Anda di halaman 1dari 11

CABANG CABANG ULUMUL HADITS

Disusun untuk Memenuhi Tugas Ulumul Hadits

Dosen Pengampu: Rof’at Hilmi.M.S.I

Disusun oleh:

1. Moh. Sobirin (1218008)

Sekolah Tinggi Agama Islam Pati

Jurusan Tarbiyah

Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah

Tahun Akademik 2020


KATA PENGANTAR

Segala puji selalu terpanjat ke hadirat Allah Subhanuhu Wa Ta’ala yang tiada henti
menganugerahkan kenikmatan kepada kita, diataranya nikmat Iman dan Islam serta kesempatan
untuk selalu melakukan ketaatan kepada-Nya.

Sholawat beserta Salam semoga senantiasa tercurah ke haribaan Nabi Besar Muhammad
Shollallahu ‘Alaihi Wasallam yang telah menunaikan Amanah, menasehati ummat dan berjihad
di jalan-Nya sampai akhir hayat beliau. Semoga juga kesejahteraan tercurah kepada keluarga,
sahabat, tabiin dan tabiut tabiin serta para pengikutnya hingga hari kemudian, amin.

Ulumul Hadits adalah satu bidang ilmu yang penting dalam Islam. Ulumul Hadits
merupakan ilmu yang membahas tentang hadits-hadits Nabi Muhammad SAW sebagai salah satu
sumber ajaran Islam. Di dalamnya terdapat pembahasan tentang Sanad dan Matan yang
merupakan hal penting yang berkaitan langsung, apabila salahsatunya tidak “betul” maka akan
berpengaruh terhadapa kualitas dari suatu Hadits.

Di dalam Ilmu Hadits juga terdapat cabang-cabang Ilmu Hadits untuk mengetahui adanya
Sanad dan Matan tersebut, dan dari penelitian tentang Sanad dan Matan Hadits terdapat
penelusuran terhadap perawi yang meriwayatkan Hadits dari segi Sanad maupun Matan Hadits.
DAFTAR ISI

Halaman……………………………………………………………………………..…………..i

KATA PENGANTAR................................................................................................................. ii

DAFTAR ISI............................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................

a) Latar belakang...................................................................................................................... 4

b) Rumusan masalah................................................................................................................ 4

c) Tujuan penulisan.................................................................................................................. 4

BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................................

a)Cabang Cabang Ilmu Hadits....................................................................................................... 5

BAB III

PENUTUP........................................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

  Kita ketahui bahwasanya hadist merupakan sumber sumber ajaran Islam yang kedua setelah al-
Qur’an. Keberadaan hadist disamping telah mewarnai masyarakat dalam kehidupan juga telah
menjadi bahasan kajian yang menarik. Hadist mengandung makna dan ajaran serta memperjelas
kandungan al-Qur’an dan lain sebagainya. Para peneliti dan ahli hadist telah berhasil
mendokumentasikan hadist baik kepada kalangan masyarakat, akademis, penelitian hadist
tersebut telah membuka peluang untuk mewujudkannya suatu kajian disiplin Islam, yaitu bidang
study Ulumul Hadist.
            Maka dalam makalah ini, penulis menyajikan tentang “CABANG - CABANG ULUMUL
HADIST ”, semoga makalah sederhana ini dapat bermanfaat bagi semuanya, terutama bagi
penulis. Amin.

B.  Rumusan Masalah

1.  Apa Saja cabang - cabang ulumul hadist ?

  C. Tujuan Penulisan


 
1. Untuk mengetahui cabang - cabang ulumul hadist.
BAB II

PEMBAHASAN

Banyak sekali jumlah cabang Ilmu Hadits, para Ulama menghitungnya secara beragam,
ada yang menghitungnya secara terperinci dan ada yang menghitungnya secara global. Ibnu ash
Sholah menyebutkan bahwa ada 65 cabang Ilmu Hadits 1, Imam as Suyuthi mengatakan ada 93
cabang, al Hazimi berkata: “Ilmu Hadits mencakup banyak cabang yang jika dihitung mencapai
seratus dan setiap cabangnya merupakan disiplin ilmu tersendiri2. Subhi Sholih hanya
meringkasnya menjadi 6 cabang Ilmu Hadits dalam kitabnya 3, sementara ada juga yang
meringkasnya menjadi 10 cabang4.

Untuk menyimpulkan yang terserak dan disesuaikan dengan keterbatasan waktu dan
tenaga maka dalam makalah ini penulis hanya akan memaparkan 10 cabang Ilmu Hadits, yaitu
sebagai berikut:

1. Ilmu Rijal al Hadits (‫)علم رجال الحديث‬

Ilmu Rijal al Hadits adalah salah satu Ilmu penting dalam cabang Ilmu Hadits, karena
Ilmu Hadits adalah Ilmu yang membahas tentang urusan Sanad dan Matan dan orang-orang yang
dibahas dalam sanad adalah periwayat hadits serta otomatis menjadi bahasan dalam Ilmu ini,
maka tidak aneh jika para ulama memberikan perhatian yang lebih terhadap cabang Ilmu Hadit
ini5.

Adapun Ilmu Rijalul Hadits dibagi menjadi dua, Ilmu Tawarikh ar Ruwah dan Ilmu al
Jarh wa at Ta’dil. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa Ilmu Tawarikhur Ruwah adalah:

‫التعريف بالوقت الذي تضبط باألحوال من المواليد والوفيات والوقائع وغيرها‬

Ilmu yang mempelajari waktu yang membatasi kelahiran, wafat, peristiwa/ kejadian dan
lain-lainnya6.

Jadi, Ilmu Tawarikur Ruwah adalah ilmu yang membahas tentang hal keadaan perawi
Hadits dan biografinya dari segi kelahiran dan kewafatan mereka, siapa guru-gurunya atau dari
mana mereka menerima Sunnah dan siapa murid-muridnya, atau kepada siap mereka
menyampaikan periwayatan Hadits, baik dari kalangan para sahabat, tabi’in dan tabiut tabi’in.

Para Ulama generasi awal menyebut cabang Ilmu ini dengan berbagai sebutan,
diantaranya; Ilmu at Tarikh, Tarikh ar Ruwah, Wafayat ar Ruwah, dan lainnya. Akan tetapi

1
2004 ،‫ دمشق و بيروت‬,‫ دار الكالم الطيب‬،47 ‫ ص‬،‫ اإليضاح في علوم الحديث واالصطالح‬،‫مصطفى سعيد الخان و بادع السيد اللحام‬
2
2004 ،‫ دمشق و بيروت‬،‫ دار الكالم الطيب‬،47 ‫ ص‬،‫ اإليضاح في علوم الحديث واالصطالح‬،‫مصطفى سعيد الخان و بادع السيد اللحام‬
3
2009 ،‫لبنان‬-‫ بيروت‬،‫ دار العلم للماليين‬،114-109 ‫ ص‬،‫ علوم الحديث ومصطلحه‬،‫صبحي صالح‬
4
Abdul Majid Khon, Ulumul Hadis, hal 93, AMZAH-Jakarta, 2013
5
253 ‫ ص‬،1972 ،‫ دار الفكر‬،‫ أصول الحديث علومه ومصطلحه‬،‫محمد عجاج الخطيب‬
6
Abdul Majid Khon, Ulumul Hadis, hal 93, AMZAH-Jakarta, 2013
kebanyakan pengarang kitab setelah abad ke 5 Hijriyah menyebutkannya dalam arangan mereka
dengan sebutan at Tawarikh wal Wafayat7.

Ilmu ini berkembang seiring perkembangan periwayatan hadits dalam Islam, para ulama
memberi perhatian pada Ilmu ini untuk mengetahui orang-orang yang meriwayatkan hadits,
mereka menanyakan kepada para periwayat tentang umur, tempat tinggal, cara mendapatkan
hadits dari guru mereka, sebagaimana mereka juga menanyakan tentang diri para periwayat itu
sendiri.

Ini merupakan hak bagi para ulama untuk memperhatikannya demi mengetahui
kebenaran klaim dari para periwayat tentang pendengaran hadits dari guru mereka dan
mengetahui kesinambungan sanad atau terputusnya serta membedakan yang mursal dari yang
marfu’.

Tujuan Ilmu ini adalah untuk mengetahui bersambung tidaknya sanad suatu hadits.
Maksud persambungan sanad adalah pertemuan langsung apakah perawi berita itu bertemu
langsung dengan gurunya atau pembawa berita ataukah tidak, atau hanya pengakuannya saja.
Semua itu dapat dideteksi melalui ilmu ini. Muttashilnya sanand ini nantinya dijadikan salahsatu
syarat kesahihan hadits dari segi sanad8

Ilmu ini adalah senjata yang terbaik bagi para ulama dalam menghadapai para
pembohong, Imam Sufyan ats Tsauri berkata: “ketika ada sebagian perawi yang berbohong
maka kami menggunakan Imu ini untuk menghadapi mereka”9.

Karena perhatian para ulama pada Ilmu ini sangat besar maka terkumpullah banyak kitab-
kitab yang membahas tentang hal ihwal periwayat hadits. Orang yang mempekenalkan ilmu ini
adalah al Bukhori (256 H) kemudian Ibnu Sa’ad dalam kitab Thobaqot-nya (230 H), lalu pada
tahun ke 7 Hijriyah Izzuddin bin Atsir (630 H) mengumpulkan dalam kitab Usud al Al Ghobah fi
Ma’rifah as Shohabah akan tetapi di dalamnya masaih tercampur dengan sebagian nama yang
bukan Shahabat. Maka setelah itu Ibnu Hajar al Atsqolani (852H) mengarang kitab Al Ishobah fi
Tamyiz as Shohabah yang kemudian diringkas oleh salahsatu muridnya, yaitu as Suyuthi (911 H)
dalam kitabnya ‘Ain al Ishobah 10

2. Ilmu Jarh wa at Ta’dil (‫)علم الجرح والتعديل‬


Secara bahasa Jarh (‫ )الجرح‬adalah mashdar dari kalimat‫رح‬j‫ جرح – يج‬yang berarti luka/
mengalirkan darah, dan ta’dil (j‫ )التعديل‬berasal dari ‫ العدل‬yang berarti apa yang terdapat dalam diri
yang menyebabkannya menjadi lurus/ baik11.
Dan menurut Istilah, di dalam kitabnya, Dr.Shubhi as Sholih mendefiniskan Ilmu Jarh
wa at Ta’dil sebagai berikut:
12
‫علم يبحث عن الرواة من حيث ما ورد في شأنهم مما يشينهم أو يزكيهم بألفاظ مخصوصة‬

7
253 ‫ ص‬،1972 ،‫ دار الفكر‬،‫ أصول الحديث علومه ومصطلحه‬،‫محمد عجاج الخطيب‬
8
Abdul Majid Khon, Ulumul Hadis, Jakarta, AMZAH, 2013, hal 94
9
254 ‫ ص‬،1972 ،‫ دار الفكر‬،‫ أصول الحديث علومه ومصطلحه‬،‫محمد عجاج الخطيب‬
10
111 ‫ ص‬،2009 ،‫لبنان‬-‫ بيروت‬،‫ دار العلم للماليين‬،‫ علوم الحديث ومصطلحه‬،‫صبحي صالح‬
11
260 ‫ ص‬،1972 ،‫ دار الفكر‬،‫ أصول الحديث علومه ومصطلحه‬،‫محمد عجاج الخطيب‬
12
109 ‫ ص‬،2009 ،‫لبنان‬-‫ بيروت‬،‫ دار العلم للماليين‬،‫ علوم الحديث ومصطلحه‬،‫صبحي صالح‬
“ilmu yang membahas tentang para perawi dari segi apa yang datang dari keadaan mereka,
dari apa yang mencela mereka, atau memuji mereka dengan menggunakan kata-kata khusus”13.
Jadi ilmu ini membahas tentang nilai cacat (‫ )الجرح‬atau adilnya(‫ )التعديل‬seorang perawi
dengan ungkapan kata-kata tertentu dan memiliki hierarki tertentu.
Kaidah Syara’ menunjukkan bahwa syariah harus dijaga, dan menjelaskan keadaan
perawi adalah jalan yang tepat untuk menjaga Sunnah yang merupakan salahsatu komponen
dalam Syariah14.
Tujuan ilmu ini adalah untuk mengetahui sifat atau nilai keadilan, kecacatan dan atau ke-
dhobit-an (kekuatan daya ingat) seorang perawi hadits. Jika sifatnya adil dan dhobit maka
haditsnya dapat diterima dan jika cacat, tidak ada keadilan dank e-dhobit-an maka haditsnya
tertolak15.
Para ulama hadits, fiqh dan ushul berijma’ bahwa syarat dari diterima tidaknya hadits dari
seseorang adalah bahwa orang tersebut haruslah adil dan dhobit.
Adil artinya dia harus muslim, berakal, baligh dan bersih dari kefasikan serta hal yang
mencoreng kehormatannya.
Dhobit artinya dia benar-benar hafal apa yang dihafalnya, baik itu melalui hafalan atau
kitab dan mengerti makna yang dihafalanya. Atau dengan kata lain hafalannya tidak menyalahi
hafalan Tsiqot, bagus, tidak salah, tidak lupa, dan tidak banyak keragu-raguan16.
Adapun al ‘Adalah (‫ )العدالة‬dapat ditetapkan pada diri seorang perawi dengan salahsatu
dari 2 cara, yaitu;
Pertama, at Tanshihsh (‫ )التنصيص‬adanya petunjuk atau nash dari salahsatu ulama ilmu Jarh wat
Ta’dil yang menyatakan keadilan seseorang.
Kedua, al Istifadhoh wa asy Syuhroh (‫ )االستفاضة و الشهرة‬yaitu terkenalnya seorang perawi
di kalangan ulama dengan keadilannya dan bahkan dipuji karena hal tersebut17.
Ibnu ‘Adi (365 H) dalam kitabnya Mukaddimah Al Kamil menjelaskan nilai keadilan
para ahli haditssejak masa sahabat. Diantara sahabat yang menyebutkan sifat dan keadaan para
perawi hadits adalah Ibnu Abbas, Ubadah bin Shomit, dan Anas bin Malik. Dan diantara tabi’in
adalah Asy Sya’bi, Ibnu Sirin, dan Sa’ad bin al Musayyab, sedikit sekali diantara mereka yang
digolongkan cacat (‫ )الترجيح‬dalam keadilan.
Pada abad ke 2 Hijriyah mulailah terdapat perawi hadits yang dhoif. Pada masa akhir
tabi’in , yaitu sekitar tahun 150 H, bangkitlah para ulama untuk mengungkap para perawi yang
adil (‫ديل‬jj‫ )التع‬dan cacat (‫ترجيح‬jj‫ )ال‬, diantara mereka adalah Yahya bin Sa’id al Qothan dan
Abdurrahman al Mahdi.
Kitab-kitab yang membahas tentang ilmu ini diantaranya adalah Thobaqot ibnu Sa’ad
(230 H) yang terdiri dari 15 jilid, Tawarikh Tsalatsah dan Tarikh al Kabir oleh Al Bukhori (256
H), al Jarhu wat Ta’dil karya ibnu Hatim dan lain-lain18.

3.  Ilmu tarikh Ar Ruwah


13
Abdul Majid Khon, Ulumul Hadis, Jakarta, AMZAH, 2013, hal 95
14
261 ‫ ص‬،1972 ،‫ دار الفكر‬،‫ أصول الحديث علومه ومصطلحه‬،‫محمد عجاج الخطيب‬
15
Abdul Majid Khon, Ulumul Hadis, Jakarta, AMZAH, 2013, hal 95
16
111 ‫ ص‬،‫ هـ‬1415 ،‫ مركز الهدى الدراسات‬،‫مصر‬-‫ اإلسكندرية‬،‫ تيسير مصطلح الحديث‬،‫محمود الطحان‬
17
111 ‫ ص‬،‫ هـ‬1415 ،‫ مركز الهدى الدراسات‬،‫مصر‬-‫ اإلسكندرية‬،‫ تيسير مصطلح الحديث‬،‫محمود الطحان‬
18
Abdul Majid Khon, Ulumul Hadis, Jakarta, AMZAH, 2013, hal 96
Tarikh Ar Ruwah merupakan salah satu cabang dari ilmu Rijalul Hadits, yang di dalam
Rijalul Hadits tersebut memuat dua ilmu yaitu Tarikh Al-Ruwah itu sendiri dan ilmu jarh wat
Ta’dil. Di dalam buku pokok-pokok ilmu dirayah hadits menerangkan bahwa ilmu tarikh ar
ruwah adalah:
“Ilmu yang mengenalkan kepada kita perawi-perawi hadits dari segi mereka kelahiran, hari
kewafatan, guru-gurunya, masa dia mulai mendengar hadits dan orang-orang yang
meriwayatkan hadits dari padanya, negerinya, tempat kediamannya, perlawanan-
perlawanannya, sejarah kedatangannya ke tempat-tempat yang dikunjungi dan segala yang
berhubungan dengan urusan hadits”.

Dr. Muhammad A’jjaj Al Khatib menta’rifkan Ilmu Tarikh Ar-Ruwah itu sebagai berikut:
 ‫بالبيان‬ ‫يتناول‬ ‫فهو‬ ,‫للحديث‬ ‫بروايتهم‬ ‫تتعلّق‬ ‫الّتى‬ ‫النّاحية‬ ‫من‬ ‫الحديث‬ ‫برواة‬ ‫يعرّف‬ ‫الَّ ِذى‬ ‫ ْال ِع ْل ُم‬ ‫هُ َو‬
‫عن‬ ‫روى‬ ‫من‬ ‫و‬ ‫منهم‬ ‫سماعه‬ ‫تاريخ‬ ‫و‬ ‫وشيوخه‬ ‫ووفاته‬ ‫الراوى‬ ‫والدة‬ ‫تاريخ‬ ‫وبذكر‬ ,‫الرواة‬ ‫احوال‬
 ‫بعض‬ ‫من‬ ‫سماعه‬ ‫و‬ ‫المختلفة‬ ‫البلدان‬ ‫الى‬ ‫قدومه‬ ‫تاريخ‬ ‫و‬ ‫الرّاوى‬ ‫ورحالت‬ ‫مواطنهم‬ ‫و‬ ‫وبالدهم‬ ‫ه‬
‫الحديث‬ ‫بأمور‬ ‫صلة‬ ‫مماله‬ ‫ذلك‬ ‫وغير‬ ‫بعده‬ ‫او‬ ‫االختالط‬ ‫قبل‬ ‫الشيوخ‬.
“ilmu untuk mengetahui para rawi dalam hal-hal yang bersangkutan dengan meriwayatkan
hadits. Karena itu mencangkup keterangan tentang hal ikhwal para rawi, tanggal lahir, tanggal
wafat guru-gurunya, tanggal kapan mndengar dari guru-gurunya, orang-orang yang berguru
padanya, kota dan kampung halamannya, perantauannya, tanggal kunjungannya kenegri-negri
yang berbeda-beda, mendengarnya hadits dari sebagian guru sebelum dan sesudah ia lanjut
usia dan lain sebagainya yang ada hubungannya dengan masalah perhaditsan”.
sedang dalam keterngan lain ilmu Tarikh Ar Ruwah adalah:
Ilmu yang membahas tentang biografi para perawi yang menjelaskan tentang nama dan gelar,
tanggal dan tempat kelahiran, keturunan, guru, murid dan jumlah hadist yang diriwayatkan,
tempat dan waktu, dan lainya tentang rawi. 
Para Ulama sangat mementingkan ilmu ini supaya mereka dapat mengetahui keadaan
perawi-perawi sanad. Mereka menanyakan tentang umur perawi, tempat kediaman, sejarah
mereka belajar, sebagaimana mereka menanyakan tentang pribadi perawi sendiri agar mereka
mengetahui tentang kemutashilannya dan kemunqathiannya, tantang kema’rufannya dan
kemauqufannya. Karena memang sejarahlah senjata yang ampuh untuk menghadapi para
pendusta. 

Manfaat Ilmu Tarikh Ar Ruwah

Ilmu ini berkembang bersama dengan berkembangnya ilmu riwayah. Perhatian para ulama
dalam membahas ilmu ini didorong oleh suatu maksud untuk mengetahui dengan sebenarnya hal
ikhwal para perawi hadits. Atas motif tersebut mereka menanyakan kepada para perawi yang
bersangkutan mengenai umur dan tanggal kapan mereka dilahirkan, dimana domisili mereka dan
kapan mereka menerima hadits dari guru mereka, disamping para ulama tersebut meneliti
tentang identitas para perawi itu. 
Mengetahui tanggal lahir dan wafatnya para perawi adalah sangat penting untuk menolak
pengakuan seorang perawi yang mengaku pernah bertemu dengan seorang guru yang pernah
memberikan hadits kepadanya, padahal setelah diketahui tanggal lahir dan wafat gurunya,
mungkin sekali mereka tidak saling bertemu, disebabkan kematian gurunya mendahului dari
pada kelahirannya.
Jika demikian halnya, maka hadits yang meeka riwayatkan itu sanadnya tidak bersambung.
Dengan kata lain faidah mempelajari ilmu Tarikh Al Ruwah itu alah mengetahui muttasil atau
munqatinya sanad hadits dan untuk mengetahui marfu’ atau mursalnya pemberian hadits.[vi]
Mengetahui kampung halaman perawi juga besar faidahnya. Yaitu untuk membedakan
perawi-perawi yang kebetulan sama namanya akan tetapi berbeda marga dan kampung
halamannya. Sebab sebagaimana diketahui banyak perawi-parawi itu banyak yang namanya
bersamaan, akan tetapi tempat tinggal mereka berbeda. Tampak faidahnya pula dalam hal ini
apabila perawi yang namanya sama itu sebagiannya ada yang tsiqah, sehingga dapat diterima
haditsnya, sedang sebagian yang lain adalah tidak tsiqah yang menyebabkan harus ditolaknya
hadits tersebut.

Kitab-kitab Tarikh Ar-Ruwah

1)  At Tarikhul kabir, karya imam Muhammad ibn Isma’il Al Bukhori ( 194-252 H ). Dalam
kitab tersebut menerangkan biografi dari guru-gurunya yang pernah memberikan hadits
kepadanya, baik dari golongan tabi’in maupun sahabat sampai berjumlah kurang lebih 40.000
orang. Baik mereka laki-laki ataupun perempuan, baik mereka yang tsiqah maupun ghoiru
tsiqah. Nama-nama perawi itu disusun secara alfabetis, akan tetapi nama yang pertama ditaruh
pada bab pendahuluan adalah nama yang menggunakan Muhammad. Setiap nam dijadikan satu
bab dan disusun secara alfabetis atau arabiyah dengan mengutamakan nama leluhurnya. Kitab
tersebut terdiri dari 4 jilid besar-besar. Pada cetakan Haiderabad tahun 1362 H, kitab tersebut
dijadikan 8 jilid.

2) Tarikh Nisabur, karya imam Muhammad bin Abdullah Al Hakim An Nisabury ( 321-405 H ).
Kitab ini merupakan kitab Tarikh yang terbesar dan banyak faidahnya bagi para fuqoha’. Hanya
saja kitab ini telah hilang. Ia hanya ditemukan dalam koleksi cuplikan yang terdiri dari beberapa
lembar.

3) Tarikh Bagdad, karya Abu Bakar Ahmad Ali Al Bagdady, yang terkenal dengan nama Al
khatib Al Bagdady ( 392-463 H ). Kitab yang besar faidahnya ini memuat biografi darri ulama-
ulama besar dalam segala bidang ilmu pengetahuan sebanyak 7831 orang dan disusun secara
alfabetis. Perawi-perawi yang tsiqah, lemah dan yang ditinggalkan haditsnya dimasukkan
semuanya di dalam kitab ini. Ia terdiri dari 14 jilid dan dicetak di kairo pada tahun 1349 H ( 1931
M ).

4) Al Ikmal firaf’il-ibtiyab ‘anil mu’talif wal mukhtalif minal asma’i wal kuna wal ansab, karya
Al Amir Al Hafidz Abi Nashr ‘Ali bin Hibatillah bin Ja’far yang terkenal dengan nama Ibnu
Ma’kula Al Bagdady (421-486 H).

5) Tahdzibul Kamal fi asmair-rijal, karya Al Hafidz Jamaludin Abil Hajjad Yusuf Al Mizay Ad-
dimasyqy ( 654-742 H )

BAB III
PENUTUP

Demikian cabang-cabang Ilmu hadits, masing-masing berdiri sendiri dengan bahasan


yang sangat luas dan dengan pembagian yang sangat banyak sebagaimana yang telah
disampiakan oleh para ulama.

Jika ditelaah dari sekian cabang hadits yang telah ditulis, ada yang pembahasannya
berkaitan dengan sanad, dan ada pula yang berkaitan dengan matan, serta ada pula yang
berkaitan dengan keduanya, sanad dan matan.

Semuanya sangat diperlukan dalam penelitian dan kajian ilmu hadits, baik dalam
menentukan kualitas suatu hadits atau dalam memahami kajian makna hadits.

(‫)واهلل أعلم بالصواب‬

DAFTAR PUSTAKA
‫‪Abdul Majid Khon, Ulumul Hadits, (Jakarta: Amzah, 2013).‬‬

‫محمد عجاج الخطيب‪ ،‬أصول الحديث علومه ومصطلحه‪ ،‬دار الفكر‪1972 ،‬‬

‫محمود الطحان‪ ،‬تيسير مصطلح الحديث‪ ،‬اإلسكندرية‪-‬مصر‪ ،‬مركز الهدى الدراسات‪ 1415 ،‬هـ‬

‫صبحي صالح‪ ،‬علوم الحديث ومصطلحه ‪ ،‬دار العلم للماليين‪ ،‬بيروت‪-‬لبنان‪ ،2009 ،‬ص ‪111‬‬

‫مصطفى سعيد الخان و بادع السيد اللحام‪ ،‬اإليضاح في علوم الحديث واالصطالح‪ ،‬دار الكالم الطيب‪ ,‬دمشق ‪2004‬‬

Anda mungkin juga menyukai