MAKALAH
Disusun Oleh :
Kelompok 9
1. Lailatul Qodriyah D20191001
2. Hisien Khofiah F D20191025
3. Nurul Yaqin D20191038
FAKULTAS DAKWAH
2020
STUDI TASAWUF FALSAFI
Makalah Tugas Mata Kuliah Akhlaq Tasawuf yang Diampui oleh : Hilmi Azizi,
M.Pd.I, M.Pd.I
Disusun Oleh :
Kelompok 9
1. Lailatul Qodriyah D20191001
2. Hisien Khofiah F D20191025
3. Nurul Yaqin D20191038
FAKULTAS DAKWAH
2020
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat
dan karunianya penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
Penulis sangat menyadari, bahwa dalam penyusunan makalah ini jauh dari
kata sempurna sebab banyaknya kekurangan. Oleh sebab itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca agar nanti makalah ini bisa menjadi
lebih baik lagi.
Demikian jika ada kesalahan rangkaian makalah ini, penulis mohon maaf
yang sebesar-besarnya. Terima kasih.
ii
DAFTAR ISI
COVER...............................................................................................................................i
KATA PENGANTAR........................................................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................................iii
BAB I.................................................................................................................................1
PPENDAHULUAN....................................................................................................1
A. Latar Belakang...................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................................2
C. Tujuan Pembahasan............................................................................................2
BAB II...............................................................................................................................3
PEMBAHASAN........................................................................................................3
KESIMPULAN................................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................22
iii
BAB I
PPENDAHULUAN
A. Latar Belakangg
Banyak sekali teori dan pendapat mengenai tasawuf dan ajarannya.
Dari definisi-definisinya dapat dilihat terdapat dua kelompok yang
menganggap bahwa tasawuf merupakan ajaran murni islam yang diajarkan
oleh rasulullah, seperti yang dikemukakan oleh Julian Baldic bahwa
wacana-wacana Al Quran sangat mendukung tasawuf. Kemudian Ibnu
Khaldun dengan telaah sejarah dan sosiologinya mengatakan bahwa
tasawuf bersumber dari agama islam dengan bukti mengikuti praktek-
praktek umat muslim generasi awal.
1
AbrarM Dawud Faza, Tasawuf falsafi, Vol.1 No.1 tahun 2019
1
B. Rumusan Masalah
a. Apa pengertian dari tasawuf falsafi?
b. Bagaimana perkembangan tasawuf falsafi?
c. Bagaimana karakteristik tasawuf falsafi?
d. Bagaimana tokoh dan ajaran mengenai tasawuf falsafi?
C. Tujuan Pembahasan
a. Mengetahui pengertian tasawuf falsafi
b. Mengetahui perkembangan tasawuf falsafi
c. Mengetahui karakteristik tasawuf falsafi
d. Mengetahui tokoh-tokoh dan ajaran tasawuf falsafi.
2
BAB II
PEMBAHASAN
(2) Shaf yang berarti barisan karena, para sufi adalah orang yang berhati suci
dan diharapkan berada pada barisan pertama di sisi Allah,
(4) Shufabah, yakni nama kayu yang tumbuh di padang pasir yang
menunjukkan bahwa tasawuf ada dalam situasi apapun,
(5) Teoshofi yang berasal dari bahasa Yunani dan mempunyi arti ilmu
ketuhanan,
(6) Shuf yang berarti bulu domba dikarenakan, para sufi menggunakan
pakaian yang sederhana yang terbuat dari bulu domba.
2
Miswar, Pembentukan dan Perkembangan Tasawwuf Falsafi, Vol. II NO. 1 tahun 2019
3
(3) Inti atau akar agama guna mencapai kedamaian hati.
(9) Jalan yang halus dan diterangi untuk menuju surga yang paling mulia.
(11) Syari‟at3.
3
Aly Mashar, Tasawuf : Sejarah, Madzhab dan Inti Ajarannya, Vol. XII, No. 1, tahun 2015
4
Haidar Putra Daulay, Pendidikan Islam dalam Perspektif Filsafat, kencana tahun 2014
4
melainkan yang lebih tinggi dari itu yaitu wihdatul wujud (kesatuan wujud)5.
Tasawuf ini menggunakan terminologi filosofis dalam pengungkapannya
yang berasal dari berbagai macam ajaran filsafat yang telah
mempengaruhi para tokohnya.
Pada abad ini para individu dari kalangan muslim lebih memusatkan
dirinya pada hal ibadah. Mereka tidak mementingkan hal duniawi seperti
gaya berpakaian, makan, minum dan bertempat tinggal dengan seadanya8.
5
terfokus pada petunjuk tentang cara berbuat baik serta cara menghindarkan
keburukan yang bisanya disebut tasawuf akhlaqi.
9
Aly Mashar, Tasawuf : Sejarah, Madzhab dan Inti Ajarannya, Vol. XII, No. 1, tahun 2015. (Hal.
124)
6
Kemudian pada abad ke-6 hijriyah tasawuf falsafi mulai muncul
kembali dengan ditandai oleh kelompok tasawuf yang memadukan tasawuf
dengan ilmu filsafat dengan teori mereka sendiri dan pada abad ke 6-7
hijriyah merupakan masa tasawuf falsafi bangkit dan mengajarkan ajarannya
dengan tokoh-tokoh yang baru.
10
Abrar M Dawud Faza, Tasawuf falsafi, Vol.1 No.1 tahun 2019
7
c. Tasawuf falsafi memandang illuminasi sebagai metode untuk
mengetahui hakekat sesuatu, yang menurut penganutnya dapat dicapai
dengan fana’.
d. Menyamarkan ungkapan-ungkapan dengan berbagai simbol dan
terminologi11.
11
Ibid, hlm 66
8
Ibnu Khaldun, merupakan sesuatu yang tidak dapat ditolak oleh siapa
pun.
2. Iluminasi atau hakikat yang tersingkap dari alam gaib, seperti sifat-sifat
rabbani, ‘arsy, kursi, malaikat, wahyu, kenabian, roh, hakikat realitas
segala yang wujud, yang gaib yang tampak, dan susunan komos,
terutama tentang Penciptanya dan penciptaannya. Mengenai iluminasi
ini para sufi melakukan latihan rohaniah dengan mematikan kekuatan
syahwat serta menggairahkan roh dengan jalan menggiatkan dzikir.
3. Peristiwa-peristiwa dalam alam maupun kosmos yang berpengaruh
terhadap berbagai bentuk kekeramatan atau keluarbiasaan.
4. Penciptaan ungkapan-ungkapan yang pengertiannya sepintas samar-
samar, yang dalam hal ini telah melahirkan reaksi masyarakat berupa
mengikarinya, menyetujuinya ataupun menginterpretasikannya dengan
interpretasi yang berbeda-beda.
9
6. Iluminasi atau hakikat yang tersingkap dari alam gaib, seperti sifat-sifat
rabbani, ‘arsy, kursi, malaikat, wahyu, kenabian, roh, hakikat realitas
segala yang wujud, yang gaib yang tampak, dan susunan komos,
terutama tentang Penciptanya dan penciptaannya. Mengenai iluminasi
ini para sufi melakukan latihan rohaniah dengan mematikan kekuatan
syahwat serta menggairahkan roh dengan jalan menggiatkan dzikir.
7. Peristiwa-peristiwa dalam alam maupun kosmos yang berpengaruh
terhadap berbagai bentuk kekeramatan atau keluarbiasaan.
8. Penciptaan ungkapan-ungkapan yang pengertiannya sepintas samar-
samar, yang dalam hal ini telah melahirkan reaksi masyarakat berupa
mengikarinya, menyetujuinya ataupun menginterpretasikannya dengan
interpretasi yang berbeda-beda.
a. Wahdat Al-Wujud
10
oleh para ahli filsafat sufistik sebagai suatu kesatuan antara materi
dan roh, hakikat dan bentuk, antara yang nampak dan yang batin,
antara alam dan Allah, karena alam dari segi hakikatnya qadim dan
berasal dari Tuhan. Pengertian wahdatul wujud yang terakhir itulah
yang digunakan para sufi, yaitu paham bahwa antara manusia dan
Tuhan pada hakikatnya adalah satu kesatuan wujud.
11
yang mempunyai wujud hakiki, sedangkan yang diciptakan hanya
mempunyai wujud yang bergantung pada wujud di luar dirinya, yaitu
wujud Tuhan. Alam ini adalah bayangan Tuhan atau bayangan
wujud yang hakiki. Alam tidak mempunyai wujud sebenarnya. Oleh
karena itu alam merupakan tempat tajalli (penampakaan Tuhan).
b. Haqiqah Muhammadiyyah
12
Ibn ‘Arabi memandang bahwa sumber agama adalah satu,
yaitu hakikat Muhammadiyyah. Konsekuensinya, semua agama
adalah tunggal dan semua itu kepunyaan Allah. Seorang yang benar-
benar arif adalah orang yang menyambah Allah dalam setiap bidang
kehidupannya. Dengan kata lain, dapat dinyatakan bahwa ibadah yang
benar hendaknya seorang abid memandang semua apa saja sebagai
bagian dari luang lingkup realitas dzat Tuhan yang Tunggal.
B. Al-JILI (1365-1417 M)
1. Biografi Al-Jili
13
pemimpin tarekat Qadariyah yang sangat terkenal. Di samping itu,
berguru pula pada Syekh Syarafuddin Isma’il bin Ibrahim Al-Jabarti di
Zabid (Yaman) pada tahun 1393-1403 M.
a. Insan Kamil
Insan kamil berasal dari bahasa Arab, yaitu Insan dan Kamil.
Secara harfiah, insan berarti manusia, dan kamil berarti sempurna. Jadi,
insan kamil berarti manusia yang sempuran.
14
memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan
dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhya manusia itu amat
dzalim dan amat bodoh.”
Berfungsi Intuisinya
Berakhlak Mulia
15
Sejalan dengan ciri keempat di atas, insan kamil juga adalah
manusia yang berakhlak mulia. Hal ini sejalan dengan pendapat Ali
Syari’ati yang mengatakan bahwa manusia yang sempurna memiliki
tiga aspek, yakni aspek kebenaran, kebajikan dan keindahan.
Berjiwa Seimbang
b. Maqamat (Al-Martabah)
16
2. Iman, yakni membenarkan dalam hati denagan keyakinan yang
sebenar-benarnya. Iman merupakan tangga pertama untuk
mengungkap tabir alam ghaib, dan alat yang membantu
seseorang untuk mencapai maqam yang lebih tinggi.
3. ash-shalah, yakni dengan maqam ini seorang sufi mencapai
tingkat ibadah yang terus-menerus kepada Allah, sehingga hal
ini untuk mencapai maqam tertinggi dihadapan Allah dengan
menjalankan syari’at-syari’atnya dengan baik.
4. Ihsan, yakni dengan maqam ini menunjukkan bahwa seorang
sufi telah mencapai tingkat menyaksikan efek nama dan sifat
Tuhan, sehingga dalam ibadahnya, ia merasa seakan-akan
berada dihadapan-Nya. Persyaratan yang harus ditempuh pada
maqam ini adalah sikap istiqomah dalam tobat, inabah, zuhud,
tawakal, tafwidh, ridha ataupun ikhlas.
5. Syahadah, yakni seorang sufi dalam maqam ini telah mencapai
iradah dengan ciri-ciri: mahabbah kepada Tuhan tanpa pamrih,
mengingat-Nya secara terus-menerus, dan meninggalkan hal-
hal yang bersifat pribadi.
6. shiddiqiyah, yakni seorang sufi dalm tingkatan derajat shiddiq
akan menyaksikan hal-hal yang ghaib sehingga dapat
mengetahui hakikat dirinya.
7. qurbah, yakni maqam ini meupakan maqam yang
memungkinkan seseorang dapat menampakkan diri dalam sifat
dan nama yang mendekati sifat dan nama Tuhan.
17
Nama lengkap Ibn Sab’in adalah Abdul Haqq ibn Ibrahim
Muhammad ibn Nashr, seorang sufi yang juga filosof dari Andalusia. Ia di
panggil Ibn Sabi’in dan digelari Quthbuddin dan dikenal pula dengan
panggilan Abu Muhammad. Dia berasal dari keturunan Arab dan
dilahirkan tahun 614 H (1217/1218 M) di kawasan Murcia dan lahir dari
keluarga terhormat. Dia mempelajari bahasa arab dan sastra, dia juga
mempelajari ilmu agama dari madzhab Maliki, ilmu-ilmu logika dan
filsafat. Dia mengemukakan bahwa guru-gurunya itu adalah Ibn Dihaq,
yang dikenal dengan Ibn Mir’ah (wafat 611 H).
a. Kesatuan Mutlak
“Dialah yang awal, yang akhir, yang zahir dan yang batin..” Dan
diperkuat dengan hadist qudsi yang artinya: ”Apa yang pertama-tama
diciptakan adalah akal budi, maka firman Allah kepadanya maka
Terimalah! Ia pun menerimanya.
18
Pendapat Ibn sabi’in tentang kesatuan mutlak tersebut merupakan
dasar paham, khusunya tentang para pencapai kesatuan mutlak ataupun
pengakraban Allah SWT. Paham ini sama dengan paham hakikat
Muhammad SAW. Pencapai kesatuan mutlak menurut Ibn Sabi’in
adalah individu yang paling sempurna, sempurna yang dimilki seoran
faqih, teolog, filsuf ataupun sufi.
19
pendzikir dalam dzikir ini sendiri adalah yang dzikir. Sementara
tingkatan dan keadaan, yang merupaka buah dari dzikir, tidak keluar dari
ruang lingkup kesatuan mutlak tersebut.
KESIMPULAN
20
(makrifatullah) melainkan yang lebih tinggi dari itu yaitu wihdatul wujud
(kesatuan wujud). Tasawuf falsafi berkonsep kepada pemikiran-pemikiran
filsafat namun masih tetap menggunakan rasa (dhauq) sehingga pemikiran
yang diungkapkan lebih cenderung samar dan susah dimengerti bagi orang
awam.
DAFTAR PUSTAKA
21
Haidar Putra Daulay, PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF
FILSAFAT, kencana tahun 2014
Muis Sad Imam, Peran Tasawuf Falsafi Dalam metodologi Pendidikan
Islam, Vol.6 No.2 thn 2015
Abrar M Dawud Faza, TASAWUF FALSAFI, Vol.1 No.1 tahun 2019
22