Anda di halaman 1dari 1

PPG DALAM JABATAN 2019

TUGAS MODUL 5 KEGIATAN BELAJAR 3


ILMU KALAM

Anda telah menyelesaikan Kegiatan Belajar 3 tentang Ilmu Kalam, hubungan ilmu kalam dengan ilmu tasawuf, dan
filsafat khususnya tentang penemuan kebenaran, dan sejarah munculnya ilmu kalam. Agar Anda dapat lebih
memahami materi yang terdapat pada Kegiatan Belajar 3, buatlah tabel yang menjelaskan tentang perbedaan
pendapat tentang dosa besar yang disampaikan oleh Asy‘ariyah, Maturidiyah, Mu‘tazilah, dan Khawarij.

PELAKU DOSA BESAR


No ALIRAN HUKUM PELAKU DOSA BESAR
Terhadap pelaku dosa besar, agaknya Al-Asy’ari, sebagai wakil Ahl-as-Sunah, tidak
mengkafirkan orang-orang yang sujud ke baitullah (ahl-al-qiblah) walaupun melakukan
dosa besar, seperti berzina dan mencuri. Menurutnya, mereka masih tetap sebagai
orang yang beriman dengan keimanan yang mereka miliki, sekalipun berbuat dosa
besar. Akan tetapi jika dosa besar itu dilakukannya dengan anggapan bahwa hal ini
dibolehkan (halal) dan tidak meyakini keharamannya, ia dipandang telah kafir.
Asy’ariah menolak ajaran Mu’tazilah tentang al manzilah bainal manzilatain. Menurut
Asy’ari orang yang berdosa besar tetap mukmin karena imannya masih ada, akan
1 Asy‘ariyah tetapi karena berbuat dosa ia menjadi fasik. Seandainya orang yang berbuat dosa
besar itu tidak mukmin dan tidak kafir, maka di dalam dirinya tidak akan didapati
keimanan dan kekufuran. Hal semacam ini mustahil adanya. Oleh karena mustahil
maka hukum bagi orang yang berbuat dosa besar itu bukan kafir tapi fasik.
Adapun balasan di akhirat kelak bagi pelaku dosa besar, apabila ia meninggal dan tidak
sempat bertaubat, maka menurut Al-Asy’ari, hal itu bergantung pada kebijakan Tuhan
Yang Maha Esa berkehendak mutlaq. Dari paparan singkat ini, jelaslah bahwa
Asy’ariyah sesungguhnya mengambil posisi yang sama dengan Murji’ah, khususnya
dalam pernyataan yang tidak mengkafirkan para pelaku dosa besar.
Aliran Maturidiyah, baik Samarkand maupun Bukhara, sepakat menyatakan bahwa
pelaku dosa masih tetap sebagai mukmin karena adanya keimanan dalam dirinya.
Adapun balasan yang diperolehnya kelak di akhirat bergantung pada apa yang
2 Maturudiyah
dilakukannya di dunia. Jika ia meninggal tanpa tobat terlebih dahulu, keputusannya
diserahkan sepenuhnya kepada kehendak Allah SWT. Jika menghendaki pelaku dosa
besar diampuni, ia akan memasukkan ke neraka, tetapi tidak kekal didalamnya.
Tokoh aliran ini adalah Washil bin Atha, kaum ini tidak setuju dengan pendapat-
pendapat diatas. Baginya orang yang berdosa besar bukan kafir tetapi juga bukan
mukmin. Orang yang melakukan dosa besar mengambil posisi antara mukmin dan
kafirakan tetapi fasiq. Dalam teologi Mu‘tazilah terkenal dengan paham/istilah
Manzilah baina al Manzilataini. Fasiq adalah gelar yang pantas diberikan kepada
3 Mu‘tazilah pendosa atau bagi penikmat dosa yang tersebut dalam al Qur an, karena gelar al-
Mukmin adalah salah satu nama-nama indah milik Allah yang pantas hanya diberikan
kepada orang-orang terpuji saja yang sudah benci pada perbuatan dosa seperti ia
benci apabila dimasukkan kedalam neraka, akan tetapi ia juga tidak boleh diberi gelar
kafir karena pendosa itu masih percaya kepada kebenaran ajaran yang dibawa oleh
Rasulullah seperti ia masih bersyahadat atau shalat.
Kaum Khawarij adalah kaum pengikut Ali bin Abi Thalib yang keluar dari barisan Ali,
karena tidak setuju dengan kebijaksanaan Ali bin Abi Thalib yang menerima tahkim /
arbitrase judge between parties to a dispute. Dari persoalan politik, kemudian kaum
khawarij memasuki juga persoalan teologi Islam. Menurut golongan Khawarij al-
Muhakkimah, Ali, Mu’awiyah, kedua pengantara Amr ibn al-‘As dan Abu Musa al-
‘Asy’ari adalah kafir. Iman menurut kaum Khawarij bukan merupakan pengakuan
4 Khawarij
dalam hati dan ucapan dengan lisan saja, akan tetapi amal ibadah menjadi rukun iman
saja. Dan menurut kaum Khawarij, orang yang tidak melakukan shalat, puasa, zakat,
dan lain sebagainya yang diwajibkan oleh Islam, maka termasuk kafir. Jadi apabila
sekarang mukmin melakukan dosa besar mapun kecil, maka orang itu termasuk kafir
dan wajib diperangi serta boleh di bunuh. Harta bendanya boleh dirampas menjadi
harta ghonimah.

Oleh : Nurhikmah, S.Pd


Daring Akidah Akhlak
Kelas 2

Anda mungkin juga menyukai