Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

KRITIK SANAD HADIST


DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
STUDI HADIS

DOSEN :
Dr. Muhid, M.Ag.
Oleh :
Indira Mulia Insani (02040820029)

PROGRAM SUDI MAGISTER PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
2020
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi rabbal ‘alamin, segala puji bagi Allah SWT, karena dengan
limpahan rahmat, taufik, hidayah dan inayahnya jualah kami dapat menyelesaikan
makalah ini.

Shalawat dan salam selalu kita haturkan kepada baginda Nabi Muhamad SAW
beserta keluarganya, sahabat dan pengikut beliau hingga akhir jaman.

Saya selaku penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan makalah ini jauh dari
sempurna, di karenakan keterbatasan pengetahuan dan sumber pustaka yang penulis
miliki, oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat kami harapkan untuk
penulisan makalah selanjutnya.

Semoga makalah ini dapat menambah wawasan berfikir dan menambah ilmu
pengetahuan bagi kita semua.

Amin Ya Rabbal ‘Alamin,

Sidoarjo, 19 Oktober 2020

Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................................... 2
DAFTAR ISI ...................................................................................................................................... 3
BAB I ............................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN .............................................................................................................................. 4
A. LATAR BELAKANG ............................................................................................................... 4
B. RUMUSAN MASALAH ......................................................................................................... 5
C. TUJUAN MASALAH ............................................................................................................. 5
BAB II .............................................................................................................................................. 6
PEMBAHASAN ................................................................................................................................ 6
A. Pengertian sanad hadist ..................................................................................................... 6
B. Asal usul perkembangan sanad.......................................................................................... 7
C. Metode Kritik Sanad Hadis. ................................................................................................ 7
D. Langkah Penelitian Sanad Hadist ..................................................................................... 11
BAB V ............................................................................................................................................ 15
KESIMPULAN ................................................................................................................................ 15
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................... 16
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Hadist merupakan sumber ajaran Islam yang disepakati oleh para ulama.
Kesepakatan ini berdasarkan adanya ayat-ayat Al-Qur’an dan hadist yang menguatkan
kedudukan tersebut. Akan tetapi, sebelum dipergunakan sebagai hadist yang shohih harus
melewatu sebuah uji persyaratan keshahian untuk mengetahui keaslian kepada nabi.
Langkah inilah yang dilakukan untuk mengetahui periwayatan hadist.

Salah satu yang terkiritik oleh para ulama Ketika menguji keshahihan hadist ialah
pada sanad atau mata rantai perawi yang menyampaikan teks hadist. Pengujian ini
dilakukan untuk menginat bahwa hadist merupakan sumber ajaran agama Islam. ia
diterima jika berasal dari periwayatan orang-orang yang terpercaya, dalam ilmu hadist
disebut dengan tsiqoh. Kegiatan inilah yang lazin dikenal sebagai kritik sanad atau naqd
al-sanad. 1

Sanad merupakan hal penting dalam umat Islam, karena sistem periwayatan ini sangat
terperinci dalam metashihkannya. Dalam menjaga dan memelihara keaslian ajaran Islam,
maka para ulama membuat sebuah teori untuk menguji otentisitas dalam merumuskan
keshahian ini2. Rumusan inilah yang mencakup aspek kebersambungan sanad, kualitas
ke-tsiqoh-an perawi serta terpeliharanya dari unsur syazz dan illat. Oleh karena itu perlu
adanya ketelitian dalam mengidentifikasi urutan sanad sebuah hadist, atau lebih sering
disebut dengan kritik sanad yang akan kita pelajari pada bab ini.

1
H. Nadhiran, “KRITIK SANAD HADIS: Telaâah Metodologis,” Jurnal Ilmu Agama UIN Raden Fatah 15, no.
1 (2014): 91–109.
2
Sri Handayana, ‘PEMIKIRAN HADIS SYUHUDI ISMAIL’, TAJDID : Jurnal Ilmu Keislaman Dan Ushuluddin,
2019.
B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa itu kritik sanad pada hadist?


2. Apa saja kaidah-kaidah pada kritik sanad hadist?
3. Bagaimana Langkah yang ditempuh ntuk mengetahui keshahian sanad pada hadist?

C. TUJUAN MASALAH
1. Mengetahui kritik sanad pada hadist
2. Mengetahui kaidah pada kritik sanad hadist
3. Mengetahui Langkah yang ditempuh untuk mengetahui keshahian sanad hadist.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian sanad hadist

Sanad adalah sebuah kekhususan dan yang hanya dimiliki oleh umat Islam. Allah
SWT telah menjamin dalam penjagaanNya dan telah menyiapkan juga para perawi yang
adil untuk membawa agama ini dari generasi ke generasi. Karena itu ulama menjelaskan
bahwa sangat penting ledudukan sanad sejak permulaan Islam3. Imam Muhammad bin
Sirin rahimahullah, salah satu imam dari tabi’in berkata :

‫إن ﻫﺬا اﻟﻌﻠﻢ دﻳﻦ ﻓﺎﻧﻈﺮوا ﻋﻤﻦ ﺧﺬون دﻳﻨﻜﻢ‬

“Sesungguhnya Ilmu ini (hadist nabi) adalah agama. Maka lihatlah darimana kalian
mengambil agama kalian”. (HR. Muslim)

Abdullah bin Mubarak Rahimahullah berkata :

‫اﻹﺳﻨﺎد ﻣﻦ اﻟﺪﻳﻦ وﻟﻮﻻ اﻹﺳﻨﺎد ﻟﻘﺎل ﻣﻦ ﺷﺎء ﻣﺎ ﺷﺎء‬

Isnad adalah bagian dari agama, andaikan bukan karena Isnad pasti siapapun bisa
mengatakan apa pun yang dikendakinya”. (HR. Muslim)

Sanad menurut Bahasa adalah Al-Mu’tamad yang artinya sandaran/ yang dijadikan
sandaran. Dimaknai seperti ini karena ahadist bersandar dan bergantung padanya. Secara
bahasa sanad juga berarti puncak bukit

Sedang menurut istilah ‫ﻮﺻ َﻠﺔُ ﻟِﻠ َﻤﺘَﻦ‬ ِ ‫ ﺳِﻠ ِﺴ َﻠﺔ‬yang berarti sebuah rangkaian para
ِ ‫ﺍﻟﺮ َﺟﺎ ِﻝ ﺍﻟ ُﻤ‬
perawi hadist yang menyampaikan matan4. Istilah inilah yang dipergunakan pada ilmu
hadist karena sebuah ilmu biasanya akan disandarkan kepada sanad yang berada di atasnya

3
Wafi Marzuqi Ammar, Ulumul Hadis I (Surabaya:PT Wastu Lanas Grafika,2012), hlm.45.
4
Ibid, 35.
(gurunya) atau sumbernya sampai kepada puncak sanad. Dimaknai juga sebagai jalan
yang menyampaikan kepada matan. Itulah yang menjadikan sanad hadist sebagai syarat
untuk menilai keshahihan hadist.

Ada kata lain yang maknanya hampir sama dengan sanad, yaitu isnad. Isnad adalah
mengangkat suatu hadis kepada sumber yang meriwayatkannya. Artinya menjelaskan
sanad dalam periwayatan suatu hadis. . Tetapi pada prakteknya, penggunaan kedua istilah
ini dalam satu pengertian sering terjadi.

B. Asal usul perkembangan sanad

Tidak ada penjelasan yang akurat kapan sistem sanad dipakai manusia. Hanya saja
ada suatu sumber yang menyatakan bahwa sebelum agama Islam datang, sudah ada
sebuah metode yang mirip dengan sistem penggunaan sanad dalam penyusunan buku.
Namun tidak ada kejelasan sejauh mana arti penting dari penerapannya.
Namun pasca wafatnya Nabi, ketika kekuasaan Islam telah meluas dan
pemeluknya semakin banyak, para shahabat mulai bertanya tentang sanad hadis.. Puncak
dari aktivitas ini adalah ketika terjadinya kematian Khalifah Usman ibn ‘Affan (w. 35 H).5
Hal inilah yang kemudian menjadi alasan para ulama menguji otentisitas hadis dengan
menjadikan sanad sebagai salah satu salah satu batu uji keshahihannya. Kerapian sistem
sanad memudahkan mereka mengetahui kesalahan perawi ataupun setiap pemalsuan yang
disengaja, dan sekaligus mengoreksi setiap kesalahan tersebut.

C. Metode Kritik Sanad Hadis.

Tindakan sahabat yang berhati-hati dalam periwayatan hadis, diikuti oleh generasi
sesudahnya – tabi’in dan tabi’ tabi’in. Mereka senantiasa menuntut dan mengharuskan

5
Nadhiran, “KRITIK SANAD HADIS: Telaâah Metodologis.”‘KRITIK SANAD HADIS: Telaâah Metodologis’
adanya sanad hadis. Pada masa mereka lah penelitian terhadap sanad hadis mulai
dilakukan.6

Salah satu ahli hadist Syuhudi Ismail menjelaskan bahwa, hadis shohih ialah hadis
yang sanadnya tersambung. Untuk melakukan penilaian digunakanlah metode kaedah
keshahian saanad hadist. Kaedah ini digunakan ulama dalam memperjelas benih-benih
keshahian hadist. Penilaian dalam keshahian hadist dilakukan melalui kritik sanad yang
mempunyai 5 syarat7. Lima syaratnya sebagai berikut :

1. Ittisal as-sanad (sanadnya tersambung)

Ittisal as-sanad ialah jajaran rawi dari sanad sebuah hadis yang menerima
suatu hadist pada gurunya yang merupakan rawi diatas dalam urutan sanad. Metode
dalam menerima hadist yang paling mu’tabar atau terpercaya adalah dengan
mendengarkan secara langsung dari rawi diatasnya.

Melihat hal ini, untuk mengetahui bersambung atau tidaknya suatu sanad,
maka perlu juga penelitian hubungan antara periwayat dan metode periwayatan yang
digunakan agar kemungkinan adanya tadlîs dapat dihindari dengan cermat. Untuk
mengetahui bersambung atau tidaknya sebuah hadist, bisa dilakukan sebagai berikut:

a) Mencatat semua nama perawi dalam sanad


b) Mempelajari sejarah hidup masing-masing perawi
c) Meneliti kata-kata yang digunakan perawi dalam menegaskan proses
periwayatan hadist8

6
Mr. Suryadi, “Rekonstruksi Kritik Sanad Dan Matan Dalam Studi Hadis,” ESENSIA: Jurnal Ilmu-Ilmu
Ushuluddin 16, no. 2 (2015): 177.
7
Kamaruddin Amin, Menguji Kembali keakuratan Metode Kritik Hadis, (Jakarta Selatan:PT Mizan
Publika,2009), hlm.20.
8
Nadhiran, “KRITIK SANAD HADIS: Telaâah Metodologis.” ‘KRITIK SANAD HADIS: Telaâah Metodologis’
2. ‘Adl (integritas periwayat)

Keadilan ini berhubungan dengan kualitas pribadi periwayat. Secara bahasa,


adil adalah sama berat, tidak berat sebelah, tidak memihak; berpihak pada yang benar,
berpegang pada kebenaran; sepatutnya, tidak sewenang-wenang.

‘Adl disini dapat dijelasakan sebagai perawi yang memiliki konsistensi dalam
beribadah, bertaqwa dan menghindari berbagai dosa. Banyak perbedaan pendapat
dalam merumuskan rawi yang ‘adl karena sulit sekali menemukan seoranag rawi yang
pada masa hidupnya disibukkan dalam ketaatan pada Allah SWT. Oleh karena itu,
rawi ‘Adl setidaknya memenuhi 5 syarat sebagai berikut :

a) Islam
b) Mukalaf
c) Meninggalkan perbuatan fasik
d) Meninggalkan sifat-sifat yang merendahkan kewibawaan
e) Bukan orang yang pelupa9
3. Dhabith (intelektual periwayat)

Dhabith ialah syarat bagi perawi untuk memiliki daya hafal yang tinggi. Daya
hafal ini terbagi menjadi 2 hal, yaitu :

a) Dhabith sadr, seorang perawi yang hafal pada sebuah hadist dan tertanam di
hatinya sehingga ia mampu mengungkap atau menerangkan hadist beserta
maknanya tanpa bantuan tulisan.
b) Dhabith kitab, tulisan milik perawi yang terdapat sebuah hafalan hadis dengan
syarat tulisaannya telah dibandingkan, ditashih dan dirujukkan oleh gurunya

9
Rizkiyatul Imtyas, “Metode Kritik Sanad Dan Matan,” Ushuluna: Jurnal Ilmu Ushuluddin 1, no. 1 (2020):
18–32.
4. Terhindar dari syaz

Syaz adalah suatu hadist yang diriwayatkan oleh perawi tsiqoh akan tetapi
bertentangan dengan hadist yang diriwayatkan oleh banyak perawi tsiqoh.
Keshahihan sanad tidak boleh mengandung syaz atau bertentangan dengan hadist
lainnya. Hal inilah yang pada akhirnya dilakukannya metode muqaranah atau
perbandingan pada semua sanad yang memiliki tema serupa. Setelah itu menganalisis
biografi serta kualitas sang perawi di setiap sanadnya. Dari hasil membandingkan dan
meneliti inilah yang nantinya akan diketahui apakah ada sanad-sanad yang menyalahi
Riwayat tsiqoh atau tidak.

5. Tidak ada illah

Illah adalah sebuah kecacatan atau kerancuan yang merusak sebuah kualitas hadist
yang menyebabkan hadist tersebut menjadi tidak shahih. Cacat disini tidak terlihat
oleh kasat mata rusak atau sakitnya karena dia bersifat sembunyi, jadi perlu adanya
ketelitian pada peneliti atau para ulama’. Illah bisa berada dalam sanad, matan
maupun keduanya, namun yang paling banyak diketahui berada dalam sanad hadist.

Sedangkan untuk meneliti ada tidaknya ‘illat dalam sebuah hadis, perlu
diperhatikan langkah-langkah berikut: a) menghimpun dan meneliti seluruh sanad
untuk matan hadis yang semakna, bila hadis yang bersangkutan memiliki mutâbi’
atau syâhid. b) meneliti seluruh periwayat dalam berbagai sanad berdasarkan kritik
yang telah dikemukakan para ahli kritik hadis. Setelah itu, sanad yang satu
diperbandingkan dengan sanad yang lain. Maka berdasarkan ketinggian ilmu hadis
peneliti, dapat ditentukan apakah ada ‘illat di dalam sanad hadis yang bersangkutan
ataukah tidak.10

kritik sanad lazimnya dilekatkan pada lima kriteria, yaitu (1)‘âdil (integritas
periwayat);10 (2) dhâbith(intelektual periwayat) (3) muttashil(sanadnya bersambung) (4)

10
Kamaruddin Amin, Menguji Kembali keakuratan Metode Kritik Hadis.
ghair syâdz (tidak ada kejanggalan) (5) ghair ‘illah (tidak ada cacat). Tiga kriteria pertama
berlaku pada suatu sanad dari hadis tertentu, sedang dua kriteria yang terakhir diterapkan
pada gabungan dari beberapa jalur sanad.

D. Langkah Penelitian Sanad Hadist

Penelitian tehadapa keshahian sanad ada dua spek yaitu, kualitas perawi dan
kebersambungan sanad. Untuk mengetahui kedua aspek itu ada beberapa Langkah yaitu:

1. Penelitian sanad yang mengumpulkan seluruh hadis dan sanad hadist dengan
melakukan I’tibar sanad. Dalam hal ini dilakukan untuk melihat keghariban atau
keanehan sesuatu hadist maka perlu dibuatlah dengan membuat skema jalur sanad.
2. Meneliti perawi dan metode periwayatan yang digunakan, tahap inilah informasi
biografi kehidupan tentang perawi. Setelah itu menganalisis terhadap kualitas perawi
dari aspek keadilan dan kedhabithan nya. Jika dianggap tsiqah maka periwayatan dari
dirinya dapat diterima.
3. Penelitian terhadap ketersambungan sanad. Menelaah data yang telah didapatkan untuk
mengetahui ada hubungankah antara guru dan murid. Penelitian ketersambungan sanad
meliputi
a) Identifikasi metode periwayatan, karena ditak hanya menunjukkan sanad hadis dan
juga metode periwayatannya untuk menilhat keakuratan yang digunakan.
b) Identifikasi hubungan periwayat. Cara ini dibagi perawi tsiqoh dan tidak tsiqoh,
karena kualitas perawi disini sangat menentukan. Penilaian tsiqoh bisa dilihat dari
lambing periwayatannya menggunakan hadtsani atau sami’tu.11
4. Membuat kesimpulan dari hasil penelitian sanad tersebut12. Hasil penelitian yang
dikemukakan harus berisi konklusi serta harus disertai dengan argumen-argumen yang

11
Solihin Solihin, “PENELITIAN HADIS (Ontologi, Epistemologi Dan Aksiologi),” Diroyah : Jurnal Studi Ilmu
Hadis 1, no. 1 (2018): 61–69.
12
Suryadi, “Rekonstruksi Kritik Sanad Dan Matan Dalam Studi Hadis.” ‘Rekonstruksi Kritik Sanad Dan
Matan Dalam Studi Hadis’
jelas. Argumen tersebut dapat dikemukakan sebelum ataupun setelah rumusan natijah
dikemukakan.

Dari kesimpulan Langkah-langkah tersebut akan ada 2 jawaban dari segi kualitas dan
kuantitas. Dari segi kualitas apakah hadist tersebut masuk dalam kategori sahih, hasan atau
dhoif. Dari segi kuantitas sanad apa hadist tersebut massuk dalam kategori mutawatir,
masyhur ataukah ahad.

Berikut contoh dalam penelusuran sanad.

ِ َ‫ َن ﻋ ﻦ ﻋ ﻄ‬8‫ﺎد اﻟ ِّﺪﻣ ْﺸ ِﻘ ﻲ ﻋ ﻦ اﺑ ِﻦ ﺛـَﻮ‬


‫ﺎء‬ ٍ ‫ﻮن اﻟ ﱠﺮﻗِّﻲ ﺣ ﱠﺪﺛـَﻨَﺎ أَﺑﻮ ﺧ ﻠَﻴ ٍﺪ ﻋﺘْـﺒﺔُ ﺑ ﻦ َﲪﱠ‬
ٍ ‫ﺣ ﱠﺪﺛـَﻨَﺎ ﻋﻠِ ﱡﻲ ﺑﻦ ﻣﻴﻤ‬
َ ْ َ َْ ْ ْ َ ‫َ ﱡ‬ ُْ َ ُ ْ ُ ُ َ ‫ﱡ‬ ُ َْ ُ ْ َ َ

‫ﺻﻠﱠﻰ ﱠ‬ ِ‫ﻮل ﱠ‬ ِ َ َ‫ﺎل ﺣ ﱠﺪﺛـَﻨَﺎ أَﺑﻮ ﻫ ﺮﻳـ ﺮةَ ﻗ‬ ِ ِ ُ‫ﺿ ْﻤ َﺮةَ اﻟ ﱠﺴﻠ‬ ِ‫ﺑ ِﻦ ﻗـُ ﱠﺮةَ ﻋﻦ ﻋﺒ ِﺪ ﱠ‬
ُ;‫ا‬ َ ;‫ا‬ َ ‫ﺖ َر ُﺳ‬
ُ ‫ﺎل َﲰ ْﻌ‬ ََْ ُ ُ َ َ َ‫ﻮﱄّ ﻗ‬ َ ‫ا; ﺑْ ِﻦ‬ َْ ْ َ ْ
‫ا;ِ َو َﻣﺎ َو َاﻻﻩُ أ َْو ﻋَﺎﻟِ ًﻤﺎ أ َْو ُﻣ ﺘَـﻌَﻠِّ ًﻤﺎ‬
‫ﻴﻬﺎ إِﱠﻻ ِذ ْﻛ َﺮ ﱠ‬ِ ُ ‫ﻋَﻠَﻴْ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ َو ُﻫ َﻮ ﻳـَ ُﻘ‬
َ ‫ﻮل اﻟ ﱡﺪﻧْـﻴَﺎ َﻣ ﻠْﻌُﻮﻧَﺔٌ َﻣ ﻠْﻌُﻮ ٌن َﻣﺎ ﻓ‬

Ali bin Maimun ar-Riqqy berkata kepada kami, Abu Khalid Utbah bin Hammad
ad-Dimasyqy berkata kepada kami dari Ibn Tsauban dari Atha’ bin Qurrah dari Abdillah
bin Dham rahas-Saluly berkata Abu Hurairah berkata kepada kami: ”Aku mendengar
Rasulullah SAW., bersabda:” Dunia itu dilaknati dan dilaknati apa yang di dalamnya selain
ingat kepada Allah, perbuatan yang disenangi Allah, orang pandai dan orang yang belajar”.
Adapun skema sanad hadis Ibnu Majah no. 4201 di atas adalah:

Dari susunan sanad di atas, hadis riwayat Ibnu Majah tersebut melalui urutan sebagai
berikut:

1. Periwayat I : Abu Hurairah


2. Periwayat II :Abdullah bin Dhamrah as-Saluli
3. Periwayat III: Atha’ bin Qurrah
4. Periwayat IV: Ibn Tsauban
5. Periwayat V : Abu Khulaid ‘Utbah bin Hammad
6. Periwayat VI: Ali bin Maimun al-Raqi
7. Periwayat VII : Ibnu Majah

Dalam meneliti sebuah kualitas periwayat dan ketersambungan sanad, ada biografi
periwayat hadis dari mukharrij sampai periwayat pertama. Kemudian akan diteruskan
dengan melihat kualitas perawi dari segi keshahihan rawi dan melihat ketersambungan
sanad. Contoh perawi yang telah diteliti dan ditelaah dalam ketersambungan sanad.13

Ibnu Majah

a. Nama Lengkap: Abu ‘Abdillah Muhammad bin Yazid al-Raba‘i al-Qazmini


b. Tingkatan : Mukharrij al-hadis
c. Lahir : Iraq, 209 H/824 Kritik Sanad Hadis
d. Wafat :Iraq, 20 Ramadhan 273 H/18 Februari 887 M
e. Nasab : Yazid atau Majah Maula Rab‘at
f. Guru danMuridnya :
1) Guru: Ali bin Muhammad al-Tanafasi, Abu Bakar bi ‘Ali al-Syaibah,
Muhammad bin ‘Abdullah bin Numaya, ‘Ubdah bin ‘Abdullah bin
‘UbdahalShaffar, Hisyam bin Amwar, Ahmad bin al-Azhar, Basyar bin Adam,
al-Lays. ‘Ali bin Maimun Muhammad bin Hatim al-Raqi al-’Athar
2) Murid: Ibn Sibawaih, Muhammad bin ‘Isa al-Saffar, Ishaq bin Muhammad, Ali
bin Ibrahim bin Salamah al-Qattan, Ahmad bin Ibrahim, Sulaiman bin Yazid,
Ibrahim bin Dinar al-Jarasyi al-Hamdani.
g. Pandangan kritikus hadis :
Ibn Hajar : ia seorang ahli hadis dalam tingkatan hafidh dan ahad al-‘Aimmah
Ibnu Katsir : ia adalah penulis kitab al-Sunan yang termasyur
Al-Hafidz Abu Ya‘la al-Khalil : ia adalah seorang yang śiqah dan ḍābiţ serta ‘alim
dalam bidang hadis Adz-Dzahabi:Iapemilik kitabal-Sunandanseorang yang hafidh.

Dari semua kritikus hadis menyatakan bahwa Ibnu Majah seorang yang dhabith
(kuat hafalan) sehingga ia seorang al-Hafidh dalam hadis. Selain kuat hafalan, ia juga
śiqah (orang yang terpercaya).

13
Zaenal Arifin, “( Studi Sunan Ibnu Majah , Kitab Az-Zuhud )” XIV, no. 2 (n.d.): 53–74.
BAB V
KESIMPULAN
Penelitian terhadap sanad (kritik sanad) merupakan sebuah posisi sebagai salah satu
unsur pembentuk hadis. Kritik sanad ini dilakukan untuk menguji ketersambungan sanad.
kritik sanad dilihat dari lima kriteria, yaitu :

1) ‘âdil (integritas periwayat)


2) dhâbith(intelektual periwayat)
3) muttashil(sanadnya bersambung)
4) ghair syâdz (tidak ada kejanggalan)
5) ghair ‘illah (tidak ada cacat).

Setelah melihat kaidah tersebut maka dilakukanlah para ulama untuk melalui
Langkah-langkah guna mengetahui nilai dari kualitas perawi dan kebersambungan sanad.
Langkah-langkah tersebut ialah :

1) mengumpulkan seluruh sanad hadis


2) meneliti perawi dan metode periwayatannya
3) kebersambungan sanad
4) kesimpulan hasil sanad
DAFTAR PUSTAKA
Ammar Marzuqi Wafi, Ulumul Hadis I, Surabaya:PT Wastu Lanas Grafika (2012).

Amin Kamaruddin, Menguji Kembali keakuratan Metode Kritik Hadis, Jakarta Selatan:PT Mizan
Publika,(2009).

Arifin, Zaenal. “( Studi Sunan Ibnu Majah , Kitab Az-Zuhud )” XIV, no. 2 (n.d.): 53–74.

Handayana, Sri. “PEMIKIRAN HADIS SYUHUDI ISMAIL.” TAJDID : Jurnal Ilmu


Keislaman dan Ushuluddin (2019).

Imtyas, Rizkiyatul. “Metode Kritik Sanad Dan Matan.” Ushuluna: Jurnal Ilmu
Ushuluddin 1, no. 1 (2020): 18–32.

Nadhiran, H. “KRITIK SANAD HADIS: Telaâah Metodologis.” Jurnal Ilmu Agama


UIN Raden Fatah 15, no. 1 (2014): 91–109.

Solihin, Solihin. “PENELITIAN HADIS (Ontologi, Epistemologi Dan Aksiologi).”


Diroyah : Jurnal Studi Ilmu Hadis 1, no. 1 (2018): 61–69.

Suryadi, Mr. “Rekonstruksi Kritik Sanad Dan Matan Dalam Studi Hadis.” ESENSIA:
Jurnal Ilmu-Ilmu Ushuluddin 16, no. 2 (2015): 177.

Anda mungkin juga menyukai