Oleh :
Oleh :
12020210005
2022
i
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan
kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa kita dari zaman jahiliyah menuju
jalan yang terang benderang.
Penulis menyelesaikan makalah yang berjudul PKn sebagai Tradisi dalam Social Studies,
tentu tidaklepas dari bimbingan, bantuan dan motivasi dari berbagai pihak. Tujuan dari makalah ini
untuk menyampaikan informasi kepada para pembaca. Tak lupa penlis menguapkan terimakah kepada
Dr. Imam Sutomo, M.Ag atas arahan dan motivasi yang disampaikan kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa makalahi ini terdapat kekurangan dan kelemahan. Penulis menyadari
bahwa keterbatasan pengetahuan dan kemampuan, ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu, kritik dan
saran yang membangun sangat diharapkan untuk perbaikan makalah ini.
Demikian ucapan terimakasih ini penulis sampaikan. Penulis berharap semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca pada umumnya.
20 April 2022
Penulis
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Krisis nilai dan moral yang melanda Indonesia dewasa ini telah begitu memprihatinkan,
khususnya bagi mereka yang peduli akan nasib generasi mendatang. Jalur yang paling tepat untuk
mengatasi masalah ini adalah sekolah. Mengutip pendapat Hill (1991: 166), sekolah bisa
berfungsi sebagai ‘titik penghubung’ atau a liaison point. Masing-masing dari tiga lingkungan
memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warganegara yang beriman, produktif, kreatif,
inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakantan, berbangsa dan
bernegara. Kurikulum juga sebagai alat pendidikan agar memiliki kompetensi kognitif, afektif dan
psikomotor untuk peserta didik. Salah satu langkah dalam penyusunan kurikulum 2013 adalah
penataan ulang nama pelajaran PKn menjadi PPKn, dengan rincian yaitu 1) Mengubah nama mata
Kewarganegaraan (PPKn), 2) Menempatkan pelajaran PPKn sebagian utuh dari kelompok mata
indikator PPKn secara nasional dengan memperkuat nilai dan moral dari pancasila, nilai dan
norma undang- undang 1945, nilai dan semangat Bhinneka Tunggal Ika, serta wawasan dan
PPKn yang berorientasi pada pengembangan karakter peserta didik sebagai warga negara yang
cerdas baik.
Untuk mendapatkan suatu penjelasan yang baik, perlu mengetahui dan memahami konsep,
komponen, dari kewaganegaraan. Untuk dapat memahami hal tersebut maka berikut disajikan
makalah yang berjudul “Analisis Kurikulum PKn SD/MI” yang membahas mengenai maksud
B. Rumusan Masalah
Melihat latar belakang yang sudah dipaparkan diatas maka penulis mengangkat beberapa
rumusan masalah yang akan menjadi bahan pembahasan dalam makalah, diantaranya;
1. Apa yang dimaksud dengan Pendidikan Kewarganegaraan (PKN) ?
2. Bagaimana analisis kurikulum PKn di MI/SD?
3. Bagaimana implementasi pembelajaran PKn?
C. Tujuan Makalah
Beberapa tujuan makalah yang berjudul Metode Kuantitatif: Desain Penelitian Eksperimen
mengarah ke dalam rumusan masalah diantaranya ;
1. Untuk mengetahuimaksud pendiikan kewarganegaraan, supaya para pembaca bertambah
pengetahuan tentang pndidikan kewarganegaraan.
2. Untuk mengetahui tentang analisis kurikulum PKn, untuk memberikan tambahan informasi
3. Supaya para pembaca dapat menambah pengetahuan dan menambah kepahaman dari
3
BAB II
PEMBAHASAN
1
Hety Deliana, Peran Pendidikan Kewarganegaraan, hlm 30
4
young citizens for an active role in their communities in their adult lives”, atau suatu mata pelajaran
dasar disekolah yang dirancang untuk mempersiapkan para pemuda warganegara untuk dapat
melakukan peran aktif dalam masyarakat, kelak setelah mereka dewasa. Sedangkan Pendidikan
Kewarganegaraan yang disebut dengan istilah citizenship education atau education
for citizenship dipandang sebagai: “…the more inclusive term and encompasses both these in-school
experiences as well as out- of-school or non-formal/informal learning which takes place in the
family, the religious organization, community organizations, the media etc”. Artinya,
citizenship education atau education for citizenship merupakan istilah generik yang mencakup
pengalaman belajar di sekolah dan di luar sekolah, seperti yang terjadi dilingkungan keluarga, dalam
organisasi keagamaan, dalam organisasi kemasyarakatan, dan dalam media.
Menurut pendapat Sapriya PKn adalah sebagai program sosial kultural yang maksudnya
adalah program PKn yang dikembangkan untuk pembinaan warganegara yang ada di lingkungan
masyarakat tertentu di luar program sekolah.
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan adalah
suatu program pendidikan yang berusaha keseluruhan proses pendidikan terhadap pembentukan
karakter individu sebagai warganegara yang cerdas dan baik.
Berdasarkan pendapat tersebut dapat diketahui bahwa Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)
merupakan mata pelajaran didunia persekolahan yang mampu membimbing generasi muda untuk
dapat berpikir kritis dan berperan sebagai sebagai pengambilan keputusan (decission making) dalam
kehidupan bermasyarakat.2
6
(participative teaching and learning), belajar tuntas (mastery learning), dan
pembelajaran konstruktivisme (constructivism teaching and learning).
Keempat, melaksanakan pembelajaran, pembentukan kompetensi, dan
karakter. Pembelajaran dalam menyukseskan implementasi kurikulum 2013
merupakan keseluruhan proses belajar, pembentukan kompetensi dan karakter
peserta didik yang direncanakan. Untuk kepentingan tersebut maka kompetensi
inti, kompetensi dasar, materi standart, indikator hasil belajar, dan waktu yang
harus ditetapkan sesuai dengan kepentingan pembelajaran sehinga peserta didik
diharapkan memperoleh kesempatan dan pengalaman belajar yang optmal.dalam
hal ini, pembelajaran pada hakikatnya adalah proses interaksi antara peserta didik dengan
lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku kearah yang lebih
baik. Pada umumnya kegiatan pembelajaran mencangkup kegiatan awal atau
pembukaan, kegiatan inti atau pembentukan kompetensi dan karakter, serta
kegiatan akhir atau penutup (Nurhidayah : 2020).
Pada kurikulum tahun 2013,pelajaran PPKn sebagai bagian utuh dari kelompok mata
pelajaran yang memiliki misi pengokohan kebangsaan dan penggerak pendidikan karakter
yang pembelajaran moralnya belum dirasakan secara menyeluruh oleh peserta didik.Namun
usaha pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan di sekolah dilakukan melalui
penerapan berbagai pembelajaran inovatif, kreatif, dan konstekstual sebagai wahana
pembentukan karakter peserta didik secara utuh. Pengalaman belajar diseleksi dan
diorganisasikan dengan menggunakan antara lain:
(1) pendidikan
nilai dan moral;
(2) pendekatan lingkungan meluas;
(3) pembelajaran aktif;
(4) pemecahan masalah;
(5) pendekatan kontekstual;
(6) pembelajaran terpadu;
(7) pembelajaran kelompok
(8) praktik belajar kewarganegaraan;
(9) Pemberian keteladanan; dan
(10) Penciptaan iklim kelas dan budaya sekolah yang berkarakter sesuai dengan nilai
dan moral Pancasila.
7
Sedangkan beberapa kelemahan kenyataannya yaitu materi yang diajarkan cenderung
menyulitkan guru dan menyusahkan peserta didik. Banyaknya hambatan pembelajaran
dikarenakan sosialisasinya mengalami hambatan dan keterlambatan sehingga materi dianggap
terlalu dipaksakan untuk segera dikuasai guru, bahkan buku pegangan siswa dan guru belum
lengkap dan belum memiliki kredibelitas dan berkualitas sesuai isi sub ruanglingkup PKn.
Sehingga hal ini akan mengakibatkan pembelajaran PKn menjadi tidak maksimal sesuai tujuan
pendidikan nasional dan institusional sekolahnya.
8
2. Desain Pembelajaran PKn
Desain pembelajaran mengandung arti bahwa penyusunan perencanaan
pembelajaran harus sesuai dengan konsep pendidikan dan pembelajaran yang
dianut dalam kurikulum yang digunakan (Sagala : 2005).
Desain pembelajaran pada mata pelajaran PPKn menguraikan keterkaitan antara
Standar Kompetensi Lulus (SKL), Kompetensi Inti (KI), Kompetensi Dasar (KD),
Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK), Pemetaan KI, KD, IPK, Penyusunan
Progran Tahunan, Penyusunan Progran Semester, Penyusunan Silabus Pembelajaran
PPKn.
a. Standar Kompetensi Lulusan (SKL)
Standar kompetensi lulusan (SKL) merupakan standar pendidikan yang
diharapkan dimiliki oleh semua peserta didik berdasarkan tingkatan pendidikan
seperti SD/MI, SMP/MTs, SMA/SMK (Munandir : 1992)
Standar kompetensi lulusan adalah kriteria mengenai kualifikasi kemampuan
lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Standar
kompetensi lulusan digunakan sebagai acuan utama pengembangan standar isi,
standar penilaian pendidikan, standar pendidik dan tenaga pendidikan, standar
sarana dan prasarana, standar pengelolaan, dan standar pembiayaan (Lubis :
2018)
b. Kompetensi Dasar (KD), Kompetensi Inti (KI), dan Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK)
Standar kompetensi lulusan adalah kriteria mengenai kualifikasi kemampuan lulusan
yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Standar kompetensi lulusan
digunakan sebagai acuan utama pengembangan standar isi, standar penilaian
pendidikan, standar pendidik dan tenaga pendidikan, standar sarana dan prasarana,
standar pengelolaan, dan standar pembiayaan.
Kompetensi Dasar (KD), Kompetensi Inti (KI), dan Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK)
Kompetensi dasar merupakan kemampuan dan materi pembelajaran minimal yang
harus dicapai peserta didik untuk suatu mata pelajaran masing-masing suatu pendidikan
yang mengacu pada kompetensi inti. Kompetensi dasar pada kurikulum 2013 berisi
kemampuan dan materi pembelajaran untuk suatu mata pelajaran pada masing-masing
satuan pendidikan yang mengacu terhadap kompetensi inti. Kompetensi inti pada
kurikulum 2013 merupakan tingkat kemampuan untuk mencapai standar kompetensi
lulusan yang harus dimiliki seorang peserta didik pada setiap tingkat kelas, kompetensi
terdiri dari komponen sikap spiritual, social, pengetahuan, dan keterampilan.
9
Kompetensi inti dan kompetensi dasar digunakan sebagai dasar untuk perubahan buku
teks pelajaran pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah (Permendikbud NO.
24 2016)
Tabel 1.1 Standar Isi Muatan Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan SD/MI
No Kompetensi Ruang Lingkup
.
10
Menjelaskan nilai dan moral Pancasila, makna hak, 1.
kewajiban dan tanggung jawab, manfaat Bhineka
Tunggal Ika, nilai-nilai persatuan dan kesatuan di Nilai dan moral
lingkungan rumah, sekolah, dan masyarakat. Pancasila 2.
Menunjukkan sikap kebersamaan dalam Hak, kewajiban, dan
keberagaman sebagai makhluk ciptaan Tuhan tanggung jawab warga
Yang Maha Esa; patuh terhadap tata tertib dan Negara. 3.
aturan; tanggung jawab dan rela berkorban;
semangat kebhinekatunggalikaan. Keanekaragaman
social dan budaya dan
Menunjukkan sikap bangga sebagai bangsa pentingnya
Indonesia dalam kehidupan bermasyarakat, kebersamaan. 4.
berbangsa dan bernegara.
Nilai dan moral
Melaporkan secara lisan dan tulisan dan persatuan dan kesatuan
melaksanakan kewajiaban sesuai nilai-nilai dan bangsa. 5.
moral Pancasila, menegakkan aturan dan menjaga
ketertiban, kerja sama, nilai-nilai persatuan dan Moralitas terpuji dalam
kesatuan, dan keberagaman dilingkungan keluarga, kehidupan sehari-hari
sekolah dan masyarakat (Lubis, 191-192)
Kompetensi Inti
12
Secanggih apa pun media tersebut, tidak dapat dikatakan menunjang pembelajaran
apabila keberadaannya menyimpang dari isi dan tujuan pembelajarannya. Sedangkan
pengertian media PKn adalah media yang terpilih dan cocok untuk pembelajaran PKn
SD.
Rancangan Media Pembelajaran PKn Sekolah Dasar
Media pembelajaran dalam PKn harus dapat menstimulus lahirnya proses
pembelajaran yang aktif dan kreaktif. Dalam pedoman pelaksanaan kegiatan belajar
mengajar PKn SD, ada beberapa syarat yang harus diperhatikan untuk media PKn,
yaitu:
1. membawakan sesuatu atau sejumlah isi pesan harapanmemuat nilai atau moral
kontras
3. diambil dari dunia kehidupan nyata
4. menarik minat dan perhatian siswa
5. terjangkau oleh kemampuan belajar siswa
Merancang media pembelajaran PKn sangat tergantung
dari jenis media yang digunakan. pembelajaran PKn, yaitu: 1. hal-hal yang bersifat
visual, seperti bagan, matriks, gambar, data , dan lain-lain
2. hal-hal yang bersifat materiil, seperti model-model, benda
contoh
3. gerak, sikap, dan perilaku, seperti simulasi, bermain peran,
role playing
4. cerita, kasus yang mengundang dilema moral,dll.
Model Pembelajaran
Model pembelajaran merupakan bentuk pembelajaran yang menggambarkan
proses kegiatan belajar mengajar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas
oleh guru. Selain itu model pembelajaran juga merupakan bungkus atau bingkai dari
penerapan suatu pendekatan, metode, strategi, dan tehnik pembelajaran. Sebuah model
pembelajaran biasanya tidak dipakai untuk menjelaskan proses pembelajaran yang
rumit, tetapi model pembelajaran dipakai untuk menyederhanakan proses
pembelajaran dan menjadikannya lebih mudah dipahami. Oleh karena itu pendidik
harus mengaitkan model-model pembelajaran pada siswa.
(Lubis : 2018)
Contoh Model Pembelajaran PKn
Model pembelajaran demonstrasion adalah model mengajar yang
13
menggunakan peragaan untuk memperjelas suatu pengertian atau untuk
memperlihatkan bagaimana melakukan sesuatu kepada peserta didik.
Langkah-Langkah Model Pembelajaran Demonstration
1) Rumuskan tujuan yang harus dicapai oleh peserta didik setelah proses
Demonstrasion berakhir.
2) Persiapkan garis-garis besar langkah-langkah demonstration yang
dilakukan.
3) Lakukan uji coba Demonsration
4)Aturlah tempat duduk yang memungkinkan semua peserta didik dapat melihat
dengan jelas apa yang di demonstrasikan.
5)Kemukakan tujuan apa yang harus dicapai peserta didik.
6) Kemukakan tugas-tugas apa yang harus dilakukan oleh peserta didik.
7) Mulailah demostrasi dengan kegiatan-kegiatan yang merangsang peserta
didik untuk brfikir.
Ciptakan suasana yang menyejukkan.
9)Yakinkan bahwa semua peserta didik mengkuti jalannya demonstrasi.
10) Berikan kesempatan kepada peserta didik untuk aktif memikirkan lebih lanjut apa
yang dilihat dari proses demonstrasi.
11)Apabila demonstrasi dilakukan, proses pembelajaran perlu diakhiri dengan
memberikan tugas-tugas.
Kelebihan dan kekurangan Model Pembelajaran Demonstrasi
No Kelebihan Kekurangan
1. Demonstrasi dapat mendorong Peserta didik terkadang
motivasi belajar peserta didik. sukar
melihat dengan jelas
benda yang
akan dipertunjukkan.
2. Demonstrasi dapat menghidupkan tidak semua benda
pelajaran karena peserta didik tidak dapat di
hanya mendengar tetapi juga demonstrasikan
melihat peristiwa yang terjadi
3. Domonstrasi dapat mengaitkan Sukar dimengerti
teori dengan peristiwa alam sekitar. apabila
14
didemonstrasikan oleh
guru yang
kurang menguasai
materi
4. Demonstrasi apabila dilaksanakan Demonstrasi
dengan tepat,dapat terlihat hasilnya. memerlukan
persiapan yang lebiuh
matang
Demonstarasi seringkali mudah Demonstrasi
teringat daripada bahasa dalam memerlukan
buku pegangan atau penjelasan peralatan,bahan bahan
pendidik dan tempat
yang memadai.
5. Melalui demonstrasi peserta didik Demonstrasi
terhindar dari verbalisme karena merupakan
langsung diperhatikan bahan kemampuan dan
pelajaran yang dijelaskan keterampilan
guru yang khusus
sehingga guru
dituntut untuk bekerja
lebih
profesional (Lubis:
2018)
15
C. Implementasi PKn Kurikulum 2013
Secara Konseptual istilah Pendidikan Kewarganegaraan dapat terangkum
sebagai berikut : (a) Kewarganegaraan (1956), (b) Civics (1959),
(c) Kewarganegaraan (1962), (d) Pendidikan Kewarganegaraan (1968),
(e) Pendidikan Moral Pancasila (1975), (f) Pendidikan Pancasila
Kewarganegaraan (1994), (g) Pendidikan Kewarganegaraan (UU No. 20 Tahun
2003), (h) Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PP No. 24 Tahun 2016).
Sesuatu yang baru tentu mempunyai perbedaan dengan yang lama. Begitu
pula kurikulum 2013 mempunyai perbedaan dengan KTSP. Berikut ini adalah
perbedaan kurikulum 2013 dan KTSP.
Perbandingan Tata Kelola Pelaksanaan Kurikulum
Elemen Ukuran Tata Kelola KTSP 2006 Kurikulum
2013
Guru Kewenangan Hampir Terbatas
mutlak
Kompetensi Harus tinggi Sebaiknya
tinggi.
Bagi yang
rendah
masih terbantu
dengan adanya
buku
Bebasan Berat Ringan
Efektifitas waktu Rendah Tinggi
untuk kegiatan (banyak
pembelajaran waktu untuk
persiapan)
Buku Peran penerbit Besar Kecil
Variasi materi dan Tinggi Rendah
proses
Variasi harga / bebas Tinggi Rendah
16
siswa
Siswa Hasil pembelajaran Tergantung Tidak
sepenuhnya sepenuhnya
pada tergantung
guru guru,
tetapi juga
buku
yang
disediakan
pemerintah
Pemantauan Titik Penyimpangan Banyak Sedikit
Besar penyimpangan Tinggi Rendah
Pengawasan Sulit, hampir Mudah
tidak
mungkin
17
keseimbangan soft skills dan hard skills pada aspek
yang meliputi aspek kompetensi sikap, pengetahuan
keterampilan, dan pengetahuan
3. Di jenjang SD Tematik Terpadu untuk di jenjang SD Tematik
kelas I-VI Terpadu
untuk kelas I-III
4. Jumlah jam pelajaran per minggu lebih Jumlah jam pelajaran
banyak dan jumlah mata pelajaran lebih sedikit lebih sedikit
dibanding KTSP dan jumlah mata
pelajaran lebihbanyak
dibanding Kurikulum
2013
5. Proses pembelajaran setiap tema di Standar proses dalam
jenjang SD dan semua mata pelajaran di pembelajaran terdiri
jenjang SMP/SMA/SMK dilakukan dari
dengan pendekatan ilmiah (saintific Eksplorasi, Elaborasi,
approach), yaitu standar proses dalam dan
pembelajaran terdiri dari Mengamati, Konfirmasi
Menanya, Mengolah, Menyajikan,
Menyimpulkan, dan Mencipta.
6. TIK (Teknologi Informasi dan TIK sebagai mata
Komunikasi) bukan sebagai mata pelajaran
pelajaran, melainkan sebagai media
pembelajaran
7. Standar penilaian menggunakan Penilaiannya lebih
penilaian otentik, yaitu mengukur semua dominan pada
kompetensi sikap, keterampilan, dan aspek pengetahuan
pengetahuan berdasarkan proses dan
hasil.
8. Pramuka menjadi ekstrakuler wajib Pramuka bukan
ekstrakurikuler
wajib
9. Pemintan (Penjurusan) mulai kelas X Penjurusan mulai kelas
18
untuk jenjang SMA/MA XI
10. BK lebih menekankan mengembangkan BK lebih pada
potensi siswa menyelesaikan
masalah siswa
19
hal ini, pembelajaran pada hakikatnya adalah proses interaksi antara peserta
didik
dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku kearah yang lebih
baik. Pada umumnya kegiatan pembelajaran mencangkup kegiatan awal atau
pembukaan, kegiatan inti atau pembentukan kompetensi dan karakter, serta
kegiatan akhir atau penutup.
Implementasi yang efektif merupakan hasil dari interaksi antara strategi
implementasi, struktur kurikulum, tujuan pendidikan, dan kepemimpinan kepala
sekolah. Oleh karena itu, pengoptimalan implementasi kurikulum 2013
diperlukan
suatu upaya strategis untuk mensinergikan komponen-komponen tersebut,
terutama guru dan kepala sekolah dalam membudayakan kurikulum
(Nurhidayah, dkk : 2020)
20
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kewarganegaraan adalah pendidikan politik yang bertujuan untuk membantu peserta didik
untuk menjadi warga negara yang secara politik dewasa dan ikut serta membangun sistem
politik yang demokrasi.
Kurikulum 2013 merupakan kurikulum tebaru yang diterapkan dalam
kegiatan belajar mengajar di negara kita dewasa ini. Kurikulum 2013 bertujuan
memberikan ilmu pengetahuan secara utuh kepada siswa dan tidak terpecah-
pecah. Kurikulum ini menekankan pada keaktifan siswa untuk menemukan
konsep pelajaran dengan guru berperan sebagai fasilitator. Nama PPKn sendiri
sering berubah-ubah seperti Pendidikan Moral Pancasila (PMP), Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn). Pendidikan Kewarganegaraan PKN, dan
kembali lagi menjadi PPKn
B. Saran
Adapun kritik dan saran yang membangun sangat penulis butuhkan, penulis dari
makalah ini masih sangat jauh dari tingkat kesempurnaan. Untuk menjadikan makalah
lebih baik maka kritik dan saran sangat penulis nantikan. Serta permohonan maaf dari
penulis baik dalam bentuk penjelasan atupun penulisan dari penulis. Karena
kesempurnaan milik Allah semata.
21
22
DAFTAR PUSTAKA
http://hudianime.blogspot.com/2016/09/kurikulum-ppkn-2006-2013.html
Maulana Arafat Lubis.2018. “Pembelajaran PPKn di SD/MI Implementasi Pendidikan Abad 21”,
Medan: Akasha Sakti.
Nurhidayah, Desy & Aisyah, Euis Siti. 2020.PKN DALAM KURIKULUM 2013
Janjan NurjannahJPPHK (Jurnal Pendidikan Politik, Hukum Dan Kewarganegaraan)
Volume 10 no 1.
Nurhidayah, Desy, dkk. 2020. PKN DALAM KURIKULUM 2013. JPPHK (Jurnal Pendidikan
Politik, Hukum Dan Kewarganegaraan). Volume 10 no 1
23
24
25