Puji syukur penulis ucapkan kepada ﷲ سبحانه ى و تعال, berkat rahmat dan karunia-Nya
penulis telah dapat menyelesaikan tugas mata pelajaran AQIDAH ini. Penyusunan makalah ini
untuk memenuhi salah satu tugas dalam pembelajaran RUKUM IMAN KE-6, IMAN KEPADA
QADHA’ dan QADAR.
Dalam penyusunan dan penulisan makalah ini, tidak sedikit hambatan yang penulis
hadapi. Sehingga dalam penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan-
kekurangan baik dalam penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki
penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi
menyempurnakan pembuatan makalah ini.
Dalam pembuatan makalah ini penulis jugah menyampaikan ucapan terimakasih kepada
pihak-pihak yang telah mendukung dan membantu dalam memberikan informasi tentang
materi yang terkait.
Semoga materi ini dapat bermanfaat bagi yang membutuhkan dan menjadi motifasi, khususnya
bagi penulis.
Pekanbaru, 10-2019
Penulis.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Iman adalah aspek agama Islam yang paling mendasar, dan bisa disebut pondasi
dari setiap agama. Bila sistem Iman rusak, maka runtuhlah bangunan agama secara
keseluruhan. Dalam agama Islam Iman ini terbagi menjadi enam, yaitu: Iman kepada
Allah, Iman kepada Rasulullah SAW, Iman kepada malaikat Allah, Iman kepada kitab-
kitab Allah, Iman kepada hari akhir, dan Iman kepada qadha & qadar.
Beriman kepada Qada’ dan Qadar termasuk rukun Iman yang ke-enam dan harus
diyakini kebenarannya oleh setiap muslimin dan muslimat. Beriman kepada Qada’ dan Qadar
dalam kehidupan sehari-hari lebih popular dengan sebutan takdir.
Beriman kepada Qadha dan Qadar artinya percaya dan yakin bahwasahnya Allah SWT memiliki
kehendak, keputusan dan ketetapan atas semuanya makhlukNya termasuk segala sesuatu
meliputi semua kejadian yang menimpa seluruh makhluk hidup, termasuk manusia dan benda-
benda yang ada di alam semesta. Kejadian itu bisa berupa hidup atau mati, baik atau buruk,
kemunculan atau kemusnahan.
Beriman kepada Qada’ dan Qadar termasuk salah satu daripada kewajiban Rukun Iman,
meyakini bahawa seluruh penciptaan alam semesta mengikut ilmu Allah dan kebijaksanaan-Nya,
sesungguhnya Dia berkuasa ke atas setiap sesuatu dan berkuasa melakukan perkara yang
dikehendaki-Nya. Allah SWT Berfirman :
إِنَّا ُك َّل ش َْيءٍ َخلَ ْق َناهُ بِ َقد ٍَر
“Sesungguhnya Kami menciptakan setiap sesuatu menurut Qadar (yang telah ditentukan).” (al-
Qamar:49)
ۚ س ك ُ ْم إ ِ اَل ف ِ ي ِك ت َا ب ٍ ِم ْن ق َ ب ْ ِل أ َ ْن ن َ بْ َر أ َهَا
ِ ُ ض َو ََل ف ِ ي أ َنْ ف ِ اْل َ ْر
ْ ص ي ب َ ةٍ ف ِ ي
ِ ب ِم ْن ُم َ َ َم ا أ
َ صا
ك عَ ل َ ى َّللاا ِ ي َ ِس ير َٰ
َ ِإ ِ ان ذ َ ل
“Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri
melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya.
Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.” (Al-Hadid:22)
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian qadha’ dan qadar?
2. Jelaskan tingkatan qadha’ dan qadar?
3. Apakah hubungan manusia dengan qadha’ dan qadar?
4. Apakah hikmah berIman kepada qadha dan qada
Bab II
Pembahasan
1
Abu Baiquni, Kamus Istilah Agama Islam, (Surabaya : Arkola, 1995), 21.
2
Ibid, 22.
3
Ahmad Daudy, Kuliah Akidah Islam, (Jakarta : Bulan Bintang, 1997), 156.
4
Abdullah bin Abdil Hamid al-Atsari, Panduan Akidah Lengkap, (Bogor : Pustaka Ibnu Katsir, 2005), 95
Ahlussunnah Wal Jamaah juga berkeyakinan bahwa qadar itu adalah rahasia
Allah dalam penciptaan-Nya, tidak ada yang mengetahui sekalipun malaikat yang dekat
dengan Allah dan nabi yang diutus oleh Allah. Mendalami dan mengkaji mengenai hal
itu adalah kesesatan, karena Allah SWT. menutup ilmu tentang qadar dari makluknya,
dan melarang mereka untuk membahasnya.5
Sehingga dari sini dapat disimpulkan bahwa qadha’ dan qadar adalah satu kesatuan
dimana qadha’ merupakan realisasi atau pelaksanaan dari rencana Allah yang telah
disusun, dan qadar merupakan rencana atau ketentuan yang Allah susun untuk
direalisasikan kepada kehidupan nyata ini.
Qadar dan qadha’ adalah ilmu Allah yang azali terhadap segala sesuatu yang
hendak diwujudkan berupa alam, makhluk, perkara baru dan segala sesuatu6
Ayat-ayat Al-Qur’an yang menjelaskan tentang Iman kepada takdir cukup banyak
antara lain
5
Nur Hidayat, Akidah Akhlak dan Pembelajarannya, (Yogyakarta :Penerbit Ombak, 2015), 120
6
Abu Bakar Al-Jazairi, Aqidatul Mukmin, (Jakarta : Pustaka Amani, 2001), 572.
Tingkatan ini -yaitu ilmu yang terdahulu- disepakati oleh para Rasul, sejak Rasul
yang pertama hingga yang terakhir, disepakati juga oleh semua Sahabat, dan orang-
orang yang mengikuti mereka dari umat ini. Tetapi “Majusi” umat ini menyelisihi
mereka, yaitu Qadariyyah yang amat fanatik.7
Dalil-dalil mengenai tingkatan ini banyak sekali, di antaranya firman Allah Azza wa Jalla
َٰ
ُه ُ َو َّللاا ُ ال ا ِذ ي ََل إ ِ ل َ ه َ إ ِ اَل ه ُ َو ۖ عَ ا لِ مُ الْ غ َ ي ْ ب ِ َو ال ش ا َه ا د َ ة ِ ۖ ه ُ َو ال ار ْح َٰ َم ُن ال ار ِح ي م
“Dia-lah Allah Yang tidak ada ilah (yang berhak untuk diibadahi dengan benar) selain Dia,
Yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata … .” [Al-Hasyr/59 : 22]
2. Al-Kitabah (penulisan)
Yaitu mengimani bahwa Allah telah menuliskan ketetapan segala sesuatu dalam
Lauh Mahfuzh yang ada disisiNya.
Para Sahabat, Tabi’in, dan seluruh Ahlus Sunnah wal Hadits sepakat bahwa segala yang
terjadi hingga hari Kiamat telah dituliskan dalam Ummul Kitab, yang dinamakan juga al-
Lauhul Mahfuzh, adz-Dzikr, al-Imaamul Mubiin, dan al-Kitaabul Mubiin, semuanya
mempunyai makna yang sama8
Dalil-dalil mengenai tingkatan ini banyak, baik dari al-Qur-an maupun as-Sunnah. Allah
Azza wa Jalla berfirman:
َ ِ ك ف ِ ي ِك ت َا ب ٍ ۚ إ ِ ان ذَٰ َ ل
ِ ك عَ ل َ ى َّللاا َ ِض ۗ إ ِ ان ذَٰ َ ل
ِ اْل َ ْر ْ أ َل َ ْم ت َع ْ ل َ ْم أ َ ان َّللاا َ ي َ ع ْ ل َ مُ َم ا ف ِ ي ال س ا َم ا ِء َو
ي َ ِس ير
“Apakah kamu tidak mengetahui bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa saja yang
ada di langit dan di bumi? Bahwasanya yang demikian itu terdapat dalam sebuah kitab
(Lauh Mahfuzh) Sesungguhnya yang demikian itu amat mudah bagi Allah.” [Al-Hajj/22 :
70]
3. Al-Masyi’ah (kehendak).
7
Lihat, Syifaa-ul ‘Aliil, hal. 61
8
Syifaa-ul ‘Aliil, hal. 89
Artinya, bahwa segala sesuatu yang terjadi, atau tidak terjadi, di langit dan di bumi,
adalah dengan kehendak Allah. Hal ini dinyatakan jelas dalam Al-Qur’an Al-Karim. Dan
Allah telah menetapkan bahwa apa yang diperbuatNya adalah dengan kehendakNya,
serta apa yang diperbuat para hambaNya juga dengan kehendakNya.
Firman Allah :
ك َم ا ف َ ع َ ل ُ و ه ُ ۖ ف َ ذ َ ْر ه ُ ْم َو َم ا ي َ فْ ت َ ُر و َن
َ ُّ َو ل َ ْو شَا َء َر ب
“Jikalau Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya.” [Al-
An’am/6 : 112]
Dalam ayat-ayat tersebut Allah menjelaskan bahwa apa yang diperbuat manusia
terjadi dengan kehendakNya.
4. Al-Khalq (penciptaan).
Yaitu, mengimani bahwa Allah Pencipta segala sesuatu. Apa yang ada di langit dan di
bumi Penciptanya tiada lain adalah Allah. Sampai yang dikatakan “mati” (tidak hidup),
itupun diciptakan oleh Allah. Firman Allah:
1) Taqdir muallaq yaitu Qada’ dan QadarNya Allah yang masih digantungkan pada
usaha atau ikhtiar manusia. Suatu contoh seseorang ingin kaya, pintar, sehat dan
lain lain ini harus melalui proses usaha untuk mencapai tujuan tersebut. Sesuatu
yang tidak mungkin semuanya itu diperoleh tanpa adanya ikhtiar. Sebagaimana
firman Allah swt berikut : َ ان ِإ اَل َما
(39)س َع َٰى ِ سَ ْل ْن َ َوأ َ ْن لَي
ِ ْ ْس ِل
ف ي َُر َٰى
َ س ْو َ ( َوأ َ ان40)
َ ُس ْع َيه
“Dan bahwasannya seseorang itu tidak memperoleh selain apa yang diusahakan. Dan
bahwasannya usahanya itu kelak akan diperlihatkan kepadanya, kemudian akan
diberi balasan yang paling sempurna”. (QS. An- Najm : 53/39-40)
2) Taqdir mubrom yaitu Qada’ dan QadarNya Allah swt yang sudah tidak dapat
diubah lagi oleh manusia, walau ada ikhtiar dan tawakkal. Sebagaimana firman
Allah swt berikut :
Semua yang kamu lakukan selanjutnya harus dipasrahkan kepada Allah swt,
karena Allah swt adalah zat yang mengatur dan menentukan segala sesuatunya.
Sebagaimana firman Allah swt berikut :
َو عَ ل َ ى َّللاا ِ ف َ ت ََو ك ا ل ُ وا إ ِ ْن ك ُ نْ ت ُ ْم ُم ْؤ ِم ن ِ ي َن
“Dan hanya kepada Allah hendaknya kamu bertawakkal, jika kamu benar-
benar orang yang beriman”. (QS. Al- Maidah : 5/23)
3.2 SARAN