Anda di halaman 1dari 9

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada ‫ﷲ سبحانه ى و تعال‬, berkat rahmat dan karunia-Nya
penulis telah dapat menyelesaikan tugas mata pelajaran AQIDAH ini. Penyusunan makalah ini
untuk memenuhi salah satu tugas dalam pembelajaran RUKUM IMAN KE-6, IMAN KEPADA
QADHA’ dan QADAR.

Dalam penyusunan dan penulisan makalah ini, tidak sedikit hambatan yang penulis
hadapi. Sehingga dalam penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan-
kekurangan baik dalam penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki
penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi
menyempurnakan pembuatan makalah ini.

Dalam pembuatan makalah ini penulis jugah menyampaikan ucapan terimakasih kepada
pihak-pihak yang telah mendukung dan membantu dalam memberikan informasi tentang
materi yang terkait.
Semoga materi ini dapat bermanfaat bagi yang membutuhkan dan menjadi motifasi, khususnya
bagi penulis.

Pekanbaru, 10-2019

Penulis.
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Iman adalah aspek agama Islam yang paling mendasar, dan bisa disebut pondasi
dari setiap agama. Bila sistem Iman rusak, maka runtuhlah bangunan agama secara
keseluruhan. Dalam agama Islam Iman ini terbagi menjadi enam, yaitu: Iman kepada
Allah, Iman kepada Rasulullah SAW, Iman kepada malaikat Allah, Iman kepada kitab-
kitab Allah, Iman kepada hari akhir, dan Iman kepada qadha & qadar.
Beriman kepada Qada’ dan Qadar termasuk rukun Iman yang ke-enam dan harus
diyakini kebenarannya oleh setiap muslimin dan muslimat. Beriman kepada Qada’ dan Qadar
dalam kehidupan sehari-hari lebih popular dengan sebutan takdir.
Beriman kepada Qadha dan Qadar artinya percaya dan yakin bahwasahnya Allah SWT memiliki
kehendak, keputusan dan ketetapan atas semuanya makhlukNya termasuk segala sesuatu
meliputi semua kejadian yang menimpa seluruh makhluk hidup, termasuk manusia dan benda-
benda yang ada di alam semesta. Kejadian itu bisa berupa hidup atau mati, baik atau buruk,
kemunculan atau kemusnahan.
Beriman kepada Qada’ dan Qadar termasuk salah satu daripada kewajiban Rukun Iman,
meyakini bahawa seluruh penciptaan alam semesta mengikut ilmu Allah dan kebijaksanaan-Nya,
sesungguhnya Dia berkuasa ke atas setiap sesuatu dan berkuasa melakukan perkara yang
dikehendaki-Nya. Allah SWT Berfirman :
‫إِنَّا ُك َّل ش َْيءٍ َخلَ ْق َناهُ بِ َقد ٍَر‬
“Sesungguhnya Kami menciptakan setiap sesuatu menurut Qadar (yang telah ditentukan).” (al-
Qamar:49)

ۚ ‫س ك ُ ْم إ ِ اَل ف ِ ي ِك ت َا ب ٍ ِم ْن ق َ ب ْ ِل أ َ ْن ن َ بْ َر أ َهَا‬
ِ ُ ‫ض َو ََل ف ِ ي أ َنْ ف‬ ِ ‫اْل َ ْر‬
ْ ‫ص ي ب َ ةٍ ف ِ ي‬
ِ ‫ب ِم ْن ُم‬ َ َ ‫َم ا أ‬
َ ‫صا‬
‫ك عَ ل َ ى َّللاا ِ ي َ ِس ير‬ َٰ
َ ِ‫إ ِ ان ذ َ ل‬
“Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri
melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya.
Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.” (Al-Hadid:22)

B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian qadha’ dan qadar?
2. Jelaskan tingkatan qadha’ dan qadar?
3. Apakah hubungan manusia dengan qadha’ dan qadar?
4. Apakah hikmah berIman kepada qadha dan qada
Bab II
Pembahasan

A. Pengertian Qadha’ dan Qadar


Qadha’ menurut ilmu tauhid memiliki pengertian yaitu sesuatu yang sudah
terjadi atau telah terjadi pada seseorang, artinya yaitu kejadian tersebut telah berlalu
atau telah dilakukan1.
Sedangkan Qadar menurut ilmu tauhid, memiliki pengertian takdir dimana
apabila diperluas pengertiannya yaitu sesuatu yang telah ditentukan oleh Allah SWT.
kepada hamba-hamba-Nya baik bersifat perseorangan maupun golongan, baik tentang
nasib (perjalanan hidup) ataupun tentang peraturan-peraturan yang ditetapkan.
Manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan dan semua makhluk yang diciptakan oleh Allah
SWT. memiliki ukuran, kekuatan, watak, kegunaan dan kemampuan yang berbeda-beda
sesuai dengan yang telah ditentukan oleh Allah SWT.. Namun demikian, khususnya
manusia diberikan keistimewaan tersendiri oleh Allah SWT. untuk menentukan mana
yang baik dan mana yang buruk melalui pertimbangan akal dan hatinya. Oleh karena itu,
mempercayai Qadar merupakan salah satu rukun iman2.
Adapula pendapat yang mengatakan, bahwa yang dimaksud dengan qadha’ dan
qadar adalah kehendak Allah yang azali untuk menciptakan sesuatu dalam bentuk
tertentu (qadha) kemudian mewujudkannya atau merealisasikannya dalam kehidupan
nyata yang kongkrit seusuai dengan kehendak yang azali itu (qadar). Namun sebagian
ulama mengatakan sebaliknya, mereka meberpendapat bahwa qadar ialah rencana atau
ketentuan Allah dalam azali dan qadha adalah pelaksanaannya dalam kehidupan nyata3.
Ahlussunnah wal Jama’ah yakin bahwa segala kebaikan dan keburukan itu
berdasarkan qadha’ dan qadar Allah, dan Allah melakukan apa yang dikehendaki-Nya.
Tidak ada sesuatu yang keluar dari kehendak dan kekuasaan-Nya. Allah maha
mengetahui sesuatu hal yang akan terjadi dan yang belum terjadi di masa azali. Allah lah
yang menentukan dan mengendaki segala sesuatunya terjadi. Dan dibalik hal yang telah
ditentukannya itu pasti ada hikmahnya. Dia mengetahui takdir seluruh hamba-Nya,
mengetahui tentang rizki, ajal, amal dan yang lainnya. Dapat disimpulkan, qadar adalah
perkara yang telah diketahui dan telah dituliskan oleh Allah dari hal-hal yang akan
terjadi hingga akhir zaman nanti4

1
Abu Baiquni, Kamus Istilah Agama Islam, (Surabaya : Arkola, 1995), 21.
2
Ibid, 22.
3
Ahmad Daudy, Kuliah Akidah Islam, (Jakarta : Bulan Bintang, 1997), 156.
4
Abdullah bin Abdil Hamid al-Atsari, Panduan Akidah Lengkap, (Bogor : Pustaka Ibnu Katsir, 2005), 95
Ahlussunnah Wal Jamaah juga berkeyakinan bahwa qadar itu adalah rahasia
Allah dalam penciptaan-Nya, tidak ada yang mengetahui sekalipun malaikat yang dekat
dengan Allah dan nabi yang diutus oleh Allah. Mendalami dan mengkaji mengenai hal
itu adalah kesesatan, karena Allah SWT. menutup ilmu tentang qadar dari makluknya,
dan melarang mereka untuk membahasnya.5
Sehingga dari sini dapat disimpulkan bahwa qadha’ dan qadar adalah satu kesatuan
dimana qadha’ merupakan realisasi atau pelaksanaan dari rencana Allah yang telah
disusun, dan qadar merupakan rencana atau ketentuan yang Allah susun untuk
direalisasikan kepada kehidupan nyata ini.
Qadar dan qadha’ adalah ilmu Allah yang azali terhadap segala sesuatu yang
hendak diwujudkan berupa alam, makhluk, perkara baru dan segala sesuatu6
Ayat-ayat Al-Qur’an yang menjelaskan tentang Iman kepada takdir cukup banyak
antara lain

‫ق َم ا‬ ِ ِ‫ت َر ب ِ أ َن ا َٰى ي َ ك ُ و ُن لِ ي َو ل َ د َو ل َ ْم ي َ ْم سَ سْ ن ِ ي ب َ ش َر ۖ ق َ ا َل ك َ ذَٰ َ ل‬


ُ ُ ‫ك َّللاا ُ ي َ ْخ ل‬ ْ َ‫قَال‬
‫ض َٰى أ َ ْم ًر ا ف َ إ ِن ا َم ا ي َ ق ُ و ُل ل َ ه ُ ك ُ ْن ف َ ي َ ك ُ و ُن‬
َ َ ‫ي َ شَا ءُ ۚ إ ِ ذ َ ا ق‬
“Dia (Maryam) berkata, “Ya Tuhanku, bagaimana mungkin aku akan mempunyai anak,
padahal tidak ada seorang laki-laki pun yang menyentuhku?” Dia (Allah) berfirman,”
demikian Allah menciptakan apa yang dia kehendaki. Apabila Dia hendak menetapkan
sesuatu, Dia hanya berkata kepadanya,”jadilah” maka jadilah sesuatu itu.” (Q.S. Ali –
Imran :47).

B. Tingkatan Qadha’ dan Qadar


1. Al-Ilm (Ilmu)
Yaitu, beriman bahwa Allah mengetahui segala sesuatu, baik secara global maupun
terperinci, azali (sejak dahulu) dan abadi, baik hal itu berkaitan dengan perbuatan-
perbuatan-Nya maupun perbuatan-perbuatan para hamba-Nya, sebab ilmu-Nya
meliputi apa yang telah terjadi, apa yang akan terjadi, dan apa yang tidak terjadi yang
seandainya terjadi, bagaimana terjadinya.
Dia mengetahui yang ada, yang tidak ada, yang mungkin, serta yang mustahil, dan
tidak luput dari ilmu-Nya seberat dzarrah pun di langit dan di bumi.
Dia mengetahui semua ciptaan-Nya sebelum Dia menciptakan mereka. Dia mengetahui
rizki, ajal, ucapan, perbuatan, maupun semua gerak dan diam mereka, juga siapakah ahli
Surga ataupun ahli Neraka.

5
Nur Hidayat, Akidah Akhlak dan Pembelajarannya, (Yogyakarta :Penerbit Ombak, 2015), 120
6
Abu Bakar Al-Jazairi, Aqidatul Mukmin, (Jakarta : Pustaka Amani, 2001), 572.
Tingkatan ini -yaitu ilmu yang terdahulu- disepakati oleh para Rasul, sejak Rasul
yang pertama hingga yang terakhir, disepakati juga oleh semua Sahabat, dan orang-
orang yang mengikuti mereka dari umat ini. Tetapi “Majusi” umat ini menyelisihi
mereka, yaitu Qadariyyah yang amat fanatik.7
Dalil-dalil mengenai tingkatan ini banyak sekali, di antaranya firman Allah Azza wa Jalla

َٰ
ُ‫ه ُ َو َّللاا ُ ال ا ِذ ي ََل إ ِ ل َ ه َ إ ِ اَل ه ُ َو ۖ عَ ا لِ مُ الْ غ َ ي ْ ب ِ َو ال ش ا َه ا د َ ة ِ ۖ ه ُ َو ال ار ْح َٰ َم ُن ال ار ِح ي م‬
“Dia-lah Allah Yang tidak ada ilah (yang berhak untuk diibadahi dengan benar) selain Dia,
Yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata … .” [Al-Hasyr/59 : 22]

Firman Allah yang lain:


َ ِ‫ص غ َ ُر ِم ْن ذَٰ َ ل‬
‫ك َو ََل‬ ْ َ ‫ض َو ََل أ‬
ِ ‫اْل َ ْر‬
ْ ‫ت َو ََل ف ِ ي‬ َ ‫ب عَ نْ ه ُ ِم ث ْ ق َ ا ُل ذ َ ار ة ٍ ف ِ ي ال س ا َم‬
ِ ‫او ا‬ ُ ‫ََل ي َ عْ ُز‬
‫ا‬ ْ َ
‫أ ك ب َ ُر إ ِ َل ف ِ ي ِك ت َا ب ٍ ُم ب ِ ي ٍن‬
”…(Rabb-ku) Yang mengetahui yang ghaib. Tidak ada yang ter-sembunyi dari-Nya
seberat dzarrah pun yang ada di langit dan yang ada di bumi, dan tidak ada (pula) yang
lebih kecil dari itu dan yang lebih besar, melainkan tersebut dalam Kitab yang nyata
(Lauh Mahfuzh).” [Saba’/34 : 3]

2. Al-Kitabah (penulisan)
Yaitu mengimani bahwa Allah telah menuliskan ketetapan segala sesuatu dalam
Lauh Mahfuzh yang ada disisiNya.
Para Sahabat, Tabi’in, dan seluruh Ahlus Sunnah wal Hadits sepakat bahwa segala yang
terjadi hingga hari Kiamat telah dituliskan dalam Ummul Kitab, yang dinamakan juga al-
Lauhul Mahfuzh, adz-Dzikr, al-Imaamul Mubiin, dan al-Kitaabul Mubiin, semuanya
mempunyai makna yang sama8

Dalil-dalil mengenai tingkatan ini banyak, baik dari al-Qur-an maupun as-Sunnah. Allah
Azza wa Jalla berfirman:

َ ِ ‫ك ف ِ ي ِك ت َا ب ٍ ۚ إ ِ ان ذَٰ َ ل‬
ِ ‫ك عَ ل َ ى َّللاا‬ َ ِ‫ض ۗ إ ِ ان ذَٰ َ ل‬
ِ ‫اْل َ ْر‬ ْ ‫أ َل َ ْم ت َع ْ ل َ ْم أ َ ان َّللاا َ ي َ ع ْ ل َ مُ َم ا ف ِ ي ال س ا َم ا ِء َو‬
‫ي َ ِس ير‬
“Apakah kamu tidak mengetahui bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa saja yang
ada di langit dan di bumi? Bahwasanya yang demikian itu terdapat dalam sebuah kitab
(Lauh Mahfuzh) Sesungguhnya yang demikian itu amat mudah bagi Allah.” [Al-Hajj/22 :
70]

3. Al-Masyi’ah (kehendak).

7
Lihat, Syifaa-ul ‘Aliil, hal. 61
8
Syifaa-ul ‘Aliil, hal. 89
Artinya, bahwa segala sesuatu yang terjadi, atau tidak terjadi, di langit dan di bumi,
adalah dengan kehendak Allah. Hal ini dinyatakan jelas dalam Al-Qur’an Al-Karim. Dan
Allah telah menetapkan bahwa apa yang diperbuatNya adalah dengan kehendakNya,
serta apa yang diperbuat para hambaNya juga dengan kehendakNya.

Firman Allah :

‫ك َم ا ف َ ع َ ل ُ و ه ُ ۖ ف َ ذ َ ْر ه ُ ْم َو َم ا ي َ فْ ت َ ُر و َن‬
َ ُّ ‫َو ل َ ْو شَا َء َر ب‬
“Jikalau Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya.” [Al-
An’am/6 : 112]

ُ ‫َو ل َ ْو شَا َء َّللاا ُ َم ا ا قْ ت َت َل ُ وا َو لَٰ َ ِك ان َّللاا َ ي َ ف ْ ع َ ُل َم ا ي ُِر ي د‬


“Seandainya Allah menghendaki, tidaklah mereka berbunuh-bunuhan. Akan
tetapi Allah berbuat apa yang dikehendakiNya.” [Al-Baqarah/2 : 253]

Dalam ayat-ayat tersebut Allah menjelaskan bahwa apa yang diperbuat manusia
terjadi dengan kehendakNya.

4. Al-Khalq (penciptaan).
Yaitu, mengimani bahwa Allah Pencipta segala sesuatu. Apa yang ada di langit dan di
bumi Penciptanya tiada lain adalah Allah. Sampai yang dikatakan “mati” (tidak hidup),
itupun diciptakan oleh Allah. Firman Allah:

‫ت َو الْ َح ي َ ا ة َ لِ ي َ بْ ل ُ َو ك ُ ْم أ َي ُّ ك ُ ْم أ َ ْح سَ ُن عَ َم ًًل ۚ َو ه ُ َو ال ْ ع َ ِز ي ُز الْ غ َ ف ُ و ُر‬


َ ‫ق الْ َم ْو‬ َ ‫ال ا ِذ ي‬
َ َ‫خ ل‬
“Yang menjadikan mati dan hidup. Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang
lebih baik amalnya.” [Al-Mulk/67 : 2]
Jadi, segala sesuatu yang ada di langit ataupun di bumi PenciptaNya tiada lain
adalah Allah Tabaraka wa Ta’ala.
Kita semua mengetahui dan meyakini bahwa apa yang terjadi dari perbuatan
Allah adalah ciptaanNya. Seperti langit, bumi, gunung, sungai, matahari bulan, bintang,
angin, manusia, dan hewan, kesemuanya adalah ciptaan Allah. Demikian pula apa yang
terjadi untuk para makhluk ini, seperti: sifat, perubahan dan keadaan, itupun ciptaan
Allah.

C. Manusia dan Taqdir


Qada’ dan Qadar disebut juga sebagai takdir. Takdir dibagi mejadi dua yaitu:

1) Taqdir muallaq yaitu Qada’ dan QadarNya Allah yang masih digantungkan pada
usaha atau ikhtiar manusia. Suatu contoh seseorang ingin kaya, pintar, sehat dan
lain lain ini harus melalui proses usaha untuk mencapai tujuan tersebut. Sesuatu
yang tidak mungkin semuanya itu diperoleh tanpa adanya ikhtiar. Sebagaimana
firman Allah swt berikut : َ ‫ان ِإ اَل َما‬
(39)‫س َع َٰى‬ ِ ‫س‬َ ‫ْل ْن‬ َ ‫َوأ َ ْن لَي‬
ِ ْ ‫ْس ِل‬
‫ف ي َُر َٰى‬
َ ‫س ْو‬ َ ‫( َوأ َ ان‬40)
َ ُ‫س ْع َيه‬
“Dan bahwasannya seseorang itu tidak memperoleh selain apa yang diusahakan. Dan
bahwasannya usahanya itu kelak akan diperlihatkan kepadanya, kemudian akan
diberi balasan yang paling sempurna”. (QS. An- Najm : 53/39-40)

ِ ُ ‫إ ِ ان َّللاا َ ََل ي ُ غ َي ِ ُر َم ا ب ِ ق َ ْو ٍم َح ت ا َٰى ي ُ غ َي ِ ُر وا َم ا ب ِ أ َنْ ف‬


ۗ ‫س ِه ْم‬
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan (nasib) suatu bangsa
sehingga bangsa itu mau mengubah keadaan (nasib) yang ada pada mereka sendiri”.
(QS. Ar- Ra’d : 13/11)

2) Taqdir mubrom yaitu Qada’ dan QadarNya Allah swt yang sudah tidak dapat
diubah lagi oleh manusia, walau ada ikhtiar dan tawakkal. Sebagaimana firman
Allah swt berikut :

‫ج ا َء أ َ َج ل ُ هُ ْم ََل ي َ سْ ت َأ ْ ِخ ُر و َن سَ ا عَ ة ً ۖ َو ََل ي َ سْ ت َق ْ ِد ُم و َن‬


َ ‫َو لِ ك ُ لِ أ ُ ام ةٍ أ َ َج ل ۖ ف َ إ ِذ َ ا‬
“Dan tiap-tiap umat memiliki. Maka apabila telah datang waktunya mereka
tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak dapat pula
memajukannya”. (QS. Surat Al- A’raf : 7/34)

Semua yang kamu lakukan selanjutnya harus dipasrahkan kepada Allah swt,
karena Allah swt adalah zat yang mengatur dan menentukan segala sesuatunya.
Sebagaimana firman Allah swt berikut :
‫َو عَ ل َ ى َّللاا ِ ف َ ت ََو ك ا ل ُ وا إ ِ ْن ك ُ نْ ت ُ ْم ُم ْؤ ِم ن ِ ي َن‬
“Dan hanya kepada Allah hendaknya kamu bertawakkal, jika kamu benar-
benar orang yang beriman”. (QS. Al- Maidah : 5/23)

D. Ciri – Ciri Orang yang Beriman Kepada Qadha’ dan Qadhar


1. Senantiasa terdorong untuk selalu taat dan menjauhi larangan Allah dan
rasulNya
2. Selalu berprasangka baik kepada Allah atas musibah yang menimpa pada
dirinya
3. Termotivasi untuk bekerja keras dan berikhtiar dengan maksimal
4. Terhindar dari sifat sombong takabur dan membanggakan diri
5. Tidak mudah berputus asa dalam menghadapi masalah
6. Tidak kufur karena pandai bersyukur
7. Tahan uji karena sabar dalam menghadapi segala ketentuan Allah
8. Memiliki jiwa tawakkal
9. Selalu optimis dalam meraih cita-cita
10. Yakin bahwa segala sesuatu yang menimpa dirinya adalah kehendak Allah
semata
Perilaku seseorang yang telah beriman kepada Qadha dan Qadhar
1. Selalu penuh harapan atas apa yang dikerjakannya baik dalam urusan dunia
maupun akherat.
2. Senantiasa menerima apa yang diberikan oleh Allah baik berupa nikmat
maupun musibah (cobaan)
3. Jika ia mendapat nikmat dari Allah, maka ia akan bersyukur.
4. Jika mendapat cobaan maka ia akan tabah dan sabar serta mengucapkan inna
lillahi wa inna ilaihi rooji’uun.

E. Hikmah Iman Kepada Qadha’ dan Qadhar


1. Melahirkan kesadaran bagi umat manusia bahwa segala sesuatu dialam semesta
ini berjalan sesuai dengan Undang- Undang, aturan dan hukum yang telah ditetapkan
dengan pasti oleh Allah SWT.
2. Mendorong manusia untuk berusaha dan beramal dengan sungguh-sungguh
untuk mencapai kehidupan yang baik didunia dan diakhirat, mengikuti hukum sebab
akibat yang telah ditetapkan oleh Allah SWT.
3. Mendorong manusia untuk semakin mendekatkan diri kepada Allah SWT yang
memiliki kekuasaan dan kehendak yang mutlak, disamping memiliki kebijaksanaan,
keadilan, dan kasih sayang kepada makhluknya.
4. Menanamkan sikap tawakal dalam diri manusia, karna menyadari bahwa
manusia hanya bisa berusaha dan berdoa, sedabgkan hasilnya diserahkan kepada
Allah SWT.
5. Mendatangkan ketenangan jiwa dan ketentraman hidup, karna meyakini apapun
yang terjadi adalah atas kehendak dan qadhar Allah SWT.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Qadha’ adalah merupakan realisasi atau pelaksanaan dari rencana Allah
yang telah disusun, dan qadar merupakan rencana atau ketentuan yang Allah susun untuk
direalisasikan kepada kehidupan nyata ini. Oleh karena itu, banyak sekali perbedaan
pendapat mengenai kebebasan manusia. Manusia memiliiki kebebasan dalam bertindak,
namun dalam setiap tindakannya Allah memberikan aturan tersendiri, yang memberikan
batasan disetiap tindakan yang dilakukan oleh manusia. Manusia memiliki kewajiban
untuk berusaha (ikhtiar), do’a, dan kemudian akhirnya mereka bertawakkal kepada Allah
SWt., dan hasilnya ini merupakan takdir dari allah SWT.. Dengan kita mempercayai atau
beriman kepada Qadha’ dan Qadar maka kita akan memiliki ketenangan dalam menjalani
hidup ini dan mengurangi sifat kufur atas nikmat Allah SWT.

3.2 SARAN

Sebaiknya dalam menyikapi takdir Allah dengan penuh ikhlas tanpa


mengeluh karena apa yang telah ditakdirkan Allah untuk itu adalah yang terbaik. Akan
tetapi, takdir itu dapat berubah selama kita mau berusaha dan selalu berikhtiar kepada
Allah SWT. serta tidak lupa untuk senantiasa berdo’a hanya kepada Allah bukan kepada
selain-Nya.

Anda mungkin juga menyukai