Anda di halaman 1dari 10

HADIS MUNQAṬI‘

MAKALAH
Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hadis Hadis Dhaif
dalam Program Studi Ilmu Hadis

Dosen Pengampu
DAKHIROTUL ILMIYAH, M.H.I.

Oleh
DIANNISA RAHMADINA NIM 07020523026
GHULAM AHMAD ABROR NIM 07020523029
HAKIMUL ADLI HIDAYAT NIM 07020523030
MOCH. RIFQI RIZZA FIRDI NIM 07040523071

PROGRAM STUDI ILMU HADIS


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
2024
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya bagi Allah, Tuhan semesta alam yang telah memberikan
kita nikmat keimanan dan petunjuk melalui ajaran-Nya yang mulia. Salawat dan
salam semoga tercurahkan kepada Nabi Muḥammad saw. utusan Allah yang
terakhir dan penutup para rasul, serta kepada keluarga dan sahabat-sahabatnya
yang setia.
Makalah ini disusun dengan niat tulus untuk mendalami dan memahami
hadis munqaṭi’, sebagai bagian yang tak terpisahkan dari khazanah Sunah
Rasulullah saw. Hadis munqaṭi’ menawarkan suatu perspektif yang kaya akan
hikmah dan pedoman hidup yang dapat menjadi sumber inspirasi bagi umat Islam.
Dalam penulisan makalah ini, kami berusaha merinci aspek-aspek penting
dari hadis munqaṭi’, termasuk klasifikasi, dan relevansinya dalam kehidupan
sehari-hari. Melalui analisis dan pemahaman yang mendalam, diharapkan
makalah ini dapat memberikan kontribusi positif dalam memperkaya literatur
keislaman, serta membuka wawasan dan pemahaman bagi pembaca.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, kami sangat menghargai setiap kritik dan saran yang membangun
untuk perbaikan dan pengembangan lebih lanjut. Semoga Allah Swt. senantiasa
memberikan taufik dan hidayah-Nya, serta menjadikan makalah ini bermanfaat
bagi kita semua.
Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
semua pihak yang telah memberikan dukungan dan bimbingan selama proses
penulisan makalah ini.

Surabaya, 4 Maret 2024

Ttd
Pemakalah

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................I
DAFTAR ISI...........................................................................................................II
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................1
C. Tujuan Penulisan Makalah............................................................................1
BAB II......................................................................................................................2
PEMBAHASAN......................................................................................................2
A. Pengertian Hadis Munqaṭi‘...........................................................................2
B. Contoh Hadis Munqati’.................................................................................3
BAB III....................................................................................................................5
PENUTUP................................................................................................................5
A. Kesimpulan...................................................................................................5
B. Saran..............................................................................................................5
DAFTAR PUSTAKA6

II
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hadis sebagai sumber ajaran Islam kedua (the second texts)
muatannya berisikan tentang doktrin, perintah, larangan, etika, dan
tuntunan kehidupan manusia. Semua itu terangkum dalam matan atau
redaksi hadis, agar isi teks sebuah hadis benar-benar dapat
dipertanggungjawabkan sebagai argumentasi hukum, sanad hadis yang
menjadi barometernya. Kesahihan matan tidak mesti berbanding lurus
dengan kesahihan sanad. Keduanya tidak dapat dipisahkan ibarat dua sisi
mata uang. Kalau dihilangkan sisi satunya, uang tidak ada nilainya.
Sebagai teks normatif kedua, hadis merupakan pedoman hidup
(way of live) bagi umat Islam dan sebagai doktrin dalam ajaran Islam.
Sejak zaman dulu umat Islam sepakat untuk menerima hadis dan
menjadikannya sebagai sumber hukum Islam yang wajib dipatuhi. Karena
dengan adanya hadis, ajaran Islam menjadi jelas, rinci, spesifik dan
aplikatif.1
Status keabsahan hadis sebagai sumber hukum kedua
mengharuskan penelitian kualitas sanad dan isi darinya. Jika kedua hal
tersebut baik-baik saja, hadis tersebut dapat diterima atau sahih. Jika tidak,
hadis tersebut tak layak diterbitkan sebagai dasar suatu hukum atau daif.
Tentu ada beberapa detail yang mendasari dua keputusan penting tersebut.
Dalam makalah ini, kami akan berfokus pada salah satu jenis hadis daif,
yaitu hadis munqaṭi’.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian hadis munqaṭi‘ secara bahasa dan istilah?
2. Apa contoh hadis munqaṭi‘?

1
Kusnadi Kusnadi, “Kehujjahan Hadis Daif Dalam Permasalahan Hukum Menurut Pendapat Abu
Hanifah,” Ulumul Syar’i : Jurnal Ilmu-Ilmu Hukum Dan Syariah 7, no. 2 (6 Desember 2018): 1.

1
C. Tujuan Penulisan Makalah
1. Untuk mengetahui pengertian hadis munqaṭi‘ secara bahasa dan istilah.
2. Untuk mengetahui contoh hadis munqaṭi‘.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Hadis Munqaṭi‘


Dalam bahasa Arab, lafal munqati' merupakan isim fa‘il yang berasal
dari masdar al-Inqitha', yang berarti terputus. Ini adalah lawan dari
bersambung (muttasil). Sedangkan dalam konteks istilah hadis, munqati'
merujuk kepada hadis yang tidak memiliki kesinambungan dalam
sanadnya dari berbagai aspek. Setiap hadis yang sanadnya terputus, baik
itu dari awal, tengah, atau akhir sanad akan diklasifikasikan sebagai hadis
munqati'. Penyusun al-Manzumah al-Baiquniyyah menjelaskan bahwa,
"Setiap hadis yang sanadnya tidak bersambung, bagaimanapun
keadaannya termasuk dalam kategori hadis munqati' (terputus)
persambungannya."

Berdasarkan definisi tersebut, hadis munqati' mencakup hadis-hadis


seperti muallaq, mu'dhal, dan mursal. Hadis muallaq adalah hadis yang
sanadnya terputus di awal, sementara hadis mu'dhal adalah hadis yang
sanadnya terputus di tengah, dan hadis mursal adalah hadis yang sanadnya
terputus di akhir.2

Dari beberapa definisi diatas dapat dipahami bahwa gugurnya perawi


pada hadis munqati’ bukan terletak pada thabaqah pertama, yakni
thabaqah sahabat, tetapi pada thabaqah berikutnya. Dan dilihat dari
persambungan sanadnya, hadis munqati’ jelas masuk dalam kategori hadis
da’if.

‫ ان‬: ‫مارواه عبدالرزاق عن الثوري عن أيب اسحاق عن زيدبن يثيع عن حذيفة مرفوعا‬
‫وليتموها أبابكر فقوي أمني‬
Hadis yang diriwayatkan oleh ‘Abd al-Razzaq dari al-Tsauri dari Abi
Ishaq dari Zaid ibn Yutsi’ dari Huzaifah yang menyatakannya sebagai

2
Ibid., 11.

3
hadis marfu’ (berasal dari Nabi saw): jika kamu mengangkat Abu Bakar
(sebagai pemimpin), maka dia adalah seorang yang kuat dan terpercaya.
Pada sanad hadis diatas terdapat satu orang perawi yang digugurkan
dipertengahan sanad tersebut, yaitu Syuraik seharusnya ada diantara al-
Tsauri dan Abu Ishaq, karena al-Tsauri tidak mendengar hadis dari Abu
Ishaq secara langsung, namun dia mendengarnya melalui perantara
Syuraik, dan Syuraik yang mendengarkannya melalui perantara dari Abu
Ishaq. Hadis seperti inilah disebut munqhati’ karena ada persambungan
sanad yang tidak disebutkan sehingga menyebabkan sanadnya gugur.3

Kurang tepat Tepat


‘Abd al-Razzaq ‘Abd al-Razzaq
Al-Tsauri Al-Tsauri
Abi Ishaq Syuraik
Zaid ibn Yutsi’ Abi Ishaq
Huzaifah Zaid ibn Yutsi’
Huzaifah

B. Contoh Hadis Munqati’

‫حدثنا عبد امللك بن مروان األهوازي حدثنا أبو عامر وأب و داود عن ابن أيب ذئب عن‬
‫ قال رسول اهلل‬.‫إسحاق بن يزيد اهلذيل عن عون بن عبد اهلل عن عبد اهلل بن مسعود قال‬
‫" إذا ركع أحدكم فليقل ثالث مرات سبحان ريب العظيم وذلك أدناه وإذا سجد فليقل‬
‫ هذا مرسل عون مل يدرك عبد‬:‫ رواه أبو داود‬." ‫سبحان ريب األعلى ثالثا وذلك أدناه‬
‫ ضعيف وإذا سجد فليقل سبحان ريب األعلى ثالثا وذلك أدناه‬.‫اهلل‬.4
(Abu Dawud as-Sijistaniy menyatakan) Telah menceritakan kepada
kami Abdul Malik bin Marwaan al-Ahwaziy (ia berkata) telah
menceritakan kepada kami Abu Amir dan Abu Dawud dari Ibnu Abi Dzi’b

3
Hidayatus Sibyan, “Mengamalkan Hadist Dha’if,” 6–7, Diakses 6 Maret 2024,
Https://Www.Academia.Edtu/Download/77802530/Mengamalkan_Hadits_Dhoif.Pdf.
4
Abdul Malik Bin Marwan, Sunan Abu Daud (Beirut, T.T.), 886.

4
dari Ishaq bin Yazid al-Hudzaliy dari Aun bin Abdillah dari Abdullah bin
Mas’ud ia berkata: Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
“Jika salah seorang dari kalian ruku’ ucapkanlah 3 kali: Subhaana
Robbiyal ‘Adzhiim. Itu adalah paling sedikit. Jika sujud ucapkanlah
Subhaana Robbiyal A’laa 3 kali. Itu adalah yang paling sedikit.” (H.R Abu
Dawud) Abu Dawud menyatakan: Aun tidak pernah berjumpa dengan
Abdullah bin Mas’ud. Dinyatakan munqothi’ oleh al-Iraqiy dalam al-
Mughniy an Hamlil Asfaar.5

5
Fatkhul Wahab, “Kualitas Hadis Shahih, Hasan, Dhaif Sebagai Hujjah Dalam Hukum Islam,”
Maqashid Jurnal Hukum Islam 6, No. 1 (15 Mei 2023): 11,
Https://Doi.Org/10.35897/Maqashid.V6i1.1009.

5
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesimpulannya, dalam konteks hadis, istilah munqati' merujuk kepada
hadis yang sanadnya terputus, baik itu dari awal, tengah, atau akhir sanad.
Ini mencakup hadis-hadis seperti muallaq, mu'dhal, dan mursal. Muallaq
adalah hadis yang sanadnya terputus di awal, mu'dhal adalah hadis yang
sanadnya terputus di tengah, dan mursal adalah hadis yang sanadnya
terputus di akhir.
Selain itu, dalam hal kecacatan dalam matan hadis, salah satu kaidah
yang dikenal adalah hadis syaz. Hadis syaz merujuk kepada hadis yang
diriwayatkan oleh perawi yang terpercaya (thiqah) namun menyelisihi
hadis. Dengan demikian, pemahaman tentang konsep munqati' dan syaz
dalam hadis penting untuk menganalisis dan menilai kekuatan atau
kelemahan suatu hadis dalam literatur Islam.
B. Saran
Pada saat pembuatan makalah Penulis menyadari bahwa banyak
sekali kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Dengan sebuah pedoman
yang bisa dipertanggungjawabkan dari banyaknya sumber Penulis akan
memperbaiki makalah tersebut. Oleh sebab itu penulis harapkan kritik
serta sarannya mengenai pembahasan makalah dalam kesimpulan di atas.

6
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Malik Bin Marwan. Sunan Abu Daud. Beirut, T.T.


Kusnadi, Kusnadi. “Kehujjahan Hadis Daif Dalam Permasalahan Hukum Menurut
Pendapat Abu Hanifah.” Ulumul Syar’i : Jurnal Ilmu-Ilmu Hukum Dan
Syariah 7, No. 2 (6 Desember 2018): 1–27.
Sibyan, Hidayatus. “Mengamalkan Hadist Dha’if.” Diakses 6 Maret 2024.
Https://Www.Academia.Edu/Download/77802530/Mengamalkan_Hadits_
Dhoif.Pdf.
Wahab, Fatkhul. “Kualitas Hadis Shahih, Hasan, Dhaif Sebagai Hujjah Dalam
Hukum Islam.” Maqashid Jurnal Hukum Islam 6, No. 1 (15 Mei 2023): 1–
18. Https://Doi.Org/10.35897/Maqashid.V6i1.1009.

Anda mungkin juga menyukai