Anda di halaman 1dari 7

 Hubungan Tarekat dengan Tarekat

Tasawuf adalah usaha mendekatkan diri kepada Tuhan, sedangkan tarekat adalah cara
dan jalan yang ditempuh seeorang dalam usahanya mendekatkan diri kepada Allah.
Gambaran ini menunjukan bahwa tarikat itu adalah tasawuf yang telah berkembang dengan
beberapa variasi tertentu, sesuai dengan spesifikasi yang diberikan oleh seorang guru kepada
muridnya, karena ajaran pokok tarikat adalah sama dengan ajaran tasawuf.

Dengan demikian jelaslah hubungan antara tasawuf dengan tarekat, yaitu tarekat itu
bermula dari tasawuf dan berkembang dengan berbagai macam paham dan aliran, yang
tergambar dalam adanya Thuruqush Sufiyah (aliran-aliran tarikat) sehingga belakangan ini
seseorang yang hendak berkecimpung dalam kehidupan tasawuf pada umumnya adalah
melaui aliran tarekat yang sudah ada. Lebih singkatnya lagi bahwa hubungan tasawuf dan
tarekat adalah jika tasawuf secara umum adalah usaha untuk mendekatkan diri kepada Allah
SWT sedekat mungkin, melalui penyesuaian rohani dan memperbanyak ibadah, maka tarekat
adalah jalan yang ditempuh untuk mendekatkan diri kepada Allah.

B. Sejarah dan Perkembangan Tarekat

Ada dua faktor yang menyebabkan lahirnya gerakan tarekat, yaitu faktor kultural dan
struktur. Dari segi politik, dunia Islam sedang mengalami krisis hebat. Di bagian barat dunia
Islam, seperti : wilayah Palestina, Syiria, dan Mesir menghadapi serangan orang-orang
Kristen Eropa, yang terkenal dengan Perang Salib. Selama lebih kurang dua abad (490-656
H. / 1096-1258 M.) telah terjadi delapan kali peperangan yang dahsyat. Di bagian timur,
dunia Islam menghadapi serangan Mongol yang haus darah dan kekuasan. Ia melahap setiap
wilayah yang dijarahnya. Demikian juga halnya di Baghdad, sebagai pusat kekuasaan dan
peradaban Islam. Situasi politik kota Baghdad tidak menentu, karena selalu terjadi perebutan
kekuasan di antara para Amir (Turki dan Dinasti Buwihi). Secara formal khalifah masih
diakui, tetapi secara praktis penguasa yang sebenarnya adalah para Amir dan sultan-sultan.
Keadaan yang buruk ini disempurnakan (keburukannya) oleh Hulagu Khan yang memporak
porandakan pusat peradaban Umat Islam (1258 M.). Kerunyaman politik dan krisis
kekuasaan ini membawa dampak negatif bagi kehidupan umat Islam di wilayah tersebut.
Pada masa itu umat Islam mengalami masa disintegrasi sosial yang sangat parah,
pertentangan antar golongan banyak terjadi, seperti antara golongan sunni dengan syi’ah, dan
golongan Turki dengan golongan Arab dan Persia. Selain itu ditambah lagi oleh suasana
banjir yang melanda sungai Dajlah yang mengakibatkan separuh dari tanah Iraq menjadi
rusak. Akibatnya, kehidupan sosial merosot. Keamanan terganggu dan kehancuran umat
Islam terasa di mana-mana. Dalam situasi seperti itu wajarlah kalau umat Islam berusaha
mempertahankan agamanya dengan berpegang pada doktrinnya yang dapat menentramkan
jiwa, dan menjalin hubungan yang damai dengan sesama muslim.

Masyarakat Islam memiliki warisan kultural dari ulama sebelumnya yang dapat
digunakan, sebagai pegangan yaitu doktrin tasawuf, yang merupakan aspek kultural yang
ikut membidani lahirnya gerakan tarekat pada masa itu. Dan yang tidak kalah pentingnya
adalah kepedulian ulama sufi, mereka memberikan pengayoman masyarakat Islam yang
sedang mengalami krisis moral yang sangat hebat (ibarat anak ayam kehilangan induk).
Dengan dibukanya ajaran tasawuf kepada orang awam, secara praktis lebih berfungsi sebagai
psikoterapi yang bersifat massal. Maka kemudian banyak orang awam yang memasuki
majelis dzikir dan halaqah-nya para sufi, yang lama kelamaan berkembang menjadi suatu
kelompok tersendiri (eksklusif) yang disebut dengan tarekat.

Di antara ulama sufi yang kemudian memberikan pengayoman kepada masyarakat umum
untuk mengamalkan tasawuf secara praktis (tasawuf ‘amali), adalah Abu Hamid Muhammad
al-Ghazali (w. 505 H./1111 M.). Kemudian menurut Al-Taftazani diikuti oleh ulama’ sufi
berikutnya seperti syekh Abd. Qadir al – Jailani dan Syekh Ahmad ibn Ali al-Rifa’i. Kedua
tokoh sufi tersebut kemudian dianggap sebagai pendiri Tarekat Qadiriyah dan Rifa’iyah yang
tetap berkembang sampai sekarang.

Secara garis besar melalui tiga tahap yaitu

a) Tahap khanaqah

Tahap khanaqah (pusat pertemuan sufi), dimana syekh mempunyai sejumlah murid yang
hidup bersama-sama dibawah peraturan yang tidak ketat, syekh menjadi mursyid yang
dipatuhi. Kontemplasi dan latihan-latihan spiritual dilakukan secara individual dan secara
kolektif. Ini terjadi sekitar abad X M. Gerakan ini mempunyai masa keemasan tasawuf.
b) Tahap thariqah
Sekitar abad XIII M. di sini sudah terbentuk ajaran-ajaran, peraturan dan metode
tasawuf. Pada masa inilah muncul pusat-pusat yang mengajarkan tasawuf dengan
silsilahnya masing-masing. Berkembanglah metode-metode kolektif baru untuk mencapai
kedekatan diri kepada Tuhan. Disini tasawuf telah mencapai kedekatan diri kepada
Tuhan, dan disini pula tasawuf telah mengambil bentuk kelas menengah.
c) Tahap tha’ifah

Terjadinya pada sekitar abad XV M. Di sini terjadi transisi misi ajaran dan peraturan
kepada pengikut. Pada masa ini muncul organisasi tasawuf yang mempunyai cabang di
tempat lain. Pada tahap tha’ifah inilah tarekat mengandung arti lain, yaitu organisasi sufi
yang melestarikan ajaran syekh tertentu. Terdapatlah tarekat-tarekat seperti Tarekat
Qadiriyah, Tarekat Naqsyabandiyah, Tarekat Syadziliyah dan lain-lain.

Sebenarnya, munculnya banyak tarekat dalam Islam pada garis besarnya sama
dengan latar belakang munculnya banyak madzhab dalam fiqh dan banyak firqah dalam
ilmu kalam. Di dalam kalam berkembang madzhab-madzhab yang disebut dengan firqah,
seperti : khawarij, Murji’ah, Mu’tazilah, Asy’ariyah dan Maturidiyah. Di sini istilah yang
digunakan bukan mazhab tetapi firqah, di dalam fiqh juga berkembang banyak firqah
yang disebut dengan madzhab seperti madzhab Hanafi, Maliki, Hanbali, Syafi’i, Zhahiri
dan Syi’i. Di dalam tasawuf juga berkembang banyak madzhab, yang disebut dengan
thariqah. Thariqah dalam tasawuf jumlahnya jauh lebih banyak jika dibandingkan
dengan perkembangan madzhab dan firqah dalam fiqh dan kalam, oleh karena itu dapat
dikatakan bahwa tarekat juga memiliki kedudukan atau posisi sebagaimana madzhab
dan firqah-firqah tersebut di dalam syari’at Islam.

C. Aliran-aliran Tarekat
a. Thariqah Qadiriyah

Tarekat Qadiriyah didirikan oleh Syekh Abdul Qadir al-Jailani (470-561 H/ 1077-1166 M)
sering juga disebut Al-Jili.Ciri khas dari Tarekat Qadiriyah ini adalah sifatnya yang luwes,
tidak sempit sehingga Syekh atau Mursyid yang baru dapat menentukan langkahnya menuju
kehadirat Allah Subhanahu Wata'alla guna mendapat keridhaan-Nya. Keluwesan dan
kemandirian inilah, yang menyebabkan tarekat ini cepat berkembang di sebagian besar
dunia Islam. Tarekat ini memiliki keunggulan dalam ihwal kedermawanan, kesalehan dan
kerendahan hati serta ketidaksetujuan terhadap fanatisme agama dan politik.Diantara ajaran
pokoknya ialah : bercita-cita tinggi (“aluw al Himmah) menghindari segala yang haram,
memelihara hikmah, merealisasikan maksud dan mengagungkan nikmat Allah. Beberapa
sebab keberhasilan tarekat ini dalam rekrutmen murid dan calon murid adalah ketaatan yang
teguh dalam syariat dan realisasi ajaran salaf, serta ajaran-ajarannya dilandaskan secara kuat
kepada Al-Qur’an dan Al-Sunnah.Penganut tarekat ini tersebar di Irak, Mesir, Sudan, Libya,
Tunisia, Aljazair, daratan Afrika dan termasuk Indonesia.

b. Thariqah Syadzaliyah

Tarekat Syadzaliyah didirikan oleh Abu al-Hasan asy-Syadzaliy (593-656 H/ 1196-1258


M).Syadziliya, menyebar luas di Mesir, Sudan, Libya, Tunisia, Aljazair, Negeri Utara
Afrika dan juga Indonesia. Syaikh Syadzali menjelaskan pada muridnya bahwa tarekatnya
berdiri pada lima (5) ajaran pokoknya yaitu:

1. Takwa kepada Allah SWT dalam keadaan rahasia maupun terbuka.


2. Mengikuti sunnah Nabi SAW dalam perkataan maupun perbuatan.
3. Berpaling dari makhluk (tidak menumpukkan harapan) ketika berada didepan atau
dibelakang mereka.
4. Ridho terhadap Allah SWT dalam pemberian-Nya sedikit maupun banyak.
5. Kembali kepada Allah SWT dalam keadaan senang maupun duka.
c. Thariqah Naqsyabandiyah

Tarekat Naqsyabandiyah didirikan oleh Muhammad Bahauddin an-Naqsyabandi al-


Uwaisi al-Bukhari (717-791 H/1317-1388 M).Naqsyabandiyah merupakan salah satu
tarekat sufi yang paling luas penyebarannya. Danterdapat banyak di wilayah asia
muslim.Tarekat ini mempunyai dampak dan pengaruh sangat besar kepada masyarakat
muslim di berbagai wilayah yang berbeda-beda. Tarekat ini pertama kali di Asia Tengah,
kemudian meluas ke Turki, Suriyah, Afganistan, India, dan Indonesia. Ciri khas yang
menonjol Tarekat Naqsyabandiyah adalah:
 Mengikuti syari'at secara ketat, keseriusan dalam beribadah yang menyebabkan
penolakan terhadap musik dan tari, dan lebih menyukai berdzikir dalam hati.
 Upaya yang serius dalam mempengaruhi kehidupan dan pemikiran golongan penguasa
serta mendekati Negara pada Agama.
d. Thariqah Rifa’iyah

Tarekat Rifa'iyah ini didirikan oleh Ahmad bin Ali ar-Rifa'i (512-578 H). beliau telah
meletakkan dasar-dasar yang kuat dan prinsip-prinsip yang kokoh, yaitu ajakan untuk
beriman dan mengikuti sunah Rasul Allah, menjaga rukun Islam, berpegang pada
keutamaan-keutamaan dan menjauhi hal-hal yang hina (sifat dan perilaku yang nista).
Rifaiyah ini terkenal di Aceh dengan sebutan “Rafai”, yaitu tabuhan rebana yang berasal
dari perkataan Rifa’i pendiri dan Penyiar tarekat ini. Kemudian dikenal orang Sumatera
dengan permainan dabus, yaitu menikam diri dengan senjata tajam yang diiringi dengan
dzikir-dzikir tertentu.Tarekat sufi Sunni ini memainkan peranan penting dalam
pelembagaan sufisme, dari segala praktek kaum Rifa'iyah, dzikir merekayang khas patut
dicatat.

e. Thariqah Khalwatiyah

Tarekat Khalwatiyah ini didirikan Syekh Syihabuddin Abu Hafs Umar as-Suhrawardi al-
Baghdadi (wafat 539-632 H) dan merupakan salah satu tarekat yang berkembang di
berbagai negeri, seperti Turki, Syria, Mesir, Hijaz dan Yaman. Di Mesir, Tarekat
Khalwatiyah didirikan oleh Ibrahim Gulsheini (wafat 940 H/ 1534 M) yang kemudian
terbagi kepada beberapa tarekat lainnya diantaranya:Tarekat Sammaniyah yang didirikan
oleh Muhammad bin Abdul Karim as-Sammani (1718-1775 M).

f. Thariqah Syattariyah

Tarekat Syattariyah ini didirikan oleh Abdullah bin Syattar (wafat tahun 1485 M) dari
India. Sebagaimana hal tarekat-tarekat lain, syattariyah menonjolkan aspek dzikir di dalam
ajarannya. Didalam tarekat ini, dikenal 7 macam dzikir muqodimah sebagai
peralatan/tangga untuk masuk kedalam tarekat syattariyah, yang disesuaikan dengan 7 nafsu
pada manusia.Satu hal yang harus diingat bahwa dzikir hanya dapat dikuasai melalui
bimbingan seorang pembimbing spiritual, guru/syaikh.
g. Thariqah Qadiriyah Wa Naqsyabandiyah

Tarekat ini merupakan gabungan dari dua ajaran tarekat, yaitu Qadiriyah dan
Naqsyabandiyah.Tarekat ini didirikan oleh Ahmad Khatib Sambas yang bermukim dan
mengajar di Makkah pada pertengahan abad ke-19.Tarekat ini merupakan yang paling
berpengaruh dan tersebar luas di pulau Jawa saat ini.

h. Thariqah Sammaniyah

Tarekat ini didirikan oleh Muhammad bin Abdul Karim al-Madani asy-Syafi'i as-
Samman (1130-1189 H/ 1718-1775 M). Hal menarik dari tarekat ini dan yang menjadi ciri
khasnya adalah dzikirnya menggunakan suara yang keras dan melengking ketika
mengucapkan Laa Ilaha Illa Allah, selain itu dikenal pula dengan ratib Samman yang hanya
mempergunakan perkataan HU, yaitu Dia Allah. Diantara ajaran-ajarannya ialah
memperbanyak dzikrullah dan shalat, lemah lembut kepada fakir miskin, tidak mencintai
dunia, menukar akal basyariyah dangan akan rubbaniyah dan mentauhidkan Allah dalam
dzat, sifat dan af’al-Nya.

i. Thariqah Tijaniyah

Tarekat Tijaniyah didirikan oleh Syekh Ahmad bin Muhammad at-Tijani [1150-1230 H/
1737-1815 M]. Bentuk amalan Tarekat Tijaniyah terdiri dari dua jenis, yaitu wirid wajibah
dan wirid ikhtisyariyah.

j. Thariqah Chisytiyah

Tarekat Chisytiyah adalah salah satu tarekat sufi utama di Asia Selatan. Tarekat ini
menyebar ke seluruh kawasan yang merupakan wilayah India, Pakistan dan Banglades.
Namun, tarekat ini hanya terkenal di India. Pendiri tarekat ini di India adalah Khwaja
Mu'inuddin Hasan al-Chisyti, yang populer panggilan Mu'inuddin Chisyti.

k. Thariqah Maulawiyah

Nama Maulawiyah berasal dari kata "Maulana" [guru kami], yaitu gelar yang diberikan
murid-muridnya kepada Muhammad Jalaluddin Rumi [wafat 1273]. Oleh karena itu, Rumi
adalah pendiri tarekat ini yang didirikan sekitar lima belas tahun terakhir hidup Rumi. Salah
satu mursyid sekaligus wakil yang terkenal secara internasional dari tarekat ini adalah
Syekh al-Kabir Helminski yang bermarkas di California, Amerika Serikat.

l. Thariqah Ni'matullahi

Tarekat Ni'matullahi adalah suatu mazhab sufi Persia yang segera setelah berdirinya dan
mulai berjaya pada abad ke-8 sampai ke-14 mengalihkan loyalitasnya kepada Syi'i Islam.
Tarekat ini didirikan oleh Syekh Ni'matullah Wal. Tarekat ini secara khusus menekankan
pengabdian dalam pondok sufi itu sendiri.

m. Thariqah Sanusiyah

Tarekat ini didirikan oleh Sayyid Muhammad bin Ali as-Sanusi. Dalam tarekat ini, dzikir
bisa dilakukan bersama-sama atau sendirian. Tujuan dzikir itu lebih dimaksudkan untuk
"melihat Nabi" ketimbang "melihat Tuhan", sehingga tidak di kenal "keadaan ekstatis"
sebagaimana yang ada pada tarekat lain.

Anda mungkin juga menyukai