Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa Allah Subhanahu
wata’ala, karena dengan nikmat dan rahmat-Nyalah semata, kami dapat menyelesaikan dan
menyusun makalah ini yang berjudul “ISU ISU SEKOLAH NEGERI DAN SEKOLAH
waktu yang telah ditetapkan. Guna memenuhi tugas kelompok dalam mata kuliah KAPITA
SELEKTA PENDIDIKAN.
Shalawat serta salam atas junjungan kita Nabi Muhammad shalallahu’alaihi wa salam,
uswatun khasanah kita, karena dengan perjuangan dan pengorbanan dan pengorbanan beliaulah
kita dapat merasakan ketenangan dan kebebasan menikmati hidup. Dari masa yang penuh
dengan kemusyrikan, kejahilan, kebodohan dan kegelapan menjadi masa yang penuh ketahidan,
penuh dengan ilmu dan pengetahuan. Semoga rahmat dan maghfirah tetap tercurahkan kepada
beliau, keluarga, sahabat dan juga percikan rahmat-Nya akan sampai pula kepada kita yang
Semoga dengan adanya makalah ini dapat menambah sedikit ilmu dan pengetahuan
kepada pembaca terutama pada kami sebagai penyusun, tentang Agama islam yang mulia ini
dinnul khaq, sehingga keimanandan ketaqwaan kita kepada Allah SWT teris bertambah Aamiin.
Juga di makalah ini jika di temukan kesalahan dalam penulisan apalagi dalam pengambilan dalil,
maka saya minta pada para pembaca dan saran sehingga kedepan bisa lebih teliti lagi.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Percepatan
2. Peningkatan Kecepatan
3. Laju Perubahan Kecepatan
Depdiknas mendefinisikan program percepatan belajar (akselerasi) adalah sebuah
pemberian layanan pendidikan sesuai potensi siswa berbakat, dengan memberi
kesempatan mereka untuk menyesuaikan program reguler dalam jangka waktuyang lebih
cepat dibandingkan teman-temannya.2
8https://catatankampus3.blogspot.com/2018/03/Makalah-Pengembangan-Program-Akselerasi-diMadrasah.html?
m=1
Teori konstruktivisme juga mempunyai pemahaman tentang belajar yang lebih menekankan
pada proses daripada hasil. Hasil belajar sebagai tujuan dinilai penting, tetapi proses yang
melibatkan cara dan strategi dalam belajar juga dinilai penting. Dalam proses belajar, hasil
belajar, cara belajar, dan strategi belajar akan mempengaruhi perkembangan tata pikir dan
skema berpikir seseorang. Sebagai upaya memperoleh pemahaman atau pengetahuan, siswa
”mengkonstruksi” atau membangun pemahamannya terhadap fenomena yang ditemui
dengan menggunakan pengalaman, struktur kognitif, dan keyakinan yang dimiliki.
Dengan demikian, belajar menurut teori konstruktivisme bukanlah sekadar menghafal, akan
tetapi proses mengkonstruksi pengetahuan melalui pengalaman. Pengetahuan bukanlah hasil
”pemberian” dari orang lain seperti guru, akan tetapi hasil dari proses mengkonstruksi yang
dilakukan setiap individu. Pengetahuan hasil dari ”pemberian” tidak akan bermakna.
Adapun pengetahuan yang diperoleh melalui proses mengkonstruksi pengetahuan itu oleh
setiap individu akan memberikan makna mendalam atau lebih dikuasai dan lebih lama
tersimpan atau diingat dalam setiap individu.
1) Adanya motivasi untuk siswa bahwa belajar adalah tanggung jawab siswa itu sendiri.
2) Mengembangkan kemampuan siswa untuk mengejukan pertanyaan dan mencari sendiri
pertanyaannya.
3) Membantu siswa untuk mengembangkan pengertian dan pemahaman konsep secara
lengkap.
4) Mengembangkan kemampuan siswa untuk menjadi pemikir yang mandiri.
5) Lebih menekankan pada proses belajar bagaimana belajar itu. Salah satu teori atau
pandangan yang sangat terkenal berkaitan dengan teori belajar konstruktivisme adalah
teori perkembangan mental Piaget. Teori ini biasa juga disebut teori perkembangan
intelektual atau teori perkembangan kognitif. Teori belajar tersebut berkenaan dengan
kesiapan anak untuk belajar, yang dikemas dalam tahap perkembangan intelektual dari
lahir hingga dewasa. Setiap tahap perkembangan intelektual yang dimaksud dilengkapi
dengan ciri-ciri tertentu dalam mengkonstruksi ilmu pengetahuan. Misalnya, pada tahap
sensori motor anak berpikir melalui gerakan atau perbuatan (Ruseffendi, 1988: 132).
Selanjutnya, Piaget yang dikenal sebagai konstruktivis pertama (Dahar, 1989: 159)
menegaskan bahwa pengetahuan tersebut dibangun dalam pikiran anak melalui asimilasi dan
akomodasi. Asimilasi adalah penyerapan informasi baru dalam pikiran. Sedangkan,
akomodasi adalah menyusun kembali struktur pikiran karena adanya informasi baru,
sehingga informasi tersebut mempunyai tempat (Ruseffendi 1988:133). Pengertian tentang
akomodasi yang lain adalah proses mental yang meliputi pembentukan skema baru yang
cocok dengan ransangan baru atau memodifikasi skema yang sudah ada sehingga cocok
dengan rangsangan itu (Suparno, 1996: 7).
Jadi, secara umumpengertian dari teori belajar konstrutivisme merupakan suatu metode
pembelajaran yang lebih menekankan pada proses dan kebebasan dalam menggali
pengetahuan. Teori ini memberikan keaktifan terhadap siswa untuk belajar menemukan
sendiri kompetensi, pengetahuan atau teknologi dan hal lain yang diperlukan guna
mengembangkan dirinya sendiri. Ibarat botol air, siswa bukanlah botol botol kecil yang siap
menerima berbagai ilmu pengetahuan sesuai dengan kehendak guru.
B. Karakteristik Konstruktivisme
Dari semua itu hanya ada satu prinsip yang paling penting adalah guru tidak boleh hanya
semata-mata memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun pengetahuan
didalam benaknya sendiri. Seorang guru dapat membantu proses ini dengan cara-cara
mengajar yang membuat informasi menjadi sangat bermakna dan sangat relevan bagi siswa,
dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan sendiri
ide-ide dan dengan mengajak siswa agar menyadari dan menggunakan strategi-strategi
mereka sendiri untuk belajar. Guru dapat memberikan tangga kepada siswa yang mana tangga
itu nantinya dimaksudkan dapat membantu mereka mencapai tingkat penemuan.9
9https://www.academia.edu/31928187/MAKALAH_KONSTRUKTIVISME
D.Proses belajar teori belajar konstruktivisme
Secara konseptual, proses belajar jika dipandang dari pendekatan kognitif, bukan sebagai
perolehan informasi yang berlangsung satu arah dari luar ke dalam diri siswa, melainkan
sebagai pemberian makna oleh siswa kepada pengalamannya melalui prosesnya asimilasi dan
akomodasi yang bermuara pada pemutahkiran struktur kognitifnya.Kegiatan belajar lebih
dipandang dari segi prosesnya dari pada segi perolehan pangetahuan dari fakta-fakta yang
terlepas-lepas.
a. Peran Siswa
Menurut pandangan kontruktivistik, belajar merupakan suatu proses pembentukan
pengetahuan. Pembentukan ini harus dilakukan oleh si belajar. Siswa harus aktif
melakukan kegiatan, aktif berpikir, menyusun konsep dan memberi makna tentang hal-
hal yang sedang dipelajari. Guru memang dapat dan harus mengambil prakarsa untuk
menata lingkungan yang memberi peluang optimal bagian terjadinya belajar. Namun
yang akhirnya paling menentukan terwujudnya gejala belajar adalah niat belajar siswa
sendiri. Dengan istilah lain, dapat dikatakan bahwa hakekatnya kendala belajar
sepenuhnya ada pada siswa. Paradigma konstruktivistik memandang siswa sebagai
pribadi yang sudah memiliki kemampuan awal sebelum mempelajari sesuatu.
Kemampuan awal tersebut akan menjadi dasar dalam mengkonstruksi pengetahuan yang
baru. Oleh karena itu meskipun kemamuan awal tersebut masih sangat sederhana atau
tidak sesuai dengan pendapat guru, sebaiknya diterima dan dijadikan dasar pembelajaran
dan pembimbingan.
b. Peranan Guru
Dalam belajar kostruksi guru atau pendidik berperan membantu agar proses
pengkonstruksian pengetahuan oleh siswa untuk membentuk pengetahuaanya sendiri.
Guru dituntut untuk lebih memahami jalan pikiran atau cara pandang siswa dalam belajar.
Guru tidak dapat mengklaim bahwa satu-satunya cara yang tepat adalah yang sama dan
sesuai dengan kemampuannya.
Peranan guru dalam interaksi pendidikan adalah pengendali, yang meliputi;
1) Menumbuhkan kamandirian dengan menyediakan kesempatan untuk mengambil
keputusan dan bertindak.
2) Menumbuhkan kemampuan mengambil keputusan dan bertindak dengan
meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan siswa.
3) Menyediakan sistem dukungan yang memberikan kemudahan belajar agar siswa
mempunyai peluang optimal untuk latihan. Pendekatan konstruktivistik
menekankan bahwa peranan utama dalam kegiatan belajar adalah aktifitas siswa
dalam mengkonstruksi pengetahuannya sendiri. Segala sesuatu seperti bahan,
media, peralatan, lingkungan dan fasilitas lainnya.
c. Saranabelajar
Pendekatan ini menekankan bahwa peranan utama dalam kegiatan belajar adalah
aktifitas siswa dalam mengkontruksi pengetahuannya sendiri. Segala sesuatu seperti
bahan, media, peralatan, lingkungan, dan fasilitas lainnya disediakan untuk membantu
pembentukan tersebut. Siswa diberi kebebasan untuk mengungkapkan pendapat dan
pemikiranya tentang sesuatu yang dihadapinya. Untuk menyampaikan pengalaman yaitu
menyajikan bahan kepada murid-murid yang sekiranya tidak mereka peroleh dari
pengalaman langsung. Ini dapat di lakukan dengan melalui film, TV, rekaman suara,
dan lain-lain. Hal ini merupakan pengganti pengalaman yang langsung.
d. Evaluasi Pandangan konstruktivistik mengemukakan bahwa lingkungan belajar sangat
mendukung munculnya berbagai pandangan dan interpretasi terhadap realitas, kontruksi
pengetahuan, serta aktifitas-aktifitas lain yang didasarkan pada pengalaman.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pengertian“Akselerasi”Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI)berarti:Percepatan, Peningkatan Kecepatan, Laju Perubahan Kecepatan.
Depdiknas mendefinisikan program percepatan belajar (akselerasi) adalah sebuah
pemberian layanan pendidikan sesuai potensi siswa berbakat, dengan memberi
10https://www.google.com/amp/s/restudesriyanti.wordpress.com/2017/03/10/konstruktivisme-dalam-
pembelajaran/amp/
kesempatan mereka untuk menyesuaikan program reguler dalam jangka waktuyang lebih
cepat dibandingkan teman-temannya.Sedangkan menurut Prof. Dr. Oemar Hamalik
(2004:186) akselerasi berarti memberi kesempatan kepada siswa yang bersangkutan
untuk naik ke tingkat kelas berikutnya lebih cepat satu atau dua sekaligus. Ada 2 (dua)
tujuan yang mendasari dikembangkannya program percepatan belajar bagi peserta didik
yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa: tujuan umum dan tujuan khusus.
Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyeleggaraa kegiatan belajar-
mengajar.
Konstruktiv berarti bersifat membina, memperbaiki, dan membangun.
Sedangkan Isme dalam kamus Bahasa Inonesia berarti paham atau aliran.
Konstruktivisme merupakan aliran filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa
pengetahuan kita merupakan hasil konstruksi kita sendiri. Karakteristik Konstruktivisme:
Belajar berarti membentuk makna. Makna diciptakan oleh siswa dari apa yang dilihat,
dengar, rasakan, dan alami. Konstruksi arti itu dipengaruhi oleh pengertian yang telah
dimiliki, Konstruksi arti merupakan proses yang terus menerus. Setiap kali berhadapan
dengan fenomena atau persoalan yang baru, siswa akan selalu mengadakan rekonstruksi.
prinsip yang paling penting adalah guru tidak boleh hanya semata-mata memberikan
pengetahuan kepada siswa.proses belajar jika dipandang dari pendekatan kognitif, bukan
sebagai perolehan informasi yang berlangsung satu arah dari luar ke dalam diri siswa,
melainkan sebagai pemberian makna oleh siswa kepada pengalamannya melalui
prosesnya asimilasi dan akomodas
3.2 Saran
Dalam penulisan makalah ini penulis banyak sekali terdapat kekurangan, baik segi tata
nahasa maupun pemberian contoh. Maka dari itu, penulis sangat mengharapkan saran
serta kritik dari pembaca untuk penyempurnaan dari makalah ini demi kemajuan dunia
pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA
https://catatankampus3.blogspot.com/2018/03/Makalah-Pengembangan-Program-Akselerasi-
diMadrasah.html?m=1
https://www.academia.edu/31928187/MAKALAH_KONSTRUKTIVISME
https://www.google.com/amp/s/restudesriyanti.wordpress.com/2017/03/10/konstruktivisme-
dalam-pembelajaran/amp/