Anda di halaman 1dari 6

REKAP JURNAL HARIAN

NAMA : DINDA NOVELIANI


NIM : 20052042
MATA KULIAH : KONSEP DASAR PKN
SESI : (0047)
TOPIK :I. Ciri-ciri dan Kekhasan PKn
II. Sejarah PKn di Indonesia

I. Ciri-ciri dan Kekhasan PKn

A. Menganalisis artikel tentang ciri -ciri dan kekhasan PKn dibanding mata
pelajaran lain

Judul Artikel : Implementasi pendidikan karakter melalui pendidikan


kewarganegaraan.

Penulis : B. Juliardi

Sumber : 1. Juliardi, B. (2015). Implementasi Pendidikan Karakter


Melalui Pendidikan Kewarganegaraan. Jurnal Bhinneka
Tunggal Ika, 2(2), 3.

2. Yani, A. (2008). Pendidikan kewarganegaraan.

3. Saputro, R. D. S. (2015). Peningkatan pemahaman konsep


kekhasan bangsa indonesia melalui penerapan model
pembelajaran course review horay pada siswa kelas iii sdn
mangkuyudan no. 02 Surakarta tahun ajaran 2014/2015.

Analisis :

Ciri dan kekhasan pendidikan Kewarganegaraan ialah Mata pelajaran ini benar benar
memfokuskan perhatian pada keberlangsungan bangsa kedepannya, analsis kritis terhadap
literatur cirikhas PKn mengenai pendidikan karakter. Pendidikan karakter merupakan salah
satu formulasi yang tepat untuk membangun karakter generasi muda. Kondisi generasi muda
Indonesia dewasa ini berada dalam posisi yang cukup meresahkan. Berbagai kasus yang
melibatkan generasi muda makin memperlihatkan bahwa telah terjadi degradasi moral yang
menandakan generasi muda tidak lagi memiliki karakter yang baik.Untuk itu, pendidikan
karakter sangat dibutuhkan. Salah satu sarana untuk mengimplementasikan nilai-nilai dalam
pendidikan karakter kepada generasi muda adalah melalui Pendidikan Kewarganegaraan.
Pendidikan Kewarganegaraan diharapkan mampu menghidupkan kembali karakter peserta
didik yang semakin merosot menuju karakter yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.
Pendidikan karakter bertujuan untuk kembali menghidupkan karakter warga negara
yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila, antara lain nilai ketaqwaan, nilai keimanan, nilai
kejujuran, nilai kepedulian, hingga nilai etika atau sopansantun.PKn merupakan salah satu
sarana yang tepat untuk mengimplementasikan nilai-nilai dalam pendidikan karakter kepada
peserta didik, karena tujuan PKn pada dasarnya adalah untuk menciptakan peserta didik
menjadi warga negara yang demokratis dan berkarakter sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.
Oleh karena itu, pendidikan karakter tepat diimplementasikan melalui PKn dalam
membentuk akhlak generasi muda

Pendidikan kewarganegaraan merupakan praktik dari ilmu kewarganegaraan,


sedangkan ilmu kewarganegaraan adalah bagian dari ilmu politik. Seperti yang dikemukakan
oleh checter van yakni bagian dari ilmu poltik ang membahas tentang hak dan kewajiban
warga negara terdapat di civics/ilmu kewarganegaraan.

Jadi dapat disimpulkan bahwa pendidikan kewarganegaraan mengandung praktik-


praktik yang diturunkan ilmu politik. Sesuai dengan tujuan PKn yaitu menjadikan
warganegara yang baik. Maka kita harus memahami teori tentang demokrasi politik yang
meliputi konstitusi, parpol pemilu dan semuan hal itu merupakan adopsi dari ilmu politik.
Dengan memahami teori ilmu politik maka warga negara mempunyai pengetahuan tentang
kenegaraan melalui praktis dari pendidikan kewarganegaraan maka warga negara dapat
melaksanakan kewajibannya dan mengetahui hak yang harus diterimanya sebagai warga
negaa yang baik.

B. Membuat kekhasan PKn dalam bentuk table

NO. KEKHASAN PKN


1. PKN memiliki ciri khas tersendiri yaitu mata pelajaran ini selalu berlandaskan
kepada nilai-nilai Pancasila
2. PKN ini bertujuan untuk menciptakan warga negara yang baik dan cerdas (good
citizen, smart citizen).
3. PKn pada dasarnya adalah untuk menciptakan peserta didik menjadi warga negara
yang demokratis dan berkarakter sesuai dengan nilai-nilai Pancasila
4. Mata pelajaran PKN benar benar memfokuskan perhatian pada keberlangsungan
bangsa kedepannya
5. mata pelajaran PKN berlandaskan Pancasila, contoh nya membahas mengenai hak
dan kewajiban sebagai warga negara, Otonomi daerah, Lembaga-lembaga negara,
Konstitusi negara
6. Pendidikan Kewarganegaraan adalah suatu pendidikan atau mata pelajaran yang
bertujuan membentuk peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa
kebangsaan, cinta tanah air, dan mengamalkan nilai-nilai pancasila.
7. PKn juga mendorong warga negara agar mampu memanfaatkan pengaruh positif
perkembangan iptek untuk membangun negara dan bangsa.
8. Pendidikan kewarganegaraan tidak hanya didasarkan pada konstitusi negara yang
bersangkutan, tetapi juga tergantung pada tuntutan perkembangan zaman dan masa
depan. Misalnya, kecenderungan masa depan bangsa meliputi isu tentang HAM,
pelaksanaan demokrasi, dan lingkungan hidup.
9. Pendidikan Kewarganegaraan adalah studi tentang kehidupan kita sehari-hari,
mengajarkan bagaimana menjadi warga negara yang baik, warga negara yang
menjunjung tinggi nilai-nilai Pancasila yang merupakan dasar negara Indonesia.
10. Pendidikan kewarganegaraan diajarkan agar seseorang menjadi lebih demokratis,
lebih kritis terhadap masalah-masalah yang sedang terjadi baik di dalam maupun
di luar negeri. Tidak hanya teori saja yang diberikan, namun juga memberikan
sentuhan moral dan sikap sosial. Menyaring budaya dari luar agar sesuai dengan
kepribadian bangsa Indonesia yaitu pancasila.
11. PKn dapat meningkatkan kedewasaan warga negara untuk mampu berpikir,
bersikap, dan bertindak sesuai dengan cita-cita,
nilai dan prinsip demokrasi, sehingga dapat meningkatkan
kualitas kehidupan demokrasi di Indonesia. PKn juga dapat mengajarkan
bagaimana menjadi warga negara yang baik yang sadar akan hak dan
kewajibannya sebagai warga negara Indonesia sesuai dengan nilai-nilai Pancasila
dan UD 1945.
12. PKN membentuk rasa nasionalisme dalam hati setiap warga negara. Rasa
nasionalisme atau kebangsaan ini menjadi begitu penting karena menjadi semacam
perekat bagi setiap anak bangsa hingga menimbulkan kesadaran sebagai sebuah
bangsa.
13 PKN membentuk rasa nasionalisme. pendidikan kewarganegaraan yang diajarkan
kepada anak didik dapat membentuk rasa patriotisme yaitu rasa cinta terhadap
tanah air, bangsa, dan negara.rasa patriotisme dapa diwujudkan dalam banyak
sekali bentuk sikap dan perilaku seperti rela berkorban untuk kepentingan bangsa
dan negara serta tidak mudah menyerah.Sikap lainnya antara lain menempatkan
persatuan, kesatuan, serta keselamatan bangsa dan negara di atas kepentingan
pribadi atau golongan.
14. PKN merupakan wadah pendidikan membentuk insan yang memiliki karakter.
15. Pendidikan kewarganegaraan pada dasarnya bersumber pada ilmu
kewarganegaraan yang diperluas dengan sumber-sumber lintas disiplin dari
berbagai disiplin ilmu- ilmu sosial, humaniora, sains, teknologi, seni budaya,
bahkan nilai-nilai agama, serta masalah-masalah kemasyarakatan dari lingkungan
keluarga, masyarakat setempat, nasional, dan Internasional.
16. Mata pelajaran PKN untuk mengembangkan kemampuan berfikir holistik,
menyeluruh, kreatif, objektif, dan logis, serta memanfaatkan Quantum Learning
sebagai salah satu paradigma menarik dalam pembelajaran, serta memperhatikan
ketuntasan belajar secara individual.
17 Sebagai mahasiswa matkul PKN kita diharapkan bisa menjadi pelopor kehidupan
yang berkemanusiaan, dan menjadi peribadi yang paham tentang hak dan
kewajiban sebagai warga negara, dan memberikan contoh yang baik bagi orang
lain.
18 pendidikan kewarganegaraan itu sendiri adalah untuk menciptakan peserta didik
menjadi warga negara yang demokratis dan berkarakter.
19. PKN Tujuan utama wawasan Nasional salah satunya ialah untuk melahirkan
warga negara yang lebih mengerti akan bangsanya sendiri.
20. PKN adalah satu mata pelajaran untuk mengembangkan misi pendidikan nasional
yang menjadikan warga negara yang baik dan guru PKN merupakan tulang
punggung bagi tercapainya misi tersebut.
21. Mempelajari PKn dalam usaha mencapai cita-cita nasional karena ketika warga
negara Indonesia tidak memiliki wawasan nasional tentu akan banyak timbul
problema bagi Indonesia, sebab wawasan nasional sangat penting untuk mencapai
kesejahteraan bangsa dan untuk menggapai cita-cita bangsa.
22. Pendidikan kewarganegaraan mengandung praktik-praktik yang diturunkan ilmu
politik. Sesuai dengan tujuan PKn yaitu menjadikan warganegara yang baik.
23 PKn pada dasarnya adalah untuk menciptakan peserta didik menjadi warga negara
yang demokratis dan berkarakter sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Oleh karena
itu, pendidikan karakter tepat diimplementasikan melalui PKn dalam membentuk
akhlak generasi muda.

II. Sejarah PKn di Indonesia

Judul Artikel : Perkembangan Pendidikan Kewarganegaraan di Indonesia

Penulis : Asep Sutisna Putra, M.Pd.

Sumber : 1. Yani, A. (2008). Pendidikan kewarganegaraan.

2. https://asepsutisna.wordpress.com/2009/10/26/perkembangan-
pkn-di-indonesia/

Analisia :

Sebagai mata pelajaran di sekolah, Pendidikan Kewarganegaraan telah mengalami


perkembangan yang fluktuatif, baik dalam kemasan maupun substansinya. Hal tersebut dapat
dilihat dalam substansi kurikulum PKn yang sering berubah dan tentu saja disesuaikan
dengan kepentingan negara. Secara historis, epistemologis dan pedagogis, pendidikan
kewarganegaraan berkedudukan sebagai program kurikuler dimulai dengan
diintroduksikannya mata pelajaran Civics dalam kurikulum SMA tahun 1962 yang berisikan
materi tentang pemerintahan Indonesia berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945 (Dept.
P&K: 1962). Pada saat itu, mata pelajaran Civics atau kewarganegaraan, pada dasarnya
berisikan pengalaman belajar yang digali dan dipilih dari disiplin ilmu sejarah, geografi,
ekonomi, dan politik, pidato-pidato presiden, deklarasi hak asasi manusia, dan pengetahuan
tentang Perserikatan Bangsa-Bangsa (Somantri, 1969:7). Istilah Civics tersebut secara formal
tidak dijumpai dalam Kurikulum tahun 1957 maupun dalam Kurikulum tahun 1946. Namun
secara materiil dalam Kurikulum SMP dan SMA tahun 1957 terdapat mata pelajaran tata
negara dan tata hukum, dan dalam kurikulum 1946 terdapat mata pelajaran pengetahuan
umum yang di dalamnya memasukkan pengetahuan mengenai pemerintahan.

Kemudian dalam kurikulum tahun 1968 dan 1969 istilah civics dan Pendidikan
Kewargaan Negara digunakan secara bertukar-pakai (interchangeably). Misalnya dalam
Kurikulum SD 1968 digunakan istilah Pendidikan Kewargaan Negara yang dipakai sebagai
nama mata pelajaran, yang di dalamnya tercakup sejarah Indonesia, geografi Indonesia,
dan civics (d iterjemahkan sebagai pengetahuan kewargaan negara). Dalam kurikulum SMP
1968 digunakan istilah Pendidikan Kewargaan Negara yang berisikan sejarah Indonesia
dan Konstitusi termasuk UUD 1945. Sedangkan dalam kurikulum SMA 1968 terdapat mata
pelajaran Kewargaan Negara yang berisikan materi, terutama yang berkenaan dengan UUD
1945. Sementara itu dalam Kurikulum SPG 1969 mata pelajaran Pendidikan Kewargaan
Negara yang isinya terutama berkenaan dengan sejarah Indonesia, konstitusi, pengetahuan
kemasyarakatan dan hak asasi manusia (Dept. P&K: 1968a; 1968b; 1968c; 1969).
(Winataputra, 2006 : 1). Secara umum mata pelajaran Pendidikan Kewargaan Negara
membahas tentang nasionalisme, patriotisme, kenegaraan, etika, agama dan kebudayaan
(Somantri, 2001:298)

Pada Kurikulum tahun 1975 istilah Pendidikan Kewargaan Negara diubah


menjadi Pendidikan Moral Pancasila (PMP) yang berisikan materi Pancasila sebagaimana
diuraikan dalam Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila atau P4. Perubahan ini
sejalan dengan missi pendidikan yang diamanatkan oleh Tap. MPR II/MPR/1973. Mata
pelajaran PMP ini merupakan mata pelajaran wajib untuk SD, SMP, SMA, SPG dan Sekolah
Kejuruan. Mata pelajaran PMP ini terus dipertahankan baik istilah maupun isinya sampai
dengan berlakunya Kurikulum 1984 yang pada dasarnya merupakan penyempurnaan dari
Kurikulum 1975 (Depdikbud: 1975 a, b, c dan 1976). Pendidikan Moral Pancasila (PMP)
pada masa itu berorientasi pada value inculcation dengan muatan nilai-nilai Pancasila dan
UUD 1945 (Winataputra dan Budimansyah, 2007:97)

Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 2 tahun 1989 tentang Sistim Pendidikan


Nasional yang menggariskan adanya muatan kurikulum Pendidikan Pancasila dan Pendidikan
Kewarganegaraan, sebagai bahan kajian wajib kurikulum semua jalur, jenis dan jenjang
pendidikan (Pasal 39), Kurikulum Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah tahun 1994
mengakomodasikan misi baru pendidikan tersebut dengan memperkenalkan mata
pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan atau PPKn. Berbeda dengan kurikulum
sebelumnya, Kurikulum PPKn 1994 mengorganisasikan materi pembelajarannya bukan atas
dasar rumusan butir-butir nilai P4, tetapi atas dasar konsep nilai yang disaripatikan dari P4
dan sumber resmi lainnya yang ditata dengan menggunakan pendekatan spiral meluas
atau spiral of concept development (Taba,1967). Pendekatan ini mengartikulasikan sila-sila
Pancasila dengan jabaran nilainya untuk setiap jenjang pendidikan dan kelas serta catur
wulan dalam setiap kelas.

Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) pada masa ini karakteristiknya


didominasi oleh proses value incucation dan knowledge dissemination. Hal tersebut dapat
lihat dari materi pembelajarannya yang dikembangkan berdasarkan butir-butir setiap sila
Pancasila. Tujuan pembelajarannya pun diarahkan untuk menanamkan sikap dan prilaku yang
beradasarkan nilai-nilai Pancasila serta untuk mengembangkan pengetahuan dan kemampuan
untuk memahami, menghayati dan meyakini nilai-nilai Pancasila sebagai pedoman dalam
berprilaku sehari-hari (Winataputra dan Budimansyah, 2007:97).

Dengan dberlakukannya Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun


2003, diberlakukan kurikulum yang dikenal dengan nama Kurikulum berbasis Kompetensi
tahun 2004 dimana Pendidikan Kewarganegaraan berubah nama
menjadi Kewarganegaraan. Tahun 2006 namanya berubah kembali menjadi Pendidikan
Kewarganegaraan, dimana secara substansi tidak terdapat perubahan yang berarti, hanya
kewenangan pengembangan kurikulum yang diserahkan pada masing-masing satuan
pendidikan, maka kurikulum tahun 2006 ini dikenal dengan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP).

Berbagai perubahan yang dialami dalam pengimplementasian PKn sebagaimana


diuraikan diatas menunjukkan telah terjadinya ketidakajekan dalam kerangka berpikir, yang
sekaligus mencerminkan telah terjadinya krisis konseptual, yang berdampak pada terjadinya
krisis operasional kurikuler.
Secara Konseptual istilah Pendidikan Kewarganegaraan dapat terangkum sebagai
berikut :

(a) Kewarganegaraan (1956)

(b) Civics (1959)

(c) Kewarganegaraan (1962)

(d) Pendidikan Kewarganegaraan (1968)

(e) Pendidikan Moral Pancasila (1975)

(f) Pendidikan Pancasila Kewarganegaraan (1994)

(g) Pendidikan Kewarganegaraan (UU No. 20 Tahun 2003)

Dari penggunaan istilah tersebut sangat terlihat jelas ketidakajegannya dalam


mengorganisir pendidikan kewarganegaraan, yang berakibat pada krisis operasional, dimana
terjadinya perubahan konteks dan format pendidikannya. Menurut Kuhn (1970) krisis yang
bersifat konseptual tersebut tercermin dalam ketidakajekan konsep atau istilah yang
digunakan untuk pelajaran PKn. Krisis operasional tercermin terjadinya perubahan isi dan
format buku pelajaran, penataran yang tidak artikulatif, dan fenomena kelas yang belum
banyak dari penekanan pada proses kognitif memorisasi fakta dan konsep. Kedua jenis krisis
tersebut terjadi karena memang sekolah masih tetap diperlakukan sebagai socio-political
institution, dan masih belum efektifnya pelaksanaan metode pembelajaran secara konseptual,
karena belum adanya suatu paradigma pendidikan kewarganegaraan yang secara ajeg
diterima dan dipakai secara nasional sebagai rujukan konseptual dan operasional.

Anda mungkin juga menyukai