Anda di halaman 1dari 23

Mata Kuliah Dosen Pembimbing

Kapita Selekta Pendidikan Rena Revita, S.Pd., M.Pd

MAKALAH ISU-ISU MENGENAI SEKOLAH UMUM DAN


SEKOLAH AGAMA
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Kapita Selekta Pendidikan

Disusun oleh kelompok 10 :

1. Afifah Gusnida : 11910524168


2. Hana Afifah : 11910524202
3. Rizky Aulia Nisa : 11910524244

KELAS 2 D

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU

PEKANBARU

T.A 2020

1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah hirobbil ‘aalamiin, segala puji bagi Allah SWT.atas segala karunia
nikmatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas
kelompok untuk mata kuliah Ilmu Pendidikan Islam dengan judul “Isu-Isu Mengenai
Sekolah Umum Dan Sekolah Agama”.

Terimakasih penulis ucapkan kepada Ibuk Rena Revita, S.Pd., M.Pd.selaku dosen
Mata kuliah Kapita Selekta Pendidikan, yang telah memberikan arahan terkait tugas
makalah ini. Tanpa bimbingan dari beliau mungkin, kami tidak akan dapat menyelesaikan
tugas ini sesuai dengan format yang telah di tentukan.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki.Oleh karena itu,
penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun
dari berbagai pihak.Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat meberikan
manfaat bagi perkembangan dunia pendidikan.

Pekanbaru, 10 April 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG...............................................................................1
1.2 RUMUSAN MASALAH..........................................................................1
1.3 TUJUAN PENULISAN............................................................................1
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................2
2.1 Kedudukan Pendidikan Islam dalam sistem Pendidikan Nasional............2
2.2 Pendidikan Islam di Sekolah Umum dan di Madrasah.............................3
2.3 Isu-isu Mengenai Sekolah Umum.............................................................5
2.4 Isu-isu Mengenai Sekolah Agama...........................................................12
BAB III PENUTUP .............................................................................................17
3.1 KESIMPULAN.......................................................................................17
3.2 SARAN....................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................20

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pendidikan merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan umat
manusia.Karenanya manusia harus senantiasa mencari dan menuntut ilmu pengetahuan.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan salah satu faktor penting yang
mengharuskan manusia untuk selalu mengembangkan keilmuannya agar dapat beradaptasi di
dunia modern yang kaya akan kemajuan ilmu dan  teknologi.

Pendidikan umum serta agama islam, baik di sekolah umum dan sekolah agama hingga
saat ini, masih menghadapi berbagai persoalan dan tantangan serta kritikan dari berbagai
pihak, baik dalam lingkup internal maupun eksternal. Sekolah merupakan sarana dan tempat
menuntut ilmu bagi para peserta didik, juga tempat memperkaya dan memperluas keilmuan
peserta didik.

Dalam makalah ini, penulis akan membahas dan mengulas tentang isu-isu mengenai
sekolah umum, dan sekolah agama yang ada di Indonesia dari berbagai aspek. Tentunya perlu
menjadi perhatian untuk mengevaluasi kebijakan kebijakan yang dilakukan agar
meningkatkan mutu pendidikan yang ada di indonsia menjadi lebih baik lagi.

1.2 RUMUSAN MASALAH


a. Bagaimana kedudukan Pendidikan Islam dalam sistem Pendidikan Nasional?
b. Bagaimana Pendidikan Islam di Sekolah Umum dan di Madrasah?
c. Apa saja isu isu mengenai sekolah umum ?

d. Apa saja isu isu mengenai sekolah agama ?

1.3 TUJUAN PENULISAN


a. Untuk mnegetahui kedudukan Pendidikan Islam dalam sistem Pendidikan Nasional
b. Untuk mengetahui Pendidikan Islam di Sekolah Umum dan di Madrasah
c. Untuk mengetahui isu isu mengenai sekolah umum
d. Untuk mengetahuiisu isu mengenai sekolah agama

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Kedudukan Pendidikan Islam dalam Sistem Pendidikan Nasional

Pendidikan mempunyai peran yang sangat urgen untuk menjamin perkembangan dan
kelangsungan kehidupan suatu bangsa.1 Pendidikan juga menjadi tolak ukur kemajuan suatu
bangsa, dan menjadi cermin kepribadian suatu masyarakat.

Urgennya pendidikan bagi suatu bangsa, menggunakan pemerintah Indonesia


mengelurkan suatu kebijaksanaan yang dituangkan dalam Undang-Undang RI Nomor 2
Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan nasional adalah pendidikan yang
berdasarkan pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945
yang berakar pada nilai-nilai kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan
perubahan zaman. Sistem pendidikan nasional merupakan keseluruhan komponen pendidikan
yang terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional yang telah disahkan
dan diundangkan pada tanggal 27 Maret 1989. Tujuan ideal yang ingin dicapai oleh bangsa
Indonesia lewat prosesdan sisitem pendidikan nasional itu ialah:
“Mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya,
yaitu manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti
luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian
yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan”.

Pendidikan Islam di Indonesia sebagai subsistem pendidikan nasional, secara implisit


akan mencerminkan ciri-ciri kualitas manusia Indonesia seutuhnya, kenyataan seperti ini
dapat kita pahami dari hasil seminar rumusan pendidikan Islam se-Indonesia tahun 1960,
memberikan pengertian bahwa Islam ditujukan sebagai bimbingan terhadap pertumbuhan
rohani dan jasmanimenurut ajaran Islam dan hikmah mengarahkan, mengajarkan,melatih,
mengasuh dan mengawasi berlakunya semua ajaran Islam. Dalam hal ini, Ahmad D. Marimba
mengemukakan bahwa pendidikan Islam adalah bimbingan jasmani rohani
berdasarkanhukum-hukum agama Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama
menurut ukuran-ukuran Islam2

1
Hasbullah, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1996), hlm. 27
2
Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: PT Al-Ma’arif, 1986), hlm. 23.

2
Dengan melihat kedua tujuan pendidikan di atas, baik tujuan pendidikan nasional maupun
tujuan pendidikan Islam, terlihat ada dua dimensi kesamaan yang inging diwujudkan yaitu:3

a)         Dimensi transendental (lebih dari hanya sekedar ukhrawi) yang berupa ketakwaan,
keimanan dan keikhlasan.
b)        Dimensi duniawi melalui nilai-nilai material sebagai sarananya, seperti pengetahuan,
kecerdasan, keterampilan, keintelektualan dan sebagainya.

Dengan demikian, keberhasilan pendidikan Islam akan membantu terhadap keberhasilan


pendidikan nasional. Juga sebaliknya, keberhasilan pendidikan nasional secara makro turut
membantu pencapaian tujuan pendidikan Islam.

2.2 Pendidikan Islam di Sekolah Umum dan di Madrasah

1. Pendidikan Islam di Sekolah Umum

Pendidikan secara kultural pada umumnya berada dalam lingkup peran, fungsi dan
tujuan yang tidak berbeda.Semuanya hidup dalam upaya yang bermaksud untuk mengangkat
dan menegakkan martabat manusia melalui transmisi yang dimilikinya, terutama dalam
bentuk transfer of knowledge dan transfer of value.

Dalam konteks ini secara jelas juga bisa menjadi sasaran jangkauan pendidikan Islam,
karena bagaimanapun pendidikan Islam merupakan bagian dari sistem pendidikan
nasional.Sebagai pendidikan yang berlabel agama, maka pendidikan Islam memiliki transmisi
spiritual yang lebih nyata dalam proses pengajarannya. dibandingkan dengan pendidikan
umum, sekalipun lembaga ini memiliki muatan yang serupa4,

Antara ilmu pengetahuan dan pendidikan Islam tidak dapat dipisahkan, karena
perkembangan masyarakat Islam, serta tuntutannya dalam membangun manusia seutuhnya
(jasmani dan rohani) sangat ditentukan oleh kualitas dan kuantitas ilmu pengetahuan yang
dicerna melalui proses pendidikan.Ilmu pengetahuan yang dikembangkan dalam pendidikan
haruslah berorientasi pada nilai-nilai Islami, yaitu ilmu pengetahuan yang bertolak dari
metode ilmiah dan metode profetik.Ilmu pengetahuan tersebut bertujuan menemukan dan
mengukur paradigma dan premis intelektual yang berorientasi pada nilai dan kebaktian
dirinya pada pembaharuan dan pembangunan masyarakat, juga berpijak pada kebenaran yang
merupakan sumber dari segala sumber.5

3
Hasbullah, Opcit, hlm. 29
4
M. Arifin,  Kapita Selekta Pendidikan (Islam dan Umum), (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 1993), hlm. 55.
5
Ibid, hlm. 61.

3
2. Pendidikan Islam di Madrasah

Menurut SKB 3 Menteri, yang dimaksud dengan madrasah ialah lembaga pendidikan
yang menjadikan mata pelajaran agama Islam sebagai mata pelajaran yang diberikan
sekurang-kurangnya 30%, disamping mata pelajaran umum6. Sistem pendidikan di madrasah
adalah perpaduan antara sistem pada pondok pesantren dengan sistem yang berlaku di
sekolah-sekolah modern.Penilaian untuk kenaikan tingkat ditentukan dengan penguasaan
terhadap sejumlah bidang pengajaran tertentu.

Sebagai pengaruh dari ide-ide pembaharuan yang berkembang di dunia Islam dan
kebangkitan bangsa Indonesia, sedikit demi sedikit pelajaran umum masuk ke dalam
kurikulum madrasah.Buku-buku pelajaran agama mulai disusun khusus sesuai dengan
tingkatan madrasah, sebagai halnya buku-buku pengetahuan umum yang berlaku di sekolah-
sekolah umum. Bahkan kemudian timbulah madrasah-madrasah yang mengikuti sistem
perjenjangan dalam bentuk di sekolah-sekolah modern, seperti Madrasah Ibtidaiyah untuk
tingkat dasar, Madrasah Tsanawiyah untuk tingkat menengah pertama, dan adapula Kuliah
Mualimin (pendidikan guru) yang disebut normal Islam.

Pengetahuan umum yang diajarkan di madrasah yaitu antara lain membaca dan menulis
(huruf latin), bahasa Indonesia, berhitung, ilmu bumi, sejrah Indonesia dan dunia serta
olahraga dan kesehatan.7

Agar madrasah mendapat bantuan materil dan bimbingan dari pemerintah Menteri
Agama Nomor 1 tahun 1952.Menurut ketentuan ini, yang dinamakan madrasah ialah “tempat
pendidikan yang telah diatur sebagai sekolah dan memuat pendidikan dan ilmu pengetahuan
agama Islam menjadi pokok pengajaran”.Berdasarkan ketentuan tersebut, jenjang pendidikan
pada madrasah tersusun sebagai berikut;8
a.Madrasah rendah atau sekarang lazim dikenal sebagai Madrasah Ibtidaiyah, ialah
madrasah yang memuat pendidikan dan ilmu pengetahuan agama Islam menjadi pokok
pengajarannya, lama pendidikan 6 tahun.
b.Madrasah lanjutan tingkat pertama atau sekarang dikenal sebagai Madrasah
Tsanawiyah ialah madrasah yang menerima murid tamatan Madrasah Ibtidaiyah atau
sederajat, serta memberikan pendidikan di dalam ilmu pengetahuan agama Islam
sebagai pokok, lama pendidikannya 3 tahun.
c.Madrasah lanjutan Atas atau sekarang dikenal sebagai Madrasah Aliyah, ialah madrasah
yang menerima murid-murid tamatan madrasah lanjutan pertama atau

6
Hasbullah, Opcit, hlm. 74
7
Muwardi Sutedjo, Kapita Selekta Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Ditjen Binbaga Islam dan UT, 1992),
hlm. 42.
8
Ibid, hlm. 43

4
sederajat memberi pendidikan dalam ilmu pengetahuan agama Islam sebagai pokok lama
belajar 3 tahun.

2.3 Isu-Isu Pendidikan Mengenai Sekolah Umum

A. Pendidikan Karakter
1. Model Pelaksanaan Pendidikan Karakter
Selama ini, pendidikan informal terutama dalam lingkungan keluarga belum
memberikan kontribusi berarti dalam mendukung pencapaian kompetensi dan
pembentukan karakter siswa (Prasetya & Rivashinta, 2011).Kesibukan dan aktivitas kerja
orang tua yang relatif tinggi, kurangnya pemahaman orang tua dalam mendidik anak di
lingkungan keluarga, pengaruh pergaulan di lingkungan sekitar, dan pengaruh media
elektronik ditengarai berpengaruh negatif terhadap perkembangan danpencapaian hasil
belajar siswa.Salah satu alternatif untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah melalui
pendidikan karakter terpadu, yaitu memadukan dan mengoptimalkan kegiatan pendidikan
informal lingkungan keluarga dengan pendidikan formal di sekolah.Dalam hal ini, waktu
belajar siswa di sekolah perlu dioptimalkan agar peningkatan mutu hasil belajar dapat
dicapai, terutama dalam pembentukan karakter siswa.
Pendidikan karakter dapat diintegrasi ke dalam pembelajaran pada setiap mata
pelajaran (Prasetya & Rivashinta, 2011). Materi pembelajaran yang berkaitan dengan
norma atau nilai-nilai pada setiap mata pelajaran perlu dikembangkan, dieksplisitkan, dan
dikaitkan dengan konteks kehidupan seharihari. Dengan demikian, pembelajaran nilai-
nilai karakter tidak hanya pada tataran kognitif, tetapi menyentuh pada internalisasi, dan
pengamalan nyata dalam kehidupan siswa sehari-hari di masyarakat.Kegiatan ekstra
kurikuler yang selama ini diselenggarakan sekolah merupakan salah satu media yang
potensial untuk pembinaan karakter dan peningkatan mutu akademik siswa (Prasetya &
Rivashinta, 2011).Kegiatan ekstra kurikuler merupakan kegiatan pendidikan di luar mata
pelajaran untuk membantu pengembangan siswa sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat,
dan minat mereka melalui kegiatan yang secara khusus diselenggarakan oleh pendidik
dan atau tenaga kependidikan yang berkemampuan dan berkewenangan di
sekolah.Melalui kegiatan ekstra kurikuler diharapkan dapat dikembangkan kemampuan
dan rasa tanggung jawab sosial, serta potensi dan prestasi siswa.

5
Bagaimana implementasi pendidikan karakter di sekolah? Menurut Batubara
(2012), implementasi pendidikan karakter di sekolah dapat dilakukan melalui:
a) Pengintegrasikan ke dalam kegiatan belajar mengajar (KBM) pada setiap mata
pelajaran,
b) Pembiasaan dalam kehidupan keseharian di satuan pendidikan, artinya dengan
menciptakan budaya sekolah yang berkarakter baik,

b) Pengintegrasi ke dalam kegiatan ekstrakurikuler seperti Pramuka, olah raga, karya


tulis, atau yang lain, dan
c) Penerapan pembiasaan kehidupan keseharian di rumah sama dengan di sekolah.
Adapun strategi implementasi pendidikan karakter di sekolah, antara lain:
a) Dengan mengintegrasikan konten kurikulum pendidikan karakter yang telah
dirumuskan ke dalam seluruh mata pelajaran yang relevan, terutama mata
pelajaran agama, kewarganegaraan, dan bahasa (baik bahasa Indonesia maupun
bahasa daerah),
b) dengan mengintegrasikan pendidikan karakter ke dalam kegiatan sehari-hari di
sekolah,
c) dengan mengintegrasikan pendidikan karakter ke dalam kegiatan yang
diprogramkan atau direncanakan, dan
d) dengan membangun komunikasi dan kerjasama antara sekolah dengan orang tua
siswa.
Sementara itu, metode implementasi pendidikan karakter dalam keseharian di sekolah
(Batubara, 2012), antara lain:
a) keteladanan,
b) kegiatan spontan, saat guru mengetahui sikap atau tingkah laku siswa yang kurang
baik,
c) teguran atau nasihat,
d) cerita atau kisah teladan,
e) pengkondisian lingkungan, penyediaan tempat sampah, jam dinding, slogan-
slogan mengenai karakter yang mudah dibaca oleh siswa, dan aturan atau tata
tertib sekolah yangditempelkan pada tempat yang strategis, dan

6
f) kegiatan rutin, berbaris masuk ruang kelas untuk mengajarkan budaya antri,
berdoa sebelum dan sesudah kegiatan, mengucapkan salam bila bertemu dengan
orang lain, dan membersihkan ruang kelas tempat belajar.
2. Kendala-kendala Implementasi Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter merupakan program baru yang diprioritaskan Kementerian


Pendidikan dan Kebudayaan.Sebagai program baru masih menghadapi banyak kendala.
Kendalakendala tersebut, menurut Handoyo (2012), antara lain sebagaiberikut.
a) Nilai-nilai karakter yang dikembangkan di sekolah belum terjabarkan dalam indikator
yang representatif. Indikator yang tidak representatif dan baik tersebut menyebabkan
kesulitan dalam mengukur ketercapaiannya.
b) Sekolah belum dapat memilih nilai-nilai karakter yang sesuai dengan visinya. Jumlah
nilai-nilai karakter demikian banyak, baik yang diberikan oleh Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan, maupun dari sumber-sumber lain. Umumnya sekolah
menghadapi kesulitan memilih nilai karakter mana yang sesuai dengan visi
sekolahnya. Hal itu berdampak pada gerakan membangun karakter di sekolah menjadi
kurang terarah dan fokus, sehingga tidak jelas pula monitoring dan penilaiannya.
c) Pemahaman guru tentang konsep pendidikan karakter yang masih belum menyeluruh.
Jumlah guru di Indonesia yang lebih 2 juta merupakan sasaran program yang sangat
besar. Program pendidikan karakter belum dapat disosialisasikan pada semua guru
dengan baik sehingga mereka belum memahaminya.
d) Guru belum dapat memilih nilai-nilai karakter yang sesuai dengan mata pelajaran yang
diampunya. Selain nilai-nilai karakter umum, dalam mata pelajaran juga terdapat nilai-
nilai karakter yang perlu dikembangkan guru pengampu. Nilai-nilai karakter mata
pelajaran tersebut belum dapat digali dengan baik untuk dikembangkan dalam proses
pembelajaran.
e) Guru belum memiliki kompetensi yang memadai untuk mengintegrasikan nilai-niai
karakter pada mata pelajaran yang diampunya. Program sudah dijalankan, sementara
pelatihan masihsangat terbatas diikuti guru menyebabkan keterbatasan mereka dalam
mengintegrasikan nilai karakter pada mata pelajaran yang diampunya.
f) Guru belum dapat menjadi teladan atas nilai-nilai karakter yang dipilihnya.
Permasalahan yang paling berat adalah peran guru untuk menjadi teladan dalam

7
mewujudkan nilai-nilai karakter secara khusus sesuai dengan nilai karakter mata
pelajaran dan nilai-nilai karakter umum di sekolah.9

B. Dampak dan Harapan penyelenggaraan UN


1. Dampak Positif dan Negatif Penyelenggaraan UN

Bagaimanapun penyelenggaraan UN di Indonesia menimbulkan dampak negatif dan


positif (Ghoeskoka, 2010).Sisi negatif penyelenggaraan UN yaitu: (1) membuat siswa
menghalalkan segala cara untuk lulus UN, dan bahkan sarat dengan pengaduan nasib
(beruntung dan tidak beruntung) karena adakalanya siswa yang pintar di kelas dan sering
mendapat juara akan tidak lulus UN dan sebaliknya, (2) sepintar apapun anak, jika mental
sedang tidak kuat ketika mengikuti UN, anak tersebut tidak akan lulus, (3) mata pelajaran
yang tidak ikut dalam UN dianaktirikan, dalam arti UN juga berpotensi menyempitkan
kurikulum sekolah (curriculum narrowing) dan mendegradasi arti penting mata pelajaran
tertentu karena UN selama ini hanya menguji mata pelajaran tertentu, (4) dalam
pendidikan sekarang ini menyangkut 3 aspek yaitu (kognitif, afektif, dan psikomotorik),
sedangkan dalam UN hanya menyangkut aspek kognitif saja bahkan prestasi dan
kelulusan anak dipertaruhkan hanya beberapa jam saja, (5) selama ini hasil UN dijadikan
sebagai penentu kelulusan siswa, (6) untuk mempersiapkan para siswanya menghadapi
dan mengerjakan soal-soal UN, para guru biasanyamenggunakan metode pembelajaran
drill, di mana para siswa dilatih untuk mengerjakan sejumlah soal yang diduga akan
keluar dalam ujian. Sisi positif penyelenggaraan UN adalah: (1) dapat melihat pemetaan
pendidikan, (2) dapat melihat kemampuan siswa, (3) menjadikan anak didik untuk lebih
giat belajar, tetapi hanya dalam mata pelajaran tertentu, dan (4) dari pihak tenaga
pendidik lebih giat lagi dalam mendidik siswanya yang dapat dilihat dengan memberikan
pemantapan dan jam tambahan untuk mata pelajaran tertentu.10

9
Kastam Syamsi, dkk. “BUNGA RAMPAI : ISU PENDIDIKAN AKTUAL”. Jakarta:Pusat Data dan Statistik Pendidikan,
Setjen, 2012. diakses di
http://staffnew.uny.ac.id/upload/131873960/penelitian/Bunga+Rampai+Isu+Pendidikan+Aktual.pdf Halaman 6-11
10
Ibid. halaman 17

8
2. Harapan Penyelenggaraan UN

Mencermati perdebatan UN, diperlukan adanya kajian komprehensif, baik


menyangkut aspek akademis pedagogis, yuridis formal, maupun kajian empirik
(Ghoeskoka, 2010). Hal ini penting dilakukan agar peran dan fungsi ujian berjalan
dengan baik sesuai dengan tujuan diselenggarakannya evaluasi dalam suatu proses
pembelajaran. UN seharusnya dilakukan untuk mengukur ketercapaian tujuan pendidikan
nasional.Untuk itu, diperlukan instrumen evaluasi yang variatif dan komprehensif, tidak
cukup hanya dengan menggunakan instrumen evaluasi dalam bentuk tes tetapi juga
diperlukan dalam bentuk nontes karena evaluasi dalam bentuk tes hanya dapat mengukur
penguasaan pengetahuan yang masuk dalam ranah kognitif.

Undang-undang Sisdiknas menjelaskan, evaluasi hasil belajar peserta didik dilakukan


oleh pendidik untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil belajar peserta
didik secara berkesinambungan. Hal ini menunjukkan bahwa pendidik bertugas
mengevaluasi proses dan hasil belajar, sedangkan pemerintah bertugas mengevaluasi
pengelolannya, baik pada satuan jalur, jenjang, maupun jenis pendidikannya serta UN
tidak lagi dijadikan penentu kelulusan, akan tetapi sebagian kecil dari sistem penilaian
pendidikan. UN tidak dapat menjadi penentu meningkatnya mutu pendidikan.

UN hendak didesain sebagai starting point peningkatan mutu pendidikan sehingga


harus dilakukan perubahan mendasar tentang sistem dan mekanismenya (Ghoeskoka,
2010; Mattindas, 2012).Pertama, dalam penentuan kelulusan diserahkan sepenuhnya
kepada sekolah dengan menggunakan rambu-rambu dan standar kelulusan secara
nasional. Untuk itu, harus dilakukan pemantauan sistemik terhadap proses penilaian
kompetensi siswa secara jujur, fair, dan objektif sehingga tak memungkinkan sekolah
untuk melakukan manipulasi penilaian.Kedua, dalam pembuatan soal, kualitas soal UN
harus benar-benar valid sehingga mampu membedakan siswa yang pandai dan siswa
yang tidak pandai.Jangan sampai anak-anak cerdas justru menjadi korban pendidikan
akibat soal UN yang diragukan mutunya.Sebaliknya, siswa yang kehilangan etos belajar
dan bermental pemalas justru termanjakan dengan mendapatkan hasil UN yang bagus dan
memuaskan.Ketiga, harus dilakukan sinkronisasi antara kurikulum yang teraplikasikan
dalam kegiatan pembelajaran dan sistem UN yang dilaksanakan. Selama ini, UN terkesan

9
menjadi sebuah entitas yang terlepas dari kurikulum. Menjelang UN, siswa tidak pernah
mendapatkan layanan pendidikan yang inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan
karena mereka hanya dilatih untuk menjadi penghafal pelajaran di kelas.

Dilihat dari aspek akademis-pedagogis, yuridis formal, maupun pengalaman empiris,


UN selayaknya harus segera ditinggalkan (Ghoeskoka, 2010).UN telah membawa
dampak negatif yang sangat luas terhadap penyelenggaran pembelajaran di sekolah.
Proses belajar yang dialami para siswa menjadi sangat parsial, hanya mengembangkan
aspek kognitif, sementara ranah afektif dan psikomotorik terabaikan. Suasana belajar
siswa menjadi sangat menegangkan dan membuat siswa merasa cemas berlebihan, belajar
dalam kondisi ‘terpaksa’, dan tidak menyenangkan.Sementara itu, suasana belajar yang
memberi peluang kepada siswa untuk bereksplorasi dan menemukan sesuatu, dan
memecahkan berbagai permasalahan sulit terjadi.Berbagai inovasi tentang pendekatan
dan strategi pembelajaran yang sangat baik juga sulit diimplementasikan di dalam
kelas.Oleh karena itu, pemerintah hendaknya mempertimbangkan kembali kelanjutan
penyelenggaraan UN.

Adanya berbagai kecurangan yang muncul akan berdampak negatif pada


perkembangan siswa dan kualitas pendidikan kita. Mereka berkembang dalam suasana
yang penuh kecurangan. Kondisi seperti itu bisa saja menjadi pelajaran bagi mereka
untuk melakukan hal yang sama. Kalau hal itu terjadi, sungguh merupakan suatu musibah
besar bagi dunia pendidikan kita.11

C. Perubahan Kurikulum
1. Kurikulum Diubah Karena Desakan Masyarakat
Evaluasi dan perombakan kurikulum pendidikan nasional setidaknya didasari oleh
dua hal, yakni untuk menyelaraskan arah dengan Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) yang mengamanatkan kurikulum pendidikan harus ditinjau
ulang untuk penataan sekaligus penyempurnaannya serta untuk menjawab desakan dari
masyarakat yang meminta kurikulum pendidikan harus dievaluasi (Kompas, 29
September 2012).

11
Ibid. halaman 21

10
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan (Kabalitbang) Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) Chairil Anwar Notodiputro mengatakan,
pihaknya terus meninjau kurikulum yang dipakai sejak tahun 2006 ini dan menyimpulkan
kurikulum tersebut belum sempurna. Oleh karena itu, kementerian menilai sudah
waktunya kurikulum dievaluasi untuk menyesuaikan dengan kondisi saat ini (Kompas, 29
September 2012)."Desakan dari masyarakat cukup kencang bahkan cenderung
menyalahkan kurikulum sebelumnya.Ada tawuran dan korupsi yang disalahkan
kurikulumnya," kata Chairil saat ditemui Kompas.com di Gedung Kemdikbud, Jakarta,
Jumat (28/9/2012).Evaluasi itu, lanjutnya, dilakukan secara menyeluruh yang sedikitnya
mempertimbangkan empat standar pendidikan di dalamnya, yaitu standar kompetensi
kelulusan, standar isi, standar proses, dan standar evaluasi (Kompas, 29 September
2012).12
2. Kurikulum Baru Harus Diimbangi Guru yang Inspiratif
Kurikulum pendidikan harus mengimbangi perkembangan ilmu pengetahuan
(Akuntoro, Kompas 28 September 2012).Namun, peran guru sebagai penyampai pesan
juga harusmengimbangi keduanya. Guru tak hanya sebagai perantara penyampai materi,
tetapi juga harus mampu menginspirasi para peserta didiknya (Akuntoro, Kompas 28
September 2012).
Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Wamendikbud) Bidang Kebudayaan
Wiendu Nuryanti mengatakan, dalam proses pembangunan pendidikan, peran guru yang
kompeten sebagai ujung tombak dan eksekutor penyampai materi tak kalah pentingnya
dari kurikulum pendidikan (Akuntoro, Kompas 28 September 2012). "Intinya kurikulum
itu penting tetapi guru lebih penting sehingga guru jangan hanya mengajar, tetapi harus
mampu menjadi inspirator," kata Wiendu, di Gedung Kemdikbud, Jakarta, Kamis
(28/9/2012) malam (Akuntoro, Kompas 28 September 2012).
Saat ini, lanjutnya, kurikulum pendidikan nasional tengah dirombak total
bersama tim dari Kemdikbud dan pakar-pakar pendidikan. Dengan mengusung konsep
tematik, kurikulum baru diharapkan mampu memberi ruang gerak yang lebih luas untuk
menjadi ladang ekspresi masyarakat sekolah sehingga potensi seluruh peserta didik dapat
semakin mencuat (Akuntoro, Kompas 28 September 2012). "Dengan bahan ajar dan cara

12
Ibid. halaman 30

11
yang benar, peran inspirator dari guru akan muncul sehingga akan ada lompatan dalam
pendidikan kita," ujarnya.

Sebelumnya, Wamendikbud Bidang Pendidikan Musliar Kasim menyatakan hal


senada (Akuntoro, Kompas 28 September 2012). Baginya, sebaik dan sesempurna apa
pun kurikulum pendidikan tak akan memberi dampak signifikan tanpa diimbangi dengan
guru yang kompeten. "Enggak akan ada arti jika guru tak diperbaiki.Itulah mengapa kita
perbaiki dan petakan kompetensi guru melalui Uji Kompetensi Guru (UKG).Ini sangat
relevan antara pemetaan dan akan ada pelatihan kurikulum," pungkasnya (Akuntoro,
Kompas 28 September 2012).13

2.4 Isu-Isu Pendidkan Mengenai Sekolah Agama

Tantangan Madrasah di Era Globalisasi

Sebelum mengalami perkembangan seperti sekarang ini, madrasah hanya


diperuntukkan bagi kalangan masyarakat kelas menengah kebawah. Namun sejak mulai
mengadopsi sistem pendidikan moderen yang berasal dari Barat sambil tetap
mempertahankan yang lama sudah ada dan dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas yang
mendukung iklim pembelajaran dan pengajaransiswa, madrasah (sekolah Islam) sekarang
sudah mulai diminati oleh sebagian kalangan masyarakat kelas menengah ke atas.Apalagi
madrasah sekarang ini sudah banyak yang menjalankan dengan English Daily.Semua
guru dan siswa dalam kegiatan belajar mengajar harus berbicara dalam bahasa Inggris.
Seperti Madrasah Pembangunan UIN Jakarta, Sekolah Islam AI-Azhar, Sekolah Islam
Insan Cendekia, dan lain sebagainya.

Kemampuan berbahasa asing yang bagus seperti bahasa Arab dan Inggris di era
globalisasi seperti sekarang ini mutlak diperlukan.Oleh karena itu, di beberapa madrasah
dan sekolah Islam itu kemudian tidak hanya, memberikan pengetahuan bahasa Inggris
saja.Tetapi lebih dari itu, pengetahuan bahasa Asing lainnya mudak diajarkan oleh
madrasah seperti bahasa Arab, bahasa Jepang, dan bahasa Mandarin pada tingkat
MadrasahAliyah. Disamping itu, dalam menghadapi era globalisasi, madrasah sebagai
institusi pendidikan Islam ridak lantas cukup merasa puas atas keberhasilan yang telah

13
Ibid. halaman 31

12
dicapainya dengan memberikan pengetahuan bahasa asing kepada para siswanya. Tetapi
desain kurikulum pendidikan yang dapat menjawab tantangan zaman sekarang ini
memang sangat dibutuhkan oleh madrasah.

Disamping itu, justru madrasah pada saat sekarang ini harus terus ber fikir ulang
secara berkelanjutan yang mengarah kepada progresivitas madrasah dan para
siswanya.Oleh karena itu, dalam pendidikan Madrasah memang sangat dibutuhkan
pendidikan ketrampilan.Pendidikan ketrampilan ini bisa berupa kegiatan ekstra kurikuler
atau kegiatan intra kurikuler yang berupa pelatihan atau kursus komputer, tari, menulis,
musik, teknik, montir, seni lukis, jurnalistik.Dan mungkin dalam kegiatan olah raga
seperti sepak bola, basket, bulu tangkis, catur dan lain sebagainya. Dari pendidikan
ketrampilan nantinya diharapkan akan berguna bagi siswa ketika lulus dari madrasah.
Mengapa pendidikan ketrampilan penting?. Karena jika sudah dibekali dengan berbagai
pendidikan ketrampilan, nantinya ketika ada siswa yang tidak dapat melanjutkan
pendidikan yang lebih tinggi seperti peruguruan tinggi, maka siswa dengan bekal
ketrampilan yang dimiliki dan pernah didapatinya ketika di madrasah tidak akan
kesulitan lagi untuk mencari pekerjaan.

Jadi penting bagi madrasah untuk mengembangkan pendidikan ketrampilan


tersebut. Sebab dengan begitu siswa akan lapngsung dapat meng amalkan ilmunya
setelah lulus dari madrasah atau sekolah Islam. Dan itu semua harus dilakukan secara
profesional.Dengan adanya pendidikan ketrampilan di sekolah-sekolah Islam atau
madrasah, maka diharapkan lulusan madrasah mampu merespon tantangan dunia global
yang semakin kompetitif. Dan akhirnya nama dan citra madrasah di mata masyarakat
umum juga mendapat respon yang positif. Karena alumninyamempunyai kompetensi
yang tidak kalah kualitasnya dengan alumni sekolah unmm yang setingkat.14

Dibandingkan dengan pendidikan di sckolah umum, madrasah mempunyai misi


yang amat mulia.Ia bukan saja memberikan pendidikan umum seperti halnya sekolah
umum, tetapi juga memberikan pendidikan agama melalui beberapa cabang pelajaran

14
Nur Hidayat, “ISU-ISU KONTEMPORER PENDIDIKAN ISLAM TENTANG MADRASAH DAN TANTANGAN
GLOBALISASI”, Al-Bidayah, Vol.2 No.1, Juni 2010.Diakses di
https://jurnal.albidayah.id/index.php/home/article/viewFile/101/98 . Halaman 56-57

13
agama dan penciptaan suasana keagamaan di madrasah sehingga kalau pendidikan ini
berhasil, maka para lulusannya akan dapat hidup bahagia di dunia ini dan hidup bahagia
di akhirat nanti.

Dalam kaitannya dengan era globalisasi dan perdagangan bebas yang penuh
dengan persaingan ini, madrasah harus juga menyiapkan anak didiknya untuk siap
bersaing di bidang apa saja yang mereka masuki. Ini dimaksudkan agar lulusan madrasah
tidak akan terpinggirkan oleh lulusan sekolah umum dalam memperebutkan tempat dan
peran gerakan pembangunan bangsa. Mengingat dalam UUSPN (Undang-Undang
tentang Sistem Pendidikan Nasional), madrasah dikategorikan sebagai sekolah urn urn,
maka lulusan madrasah juga berhak melanjutkan belajarnya sampai ke perguruan tinggi
umum.Seperti fakultas Ilmu Sosial maupun fakultas IlmuEksakta. Terbukanya peluang
untuk memasuki perguruan tinggi umum ini harus dimanfaatkan oleh madrasah sebaik
mungkin, terutama Fakultas Ekonomi, Teknik, dan Eksakta, yang sebelumnya fakultas
tersebut diajuhi oleh lulusan madrasah. Hal ini disebabkan karena bidang-bidang ilmu
itulah yang diperkirakan akan memainkan peran penting bagi pembangunan nasional
pada masa mendatang. Untuk itu madrasah harus meningkatkan kualitas pelajaran ilmu
eksakta seperti matematika, fisika, dan biologi.Madrasah harus mendorong siswanya
untuk mau bekerja di bidang ekonomi, teknik, dan ilmu eksakta murni agar bidang itu
tidak hanya dikuasai oleh lulusan non madrasah yang belum tentu memiliki mental
keagamaan yang kuat.

Agar lulusan madrasah memiliki wawasan global, yang memandang bahwa


seluruh muka bumi milik Allah ini adalah tempat mengabdi, maka madrasah juga harus
memiliki wawasan global.Bagaimana mungkin madrasah yang tidak memiliki wawasan
global dapat menghasilkan lulusan yang memiliki wawasan global.Madrasah harus
mempersiapkan anak didiknya agar dapat melanjutkan studi atau bekerja di luar
negeri.Untuk itu, maka penguasaan ketrampilan berbahasa asing terutama bahasa Arab
dan lnggris menjadi amat penting.Demikian juga pengenalan budaya dan peradaban
bangsa asing harus di kuasai dengan baik.

Di samping itu, peranan pemerintah dalam masalah ini juga sangat menentukan.
Karena pemerintah sebagai pemegang kebijakan pendidikan seharusnya memberikan

14
sumbangan dana yang lebih besar lagi dalam mensukseskan program pendidikan
khususnya lembaga pendidikan madrasah. Sebab diantara kelemahan-kelemahan sistem
pendidikan di Indonesia adalah karena lemahnya political will dari pemerintah dalam
menangani permasalahan pendidikan ini.

Untuk mengantisipasi berbagai kelemahan pendidikan tersebut, diperlukan


kerjasama dari pelbagai pihak.Tidak hanya insitusi pendidikan yang ada, tetapi
pemerintah juga harus benar-benar serius dalam menangani permasalahan ini agar SDM
Indonesia memperoleh kualitas pendidikan yang lebih baik lagi.Dalam masalah ini,
pemerintah harus memiliki formula kebijakan dan konsistensi untuk mengakomodasi
semua kebutuhan pendidikan tanpa diskriminasi. Salah satunya adalah memperhatikan
fasilitas pendidikan dengan cara menaikkan anggaran untuk biaya pendidikan minimal 20
s/d 25 % dari total APBN. Di sinilah diperlukan political will daripemerintah dalam
menangani kebijakan pendidikan.

Jika kita mau jujur, dari berbagai kelemahan pendidikan kita seperti yang
disebutkan di atas, pada dasarnya bertitik tolak pada lemahnya sumber daya manusia
(SDM) yang ada.Padahal SDM merupakan faktor utama yang menjadi indikator
kemajuan suatu bangsa, disamping faktor sumber daya alam (SDA) serta sumber daya
ilmu pengetahuan dan teknologi.Keberhasilan negara-negara Barat adalah didukung oleh
peningkatan kualitas sumber daya manusia, dan hal itu berhubungan dengan pendidikan
sebagai wahana pembentukan SDM.

Jadi, permasalahan lemahnya SDM di Indonesia secara umum pada dasarnya


berawal dari rendahnya tingkat pendidikan, lemahnya keahlian dan manajemen serta
kurangnya penguasaan teknologi. Lemahnya SDM menyebabkan Indonesia kurang
mampu bersaing dengan negara-negara lain, padahal secara fisiografis Indonesia
termasuk negara yang memiliki kekayaan alam melimpah tetapi sayang tidak dikelola
dengan baik karena kualitas SDM-nya yang kurang mendukung.

Untuk menjawab beberapa pertanyaan tentang pendidikan khususnya pendidikan


madrasah, maka konsekuensinya bahwa pendidikan harus dikonseptualisasikan sebagai
suatu usaha dan proses pemberdayaan yang benar-benar harus disadari secara kolektif,

15
baik individu, keluarga, masyarakat, dan pemerintah sebagai pemegang kebijakan
political will.

Dengan demikian, pendidikan benar-benar memegang peranan penting dan


strategis dalam menghasilkan SDM yang akan membangun bangsa kita ini. Sikap ini
tidak berarti mengecilkan peran sektor lain dalam pembangunan bangsa. Adanya sikap
bahwa masa depan bangsa akan selalu penting dan strategis apabila didasari oleh
pertimbangan empirik bahwa selama ini dan juga untuk waktu yang akan datang,
keberadaan sumber daya manusia yang berkualitas dalam arti seluas-luasnya akan
semankin dibutuhkan bagi pembangunan bangsa.

Kualitas SDM yang diiringi dengan moralitas akhlak dan integritas kebangsaan
yang kuat tidak korupsi, jujur, kreatif: antisipatif dan memiliki visi ke depan maka
diasumsikan akan mempercepat bangsa ini keluar dari krisis multidimensi yang berlarut-
larut segera dapat diatasi. Sebagai perbandingan, dengan dukungan sumber daya manusia
yang kuat, negara negara jiran kita seperti Malaysia, Thailand Srilangka dan Philipina
mengalami kemajuan pesat dalam upaya keluar dari krisis seperti yang dialami oleh
bangsa kita. Bahkan untuk kasus Malaysia, negara ini mampu memulihkan (recovey)
kondisi ekonominya tanpa perlu mengandalkan bantuan IMF dan BankDunia seperti
negara kita Indonesia.

Semua itu sekali lagi, memerlukan peran signifikan dan antisipasi pendidikan,
apakah pendidikan kita mampu mengakomodasi dan memberikan solusi dalam upaya
memajukan dan memenangkan kompetisi global yang keras dan ketat.Ataukah justru
terbelenggu dan asyik dalam lingkaran globalisasi yang ada didepan mata kita semua.Ini
semua adalah merupakan tantangan dan peluang bagi kita umat Islam untuk memegang
amanah Tuhan yaitu sebagai khalifah di bumi.15

15
Ibid. halaman 56-60

16
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pendidikan mempunyai peran yang sangat urgen untuk menjamin perkembangan


dan kelangsungan kehidupan suatu bangsa.Pendidikan juga menjadi tolak ukur kemajuan
suatu bangsa, dan menjadi cermin kepribadian suatu masyarakat.Urgennya pendidikan
bagi suatu bangsa, menggunakan pemerintah Indonesia mengelurkan suatu kebijaksanaan
yang dituangkan dalam Undang-Undang RI Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan pancasila
dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 yang berakar pada
nilai-nilai kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan
zaman. Sistem pendidikan nasional merupakan keseluruhan komponen pendidikan yang
terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional yang telah disahkan
dan diundangkan pada tanggal 27 Maret 1989.

Pendidikan Islam di sekolah umum, dimana antara ilmu pengetahuan dan


pendidikan Islam tidak dapat dipisahkan, karena perkembangan masyarakat Islam, serta
tuntutannya dalam membangun manusia seutuhnya (jasmani dan rohani) sangat
ditentukan oleh kualitas dan kuantitas ilmu pengetahuan yang dicerna melalui proses
pendidikan.Pendidikan Islam di madrasahmenurut SKB 3 Menteri, yang dimaksud
dengan madrasah ialah lembaga pendidikan yang menjadikan mata pelajaran agama Islam
sebagai mata pelajaran yang diberikan sekurang-kurangnya 30%, disamping mata
pelajaran umum. Sistem pendidikan di madrasah adalah perpaduan antara sistem pada
pondok pesantren dengan sistem yang berlaku di sekolah-sekolah modern.Penilaian untuk
kenaikan tingkat ditentukan dengan penguasaan terhadap sejumlah bidang pengajaran
tertentu.
Selama ini, pendidikan informal terutama dalam lingkungan keluarga belum
memberikan kontribusi berarti dalam mendukung pencapaian kompetensi dan
pembentukan karakter siswa.Dalam hal ini, waktu belajar siswa di sekolah perlu
dioptimalkan agar peningkatan mutu hasil belajar dapat dicapai, terutama dalam
pembentukan karakter siswa.Pendidikan karakter merupakan program baru yang
diprioritaskan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Sebelum mengalami perkembangan seperti sekarang ini, madrasah hanya


diperuntukkan bagi kalangan masyarakat kelas menengah kebawah.Kemampuan
berbahasa asing yang bagus seperti bahasa Arab dan Inggris di era globalisasi seperti
sekarang ini mutlak diperlukan.Oleh karena itu, di beberapa madrasah dan sekolah Islam
itu kemudian tidak hanya, memberikan pengetahuan bahasa Inggris saja. Disamping itu,
justru madrasah pada saat sekarang ini harus terus berfikir ulang secara berkelanjutan

17
yang mengarah kepada progresivitas madrasah dan para siswanya. Jadi penting bagi
madrasah untuk mengembangkan pendidikan ketrampilan tersebut. Sebab dengan begitu
siswa akan lapngsung dapat mengamalkan ilmunya setelah lulus dari madrasah atau
sekolah Islam.

Dibandingkan dengan pendidikan di sckolah umum, madrasah mempunyai misi


yang amat mulia. Dalam kaitannya dengan era globalisasi dan perdagangan bebas yang
penuh dengan persaingan ini, madrasah harus juga menyiapkan anak didiknya untuk siap
bersaing di bidang apa saja yang mereka masuki. Ini dimaksudkan agar lulusan madrasah
tidak akan terpinggirkan oleh lulusan sekolah umum dalam memperebutkan tempat dan
peran gerakan pembangunan bangsa. Agar lulusan madrasah memiliki wawasan global,
yang memandang bahwa seluruh muka bumi milik Allah ini adalah tempat mengabdi,
maka madrasah juga harus memiliki wawasan global.

Karena pemerintah sebagai pemegang kebijakan pendidikan seharusnya


memberikan sumbangan dana yang lebih besar lagi dalam mensukseskan program
pendidikan khususnya lembaga pendidikan madrasah. Sebab diantara kelemahan-
kelemahan sistem pendidikan di Indonesia adalah karena lemahnya political will dari
pemerintah dalam menangani permasalahan pendidikan ini. Dalam masalah ini,
pemerintah harus memiliki formula kebijakan dan konsistensi untuk mengakomodasi
semua kebutuhan pendidikan tanpa diskriminasi. Salah satunya adalah memperhatikan
fasilitas pendidikan dengan cara menaikkan anggaran untuk biaya pendidikan minimal 20
s/d 25 % dari total APBN.

Jika kita mau jujur, dari berbagai kelemahan pendidikan kita seperti yang
disebutkan di atas, pada dasarnya bertitik tolak pada lemahnya sumber daya manusia
(SDM) yang ada.Padahal SDM merupakan faktor utama yang menjadi indikator
kemajuan suatu bangsa, disamping faktor sumber daya alam (SDA) serta sumber daya
ilmu pengetahuan dan teknologi.Jadi, permasalahan lemahnya SDM di Indonesia secara
umum pada dasarnya berawal dari rendahnya tingkat pendidikan, lemahnya keahlian dan
manajemen serta kurangnya penguasaan teknologi.

Pendidikan benar-benar memegang peranan penting dan strategis dalam


menghasilkan SDM yang akan membangun bangsa kita ini. Sebagai perbandingan,
dengan dukungan sumber daya manusia yang kuat, negara- negara jiran kita seperti
Malaysia, Thailand Srilangka dan Philipina mengalami kemajuan pesat dalam upaya
keluar dari krisis seperti yang dialami oleh bangsa kita. Bahkan untuk kasus Malaysia,
negara ini mampu memulihkan (recovey) kondisi ekonominya tanpa perlu mengandalkan
bantuan IMF dan BankDunia seperti negara kita Indonesia.Ataukah justru terbelenggu
dan asyik dalam lingkaran globalisasi yang ada didepan mata kita semua.Ini semua
adalah merupakan tantangan dan peluang bagi kita umat Islam untuk memegang amanah
Tuhan yaitu sebagai khalifah di bumi.

18
3.2 Saran

Demikian makalah yang bisa kami sampaikan. Kami menyadari sangatbanyak


kekurangan yang terdapat pada makalah yang kami susun ini. Oleh karena itu kritik dan
saran akan sangat membantu kami dalam penulisan makalah yang lebih baik lagi
mendatang.Semoga bermanfaat bagikita semua aamiin.

19
DAFTAR PUSTAKA

Syamsi, Katam dkk. 2012. “Bunga Rampai : Isu Pendidikan Aktual”. Jakarta:Pusat Data dan
Statistik Pendidikan, Setjen. Diakses di
http://staffnew.uny.ac.id/upload/131873960/penelitian/Bunga+Rampai+Isu+Pendidikan+Aktual.pdf

Hidayat, Nur. 2010. “Isu-Isu Kontemporer Pendidikan Islam Tentang Madrasah dan Tantangan
Globalisasi.”Al-Bidayah, Vol.2 No.1. Diakses di
https://jurnal.albidayah.id/index.php/home/article/viewFile/101/98

Hasbullah, Drs, Kapita Selekta Pendidikan Islam, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1996.

Noer Syam, Muhammad, Filsafat Pendidikan dan Dasar Filsafat Pendidikan Pancasila,


Surabaya: Usaha Nasional, 1986.

Marimba D. Ahmad, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: PT Al-Ma’arif, 1986.

Arifin, M,  Kapita Selekta Pendidikan (Islam dan Umum), Jakarta: PT. Bumi Aksara, 1993.

Sutedjo, Mawardi, Kapita Selekta Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Ditjen Binbaga Islam dan
UT, 1992.

20

Anda mungkin juga menyukai