KELAS 2 D
PEKANBARU
T.A 2020
1
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah hirobbil ‘aalamiin, segala puji bagi Allah SWT.atas segala karunia
nikmatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas
kelompok untuk mata kuliah Ilmu Pendidikan Islam dengan judul “Isu-Isu Mengenai
Sekolah Umum Dan Sekolah Agama”.
Terimakasih penulis ucapkan kepada Ibuk Rena Revita, S.Pd., M.Pd.selaku dosen
Mata kuliah Kapita Selekta Pendidikan, yang telah memberikan arahan terkait tugas
makalah ini. Tanpa bimbingan dari beliau mungkin, kami tidak akan dapat menyelesaikan
tugas ini sesuai dengan format yang telah di tentukan.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki.Oleh karena itu,
penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun
dari berbagai pihak.Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat meberikan
manfaat bagi perkembangan dunia pendidikan.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG...............................................................................1
1.2 RUMUSAN MASALAH..........................................................................1
1.3 TUJUAN PENULISAN............................................................................1
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................2
2.1 Kedudukan Pendidikan Islam dalam sistem Pendidikan Nasional............2
2.2 Pendidikan Islam di Sekolah Umum dan di Madrasah.............................3
2.3 Isu-isu Mengenai Sekolah Umum.............................................................5
2.4 Isu-isu Mengenai Sekolah Agama...........................................................12
BAB III PENUTUP .............................................................................................17
3.1 KESIMPULAN.......................................................................................17
3.2 SARAN....................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................20
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan umat
manusia.Karenanya manusia harus senantiasa mencari dan menuntut ilmu pengetahuan.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan salah satu faktor penting yang
mengharuskan manusia untuk selalu mengembangkan keilmuannya agar dapat beradaptasi di
dunia modern yang kaya akan kemajuan ilmu dan teknologi.
Pendidikan umum serta agama islam, baik di sekolah umum dan sekolah agama hingga
saat ini, masih menghadapi berbagai persoalan dan tantangan serta kritikan dari berbagai
pihak, baik dalam lingkup internal maupun eksternal. Sekolah merupakan sarana dan tempat
menuntut ilmu bagi para peserta didik, juga tempat memperkaya dan memperluas keilmuan
peserta didik.
Dalam makalah ini, penulis akan membahas dan mengulas tentang isu-isu mengenai
sekolah umum, dan sekolah agama yang ada di Indonesia dari berbagai aspek. Tentunya perlu
menjadi perhatian untuk mengevaluasi kebijakan kebijakan yang dilakukan agar
meningkatkan mutu pendidikan yang ada di indonsia menjadi lebih baik lagi.
1
BAB II
PEMBAHASAN
Pendidikan mempunyai peran yang sangat urgen untuk menjamin perkembangan dan
kelangsungan kehidupan suatu bangsa.1 Pendidikan juga menjadi tolak ukur kemajuan suatu
bangsa, dan menjadi cermin kepribadian suatu masyarakat.
1
Hasbullah, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1996), hlm. 27
2
Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: PT Al-Ma’arif, 1986), hlm. 23.
2
Dengan melihat kedua tujuan pendidikan di atas, baik tujuan pendidikan nasional maupun
tujuan pendidikan Islam, terlihat ada dua dimensi kesamaan yang inging diwujudkan yaitu:3
a) Dimensi transendental (lebih dari hanya sekedar ukhrawi) yang berupa ketakwaan,
keimanan dan keikhlasan.
b) Dimensi duniawi melalui nilai-nilai material sebagai sarananya, seperti pengetahuan,
kecerdasan, keterampilan, keintelektualan dan sebagainya.
Pendidikan secara kultural pada umumnya berada dalam lingkup peran, fungsi dan
tujuan yang tidak berbeda.Semuanya hidup dalam upaya yang bermaksud untuk mengangkat
dan menegakkan martabat manusia melalui transmisi yang dimilikinya, terutama dalam
bentuk transfer of knowledge dan transfer of value.
Dalam konteks ini secara jelas juga bisa menjadi sasaran jangkauan pendidikan Islam,
karena bagaimanapun pendidikan Islam merupakan bagian dari sistem pendidikan
nasional.Sebagai pendidikan yang berlabel agama, maka pendidikan Islam memiliki transmisi
spiritual yang lebih nyata dalam proses pengajarannya. dibandingkan dengan pendidikan
umum, sekalipun lembaga ini memiliki muatan yang serupa4,
Antara ilmu pengetahuan dan pendidikan Islam tidak dapat dipisahkan, karena
perkembangan masyarakat Islam, serta tuntutannya dalam membangun manusia seutuhnya
(jasmani dan rohani) sangat ditentukan oleh kualitas dan kuantitas ilmu pengetahuan yang
dicerna melalui proses pendidikan.Ilmu pengetahuan yang dikembangkan dalam pendidikan
haruslah berorientasi pada nilai-nilai Islami, yaitu ilmu pengetahuan yang bertolak dari
metode ilmiah dan metode profetik.Ilmu pengetahuan tersebut bertujuan menemukan dan
mengukur paradigma dan premis intelektual yang berorientasi pada nilai dan kebaktian
dirinya pada pembaharuan dan pembangunan masyarakat, juga berpijak pada kebenaran yang
merupakan sumber dari segala sumber.5
3
Hasbullah, Opcit, hlm. 29
4
M. Arifin, Kapita Selekta Pendidikan (Islam dan Umum), (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 1993), hlm. 55.
5
Ibid, hlm. 61.
3
2. Pendidikan Islam di Madrasah
Menurut SKB 3 Menteri, yang dimaksud dengan madrasah ialah lembaga pendidikan
yang menjadikan mata pelajaran agama Islam sebagai mata pelajaran yang diberikan
sekurang-kurangnya 30%, disamping mata pelajaran umum6. Sistem pendidikan di madrasah
adalah perpaduan antara sistem pada pondok pesantren dengan sistem yang berlaku di
sekolah-sekolah modern.Penilaian untuk kenaikan tingkat ditentukan dengan penguasaan
terhadap sejumlah bidang pengajaran tertentu.
Sebagai pengaruh dari ide-ide pembaharuan yang berkembang di dunia Islam dan
kebangkitan bangsa Indonesia, sedikit demi sedikit pelajaran umum masuk ke dalam
kurikulum madrasah.Buku-buku pelajaran agama mulai disusun khusus sesuai dengan
tingkatan madrasah, sebagai halnya buku-buku pengetahuan umum yang berlaku di sekolah-
sekolah umum. Bahkan kemudian timbulah madrasah-madrasah yang mengikuti sistem
perjenjangan dalam bentuk di sekolah-sekolah modern, seperti Madrasah Ibtidaiyah untuk
tingkat dasar, Madrasah Tsanawiyah untuk tingkat menengah pertama, dan adapula Kuliah
Mualimin (pendidikan guru) yang disebut normal Islam.
Pengetahuan umum yang diajarkan di madrasah yaitu antara lain membaca dan menulis
(huruf latin), bahasa Indonesia, berhitung, ilmu bumi, sejrah Indonesia dan dunia serta
olahraga dan kesehatan.7
Agar madrasah mendapat bantuan materil dan bimbingan dari pemerintah Menteri
Agama Nomor 1 tahun 1952.Menurut ketentuan ini, yang dinamakan madrasah ialah “tempat
pendidikan yang telah diatur sebagai sekolah dan memuat pendidikan dan ilmu pengetahuan
agama Islam menjadi pokok pengajaran”.Berdasarkan ketentuan tersebut, jenjang pendidikan
pada madrasah tersusun sebagai berikut;8
a.Madrasah rendah atau sekarang lazim dikenal sebagai Madrasah Ibtidaiyah, ialah
madrasah yang memuat pendidikan dan ilmu pengetahuan agama Islam menjadi pokok
pengajarannya, lama pendidikan 6 tahun.
b.Madrasah lanjutan tingkat pertama atau sekarang dikenal sebagai Madrasah
Tsanawiyah ialah madrasah yang menerima murid tamatan Madrasah Ibtidaiyah atau
sederajat, serta memberikan pendidikan di dalam ilmu pengetahuan agama Islam
sebagai pokok, lama pendidikannya 3 tahun.
c.Madrasah lanjutan Atas atau sekarang dikenal sebagai Madrasah Aliyah, ialah madrasah
yang menerima murid-murid tamatan madrasah lanjutan pertama atau
6
Hasbullah, Opcit, hlm. 74
7
Muwardi Sutedjo, Kapita Selekta Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Ditjen Binbaga Islam dan UT, 1992),
hlm. 42.
8
Ibid, hlm. 43
4
sederajat memberi pendidikan dalam ilmu pengetahuan agama Islam sebagai pokok lama
belajar 3 tahun.
A. Pendidikan Karakter
1. Model Pelaksanaan Pendidikan Karakter
Selama ini, pendidikan informal terutama dalam lingkungan keluarga belum
memberikan kontribusi berarti dalam mendukung pencapaian kompetensi dan
pembentukan karakter siswa (Prasetya & Rivashinta, 2011).Kesibukan dan aktivitas kerja
orang tua yang relatif tinggi, kurangnya pemahaman orang tua dalam mendidik anak di
lingkungan keluarga, pengaruh pergaulan di lingkungan sekitar, dan pengaruh media
elektronik ditengarai berpengaruh negatif terhadap perkembangan danpencapaian hasil
belajar siswa.Salah satu alternatif untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah melalui
pendidikan karakter terpadu, yaitu memadukan dan mengoptimalkan kegiatan pendidikan
informal lingkungan keluarga dengan pendidikan formal di sekolah.Dalam hal ini, waktu
belajar siswa di sekolah perlu dioptimalkan agar peningkatan mutu hasil belajar dapat
dicapai, terutama dalam pembentukan karakter siswa.
Pendidikan karakter dapat diintegrasi ke dalam pembelajaran pada setiap mata
pelajaran (Prasetya & Rivashinta, 2011). Materi pembelajaran yang berkaitan dengan
norma atau nilai-nilai pada setiap mata pelajaran perlu dikembangkan, dieksplisitkan, dan
dikaitkan dengan konteks kehidupan seharihari. Dengan demikian, pembelajaran nilai-
nilai karakter tidak hanya pada tataran kognitif, tetapi menyentuh pada internalisasi, dan
pengamalan nyata dalam kehidupan siswa sehari-hari di masyarakat.Kegiatan ekstra
kurikuler yang selama ini diselenggarakan sekolah merupakan salah satu media yang
potensial untuk pembinaan karakter dan peningkatan mutu akademik siswa (Prasetya &
Rivashinta, 2011).Kegiatan ekstra kurikuler merupakan kegiatan pendidikan di luar mata
pelajaran untuk membantu pengembangan siswa sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat,
dan minat mereka melalui kegiatan yang secara khusus diselenggarakan oleh pendidik
dan atau tenaga kependidikan yang berkemampuan dan berkewenangan di
sekolah.Melalui kegiatan ekstra kurikuler diharapkan dapat dikembangkan kemampuan
dan rasa tanggung jawab sosial, serta potensi dan prestasi siswa.
5
Bagaimana implementasi pendidikan karakter di sekolah? Menurut Batubara
(2012), implementasi pendidikan karakter di sekolah dapat dilakukan melalui:
a) Pengintegrasikan ke dalam kegiatan belajar mengajar (KBM) pada setiap mata
pelajaran,
b) Pembiasaan dalam kehidupan keseharian di satuan pendidikan, artinya dengan
menciptakan budaya sekolah yang berkarakter baik,
6
f) kegiatan rutin, berbaris masuk ruang kelas untuk mengajarkan budaya antri,
berdoa sebelum dan sesudah kegiatan, mengucapkan salam bila bertemu dengan
orang lain, dan membersihkan ruang kelas tempat belajar.
2. Kendala-kendala Implementasi Pendidikan Karakter
7
mewujudkan nilai-nilai karakter secara khusus sesuai dengan nilai karakter mata
pelajaran dan nilai-nilai karakter umum di sekolah.9
9
Kastam Syamsi, dkk. “BUNGA RAMPAI : ISU PENDIDIKAN AKTUAL”. Jakarta:Pusat Data dan Statistik Pendidikan,
Setjen, 2012. diakses di
http://staffnew.uny.ac.id/upload/131873960/penelitian/Bunga+Rampai+Isu+Pendidikan+Aktual.pdf Halaman 6-11
10
Ibid. halaman 17
8
2. Harapan Penyelenggaraan UN
9
menjadi sebuah entitas yang terlepas dari kurikulum. Menjelang UN, siswa tidak pernah
mendapatkan layanan pendidikan yang inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan
karena mereka hanya dilatih untuk menjadi penghafal pelajaran di kelas.
C. Perubahan Kurikulum
1. Kurikulum Diubah Karena Desakan Masyarakat
Evaluasi dan perombakan kurikulum pendidikan nasional setidaknya didasari oleh
dua hal, yakni untuk menyelaraskan arah dengan Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) yang mengamanatkan kurikulum pendidikan harus ditinjau
ulang untuk penataan sekaligus penyempurnaannya serta untuk menjawab desakan dari
masyarakat yang meminta kurikulum pendidikan harus dievaluasi (Kompas, 29
September 2012).
11
Ibid. halaman 21
10
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan (Kabalitbang) Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) Chairil Anwar Notodiputro mengatakan,
pihaknya terus meninjau kurikulum yang dipakai sejak tahun 2006 ini dan menyimpulkan
kurikulum tersebut belum sempurna. Oleh karena itu, kementerian menilai sudah
waktunya kurikulum dievaluasi untuk menyesuaikan dengan kondisi saat ini (Kompas, 29
September 2012)."Desakan dari masyarakat cukup kencang bahkan cenderung
menyalahkan kurikulum sebelumnya.Ada tawuran dan korupsi yang disalahkan
kurikulumnya," kata Chairil saat ditemui Kompas.com di Gedung Kemdikbud, Jakarta,
Jumat (28/9/2012).Evaluasi itu, lanjutnya, dilakukan secara menyeluruh yang sedikitnya
mempertimbangkan empat standar pendidikan di dalamnya, yaitu standar kompetensi
kelulusan, standar isi, standar proses, dan standar evaluasi (Kompas, 29 September
2012).12
2. Kurikulum Baru Harus Diimbangi Guru yang Inspiratif
Kurikulum pendidikan harus mengimbangi perkembangan ilmu pengetahuan
(Akuntoro, Kompas 28 September 2012).Namun, peran guru sebagai penyampai pesan
juga harusmengimbangi keduanya. Guru tak hanya sebagai perantara penyampai materi,
tetapi juga harus mampu menginspirasi para peserta didiknya (Akuntoro, Kompas 28
September 2012).
Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Wamendikbud) Bidang Kebudayaan
Wiendu Nuryanti mengatakan, dalam proses pembangunan pendidikan, peran guru yang
kompeten sebagai ujung tombak dan eksekutor penyampai materi tak kalah pentingnya
dari kurikulum pendidikan (Akuntoro, Kompas 28 September 2012). "Intinya kurikulum
itu penting tetapi guru lebih penting sehingga guru jangan hanya mengajar, tetapi harus
mampu menjadi inspirator," kata Wiendu, di Gedung Kemdikbud, Jakarta, Kamis
(28/9/2012) malam (Akuntoro, Kompas 28 September 2012).
Saat ini, lanjutnya, kurikulum pendidikan nasional tengah dirombak total
bersama tim dari Kemdikbud dan pakar-pakar pendidikan. Dengan mengusung konsep
tematik, kurikulum baru diharapkan mampu memberi ruang gerak yang lebih luas untuk
menjadi ladang ekspresi masyarakat sekolah sehingga potensi seluruh peserta didik dapat
semakin mencuat (Akuntoro, Kompas 28 September 2012). "Dengan bahan ajar dan cara
12
Ibid. halaman 30
11
yang benar, peran inspirator dari guru akan muncul sehingga akan ada lompatan dalam
pendidikan kita," ujarnya.
Kemampuan berbahasa asing yang bagus seperti bahasa Arab dan Inggris di era
globalisasi seperti sekarang ini mutlak diperlukan.Oleh karena itu, di beberapa madrasah
dan sekolah Islam itu kemudian tidak hanya, memberikan pengetahuan bahasa Inggris
saja.Tetapi lebih dari itu, pengetahuan bahasa Asing lainnya mudak diajarkan oleh
madrasah seperti bahasa Arab, bahasa Jepang, dan bahasa Mandarin pada tingkat
MadrasahAliyah. Disamping itu, dalam menghadapi era globalisasi, madrasah sebagai
institusi pendidikan Islam ridak lantas cukup merasa puas atas keberhasilan yang telah
13
Ibid. halaman 31
12
dicapainya dengan memberikan pengetahuan bahasa asing kepada para siswanya. Tetapi
desain kurikulum pendidikan yang dapat menjawab tantangan zaman sekarang ini
memang sangat dibutuhkan oleh madrasah.
Disamping itu, justru madrasah pada saat sekarang ini harus terus ber fikir ulang
secara berkelanjutan yang mengarah kepada progresivitas madrasah dan para
siswanya.Oleh karena itu, dalam pendidikan Madrasah memang sangat dibutuhkan
pendidikan ketrampilan.Pendidikan ketrampilan ini bisa berupa kegiatan ekstra kurikuler
atau kegiatan intra kurikuler yang berupa pelatihan atau kursus komputer, tari, menulis,
musik, teknik, montir, seni lukis, jurnalistik.Dan mungkin dalam kegiatan olah raga
seperti sepak bola, basket, bulu tangkis, catur dan lain sebagainya. Dari pendidikan
ketrampilan nantinya diharapkan akan berguna bagi siswa ketika lulus dari madrasah.
Mengapa pendidikan ketrampilan penting?. Karena jika sudah dibekali dengan berbagai
pendidikan ketrampilan, nantinya ketika ada siswa yang tidak dapat melanjutkan
pendidikan yang lebih tinggi seperti peruguruan tinggi, maka siswa dengan bekal
ketrampilan yang dimiliki dan pernah didapatinya ketika di madrasah tidak akan
kesulitan lagi untuk mencari pekerjaan.
14
Nur Hidayat, “ISU-ISU KONTEMPORER PENDIDIKAN ISLAM TENTANG MADRASAH DAN TANTANGAN
GLOBALISASI”, Al-Bidayah, Vol.2 No.1, Juni 2010.Diakses di
https://jurnal.albidayah.id/index.php/home/article/viewFile/101/98 . Halaman 56-57
13
agama dan penciptaan suasana keagamaan di madrasah sehingga kalau pendidikan ini
berhasil, maka para lulusannya akan dapat hidup bahagia di dunia ini dan hidup bahagia
di akhirat nanti.
Dalam kaitannya dengan era globalisasi dan perdagangan bebas yang penuh
dengan persaingan ini, madrasah harus juga menyiapkan anak didiknya untuk siap
bersaing di bidang apa saja yang mereka masuki. Ini dimaksudkan agar lulusan madrasah
tidak akan terpinggirkan oleh lulusan sekolah umum dalam memperebutkan tempat dan
peran gerakan pembangunan bangsa. Mengingat dalam UUSPN (Undang-Undang
tentang Sistem Pendidikan Nasional), madrasah dikategorikan sebagai sekolah urn urn,
maka lulusan madrasah juga berhak melanjutkan belajarnya sampai ke perguruan tinggi
umum.Seperti fakultas Ilmu Sosial maupun fakultas IlmuEksakta. Terbukanya peluang
untuk memasuki perguruan tinggi umum ini harus dimanfaatkan oleh madrasah sebaik
mungkin, terutama Fakultas Ekonomi, Teknik, dan Eksakta, yang sebelumnya fakultas
tersebut diajuhi oleh lulusan madrasah. Hal ini disebabkan karena bidang-bidang ilmu
itulah yang diperkirakan akan memainkan peran penting bagi pembangunan nasional
pada masa mendatang. Untuk itu madrasah harus meningkatkan kualitas pelajaran ilmu
eksakta seperti matematika, fisika, dan biologi.Madrasah harus mendorong siswanya
untuk mau bekerja di bidang ekonomi, teknik, dan ilmu eksakta murni agar bidang itu
tidak hanya dikuasai oleh lulusan non madrasah yang belum tentu memiliki mental
keagamaan yang kuat.
Di samping itu, peranan pemerintah dalam masalah ini juga sangat menentukan.
Karena pemerintah sebagai pemegang kebijakan pendidikan seharusnya memberikan
14
sumbangan dana yang lebih besar lagi dalam mensukseskan program pendidikan
khususnya lembaga pendidikan madrasah. Sebab diantara kelemahan-kelemahan sistem
pendidikan di Indonesia adalah karena lemahnya political will dari pemerintah dalam
menangani permasalahan pendidikan ini.
Jika kita mau jujur, dari berbagai kelemahan pendidikan kita seperti yang
disebutkan di atas, pada dasarnya bertitik tolak pada lemahnya sumber daya manusia
(SDM) yang ada.Padahal SDM merupakan faktor utama yang menjadi indikator
kemajuan suatu bangsa, disamping faktor sumber daya alam (SDA) serta sumber daya
ilmu pengetahuan dan teknologi.Keberhasilan negara-negara Barat adalah didukung oleh
peningkatan kualitas sumber daya manusia, dan hal itu berhubungan dengan pendidikan
sebagai wahana pembentukan SDM.
15
baik individu, keluarga, masyarakat, dan pemerintah sebagai pemegang kebijakan
political will.
Kualitas SDM yang diiringi dengan moralitas akhlak dan integritas kebangsaan
yang kuat tidak korupsi, jujur, kreatif: antisipatif dan memiliki visi ke depan maka
diasumsikan akan mempercepat bangsa ini keluar dari krisis multidimensi yang berlarut-
larut segera dapat diatasi. Sebagai perbandingan, dengan dukungan sumber daya manusia
yang kuat, negara negara jiran kita seperti Malaysia, Thailand Srilangka dan Philipina
mengalami kemajuan pesat dalam upaya keluar dari krisis seperti yang dialami oleh
bangsa kita. Bahkan untuk kasus Malaysia, negara ini mampu memulihkan (recovey)
kondisi ekonominya tanpa perlu mengandalkan bantuan IMF dan BankDunia seperti
negara kita Indonesia.
Semua itu sekali lagi, memerlukan peran signifikan dan antisipasi pendidikan,
apakah pendidikan kita mampu mengakomodasi dan memberikan solusi dalam upaya
memajukan dan memenangkan kompetisi global yang keras dan ketat.Ataukah justru
terbelenggu dan asyik dalam lingkaran globalisasi yang ada didepan mata kita semua.Ini
semua adalah merupakan tantangan dan peluang bagi kita umat Islam untuk memegang
amanah Tuhan yaitu sebagai khalifah di bumi.15
15
Ibid. halaman 56-60
16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
17
yang mengarah kepada progresivitas madrasah dan para siswanya. Jadi penting bagi
madrasah untuk mengembangkan pendidikan ketrampilan tersebut. Sebab dengan begitu
siswa akan lapngsung dapat mengamalkan ilmunya setelah lulus dari madrasah atau
sekolah Islam.
Jika kita mau jujur, dari berbagai kelemahan pendidikan kita seperti yang
disebutkan di atas, pada dasarnya bertitik tolak pada lemahnya sumber daya manusia
(SDM) yang ada.Padahal SDM merupakan faktor utama yang menjadi indikator
kemajuan suatu bangsa, disamping faktor sumber daya alam (SDA) serta sumber daya
ilmu pengetahuan dan teknologi.Jadi, permasalahan lemahnya SDM di Indonesia secara
umum pada dasarnya berawal dari rendahnya tingkat pendidikan, lemahnya keahlian dan
manajemen serta kurangnya penguasaan teknologi.
18
3.2 Saran
19
DAFTAR PUSTAKA
Syamsi, Katam dkk. 2012. “Bunga Rampai : Isu Pendidikan Aktual”. Jakarta:Pusat Data dan
Statistik Pendidikan, Setjen. Diakses di
http://staffnew.uny.ac.id/upload/131873960/penelitian/Bunga+Rampai+Isu+Pendidikan+Aktual.pdf
Hidayat, Nur. 2010. “Isu-Isu Kontemporer Pendidikan Islam Tentang Madrasah dan Tantangan
Globalisasi.”Al-Bidayah, Vol.2 No.1. Diakses di
https://jurnal.albidayah.id/index.php/home/article/viewFile/101/98
Arifin, M, Kapita Selekta Pendidikan (Islam dan Umum), Jakarta: PT. Bumi Aksara, 1993.
Sutedjo, Mawardi, Kapita Selekta Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Ditjen Binbaga Islam dan
UT, 1992.
20