata yang baik perlu adanya
individu/kelompok yang membimbing dan memberikan pengarahan seperti guru yang
membimbing anak didik dalam melakukan suatu kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan
di lingkungan sekolah. Dalam mewujudkan pranata sosial dalam ranah pendidikan,

3
Ibid,h. 67
4
H. Yahya, “Peranan Pendidikan dalam Perubahan Masyaraka:t, Jurnal Komunikasi dan Sosial
Keagamaan, Vol. XVI No. 1, Januari 2014, h. 99.
5
Op. Cit., Hadi. “The Urgency of Social Institutions in Education”, h. 63

5
maka kontribusi guru, keluarga, dan masyarakat sangat dibutuhkan supaya anak didik
dapat mewujudkan suatu pranata yang baik dan bermanfaat untuk kehidupannya.
Visi pendidikan nasional adalah terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata
sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua Warga Negara
Indonesia, berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan
proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah. Terkait dengan visi tersebut
telah ditetapkan serangkaian prinsip yang dijadikan landasan dalam pelaksanaan
reformasi pendidikan. Salah satu prinsip tersebut adalah bahwa pendidikan
diselenggarakan sebagai proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang
berlangsung sepanjang hayat, di mana dalam proses tersebut harus ada pendidik yang
memberikan keteladanan dan mampu membangun kemauan, serta mengembangkan
potensi dan kreativitas peserta didik.6

C. Pendidikan Dan Fungsi Keluarga, Masyarakat dan Pemerintah


Pendidikan merupakan salah satu fungsi lembaga atau pranata sosial yang harus
dilaksanakan dengan sebaik-baiknya oleh keluarga, masyarakat, dan pemerintah
secara terpadu untuk mengembangkan fungsi pendidikan. keberhasilan pendidikan
bukan hanya dapat diketahui dari kualitas individu, melainkan juga keterkaitan erat
dengan kualitas masrakat dalam berbangsa dan bernegara. Pendidikan dilaksanakan
dengan memberikan keteladanan, membangun kemauan, mengembangkan kreativitas
anak didik dengan memberdayakan dan melibatkan semua komponen masyarakat
melalui peran serta dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu/kualitas layanan
pendidikan. Sebab masyarakat senantiasa mengalami kecenderungan berubah, baik
secara berencana maupun tidak direncanakan. Pendidikan juga dituntut untuk cepat
respon terhadap segala perubahan yang terjadi dalam masyarakat7.

1. Fungsi keluarga

6
Ibid, h. 65 - 71

6
Keluarga merupakan wadah atau lembaga yang sangat penting dalam proses
pendidikan manusia. Keluarga merupakan sumber utama dalam proses
pendidikan. Ia merupakan kelompok sosial pertama dan utama dalam masyarakat
yang memiliki tanggung jawab terhadap berlangsungnya proses pendidikan
paling mendasar, karena dalam keluarga lah manusia dilahirkan, berkembang
menjadi dewasa. Keluarga menjadi pilar utama untuk melaksanakan sosialisasi
kehidupan, di dalamnya ada anggota-anggota yang saling bekerjasama; ayah, ibu,
dan anak- anak. Dan saudara-saudara yang lain merupakan tempat kontak
pertama bagaimana cara bekerjasama dan hidup bersama orang lain.
Di dalam proses pendidikan, keluarga memiliki cara dan pola-pola pendidikan
yang kemungkinan berbeda satu sama lain. Cara-cara dan pola-pola pendidikan
tersebut akan sangat mempengaruhi tumbuh dan berkembangnya watak, prilaku,
budi pekerti, nilai, norma, aturan dan kepribadian masing-masing
keluarga.Pendidikan yang diterima itulah yang akan digunakan oleh anak-anak
atau anggota-anggotanya sebagai dasar untuk mengikuti pendidikan selanjutnya
di lingkungan lainnya, yakni sekolah.
Tugas dan tanggung jawab orang tua dalam keluarga terhadap pendidikan
anak-anaknya lebih berorientasi pada pembentukan watak , karakter dan atau
budi pekerti, latihan keterampilan dan pendidikan kemasyarakatan, seperti
penanaman nilai tolong menolong, bekerjasama menjaga lingkungan kebersihan
rumah, menjaga ketentraman dan kesehatan rumah tangga dan lainya.
Menurut Jalaludin Rahmat 8Perkawinan merupakan prasyarat lahirnya sebuah
keluarga, ia merupakan ikatan seksual yang disahkan secara sosial, dimulai
dengan (1) pengumuman terbuka; (2) diusahakan dengan gagasan kelestarian,
merinci kewajiban timbal balik antara pasangan yang menikah, dan antara
pasangan tersebut dengan anak-anaknya. Selanjutnya menurut Jalaludin, bahwa

8
Jalaluddin Rahmat, Islam Alternatif, Ceramah-Ceramah di Kampus, Bandung, Mizan: 1986.

7
Keluarga adalah dua orang atau lebih yang tinggal bersama dan terikat karena
darah , perkawinan, dan adopsi.
Terdapat beberapa fungsi dalam keluarga, diantaranya:
1) Fungsi ekonomis: keluarga merupakan satuan sosial yang mandiri, yang
dari situ anggota-anggota keluarga mengkonsumsi barang-barang yang
diproduksinya
2) Fungsi sosial : keluarga memberikan prestise dan status terhadap anggota-
anggotanya.
3) Fungsi edukatif : keluarga memberikan pendidikan kepada anggota-
anggotanya
4) Fungsi Protektif : keluarga melindungi anggota-anggotanya dari ancaman
fisik ekonomis dan psikososial.
5) Fungsi Religius : Keluarga memberikan pengalaman kepada anggota-
anggota keluarganya.
6) Fungsi rekreatif : keluarga merupakan pusat rekreasi bagi anggota
keluarganya
7) Fungsi afektif : keluarga memberikan kasih sayang dan melahirkan
keturunan.
Sebuah keluarga akan kokoh bila seluruh fungsi di atas berjalan
sebagaimana seharusnya, jika salah satu fungsi tidak bergerak, maka akan terjad
krisis keluarga, misalnya bila keluarga gagal menanamkan fungsi edukatif
(menanamkan norma-norma agama), maka anak yang lahir dalam keluarga
tersebut tidak berhasil disosialisasikan. Kesalinghubungan antar fungsi tersebut
akan menentukan model keluarga yang itegratif, harmonis dan penuh
ketenangan.
Keluarga yang mengalami disfungsi dan ketidakmampuan menjalankan
fungsinya cenderung rawan mengalami konflik dan disharmoni.9

9
Abu Ahmadi,. Sosiologi Pendidikan, Jakarta, PT Asdi Mahasatya: 2007.

8
Probbins membagi model keluarga ke dalam tiga bentuk :10
a. Keluarga yang bersifat otoriter : Di sini perkembangan anak semata
ditentukan oleh orang tuanya. Sifat pribadi anak yang berasal dari
keluarga otoriter biasanya cenderung suka menyendiri, mengalami
keterlambatan kematangannya, lambat berinisiatif dan ragu dalam
melakukan tindakan.
b. Keluarga yang demokratis : Di sini sikap dan pribadi anak
cenderung fleksibel, adaptif dan pandai menguasai diri serta pandai
menghargai orang lain. Mampu menerima kritik dengan terbuka,
aktif, matang dan memiliki rasa tanggung jawab.
c. Keluarga yang liberal : Di sini anak-anak bebas bertindak dan
berbuat, cenderung agresif, tidak mampu bekerjasama dengan orang
lain, sulit beradaptasi, emosi tidak stabil serta mempunyai sifat
curiga.
Tiga model atau type keluarga tersebut di atas akan sangat
mempengaruhi sikap,tindakan dan emosi di dalam proses pendidikan.
Proses pendidikan dalam keluarga akan sangat menentukan hasil dari
fungsi pendidikan.
Dilihat dari ruang lingkupnya, pendidikan terdiri dari tiga jenis.
Pertama; Pendidikan dalam keluarga (informal), yakni proses pendidikan
berlangsung dalam keluarga dan lingkungannya. Kedua; Pendidikan di
sekolah ( formal ), yakni proses pendidikan berlangsung secara terstruktur
dan berjenjang yang terdiri dari pendidikan dasar, pendidikan menengah,
dan pendidikan tinggi. Ketiga; Pendidikan dalam masyarakat (non
formal), yakni proses pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat
secara berjenjang dan terstuktur, misalnya kursus-kursus ,pelatihan dsb.
2. Fungsi Masyarakat dalam proses pendidikan

10
Zakiah Darajat, Kesehatan Mental, Jakarta, Gunung Agung: 1969.

9
Proses pendidikan akan berjalan seimbang, dan berkesinambungan apabila
masyarakat ikut bertanggung jawab atas berlangsungnya proses pendidikan
tersebut. Masyarakat merupakan salah satu pilar penyangga yang wajib
11
bertanggung jawab atas keberhasilan fungsi pendidikan. Tanpa peran
masyarakat proses pendidikan akan mengalami ketimpangan. Sebab peran dan
fungsi masyarakat telah dijamin oleh undang-undang untuk ikut menentukan
keberhasilan pendidikan.
Adapun pengertian masyarakat, dalam bahasa Inggris masyarakat disebut
society, asal katanya socius yang berarti kawan. Adapun kata ‘masyarakat
berasal dari bahasa Arab, yakni syirk, artinya bergaul. Adanya saling bergaul
ini karena adanya bentuk-bentuk aturan hidup, yang bukan disebabkan oleh
manusia perorangan, melainkan oleh unsur-unsur kekuatan lain, dalam
lingkungan sosial yang merupakan kesatuan. Untuk pengertian yang lebih luas
masyarakat adalah satu kesatuan sosial yang mempunyai ikatan kasih sayang
yang erat secara emosional untuk mewujudkan cita-cita atau kepentingan
bersama.12
Masyarakat merupakan bagian dari pranata sosial sebagai wahan berinteraksi
dan ikut mengatur dan mengarahkan tindakan-tindakan individu/kelompok
dengan pola-pola yang telah disepakati. Jiwa masyarakat merupakan potensi
yang berasal dari unsur-unsur masyarakat, meliputi pranata, ststus, dan peranan
sosial. Pranata merupakan sistem norma khusus yang menata rangkaian
tindakan berpola mantap guna memenuhi keperluan khusus manusia. Status
atau kedudukan sosial dapat netral, tinggi, menengah, rendah hubungannya
terkait dengan pola tindak interaksi yang dikonsepsikan oleh norma yang
menata seluruh tindakan tadi. Peranan sosial adalah tindakan atau tingkah laku

11
Abudin Nata, Manajemen Pendidikan,Prenada Media, Bogor: 2003.
12
Soekanto Soerjono, Sosiologi Suatu Pengantar, 1997, Jakarta, PT Raja Grafindo Persada

10
individu yang mementaskan sustu kedudukan tertentu, bersifat khas, tertentu
dalam berhadapan dengan individu-individu dalam kedudukan lain.13
Ferdinand Tonnies dalam J. Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto
mengungkapkan bahwa masyarakat terbagi atas dua type, yakni : Pertama,
gemeinschaft (hubungan primer), merupakan bentuk kehidupan bersama antara
anggotanya, memiliki hubangan batin yang murni yang bersifat alamiah dan
kekal. Dasar dari hubungan type masyarakat ini adalah rasa cinta dan persatuan
batin yang nyata dan mekanis. Hal ini bisa ditemukan dalam model masyarakat
desa, keluarga dan kerabat. Kedua,gessellschaft (hubungan sekunder)
merupakan bentuk kehidupan bersama yang anggotanya mempunyai hubungan
sifat pamrih dan dalam jangka waktu yang pendek dan bersifat organis,
ditemukan dalam hubungan perjanjian yang berdasarkan ikatan timbal balik.14
Selanjutnya, masyarakat juga dapat dibedakan ke dalam konteks masyarakat
pedesaan dan masyarakat perkotaan. Kedua type masyarakat ini masing-masing
memiliki ciri khasnya. Ma masyarakat pedesaan berbeda sistem kehidupannya
dengan masyarakat perkotaan. Perbedaan-perbedaan ini berasal dari keadaan
lingkungan, yang mengakibatkan adanya dampak terhadap personalitas dan
segi-segi kehidupan. Kesan populer masyarakat perkotaan terhadap masyarakat
pedesaan adalah bodoh, lambat dalam berfikir dan bertindak, serta mudah
‘tertipu’ dsb. Sementara masyarakat perkotaan memiliki ciri-ciri khas yakni,
modern, terbuka dan dan mobilitas tinggi. Durkheim menyebut ciri masyarakat
desa cenderung bersifat tradisional dan mekanis (berbasis masyarakat
pertanian) sementara ciri masyarakat kota adalah modern dan bersifat organis
(berbasis industri).
Terlepas dari adanya perbedaan type-type masyarakat di atas, proses
pendidikan selalu diorientasikan pada kontribusi besar dari sebuah masyarakat.

13
Sanderson, SK. Makro Sosiologi, Sebuah Pendekatan Realitas Sosial. 2000, Jakarta, PT
Raja Grafindo Persada
14
Robinson, Philip, Beberapa perspektif Sosiologi pendidikan,1986, jakarta, CV rajawali
Press

11
Masyarakatlah yang ikut menentukan hitam putihnya dunia pendidikan.
Masyarakat mempunyai sistem nilai, norma, aturan, dan lain-lain, yang
kesemuanya terjalin dalam satu wadah besar yakni nilai kebudayaan nasional.
Nilai-nilai tersebut yang lokal dan unik, dalam skala nasioanal akan di olah
menjadi nilai kebangsaan dalam satu kesatuan yang kemudian di kontrol pula
pelaksanaannya oleh masyarakat secara bersama-sama. Adapun proses
pendidikan yang merupakan pranata sosial merupakan tanggung jawab bersama
bagi masyarakat dalam keberhasilannya. Oleh sebab itu masyarakt sebagai
salah satu sumber terpenting dalam proses pendidikan dan memiliki harapan
besar terhadap fungsi pendidikan, harus terus menerus menjalin interaksi
dengan berbagai elemen. John. I.Goodlad (1984), menyatakan bahwa
masyarakat memiliki harapan besar terhadap pendidikan yang memadai, ststus
sosial yang dihargai, peranan sosial yang sempurna, masa depan yang lebih
baik dalam kehidupannya.
Dalam proses pembangunan bangsa, masyarakat merupakan satu kesatuan
jiwa yang sangat kuat , sehingga muncul adanya istilah, kehendak masyarakat,
kesadaran masyarakat, masyarakat pendidikan, masyarakat berkualitas, dsb.
Kemantapan unsur-unsur masyarakat dalam proses penegakkan fungsi
pendidikan akan mempengaruhi struktur sosial. Dalam hal ini struktur sosial
yang dibangun melalui sektor pendidikan akan sangat terlihat berdasarkan pada
kualitas sumber daya manusianya. Menurut Durkheim, masyarakat yang
berhasil membangun kohesivitas bersama dalam penegakkan pranata akan
sampai pada pola-pola hubungan yang harmonis dan berkarakter, dengan
tingkat interaksi tinggi dan kohesif.15

3. Fungsi Pemerintah

15
S. Nasution, Sosiologi Pendidikan, 2009,Jakarta, Bumi Aksara Press

12
Dalam pembukaan Undang-Undang dasar Dasar negara Republik Indonesi
tahun 1945 (UUD 1945) mengamanatkan bahwa pemerintah Republik Indonesia
harus melindungi segenp bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia
dan untuk memajukan kesejahtraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan
ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi dan kedilan sosial. Dengan demikian pemerintah diwajibkan untuk
mengusahakan dan menyelenggarakan sustu sitem pendidikan nasional bagi
seluruh warga negara Indonesia. Sistem pendidikan nasional dimaksud harus
meampu menjamin pemerataan kesempatan dan peningkatan mutu pendidikan,
terutama bagi anak-anak generasi penerus keberlangsungan dan kejayaan Negara
Kesatuan Republik Indonesia.16
Berdasarkan pernyataan peraturan undang-undang di atas, jelas bahwa
pemerintah memegang peran yang sangat penting dalam proses pembangunan
kualitas dan keceerdasan masyarakat. Sektor pendidikan dan segala macam
prosesnya meniscayaan kemampuan pemerintah untuk membangunnya dengan
baik. Penyelenggaraaan dan proses pendidikan yang berkualitas untuk anak-anak
Indonesia sangat tergantung kepada ikap pemerintah. Pemerintah sebagai
penyandang dana, harus dapat mengimplementasikan amanat undang-undang
dengan benar. Di mulai dari memberikan ketersediaan sarana dan prasarana;
gedung sekolah yang layak, dan fasilitas pendukung lainnya, perpustakaan,
tempat ibadah, laboratorium dan sebagainya.
Selain ketersediaan sarana dan prasarana dan fasilitas pendukung lainnya,
pemerintah juga harus terus menerus mengupayakan kualitas sumber daya
manusia pendidikan; guru sebagai tenaga pendidik harus memiliki kemampuan
mendidik secara profesional dan inovatif. Persoalan tenaga pendidik secara terus
menerus harus mendapat perhatian khusus, sebab sektor sumber daya manusia
inilah yang turut andil menentukan kualitas manusia Indonesia. Sejalan dengan

16
Undang-Undang Sisdiknas no 20 tahun 2003 dan tentang Peraturan Pemerintah,2010,
Bandung, Citra Umbara

13
permasalahan tersebut, Pemerintah wajib menyediakan para pendidik dengan
kualitas keahlian yang memadai. Pemerintah tidak sekedar menyediakan tenaga
guru profesional secara tekhnis namun juga cerdas dalam berfikir dan memiliki
wawasan luas, sehingga tujuan dan harapan terhadap pranata pendidikan
terlampaui.
Disamping itu, pemerintah juga harus menata dan memperhatikan
kesejahteraan para pendidik/guru. Selama ini yang terjadi seringkali ada tenaga
pendidik yang kehidupan ekonominya sangat tidak layak, bahkan ada tenaga
pendidik yang mengambil posisi sebagai tukang ojek dan sebagainya. Ini sebuah
fenomena yang mempprihatinka. Pemerintah berdasarkan undang-undang harus
mengatur secara adil distribusi anggaran yang dialokasikan untuk kepentingan
pendidikan. Meski berdasarkan Undang-undang no 20/2003, pemerintah sudah
memberlakukan sertifikasi untuk menunjang kesejahteraan para tenaga pendidik.
Hal ini belumlah bisa mengcover semua kebutuhan sesuai kenyataan di
lapangan, namun ini sebuah kebijakan yang inovatif dan perlu terus menerus
dilakukan evalusi dalam perkembangannya sesuai dengan tingkat perubahan
masyarakat.
Belum lagi jika kita membahas standar isi dari proses pendidikan; yakni
kurikulum, eemerintah harus mengupayakan kualitas kurikulum yang
berorientasi pada tujuan utama pendidikan, yakni membangunkualitas
pendidikan yang cerdas dan berkeadilan. Jangan sampai pembuatan kurikulum
berubah seiring rezim berubah. Hal ini yang sering terjadi dalam konteks
penyelenggaraan pendidikan di Indonesia. Bahkan sejak pergantian
presiden,tahun 2012, kurikulum berlaku dua model, KTSP tahun 2006 dan K13
tahun 2013. Hal ini mengakibatkan kebingungan dikalangan para praktisi
pendidikan.

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Visi Pendidikan Nasional
Pendidikan nasional mempunyai visi terwujudnya system pendidikan sebaga
pranata social yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga
Negara Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga
mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah.
Misi Pendidikan Nasional
Dengan visi pendidikan tersebut, pendidikan nasional mempunyai misi
sebagai berikut:
a. Mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh
pendidikan yang bermutu bagi seluruh rakyat Indonesia;
b. Membantu dan memfasilitasi pengembangan potensi anak bangsa secara
utuh sejak usia dini sampai akhir hayat dalam rangka mewujudkan
masyarakat belajar;
c. Meningkatkan kesiapan masukan dan kualitas proses pendidikan untuk
mengoptimalkan pembentukan kepribadian yang bermoral;
d. Meningkatkan keprofesionalan dan akuntabilitas lembaga pendidikan
sebagai pusat pembudayaan ilmu pengetahuan, keterampilan, pengalaman,
sikap, dan nilai berdasarkan standar nasional dan global; dan
e. Memberdayakan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan
berdasarkan prinsip otonomi dalam konteks Negara Kesatuan Republik
Indonesia.17
Pranata sosial dan pendidikan sangat berpengaruh satu sama lain. Pendidikan
bertujuan untuk mengembangkan ilmu dan potensi manusia agar mencapai

17
PKBMN24, Visi-Misi dan Tujuan Pendidikan Nasional,
https://sites.google.com/site/pkbmn24/visi-misi-dan-tujuan/visi-misi-dan-tujuan-pendidikan-nasional.

15
tingkatan yang lebih tinggi guna mewujudkan keinginan dan hasratnya untuk
mencapai tujuannya. Oleh karena itu, pranata sosial sangat penting untuk
membiasakan seseorang agar senantiasa berada dalam pranata yang baik sesuai
norma aturan yang berlaku.Untuk membiasakan seseorang berada dalam pranata
yang baik perlu adanya individu/kelompok yang membimbing dan memberikan
pengarahan seperti guru yang membimbing anak didik dalam melakukan suatu
kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan di lingkungan sekolah. Dalam mewujudkan
pranata sosial dalam ranah pendidikan, maka kontribusi guru, keluarga, dan
masyarakat sangat dibutuhkan supaya anak didik dapat mewujudkan suatu
pranata yang baik dan bermanfaat untuk kehidupannya.
Pendidikan merupakan salah satu fungsi lembaga atau pranata sosial yang
harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya oleh keluarga, masyarakat, dan
pemerintah secara terpadu untuk mengembangkan fungsi pendidikan.
keberhasilan pendidikan bukan hanya dapat diketahui dari kualitas individu,
melainkan juga keterkaitan erat dengan kualitas masrakat dalam berbangsa dan
bernegara.
B. Saran
Dalam pembuatan makalah ini tentu saja tak terlepas dari kesalahan dan
kekurangan, untuk itu kritik dan saran sangat diharapkan kepada para pembaca
agar penulis atau pemakalah dapat menjadi lebih baik lagi dalam penyusunan
makalah kedepannya.

16
DAFTAR PUSTAKA

Abu Ahmadi,. Sosiologi Pendidikan, Jakarta, PT Asdi Mahasatya: 2007.


Abudin Nata, Manajemen Pendidikan, , Prenada Media, Bogor: 2003
Himpunan Perundang-undangan Republik Indonesia tentang Sistem Pendidikan
Nasional (Sisdiknas), 2010
Jalaluddin Rahmat, Islam Alternatif, Ceramah-Ceramah di Kampus, Bandung, Mizan:
1986.
Robinson, Philip, Beberapa perspektif Sosiologi pendidikan, Jakarta, CV rajawali
Press:1986.
Sanderson, SK. Makro Sosiologi, Sebuah Pendekatan Realitas Sosial. 2000, Jakarta,
PT Raja Grafindo Persada
S. Nasution, Sosiologi Pendidikan, Jakarta, Bumi Aksara Press: 2009
Soekanto Soerjono, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta, PT Raja Grafindo Persada:
1997,
Zakiah Darajat, Kesehatan Mental, , Jakarta, Gunung Agung: 1969.
Hadi, Muhammad Nur. Januari 2021. “The Urgency of Social Institutions in
Education”, Mu’allim Jurnal Pendidikan Islam, Vol. 3 No. 1.
Yahya, H. Januari 2014. “Peranan Pendidikan dalam Perubahan Masyaraka:t, Jurnal
Komunikasi dan Sosial Keagamaan, Vol. XVI No. 1.
PKBMN24. Visi-Misi dan Tujuan Pendidikan Nasional.
https://sites.google.com/site/pkbmn24/visi-misi-dan-tujuan/visi-misi-dan-
tujuan-pendidikan-nasional

17

Anda mungkin juga menyukai