Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

STRUTUR HADIS: SANAD, MATAN, MUKHARRIJ

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kritik Hadis

Dosen penngampu: Dr. Mohammad Subhan Zamzami, Lc. M.Th.I

DisusunOleh:

Rizal Umam
(19382051064)

PROGRAM STUDI ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDIN DAN DAKWAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) MADURA

2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke-hadirat Allah swt. Tuhan semesta alam, salawat serta
salam semoga selalu terlimpahkan kepada Nabi Muhammad saw. serta keluarganya dan para
pengikutnya yang setia sampai hari kiamat.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah yang dibina oleh yang terhormat
bapak Dr. Mohammad Subhan Zamzami, Lc., M. Th.I. Selaku dosen mata kuliah Kritik
Hadis, saya mengucapkan terima kasih.

Tiada gading yang tak retak begitu pula makalah ini. Dalam penyusunannya, mungkin
makalah ini masih memiliki banyak kekurangan. Namun, makalah ini adalah hasil maksimal
yang dapat saya susun hingga saat ini.

Pada akhirnya, hanya Allah yang dapat memberikan hasil dan balasan yang setimpal
dengan usaha dan amal baik ini. Semoga amal ibadah dan kerja keras, dalam penyusunan
makalah ini senantiasa mendapat ridha dan ampunan dari Allah swt. Amin.

Pamekasan, 21 september, 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL
KATA PENGANTAR...........................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................1
A. Latar Belakang............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................1
C. Tujuan Penyusunan Makalah......................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................2
A. Pengertian sanad.........................................................................................2
B. Seperti apa kedudukan sanad dan matan ....................................................3
C. Bagaimana mengenai tentang mukharrij hadis..........................................5
BAB III PENUTUP...............................................................................................7
A. Kesimpulan.................................................................................................7
B. Saran...........................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Dalam hadits sangat penting karena hadits yang diriwayatkan akan mengikuti
siapa yang meriwayatkannya. Dengan sanad akan dapat diketahui hadits yang dapat
diterima atau ditolak dan hadits yang shahih atau tidak shahih. Sanad merupakan jalan
yang mulia untuk menetapkan hukum-hukum islam.

Abdullah Ibnu Mubarak berkata, “menerangkan sanad hadits termasuk tugas


agama. Andai tidak diperlukan sanad, tentu siapa saja dapat mengatakan apa yang
dikehendakinya. Antara kami dengan mereka ialah sanad. Perumpamaan orang yang
mencari hukum-hukum agamanya tanpa memerlukan sanad adalah seperti orang yang
menaiki loteng tanpa tangga”. Kemudian Asy-Syafi’i juga berkata, “perumpamaan
orang yang mencari (menerima) hadits tanpa sanad sama dengan orang yang
mengumpulkan kayu api di malam hari”.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian sanad?
2. Seperti apa kedudukan sanad dan matan?
3. Bagaimna mengenai tentang mukharrij hadis?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian sanad
2. Untuk mengetahui kedudukan sanad dan matan
3. Untuk mengetahui tentang mukharrij/rawi hadis

1
BAB II

PEMBHASAN

A. PENGERTIAN SANAD
Sanad secara etimologis berarti (‫ )سند‬bagian bumi yang menonjol, dan sesuatu
yang berada di hadapan anda dan yang jauh dari kaki bukit ketika anda
memandangnya. Bentuk jamaknya adalah Isnad(‫ناد‬AA‫)اس‬. Segala sesuatu yang anda
sandarkan kepada yang lain disebut Musnad (‫)مسند‬.
Sanad secara terminologis adalah jalur matan, yakni rangkaian para perawi
yang memindahkan matan dari sumber utamanya. Jalur itu disebut sadad adakalanya
karena periwayat bersandar kepadanya dalam menisbatkan matan kepada sumbernya,
dan adakalanya karena para Hafizh (pengafal hadis) bertumpu kepada “yang
menyebutkan sanad” dalam mengetahui Shahih atau Dha’if suatu hadis.1
Menurut Ajaj Al-Khatib, menyebutkan jalur matan dengan sebutan sanad
adalah karena kadua makna tersebut. Dalam contoh, yang disebut sanad adalah
“Imam Bukhari dari Muhamad bin Al-Mutsaniy dari Abdul Wahab Al-Tsaqafiy. Dari
Ayyub dari Abi Qilabah dari Annas”. Sedangkan terma Isnad berarti menyandarkan
atau mengangkat hadits kepada pengucapannya, yakni menjelaskan jalur matan
dengan meriwayatkan secara berantai.2
Adapun menurut istilah, para ahli hadits mengatakan sanad adalah jalan yang
menyampaikan kita pada matan hadits. Ada juga yang mengatakan sanad adalah
silsilah orang-orang yang menghubungkan kepada matan hadits. Adapun sebuah
hadits dapat memiliki beberapa sanad dengan jumlah penutur atau perawi bervariasi
dalam lapisan sanadnya. Dalam hal ini jumlah nama-nama yang tercantum dalam
urutan sanad turut menentukan derajat hadits dengan sanad ‘aliy (jumlah rawinya
lebih sedikit dibandingkan dengan sanad lain), atau sanad nazil (jumlah rawinya lebih
banyak dibanding dengan sanad yang lain).3
Selain istilah sanad, terdapat juga istilah-istilah seperti isnad, musnid dan
musnad. Kata-kata seperti ini secara terminologis mempunyai arti yang cukup luas,
sebagaimana yang dikembangkan oleh para ulama hadits.

1
Abduh Almanar, Studi Ilmu Hadis. (Jakarta:Gaung Persada Pres,2011), Hlm. 07-08
2
Ibid
3
https://ulirosariuinjkt.blogspot.com/2019/06/unsur-unsur-hadist.html?m=1
2
Rangkaian sanad itu berdasarkan perbedaan tingkat kedhabitan dan keadilan
rawi yang dijadikan sanadnya. Ada yang berderajat tinggi, sedang, dan lemah. Para
muhaditsin membagi tingkatan sanadnya menjadi tiga, yakni ashahhul asanid (sana-
sanad yang lebih shahih), ahsanul asanid, adh’aful asanid.4
Sanad ini sangat penting dalam hadis, karena hadis itu terdiri dari dua unsur
yang secara integral tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain, yaitu matan dan
sanad. Hadis tidak mungkin terjadi tanpa sanad karena mayoritas hadis pada masa
nabi tidak tertulissebagaimana Al-qur’an diterima secara individu (ahad) tidak secara
mutawetir. Hadis hanya disampaikan dan diriwayatkan secara ingat-ingatan dan
hafalan para sahabat yang handal, di samping hiruk-pikuk para pemalsu hadis yang
tidak bertanggung jawab. Oleh karena itu, tidak semua hadis diterima oleh para ulama
kecuali telah memenuhi kriteria yang ditetapkan, di antaranya disertai sanad yang
dapat di pertanggung jawabkan keshahihannya.5

B. KEDUDUKAN SANAD dan MATAN

Dalam hadits sangat penting karena hadits yang diriwayatkan akan mengikuti
siapa yang meriwayatkannya. Dengan sanad akan dapat diketahui hadits yang dapat
diterima atau ditolak dan hadits yang shahih atau tidak shahih. Sanad merupakan jalan
yang mulia untuk menetapkan hukum-hukum islam.6

Abdullah Ibnu Mubarak berkata, “menerangkan sanad hadits termasuk tugas agama.
Andai tidak diperlukan sanad, tentu siapa saja dapat mengatakan apa yang
dikehendakinya. Antara kami dengan mereka ialah sanad. Perumpamaan orang yang
mencari hukum-hukum agamanya tanpa memerlukan sanad adalah seperti orang yang
menaiki loteng tanpa tangga”. Kemudian Asy-Syafi’i juga berkata, “perumpamaan
orang yang mencari (menerima) hadits tanpa sanad sama dengan orang yang
mengumpulkan kayu api di malam hari”. Perhatian terhadap sanad pada masa
shahabat, yaitu dengan menghapal sanad-sanad itu dengan daya ingat mereka yang
luar biasa. Memerhatikan sanad riwayat adalah suatu keistimewaan dari ketentuan-
ketentuan umat islam. Tujuannya adalah untuk memelihara sunnah agar terhindar dari
tangan-tangan ahli bid’ah dan para pendusta. Karena dengan adanya sanad inilah, para
ahli hadits dapat membedakan hadits yang shahih dan yang dha’if dengan cara melihat
4
https://ulirosariuinjkt.blogspot.com/2019/06/unsur-unsur-hadist.html?m=1
5
Abdul Majid Khon, Ullumul Hadis.(Jakarta:Amzah,2012), Hlm. 107
6
https://ulirosariuinjkt.blogspot.com/2019/06/unsur-unsur-hadist.html?m=1
3
para perawi hadits tersebut. Jika tidak ada sanad niscaya islam sekarang akan sama
sepreti pada zaman sebelumnya karena pada zaman sebelumnya tidak ada sanad
sehingga perkataan nabi-nabi mereka dan orang-orang shaleh diantara mereka tidak
dapat dibedakan. Adapun islam yang sekarang telah berumur 1400 tahun lebih masih
dapat dibedakan antara perkataan Rasulullah dan perkataan shahabat.7

Sedangkan pengertian dari matan itu sendiri secara etimologis berarti segala
sesuatu yang keras bagian atasnya. Bentuk jamaknya adalah Mutun dan Mitan. Matan
dari segala sesuatu adalah bagian permukaan yang tampak darinya, juga bagian yang
tampak menonjol dan keras.8

Matan secara terminologis adalah redaksi hadis yang menjadi unsur


pendukung pengertiannya. Penamaan seperti itu barangkali didasarkan pada alasan
bahwa bagian itulah yang tampak dan yang menjadi sasaran utama hadis. Jadi
penamaan itu diambil dari pengertian etimologisnya. 9
Kata matan menurut bahasa berarti mairtafa’a min al-ardhi (tanah yang
meninggi). Sedangkan menurut istilah adalah lafadz-lafadz hadits yang didalamnya
mengandung makna-makna tertentu. Ada juga redaksi yang lebih simpel lagi, yang
menyebutkan bahwa matan adalah ujung sanad (gayah as-sanad).10
Terkait dengan matan atau redaksi, yang perlu dicermati dalam memahami
hadits adalah ujung sanad sebagai sumber redaksi, apakah berujung pada Nabi
Muhammad atau bukan. Dan matan hadits dalam hubungannya dengan hadits lain
apakah sanadnya menguatkan atau melemahkan serta sesuai dengan al-qur’an atau
bertolak belakang.11
Adapun yang dimaksud matan dalam ilmu hadis adalah:
ْ ‫ْش الَّ ِذيْ ُّ ِك َر ا‬
ُ‫ال ِء ْسنَا ُدلَه‬ ِ ‫َمااِ ْنتَهَى ِءلَ ْي ِهال ّسنَ ُد ِمنَال َكالَ ِمفَهُ َونَ ْفسُ ال َح ِدي‬
Perkataan yang disebut pada akhir sanad, yakni sabda Nabi SAW. Yang
disebut sesudah disebutkan sanadnya.

Dengan kata lain, matan adalah redaksi dari hadis.


Dari contoh sebelumnya, matan hadis yang bersangkutan adalah:
7
https://ulirosariuinjkt.blogspot.com/2019/06/unsur-unsur-hadist.html?m=1
8
Abduh Almanar, Studi Ilmu Hadis. (Jakarta:Gaung Persada Pres,2011), Hlm. 08-09
9
Ibid
10
https://ulirosariuinjkt.blogspot.com/2019/06/unsur-unsur-hadist.html?m=1
11
https://ulirosariuinjkt.blogspot.com/2019/06/unsur-unsur-hadist.html?m=1
4
ُ‫َت ِهجْ َر تُه‬ْ ‫ت َوإِنَّ َما ِلكُاِّل ْم ِري ٍء َما نَ َوي فَ َم ْن َكا ن‬ ِ ‫أنَّ َما ْاألَ ْع َما ُل بِالنِّيَا‬
‫ص ْيبُهَا أَوْ إِ ْم َرأَ ٍةيَ ْن ِك ُحهَافَ ِهجْ َر تُهُ إِلَى َما هَا َج َر إِلَ ْي ِه‬
ِ ُ‫إِلَى ُد ْنيَا ي‬
Sesungguhnya tiap amal perbuatan itu hanyalah bergantung pada niat, dan
sesungguhnya bagi setiap orang hanya memperoleh (sesuai) apa yang ia niatkan.
Barang siapa yang hijrahnya menuju (keridaan) Allah dan RosulNya, hijrahnya itu
ke arah (keridaan) Allah dan RosulNya. Dan barang siapa yang hijrahnya itu karena
dunia yang ingin diraihnya atau karena seorang wanita yang akan dikawininya maka
hijrahnya itu ke arah apa yang ia tuju.12
C. MUKHARRIJ HADIS

Mukharrij merupakan bentuk Isim Fa’il (bentuk pelaku) dari kata takhrij atau istikhraj
dan ikhraj yang dalam bahasa diartikan; menampakkan, mengeluarkan dan Kata
menarik. sedangkan menurut istilah mukharrij ialah orang yang mengeluarkan,
menyampaikan atau menuliskan kedalam suatu kitab apa-apa yang pernah didengar
dan diterimanya dari seseorang gurunya.13

Apabila kita mengutip matan hadits, dari kita tertentu, misalnya kitab shohih al-
bukhori, kemudian kita mencari matan hadits yang sama di kitab yang lain (misalnya
shohih muslim) dengan sanad yang berbeda, tetapi juga bertemu dengan sanad al-
bukhori,maka pekerjaan yang demikian ini disebut istikhraj, atau takhrij. Sedang
orang yang melakukan kegiatan tersebut juga dinamakan mukharij tersebut dihimpun
dalam satu kitab, maka kitab yang demikian itu dinamakan kitab mustakhraj.
Contohnya adalah kitab mustakhraj Abu Nu’aim, yaitu kitab mustakhraj hadits untuk
hadits-hadits yang dimuat dalam kitab shahih al-Bukhori.14

Sebenarnya sanad dan rawi itu merupakan dua istilah yang hampir sama. Sanad-sanad
hadis pada tiap-tiap thabaqat atau tingkatannya disebut rawi, jika yang dimaksud
dengan rawi adalah orang yang meriwayatkan dan memindahkan hadis. Begitu juga,
setiap rawi pada tiap-tiap thabaqah-nya merupakan sanad bagi thabaqah berikutnya.15

Akan tetapi, yang membedakan antara kedua istilah di atas, jika dilihat lebih lanjut,
adalah dalam dua hal yaitu: pertama,dalam hal pembukuan hadis. Orang yang
menerima hadis-hadis, kemudian menghimpunnya dalam suatu kitab tadwin, disebut

12
Agus Solahuddin, Ulumul Hadis.(Bandung:Pustaka Setia,2015), Hlm. 98
13
https://syafimarliah.wordpress.com/2017/04/03/makalah-ulumul-hadist/
14
Ibid
15
Agus Solahuddin, Ulumul Hadis.(Bandung:Pustaka Setia,2015), Hlm. 100
5
rawi. Dengan demikian rawi dapat disebut mudawwin atau mukharrij (orang yang
membukukan dan menghimpun hadis). Adapun orang-orang yang menerima hadis
dan hanya menyampaikan kepada orang lain, tanpa pembukuannya disebut sanad
hadis. Berkaitan dengan ini, dapat dikatakan bahwa setiap sanad adalah rawi pada
tiap-tiap thabaqahnya, tetapi tidak setiap rawi disebut sanad hadis sebab ada rawi yang
membukukan hadis. Kedua, dalam penyebutan silsilah hadis untuk sanad, yang
disebut sanad pertama adalh orang yang langsung menyampaikan hadis tersebut
kepada penerimanya, sedangkan para rawi, yang disebut rawi pertama adalah para
sahabat Rasullullah SAW. Dengan demikian, penyebutan silsilah antara kedua istilah
ini merupakan sebaliknya. Artinya, rawi pertama adalah sanad terakhir,dan sanad
pertama adalah rawi terakhir.16

16
Agus Solahuddin, Ulumul Hadis.(Bandung:Pustaka Setia,2015), Hlm. 100-101
6
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Sanad adalah jalan yang menyampaikan kita pada matan hadits. Ada juga yang
mengatakan sanad adalah silsilah orang-orang yang menghubungkan kepada
matan hadits. Adapun sebuah hadits dapat memiliki beberapa sanad dengan
jumlah penutur atau perawi bervariasi dalam lapisan sanadnya. Dalam hal ini
jumlah nama-nama yang tercantum dalam urutan sanad turut menentukan
derajat hadits dengan sanad ‘aliy (jumlah rawinya lebih sedikit dibandingkan
dengan sanad lain), atau sanad nazil (jumlah rawinya lebih banyak dibanding
dengan sanad yang lain).
2. Sedangkan pengertian dari matan itu sendiri berarti segala sesuatu yang keras
bagian atasnya. Bentuk jamaknya adalah Mutun dan Mitan. Matan dari segala
sesuatu adalah bagian permukaan yang tampak darinya, juga bagian yang
tampak menonjol dan keras. Terkait dengan matan atau redaksi, yang perlu
dicermati dalam memahami hadits adalah ujung sanad sebagai sumber redaksi,
apakah berujung pada Nabi Muhammad atau bukan. Dan matan hadits dalam
hubungannya dengan hadits lain apakah sanadnya menguatkan atau
melemahkan serta sesuai dengan al-qur’an atau bertolak belakang.
3. Mukharrij merupakan bentuk Isim Fa’il (bentuk pelaku) dari kata takhrij atau
istikhraj dan ikhraj yang dalam bahasa diartikan; menampakkan,
mengeluarkan dan Kata menarik. sedangkan menurut istilah mukharrij ialah
orang yang mengeluarkan, menyampaikan atau menuliskan kedalam suatu
kitab apa-apa yang pernah didengar dan diterimanya dari seseorang gurunya.

7
B. SARAN
Makalah ini jauh dari kata kesempurnaan, maka dari itu, penyusunsangat
mengharapkan kritik dan saran sebagai bahan perbaikan selanjutnya.

8
DAFTAR PUSTAKA

Abduh Almanar, Studi Ilmu Hadis. Jakarta: Gaung Persada Pres, 2011.

https://ulirosariuinjkt.blogspot.com/2019/06/unsur-unsur-hadist.html?m=1

Abdul Majid Khon, Ullumul Hadis. Jakarta: Amzah, 2012.

Agus Solahuddin, Ulumul Hadis. Bandung: Pustaka Setia, 2015.

https://syafimarliah.wordpress.com/2017/04/03/makalah-ulumul-hadist/

Anda mungkin juga menyukai