Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

SEPUTAR THORIQOT
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Akhlaq Tasawuf
Dosen Pengampu: Hilmi Azizi, M.Pd.I

Disusun Oleh :

Kelompok 12

1. Moh. Jefri As-shauri (D20191020)


2. Dila Nurwulandari (D20191009)
3. Inayatul Fajriyah (D20191006)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI JEMBER


FAKULTAS DAKWAH
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI & PENYIARAN ISLAM
2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan
limpahan rahmat dan karuninya kami dapat menyelesaikan makalahini tepat
waktu. Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi kita
Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan pengikut beliau hingga akhir zaman.
Amin…

Kami berterima kepada Bapak Hilmi Azizi, M.Pd.I yang telah memberi
kesempatan dan membimbing kami dalam penyusunan makalah ini. Terakhir,
terimakasih kepada teman-teman yang mendukung kami sehingga makalah ini
selesai.

 Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membagun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini di kemudian hari. Akhir kata, semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi pembaca. Amiin…

Jember, 05 Desember 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.............................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................1
C. Tujuan Penulisan..........................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Thoriqot......................................................2
B. Hubungan Thoriqot dan Tasawuf................................2
C. Sejarah dan Perkembangan Thoriqot...........................3
D. Aliran Thoriqot dalam Dunia Islam.............................6
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................11
B. Saran...........................................................................11
DAFTAR PUSTAKA………………………………………….12

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Thariqah adalah bahtera untuk mengarungi samudera kehidupan—


sebuah cara untuk menempuh lautan dunia tanpa tenggelam atau terbasahi
oleh keduniawian—dengan bahtera yang dibangun berdasarkan Al Qur’an
dan As-Sunnah
Thoriqoh / tarekat memiliki dua pengertian. Pertama, berartimetode
memberikan bimbingan spiritual kepada individu dalam mengarahkan
segenap kehidupannya untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT hingga
Ma’rifatullah. Kedua, thoriqoh / tarekat sebagai persaudaraan kaum sufi
(sufi brotherhood), dengan sistem bai’at pada guru pembimbing (mursyid /
muqoddam / khalifah dll.)
B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud thoriqot?


2. Bagaimana hubungan thoriqot dengan tasawuf?
3. Bagaimana sejarah perkembangan thoriqot?
4. Apa saja aliran-aliran thoriqot dalam dunia islam?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui apa itu thoriqot.


2. Untuk mengetahui hubungan thoriqot dengan tasawuf.
3. Untuk mengetahui bagaimana sejarah perkembangan thoriqot
4. Untuk mengetahui apa saja aliran-aliran thoriqot dalam dunia islam.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Thoriqot
Tarekat (Arab: ‫طريقة‬, transliterasi: Tharīqah) merupakan sebuah
istilah yang merujuk kepada aliran-aliran dalam dunia tasawuf atau
sufisme Islam. Secara bahasa berarti “jalan” atau “metode”, dan secara
konseptual bermakna “jalan kering di tengah laut” merujuk kepada sebuah
ayat dalam Alquran: “Dan sungguh, telah Kami wahyukan pada Musa,
‘Tempuhlah perjalanan di malam hari bersama para hamba-hamba-Ku,
[dan] buatlah untuk mereka jalan kering di tengah laut’.” (Q.S. Thāhā [20]:
77).
Dengan demikian tarekat memiliki dua pengertian, pertama ia
berarti metode pemberian bimbingan spiritual kepada individu dalam
mengarahkan kehidupannya menuju kedekatan diri dengan Tuhan. Kedua,
tarekat sebagai persaudaraan kaum sufi (sufi brotherhood) yang ditandai
dengan adannya lembaga formal seperti zawiyah, ribath, atau khanaqah.
Pengertian diatas menunjukkan Tarekat sebagai cabang atau aliran
dalam paham tasawuf. Pengertian itu dapat ditemukan pada al-Thoriqoh
al-Mu'tabarah al-Ahadiyyah, Tarekat Qadiriyah, Thoriqoh naqsabandiyah,
Tarekat Rifa'iah, Tarekat Samaniyah dll. Untuk di Indonesia ada juga yang
menggunakan kata tarekat sebagai sebutan atau nama paham mistik yang
dianutnya, dan tidak ada hubungannya secara langsung dengan paham
tasawuf yang semula atau dengan tarekat besar dan kenamaan. Misalnya
Tarekat Sulaiman Gayam (Bogor), Tarekat Khalawatiah Yusuf (Suawesi
Selatan) boleh dikatakan hanya meminjam sebutannya saja.
B. Hubungan Thoriqot dengan Tasawuf
Tasawuf adalah usaha mendekatkan diri kepada Tuhan, sedangkan
tarekat adalah cara dan jalan yang ditempuh seeorang dalam usahanya
mendekatkan diri kepada Allah. Gambaran ini menunjukan bahwa tarikat
itu adalah tasawuf yang telah berkembang dengan beberapa variasi

2
tertentu, sesuai dengan spesifikasi yang diberikan oleh seorang guru
kepada muridnya, karena ajaran pokok tarikat adalah sama dengan ajaran
tasawuf.
Dengan demikian jelaslah hubungan antara tasawuf dengan tarekat,
yaitu tarekat itu bermula dari tasawuf dan berkembang dengan berbagai
macam paham dan aliran, yang tergambar dalam adanya Thuruqush
Sufiyah (aliran-aliran tarikat) sehingga belakangan ini seseorang yang
hendak berkecimpung dalam kehidupan tasawuf pada umumnya adalah
melaui aliran tarekat yang sudah ada.Lebih singkatnya lagi bahwa
hubungan tasawuf dan tarekat adalah jika tasawuf secara umum adalah
usaha untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT sedekat mungkin,
melalui penyesuaian rohani dan memperbanyak ibadah, maka tarekat
adalah jalan yang ditempuh untuk mendekatkan diri kepada Allah.
C. Sejarah dan Perkembangan Thoriqot
Ada dua faktor yang menyebabkan lahirnya gerakan tarekat, yaitu
faktor kultural dan struktur. Dari segi politik, dunia Islam sedang
mengalami krisis hebat. Di bagian barat dunia Islam, seperti : wilayah
Palestina, Syiria, dan Mesir menghadapi serangan orang-orang Kristen
Eropa, yang terkenal dengan Perang Salib. Selama lebih kurang dua abad
(490-656 H. / 1096-1258 M.) telah terjadi delapan kali peperangan yang
dahsyat. Di bagian timur, dunia Islam menghadapi serangan Mongol yang
haus darah dan kekuasan. Ia melahap setiap wilayah yang dijarahnya.
Demikian juga halnya di Baghdad, sebagai pusat kekuasaan dan peradaban
Islam. Situasi politik kota Baghdad tidak menentu, karena selalu terjadi
perebutan kekuasan di antara para Amir (Turki dan Dinasti Buwihi).
Secara formal khalifah masih diakui, tetapi secara praktis penguasa yang
sebenarnya adalah para Amir dan sultan-sultan. Keadaan yang buruk ini
disempurnakan (keburukannya) oleh Hulagu Khan yang memporak
porandakan pusat peradaban Umat Islam (1258 M.). Kerunyaman politik
dan krisis kekuasaan ini membawa dampak negatif bagi kehidupan umat
Islam di wilayah tersebut. Pada masa itu umat Islam mengalami masa

3
disintegrasi sosial yang sangat parah, pertentangan antar golongan banyak
terjadi, seperti antara golongan sunni dengan syi’ah, dan golongan Turki
dengan golongan Arab dan Persia. Selain itu ditambah lagi oleh suasana
banjir yang melanda sungai Dajlah yang mengakibatkan separuh dari tanah
Iraq menjadi rusak. Akibatnya, kehidupan sosial merosot. Keamanan
terganggu dan kehancuran umat Islam terasa di mana-mana. Dalam situasi
seperti itu wajarlah kalau umat Islam berusaha mempertahankan agamanya
dengan berpegang pada doktrinnya yang dapat menentramkan jiwa, dan
menjalin hubungan yang damai dengan sesama muslim.
Masyarakat Islam memiliki warisan kultural dari ulama
sebelumnya yang dapat digunakan, sebagai pegangan yaitu doktrin
tasawuf, yang merupakan aspek kultural yang ikut membidani lahirnya
gerakan tarekat pada masa itu. Dan yang tidak kalah pentingnya adalah
kepedulian ulama sufi, mereka memberikan pengayoman masyarakat
Islam yang sedang mengalami krisis moral yang sangat hebat (ibarat anak
ayam kehilangan induk). Dengan dibukanya ajaran tasawuf kepada orang
awam, secara praktis lebih berfungsi sebagai psikoterapi yang bersifat
massal. Maka kemudian banyak orang awam yang memasuki majelis
dzikir dan halaqah-nya para sufi, yang lama kelamaan berkembang
menjadi suatu kelompok tersendiri (eksklusif) yang disebut dengan
tarekat.
Di antara ulama sufi yang kemudian memberikan pengayoman
kepada masyarakat umum untuk mengamalkan tasawuf secara praktis
(tasawuf ‘amali), adalah Abu Hamid Muhammad al-Ghazali (w. 505
H./1111 M.). Kemudian menurut Al-Taftazani diikuti oleh ulama’ sufi
berikutnya seperti syekh Abd. Qadir al – Jailani dan Syekh Ahmad ibn Ali
al-Rifa’i. Kedua tokoh sufi tersebut kemudian dianggap sebagai pendiri
Tarekat Qadiriyah dan Rifa’iyah yang tetap berkembang sampai sekarang.
Secara garis besar melalui tiga tahap yaitu :
a) Tahap khanaqah

4
Tahap khanaqah (pusat pertemuan sufi), dimana syekh mempunyai
sejumlah murid yang hidup bersama-sama dibawah peraturan yang tidak ketat,
syekh menjadi mursyid yang dipatuhi. Kontemplasi dan latihan-latihan
spiritual dilakukan secara individual dan secara kolektif. Ini terjadi sekitar
abad X M. Gerakan ini mempunyai masa keemasan tasawuf.

b) Tahap thariqah
Sekitar abad XIII M. di sini sudah terbentuk ajaran-ajaran,
peraturan dan metode tasawuf. Pada masa inilah muncul pusat-pusat yang
mengajarkan tasawuf dengan silsilahnya masing-masing. Berkembanglah
metode-metode kolektif baru untuk mencapai kedekatan diri kepada
Tuhan. Disini tasawuf telah mencapai kedekatan diri kepada Tuhan, dan
disini pula tasawuf telah mengambil bentuk kelas menengah.
c) Tahap tha’ifah

Terjadinya pada sekitar abad XV M. Di sini terjadi transisi misi ajaran


dan peraturan kepada pengikut. Pada masa ini muncul organisasi tasawuf
yang mempunyai cabang di tempat lain. Pada tahap tha’ifah inilah tarekat
mengandung arti lain, yaitu organisasi sufi yang melestarikan ajaran syekh
tertentu. Terdapatlah tarekat-tarekat seperti Tarekat Qadiriyah, Tarekat
Naqsyabandiyah, Tarekat Syadziliyah dan lain-lain.

Sebenarnya, munculnya banyak tarekat dalam Islam pada garis


besarnya sama dengan latar belakang munculnya banyak madzhab dalam
fiqh dan banyak firqah dalam ilmu kalam. Di dalam kalam berkembang
madzhab-madzhab yang disebut dengan firqah, seperti : khawarij,
Murji’ah, Mu’tazilah, Asy’ariyah dan Maturidiyah. Di sini istilah yang
digunakan bukan mazhab tetapi firqah, di dalam fiqh juga berkembang
banyak firqah yang disebut dengan madzhab seperti madzhab Hanafi,
Maliki, Hanbali, Syafi’i, Zhahiri dan Syi’i. Di dalam tasawuf juga
berkembang banyak madzhab, yang disebut dengan thariqah. Thariqah
dalam tasawuf jumlahnya jauh lebih banyak jika dibandingkan dengan
perkembangan madzhab dan firqah dalam fiqh dan kalam, oleh karena itu

5
dapat dikatakan bahwa tarekat juga memiliki kedudukan atau posisi
sebagaimana madzhab dan firqah-firqah tersebut di dalam syari’at Islam.

D. Aliran-aliran Thoriqot dalam Dunia Islam


a. Thariqah Qadiriyah

Tarekat Qadiriyah didirikan oleh Syekh Abdul Qadir al-Jailani (470-561 H/


1077-1166 M) sering juga disebut Al-Jili.Ciri khas dari Tarekat Qadiriyah ini
adalah sifatnya yang luwes, tidak sempit sehingga Syekh atau Mursyid yang
baru dapat menentukan langkahnya menuju kehadirat Allah Subhanahu
Wata'alla guna mendapat keridhaan-Nya.Keluwesan dan kemandirian inilah,
yang menyebabkan tarekat ini cepat berkembang di sebagian besar dunia
Islam. Tarekat ini memiliki keunggulan dalam ihwal kedermawanan,
kesalehan dan kerendahan hati serta ketidaksetujuan terhadap fanatisme
agama dan politik.Diantara ajaran pokoknya ialah : bercita-cita tinggi (“aluw
al Himmah) menghindari segala yang haram, memelihara hikmah,
merealisasikan maksud dan mengagungkan nikmat Allah. Beberapa sebab
keberhasilan tarekat ini dalam rekrutmen murid dan calon murid adalah
ketaatan yang teguh dalam syariat dan realisasi ajaran salaf, serta ajaran-
ajarannya dilandaskan secara kuat kepada Al-Qur’an dan Al-
Sunnah.Penganut tarekat ini tersebar di Irak, Mesir, Sudan, Libya, Tunisia,
Aljazair, daratan Afrika dan termasuk Indonesia.

b. Thariqah Syadzaliyah

Tarekat Syadzaliyah didirikan oleh Abu al-Hasan asy-Syadzaliy (593-656 H/


1196-1258 M).Syadziliya, menyebar luas di Mesir, Sudan, Libya, Tunisia,
Aljazair, Negeri Utara Afrika dan juga Indonesia. Syaikh Syadzali
menjelaskan pada muridnya bahwa tarekatnya berdiri pada lima (5) ajaran
pokoknya yaitu:

1. Takwa kepada Allah SWT dalam keadaan rahasia maupun terbuka.


2. Mengikuti sunnah Nabi SAW dalam perkataan maupun perbuatan.

6
3. Berpaling dari makhluk (tidak menumpukkan harapan) ketika
berada didepan atau dibelakang mereka.
4. Ridho terhadap Allah SWT dalam pemberian-Nya sedikit maupun
banyak.
5. Kembali kepada Allah SWT dalam keadaan senang maupun duka.
c. Thariqah Naqsyabandiyah

Tarekat Naqsyabandiyah didirikan oleh Muhammad Bahauddin an-


Naqsyabandi al-Uwaisi al-Bukhari (717-791 H/1317-1388
M).Naqsyabandiyah merupakan salah satu tarekat sufi yang paling luas
penyebarannya. Danterdapat banyak di wilayah asia muslim.Tarekat ini
mempunyai dampak dan pengaruh sangat besar kepada masyarakat muslim
di berbagai wilayah yang berbeda-beda. Tarekat ini pertama kali di Asia
Tengah, kemudian meluas ke Turki, Suriyah, Afganistan, India, dan
Indonesia. Ciri khas yang menonjol Tarekat Naqsyabandiyah adalah:

 Mengikuti syari'at secara ketat, keseriusan dalam beribadah yang


menyebabkan penolakan terhadap musik dan tari, dan lebih menyukai
berdzikir dalam hati.
 Upaya yang serius dalam mempengaruhi kehidupan dan pemikiran
golongan penguasa serta mendekati Negara pada Agama.
d. Thariqah Rifa’iyah

Tarekat Rifa'iyah ini didirikan oleh Ahmad bin Ali ar-Rifa'i (512-578 H).
beliau telah meletakkan dasar-dasar yang kuat dan prinsip-prinsip yang
kokoh, yaitu ajakan untuk beriman dan mengikuti sunah Rasul Allah,
menjaga rukun Islam, berpegang pada keutamaan-keutamaan dan menjauhi
hal-hal yang hina (sifat dan perilaku yang nista). Rifaiyah ini terkenal di
Aceh dengan sebutan “Rafai”, yaitu tabuhan rebana yang berasal dari
perkataan Rifa’i pendiri dan Penyiar tarekat ini. Kemudian dikenal orang
Sumatera dengan permainan dabus, yaitu menikam diri dengan senjata tajam
yang diiringi dengan dzikir-dzikir tertentu.Tarekat sufi Sunni ini memainkan

7
peranan penting dalam pelembagaan sufisme, dari segala praktek kaum
Rifa'iyah, dzikir merekayang khas patut dicatat.

e. Thariqah Khalwatiyah

Tarekat Khalwatiyah ini didirikan Syekh Syihabuddin Abu Hafs Umar as-
Suhrawardi al-Baghdadi (wafat 539-632 H) dan merupakan salah satu tarekat
yang berkembang di berbagai negeri, seperti Turki, Syria, Mesir, Hijaz dan
Yaman. Di Mesir, Tarekat Khalwatiyah didirikan oleh Ibrahim Gulsheini
(wafat 940 H/ 1534 M) yang kemudian terbagi kepada beberapa tarekat
lainnya diantaranya:Tarekat Sammaniyah yang didirikan oleh Muhammad
bin Abdul Karim as-Sammani (1718-1775 M).

f. Thariqah Syattariyah

Tarekat Syattariyah ini didirikan oleh Abdullah bin Syattar (wafat tahun
1485 M) dari India. Sebagaimana hal tarekat-tarekat lain, syattariyah
menonjolkan aspek dzikir di dalam ajarannya. Didalam tarekat ini, dikenal 7
macam dzikir muqodimah sebagai peralatan/tangga untuk masuk kedalam
tarekat syattariyah, yang disesuaikan dengan 7 nafsu pada manusia.Satu hal
yang harus diingat bahwa dzikir hanya dapat dikuasai melalui bimbingan
seorang pembimbing spiritual, guru/syaikh.

g. Thariqah Qadiriyah Wa Naqsyabandiyah

Tarekat ini merupakan gabungan dari dua ajaran tarekat, yaitu Qadiriyah
dan Naqsyabandiyah.Tarekat ini didirikan oleh Ahmad Khatib Sambas yang
bermukim dan mengajar di Makkah pada pertengahan abad ke-19.Tarekat ini
merupakan yang paling berpengaruh dan tersebar luas di pulau Jawa saat ini.

h. Thariqah Sammaniyah

Tarekat ini didirikan oleh Muhammad bin Abdul Karim al-Madani asy-
Syafi'i as-Samman (1130-1189 H/ 1718-1775 M). Hal menarik dari tarekat
ini dan yang menjadi ciri khasnya adalah dzikirnya menggunakan suara yang

8
keras dan melengking ketika mengucapkan Laa Ilaha Illa Allah, selain itu
dikenal pula dengan ratib Samman yang hanya mempergunakan perkataan
HU, yaitu Dia Allah. Diantara ajaran-ajarannya ialah memperbanyak
dzikrullah dan shalat, lemah lembut kepada fakir miskin, tidak mencintai
dunia, menukar akal basyariyah dangan akan rubbaniyah dan mentauhidkan
Allah dalam dzat, sifat dan af’al-Nya.

i. Thariqah Tijaniyah

Tarekat Tijaniyah didirikan oleh Syekh Ahmad bin Muhammad at-Tijani


[1150-1230 H/ 1737-1815 M]. Bentuk amalan Tarekat Tijaniyah terdiri dari
dua jenis, yaitu wirid wajibah dan wirid ikhtisyariyah.

j. Thariqah Chisytiyah

Tarekat Chisytiyah adalah salah satu tarekat sufi utama di Asia Selatan.
Tarekat ini menyebar ke seluruh kawasan yang merupakan wilayah India,
Pakistan dan Banglades. Namun, tarekat ini hanya terkenal di India. Pendiri
tarekat ini di India adalah Khwaja Mu'inuddin Hasan al-Chisyti, yang
populer panggilan Mu'inuddin Chisyti.

k. Thariqah Maulawiyah

Nama Maulawiyah berasal dari kata "Maulana" [guru kami], yaitu gelar yang
diberikan murid-muridnya kepada Muhammad Jalaluddin Rumi [wafat
1273]. Oleh karena itu, Rumi adalah pendiri tarekat ini yang didirikan sekitar
lima belas tahun terakhir hidup Rumi. Salah satu mursyid sekaligus wakil
yang terkenal secara internasional dari tarekat ini adalah Syekh al-Kabir
Helminski yang bermarkas di California, Amerika Serikat.

l. Thariqah Ni'matullahi

Tarekat Ni'matullahi adalah suatu mazhab sufi Persia yang segera setelah
berdirinya dan mulai berjaya pada abad ke-8 sampai ke-14 mengalihkan
loyalitasnya kepada Syi'i Islam. Tarekat ini didirikan oleh Syekh Ni'matullah

9
Wal. Tarekat ini secara khusus menekankan pengabdian dalam pondok sufi
itu sendiri.

m. Thariqah Sanusiyah

Tarekat ini didirikan oleh Sayyid Muhammad bin Ali as-Sanusi. Dalam
tarekat ini, dzikir bisa dilakukan bersama-sama atau sendirian. Tujuan dzikir
itu lebih dimaksudkan untuk "melihat Nabi" ketimbang "melihat Tuhan",
sehingga tidak di kenal "keadaan ekstatis" sebagaimana yang ada pada
tarekat lain.

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Thorekat memiliki dua pengertian, pertama ia berarti metode
pemberian bimbingan spiritual kepada individu dalam mengarahkan
kehidupannya menuju kedekatan diri dengan Tuhan. Kedua, tarekat
sebagai persaudaraan kaum sufi (sufi brotherhood) yang ditandai dengan
adannya lembaga formal seperti zawiyah, ribath, atau khanaqah.
Hubungan antara tasawuf dengan tarekat, yaitu tarekat itu bermula
dari tasawuf dan berkembang dengan berbagai macam paham dan aliran
mulai dari Thariqat Qadiriyah sampai Thariqat Sanusiyah.
B. Saran
Adapun dalam penyusunan makalah ini terdapat kesalahan-
kesalahan kata dan kalimat mohon sekiranya teman dan terutama dosen
pembimbing kami untuk mengoreksi dan memberikan saran maupun
kritikan yang bersifat membangun agar ke depannya penyusunan makalah
nanti dapat berjalan dengan baik dan benar.

11
DAFTAR PUSTAKA

Nata ,Abuddin.1996.Akhlaq Tasawuf. PT. Raja Garfindo Persada:Jakarta


https://pengertiankomplit.blogspot.com/2017/09/pengertian-
thoriqoh.html?m=1
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Tarekat
http://tugasakhiramik.blogspot.com/2009/10/pengertian-tarekat.html
http://kak-azafa.blogspot.com/2016/05/hubungan-tasawuf-dengan-
tarekat.html?m=1
http://ridhasyahidaiz.blogspot.com/2015/05/sejarah-dan-perkembangan-
tarekat.html?m=1

12
Presentasi kelompok 12:
 Moderator: Ahmad Tedy Alfian (D20191016)
 Penanya:
1. Shofiul Umam (D20191041)
2. Lailatul Qadriyah (D20191001)
3. Defiaz Dwi rezizita ( D20191014)
4. Amartyana Adiningsih (D20191018)

13

Anda mungkin juga menyukai