Anda di halaman 1dari 15

PENGANTAR STUDY ALQURAN dan HADITS

STRUKTUR HADIST

( SANAD, MATAN DAN MUKHARIJ )

Dosen: ZUNAIDI NUR,S.TH.I.,M.AG

Disusun Oleh:

1.MARSHA CANTIKA DJI (1931090116)

2.MAYLICA PUTRI RAHAYU (1931090119)

3.RAFIATHA NABIL KAHA (1931090383)

4.AL-AMIN AKBAR (1931090251)

FAKULTAS USHULUDDIN

JURUSAN SOSIOLOGI AGAMA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG

TAHUN AJARAN 2019


KATA PENGANTAR

‫بسم ا الرحمن الرحيم‬

Alhamdulillah, berkat rahmat dan karunia Allah SWT. Tim penulis dapat menyelesaikan
penyusunan makalah dengan judul Struktur Hadist. Sebuah makalah yang ditunjukkan
untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Studi Al-Quran dan Hadist. Sholawat serta
salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW. para sahabat, dan
para pengikutnya yang telah berjuang menegakkan ajaran agama Islam dalam rangka
menebar kemaslahatan bagi alam semesta.

Sebagai sumber ajaran agama Islam kedua setelah Al-Qur’an, hadist menempati posisi
yang sangat urgen dalam struktur kajian keIslaman. Karena itu, pembuatan makalah ini
sebagai upaya untuk mengetahui dan mengkaji struktur suatu hadist.

Melalui makalah ini diharapkan pembaca dapat memahami tentang struktur-struktur suatu
hadist. Semoga makalah ini bermanfaat dan dapat menambah khazanah keilmuan Islam
khususnya structural hadist dan semoga segala kebaikan semua pihak yang terlibat dalam
penyusunan makalah ini menjadi amal shaleh dan mendapat ridho Allah SWT. Amiin.

Bandar Lampung,1 September 2019

TimPenyusun
DAFTAR ISI

Cover…………………………………………………………………………. i

Kata Pengantar………………………………………………………………..ii

Daftar isi………………………………………………………………………….iii

BAB 1
PENDAHULUAN…………………………………………………………………….1

1.1 Latar Belakang……………………………………………………1

1.2 Rumusan Masalah……………………………………………….2

1.3 Tujuan …………………………………………………………….3

BAB 2
PEMBAHASAN………………………………………………………………………. 3

 Pengertian Hadis……………………………………………………… 3
 Komponen Hadis……………………………………………..……….. 4
 Sanad Hadis…………………………………………...………………. 5
 Matan Hadis……………………………………………………………. 11
 Mukharrij……………………………………...………………………… 12
 Kedudukan Sanad dan Matan Hadis………………………………… 13

BAB 3 PENUTUP………………….
………………………………………………………….. 15

3.1 Kesimpulan……………………………………………………………………15

3.2 Saran ………………………………………………………………………….15

Daftar
Pustaka……………………………………………………………………………….. 16
BAB I

PENDAHULUAN

 LATAR BELAKANG

Sanad dan matan merupakan dua unsur pokok hadits yang harus ada pada setiap
hadist, antara keduanya memiliki kaitan yang sangat erat dan tidak dapat
dipisakan. Pembicaran dua istilah diatas, sebagai dua unsur pokok hadist, matan
dan sanad diperlukan setelah rasul wafat. Hal ini karna berkaitan dengan perlunya
penelitian terhadap otentisitas isi berita itu sendiri apakah benar sumbernya dari
rasul atau bukan.Upaya ini akan menentukan bagaimana kualitas hadits tersebut,
yang akan dijadikan dasar dalam penetapan syari’at islam.
 Dan untuk mengetahui lebih mendalam tentang apa itu unsur-unsur hadis dan
kaitan lainya yang berhubungan dengan unsur-unsur hadis seperti rawi, mukharijj
dan sebagian lainnya
Atas pembicaraan diatas kami dari kelompok dua berkeinginan untuk membahas
segala yang berkaitan dengan unsu-unsur hadis, baik itu sanad, matan, rawi,
mukharrij dan istilah-istilah kumpulan periwayat, gelar keahlian bagi imam hadis.

B. Rumusan Masalah
1. Sanad
2. Matan

C.Tujuan
Mengetahui sanad, matan hadis dan unsur-unsur hadis seperti mukharijj dan sebagainya
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN SANAD DAN MATAN HADIS


1. SANAD
Sanad dari segi bahasa berarti ‫ ماارتفع من ال رض‬, yaitu bagian bumi yang menonjol,
sesuatu yang berbeda di hadapan anda dan yang jauh dari kaki bukit ketika anda
memandangnya.1 Sanad diartikan juga dengan sandaran atau sesuatu yang dijadikan
sandaran.2 Bentuk jamaknya adalah ‫أ‬.‫ سنا د‬Segala sesuatu yang Anda sandarkan kepada
yang lain disebut ‫مسند‬. Dikatakan ‫أ سند فى ا لخبل‬, maknanya `Sesorang mendaki gunung`.
Dikatakan pula ‫ فلنا سند‬, maknanya `Seseorang menjadi tumpuan`.3
Menurut istilah ahli hadis, sanad itu :

‫ الططنريِقمةل اللمتو ن‬, yaitu jalan yang menyampaikan kepada matan hadis, yakni
‫صلل نالمى الممتتنن‬
rangkaian para perawi yang memindahkan matan dari sumber primernya. Jalur ini
adakalanya disebut sanad. 4 Sedangkan ulama lain memberikan pengertian yaitu silsilah
atau rentetan para periwayat yang menukilkan hadis dari sumbernya yang pertama. 5
Dengan demikian, Sanad adalah rantai penutur atau perawi (periwayat) hadis.
 Contoh Sanad (artinya) : "Dikhabarkan kepada kami oleh malik yang menerimanya
dari Nafi, yang menerimanya dari Abdullah ibnu umar bahwa Rasullullah SAW.
Besabdah,"Janganlah sebagian dari antara kamu membeli barang yang sedang
dibeli oleh sebagian yang lainya." (Al-Hadis)
Dalam hadis tersebut dinamakan Sanad adalah : (Dikhabarkan kepada kami oleh
malik yang menerimanya dari abdullah ibnu umar bahwa Rasullullah SAW.
Bersabdah :.........).6
Sebuah hadis dapat memiliki beberapa sanad dengan jumlah penutur atau perawi
bervariasi dalam lapisan sanad-nya, lapisan dalam sanad disebut dengan thabaqoh.
Signifikansi jumlah sanad dan penutur dalam tiap thobaqoh sanad akan menentukan

1
M. Agus Solahudin dan Agus Suyadi,Ulumul Hadis.Bandung: Pustaka Setia. 2008, hlm 89
2
Oktoberrinsyah.,Dkk. Al-Hadis. Yogyakarta: Pokja Akademik UIN Sunan Kalijaga.2005, hlm 84
3
M. Agus Solahudin dan Agus Suyadi,Ulumul Hadis.Bandung: Pustaka Setia. 2008, hlm 89
4
Ibid, hlm 89
5
Oktoberrinsyah.,Dkk. Al-Hadis. Yogyakarta: Pokja Akademik UIN Sunan Kalijaga.2005, hlm 85
6
H. Muhammad Ahmad,Dkk. Ulumul Hadis. Bandung: Pustaka Setia. 1998, hlm 52
derajat hadist tersebut.
Jadi, yang perlu dicermati dalam memahami hadis terkait dengan sanad-nya adalah
keutuhan sanad-nya, jumlahnya, dan perawi akhirnya. Adapun sebutan sanad hanya
berlaku pada serangkaian orang, bukan dilihat dari sudut pribadi seseorang. Sebutan
untuk pribadi yang menyampaikan hadist dilihat dari sudut orang per-orangan disebut
rawi.7
a. Isnad, Musnad, Musnid
Selain istilah sanad, terdapat juga istilah lainya yang mempunyai kaitan erat
dengan istilah Senad, seperti, al-isnad, ai-musnad, al-musnid. Istilah al-isnad, berarti
menyandarkan, menegaskan (mengembalikan ke asal), dan mengangkat. Yang
dimaksud disini adalah Menyandarkan hadis kepada orang yang mengatakannya
atau Mengasalkan hadis kepada orang yang mengatakannya. Isnad ini menurut Ath-
Thibi mempunyai arti yang hampir sama atau berdekataan dengan Sanad.
Istilah al-musnad mempunyai arti yang berbeda dengan istilah al-isnad, yaitu
pertama, bearti hadis yang diriwayatkan dan disandarkan atau di-isnad-kan kepada
seseorang yang membawanya, seperti ibn Syihab Az-Zuhri. Kedua, berarti nama
suatu kitab yang menghimpun hadis-hadis dengan sistem penyusunan berdasarkan
nama-nama para sahabat rawi hadis, seperti kitab Musnad Ahmad . Ketiga, bearti
nama bagi hadis yang memenuhi kriteria marfu' (disandarkan kepada Nabi
Muhammad SAW.) dan Muttashil (sanad-nya bersambung kepada akhirnya).8 Istilah
Al-Musnid menurut Jamaluddin Al-Qosimi adalah seseorang yang meriwayatkan
hadits dengan sanadnya, baik dia mengerti apa yang diriwayatkannya atau tidak.9
b. Macam-macam pembagaian hadis
Macam-macam pambagian hadis ditinjau dari sanadnya ada beberapa macam,
antara lain:
1. Hadis dengan Sanad Bersambung (Ittishal)
 Muttashil yaitu hadis yang diriwayatkan dengan sanad yang bersambung
dari awal hingga akhir sanad. Dalam definisi ini yang perlu diperhatikan
iyalah 'hingga akhir sanad', ungkapan ini menunjukan bahwa hadis muttashil

7
M. Agus Solahudin dan Agus Suyadi,Ulumul Hadis.Bandung: Pustaka Setia. 2008, hlm 90-92
8
Ibid,hlm 93-94
9 http://wildanesia.blogspot.com/2013/09/penjelasan-dan-perbedaan-isnad-musnid-musnad.html. 7-12-13
bisa marfu', bisa juga mauquf', bahakan juga maqthu'.
 Musnad adalah hadis yang diiriwayatkan sanad yang bersambung hingga
sampai pada Nabi SAW. Ungkapan terakhir ini 'sampai pada Nabi' menjadi
syarat dalam hadis musnad. Dengan kata lain, hadis musnad adalah hadis
yang bersambung dan marfu', dan tidak dikatakan musnad jika tidak marfu'.
Inilah yang membedakan musnad dengan muttashil, namun tidak semua
muttashil itu musnad.

2. Hadis dengan Sanad Terputus (Inqitho')


Maksud dari sanad terputus adalah bila dalam periwayatan terdapat perowi
yang gugur dari rentetan sanad. Ada pembagian-pembagian Inqitho' antara lain :
 Muallaq yaitu hadis yang terputus diawal sanad-nya dari jajaran perowi,
baik terputusnya lebih dari satu tempat atau gugur lebih dari satu perowi
asalkan terputusnya terdapat diawali sanad masih dapat dikatakan muallaq.
 Mu'dhol bearti hadis yang terputus sanadnya pada dua tempat secara
berurutan, bisa mulai dari awal sanad, tengah atau akhir.
 Mursal, menurut jumhur muhadditsin adalah hadis yang gugur perowinya
pada tingkat sahabat. Pada proses periwayatanya tabi'in menisbatkan
langsung pada Nabi tanpa menyebut sahabat, artinya pada sanad tersebut
sahabat yang meriwayatkan hadis tersebut gugur dari jajaran sanad, hal itu
diketahui karena tabi'in tidak berjumpa dengan Nabi. Hadis yang didengar
oleh tabi'in dapat dipastikan bersumber dari sahabat, sedangkan pada sanad
itu sahabat tidak tampak.
 Muddalas berati remang, diistilahkan demikian karena perowi berusaha
mengkaburkan hakikat yang sebenarnya terjadi, dengan maksud dan tujuan
yang berbeda-beda.10
c. Tinggi-Rendahnya Rangkaian Sanad (Silsilatu Adz-Dzahab)
Rangkaiaan sanad dapat dilihat berdasarkan perbedaan tingkat kedhabit-an dan
keadilan rawi yang dijadikan sanad-nya, ada yang berderajat tinggi, sedang, dan
lemah. Rangkaian sanad yang berderajat tinggi menjadikan suatu hadis lebih tinggi

10
H. Zeid B. Smeer. Ulumul Hadis(pengantar studi hadis praktis). Malang :UIN malang Press.2008, hlm 50-56
derajaatnya daripada hadis yang rangkaian sanad-nya sedang atau lemah. Para
muhaditsin membagi tingkatan sanad-nya menjadi sebagai berikut :
 Ashahhu Al-Asanid (Sanad-sanad yang lebih sahih)
Para ulama Imam an-Nawawi dan Ibnu Ash-Shalah tidak membenarkan
menilai suatu (sanad) hadis dengan ashahhu al-asanid, atau menilai suatu
(matan) hadis dengan ashahhu al-asanid, secara mutlak, yakin tanpa
menyandarkan pada hal yang mutlak.
Penilaian ashahhu al-asanid ini hendaklah secara muqayyad. Artinya
dikhususkan kepada sahabat tertentu , misalnya ashahhu al-asanid dari Abu
Hurairaah r.a atau dikhususkan kepada penduduk daerah tertentu, misalnya
ashahhu al-asanid dari penduduk madinah.
 Ahsanu Al-Asanid
Hadis yang bersanad Ahsanu al-asanid lebih rendah derajatnyadaripada
yang bersanad ashahhu al-asanid. Ahsanu Al-Asanid itu antara lain bila
hadis tersebut bersanad : Bahaz bin Hakim dari ayahnya (Hakim bin
Mu'awiyah) dari kakeknya (Mu'awiyah bin Haidah).
 Adh'afu Al-Asanid
Rangkaian sanad yang paling rendah derajatnya disebut Adh'afu Al-
Asanid atau Auha al-asanid.11
d. Jenis-jenis Sanad hadis
 Sanad 'Aliy
Sanad 'aliy adalah sebuah sanad yang jumlah rawinya lebih sedikit jika
dibandingkan dengan sanad lain. Hadis dengan sanad yang jumlah rawinya
sedikit akan bertolak dengan sanad yang sama jika jumlah rawinya lebih
banyak. Sanad 'aliy ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu:
1. Sanad 'aliy yang bersifat mutlak adalah swbuah sanad yang jumlah
rawinya hingga sampai kepada rasulllah lebih sedikit jika dibandingkan
dengan sanad yang lain.
2. Sanad 'aliy yamg bersifat nisbi adalah sebuah sanad yang jumlah rawi
didalamnya lebih sedikit jika dibandingkan dengan para imam ahli hadis,

11
M. Agus Solahudin dan Agus Suyadi. Ulumul Hadis. Bandung: Pustaka Setia. 2008, hlm 94-95
seperti Syubah, Al-A'masy, dll.
 Sanad Nazil
Sanad nazil adalah sebuah sanad jumlah rawinya lebih banyak jika
dibandingkan dengan sanad yang lain. Hadis dengan sanad yang lebih
banyak akan bertolak dengan sanad yang sama jika jumlah rawinya lebih
sedikit.12

3. MATAN
Secara etimologi,matan berarti segala sesuatu yang keras bagian atasnya, punggung
jalan (muka jalan), tanah keras yang tinggi. 13 Matan dari segi bahasa artinya membelah,
mengeluarkan, mengikat, sedangakan menurut istilah ahli hadis, matan itu ialah
Perkataan yang disebut pada akhir sanad, yakni sabda Nabi SAW. 14 Secara trimonologi,
matan adalah akhir dari rentetan perowi dalam sebuah sanad. 15 Tapi dilihat dari kata
Matan, kata "matan" diambil dari kata "mumatanah" berarti "tujuan akhir". Dan memang
matan merupakan tujuan akhir sanad. Atau, diambil dari kata "matantu Al-Kabsya" yang
berarti "membuka kulit kambing sehingga jelas apa yang ada didalamnya".16
Matan (text) merupakan informasi yang datang dari rasulullah saw terhadap sesuatu.
Jadi inti dari hadis adalah matan. Karena dari mantan inilah ajaran islam didapatkan.
Matan haruslah memiliki kriteria akan sabda kenabian, tidak bertentangan dengan al-
qur'an atau hadis mutawatir. Perbedaan periwayatan yang dilakukan oleh satu periwayat
lainya memerlukan adanya penelitian matan. Penelitian matan dilakukan dengan cara
membandingakan (Muqaranah) antara beberapa sanad hadis. Matan hadis yang
dibandingkan tentunya adalah yang sejalan dan yang bertentangan. Setelah itu diadakan
upaya penyimpulan baik dilakukan dengan mengkompromi , mentarjih dan
memawqufkan. Dari adanya kegiatan tersebut diharapkan hadis sebagai sumber ajaran
Islam terhindar dari adanya pemalsuan.17
a. Macam-macam Matan
Setelah mengetahui pengertian matan dan apaa yang dimaksud dengan matan,

12
Ibid, hlm 96-97
13
Ibid, 98
14
H. Muhammad Ahmad. Ulumul Hadis. Bandung:Pustaka Setia. 1998, hlm 52
15
H. Zeid B. Semeer . Ulumul Hadis (pengantar studi hadis praktis). Malang:UIN malang Press.2008, hlm 59
16
Muhammad Alawi Al-Maliki. Ilmu Ushul Hadis. Yogyakarta:Pustaka Pelajar.2006, hlm 40
17
Octoberrinsyah . Al-HAdis. Yogyakarta: Pokja UIN sunan kalijaga.2005, hlm 91-92
disini ada terdapat beberapa macam matan yang bersumber dari wahyu, antara lain:
1. Al-Qur'an adalah kalam Allah SWT, yang diturunkan secara bertahap melalui
malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad saw dengan periwayatan yang muttawatir,
terhadap dalam mushhaf dan dimulai dari surat al-fatihah dan berakhir pada surat an-
Nas.
2. Hadis Qudsi adalah kalam yang maknanya dari Allah dan lafadnya dari Nabi
saw.
3. Hadis Nabawi adalah segala sesuatu yang dinisbatkan kepada Nabi saw baik
berupa ucapan, perbuatan, persetujuan atau sifat moral dan fisik.18
 Terkait dengan matan, yang perlu dicermati memahami hadis adalah :
1. Ujung sanad sebagai sumber redaksi, apakah berujung pada Nabi Muhammad
atau bukan.
2. Matan hadis itu sendiri dalam hubungannya dengan hadis lain yang lebih kuat
sanadnya (apakah ada yang melemahkan atau menguatkan) dan selanjutnya dengan
ayat dalam Al-Qur'an (apakah ada yang bertolak belakang atau tidak).19
RAWI
Pengertian :
Kata rawi atau ar-rawi berarti orang yang meriwayatkan atau memberikan hadis
(Naqil Al-Hadis). Sebenarnya antara sanad dan rawi itu merupakan dua istilah yang
hampir sama. Sanad-sanad hadis pada tiap-tiap Thabaqah atau tingkatanya juga
disebut rawi, jika yang dimaksud dengan rawi adalah orang yang meriwayatkan dan
memindahkan hadis, begitu juga, setiap rawi pada tiap-tiap thabaqoh-nya merupakan
sanad bagi thabaqoh berikutnya.
Tetapi ada yang membedakan antara kedua istilah ini, antara lain :
1. Dalam hal pembukuan hadis
2. Dalam penyebutan silsilah hadis.

B. KEDUDUKAN SANAD DAN MATAN HADIS


Pada masa Abu bakar r.a. dan Umar r.a. periwayatan hadis diawasi secara hati-hati
dan tidak akan diterima jika tidak disaksikan kebenarannya oleh seorang lain. Ali bin Abu
18
H. Zeid B. Semeer . Ulumul Hadis (pengantar studi hadis praktis). Malang:UIN malang Press.2008, hlm 60-63
19
M. Agus Solahudin dan Agus Suyadi,Ulumul Hadis.Bandung: Pustaka Setia. 2008, hlm 99
Thalib tidak menerima hadis sebelum yang meriwayatkannya disumpah. Meminta
seorang saksi kepada perawi, bukanlah merupakan keharusan dan hanya merupakan jalan
untuk menguatkan hati dalam menerima yang berisikan itu. Jika dirasa tak perlu meminta
saksi atau sumpah para perawi, mereka pun menerima periwayatannya.
Adapun meminta seseorang saksi atau menyeluruh perawi untuk bersumpah untuk
membenarkan riwayatnya, tidak dipandang sebagai suatu undang-undang umum diterima
atau tidaknya periwayatan hadis. Yang diperlukan dalam menerima hadis adalah adanya
kepercayaan penuh kepada perawi. Jika sewaktu-waktu ragu tentang riwayatnya, maka
perlu didatangkan saksi/keterangan.20
Kedudukan sanad dalam hadis sangatlah penting karena hadis yang
diperoleh/diriwayatkan akan mengikuti siapa yang meriwayatkannya. Dengan sanad
suatu periwayatan hadis, dapat diketahui hadis yang dapat diterima atau ditolak dan hadis
yang sahih atau tidak sahih, untuk diamalkan. Sanad merupakan jalan yang mulia untuk
menetapkan hukum-hukum islam. Ada beberapa hadis yang menerangkan keutamaan
sanad diantaranya adalah hadis yang diriwayatkan oleh muslim dari ibnu Sirin, yang
artinya : ilmu ini (hadis ini) adalah agama karena itu telitila orang-orang yang kamu
mengambil agamu dari mereka.21
C. URGENSI 'ULUM AL-HADIS
'Ulum al-Hadis sebagai sebuah ilmu yang sangat penting bagi hadis. Kepentingan
tersebut antara lain ditujukan untuk mengetahui apakah suatu hadis tersebut berasal dari
rasulullah saw atau tidak. Di samping itu, juga untuk menilai periwayat yang terlibat
dalam suatu hadis sehingga dapat diketahui apakah suatu hadis itu sahih atau tidak.
Upaya ini adalah untuk memberikan kemantapan dalam beramal karena secara historis
pembukuan hadis memakan waktu yang cukup lama.
Kajian yang berkembang atas ilmu hadis adalah masalah yang berpusat sanad. Jarang
sekali ditemukan kajian yang berpusat atas matan. Selain itu, dari sisi pemahaman isi
pesan yang dibawa dalam hadis perlu adanya elaborasi tentang bagaimana konteks
historisnya dan beberapa pemahaman yang dilakukan sahabat serta ulama. Upaya ini
secara langsung akan dapat mempermudah dalam melaksanakan kontekstualisasi hadis
dan menentukan kapan suatu hadis itu dapat dipahami secara tekstual maupun
20
http://www.sarjanaku.com/2010/10/kedudukan-sanad-dan-matan-hadits.html . 10-12-13
21
M. Agus Solahudin dan Agus Suyadi,Ulumul Hadis.Bandung: Pustaka Setia. 2008, hlm 101-102
kontekstual.22
D. SEBAB-SEBAB TERJADINYA PEMBEDAAN SANAD DAN MATAN HADIS
Adapun sebab terjadinya perbedaan sanad untuk matan semakna dikarenakan para
sahabat tidak sama kadar perolehan dan penguasaan hadis. Ada yang memiliki lebih
periwayatan hadits dengan jalan periwayatan lafzhi ( redaksinya persis seperti yang
disampaikan Rasul saw.), dan kedua dengan jalan periwayatan maknawi ( maknanya
saja). Seperti yang telah dikatakan, bahwa periwayatan lafzhi, adalah periwayatan hadis
yang redaksinya atau matannya persis seperti yang diwurudkan Rasul SAW ini hanya
dilakukan apabila mereka hafal benar apa yang disabdakan Rasul SAW.
Kebanyakan Sahabat menempuh periwayatan hadis sesuai dengan redaksi Rasul
bukan menurut redaksi mereka. Bahkan menurut ‘Ajaj al-Khatib, sebenarnya seluruh
sahabat menginginkan agar periwayatan hadis itu dengan lafzhi bukan dengan maknawi.
Periwayatan maknawi artinya periwayatan hadis yang matannya tidak persis dengan
yang didengarnya dari Rasulullah SAW, akan tetapi isi dan atau maknanya tetap terjaga
secara utuh, sesuai yang dimaksud Rasulullah saw tanpa ada perubahan sedikitpun.
Periwayatan hadis dengan maknawi akan mengakibatkan munculnya hadis-hadis
yang redaksinya antara yang satu dengan yang lainnya berbeda-beda, meskipun maksud
atau maknanya tetap sama. Hal ini sangat tergantung kepada para Sahabat atau generasi
berikutnya yang meriwayatkan hadis-hadis tersebut.23
E.BAGIAN-BAGIAN YANG DITELITI
1. Kaidah – Kaidah dalam Kritik Sanad
Kaidah kritik sanad dan matan hadist dapat diketahui dari pengertian istilah
hadist shahih. Menurut ulama hadist seperti yang dikatakan oleh Ibnu Al-Ahalah
yang dikutip oleh Moh. Ahmad dan M. Mudzakkir, hadist shahih adalah :
‫ضابننط الى لمتنتممهاهل مولم يِملكتولنا مشالذا ولم لممعلطلل‬
‫صلل انتسنملدهل بننمتقنل المعتدنل ال ط‬ ‫المحندتيِ ل‬
‫ث اللمتسنملد النذيِ يِمتط ن‬
"hadist yang bersambung sanadnya (sampai rasulullah), diriwayatkan oleh
(periwayat) yang adil dan dzabit sampai akhir sanad, (didalam hadist itu) tidak
terdapat kejanggalan (syuzuz dan cacat illat)".
2. Kaidah – Kaidah dalam Kritik Matan
Dalam kaidah – kaidah kritik matan ini ada dua macam yakni terhindar dari
22
Octoberrinsyah . Al-HAdis. Yogyakarta: Pokja UIN sunan kalijaga.2005, hlm 83-84
23
http://pakem-guruku.com/makalah/hadis/pengertian%20hadis.docx. 10-12-13
syuzuz dan terhindar dari illat. Banyak ulama hadist yang berbeda pendapat dalam
mengatagorikan hadist shahih seperti; Al-Khatib Al-Bagdadi (wafat 463 = 1072 M)
mengatakan bahwa hadist maqbul (diterima) sebagai matan hadist yang shahih
apabila memenuhi unsur – unsur sebagai berikut :
1) Tidak bertentangan dengan akal sehat
2) Tidak bertentangan dengan hukum Al-Qur’an yang telah muhkam (ketentuan
hukum telah tetap)
3) Tidak bertentangan dengan hadist mutawatir
4) Tidak bertentangan dengan amalan yang telah menjadi kesepakatan ulama
masa lalu (ulama salaf)
5) Tidak bertentangan dengan dalil yang pasti
6) Tidak bertentangan dengan hadist Ahad yang kualitas keshahihannya lebih
kuat.24
BAB 3
PENUTUP
24
Muhammad Aalawi Al-Maliki. Ilmu Ushul hadis. Yogyakarta :pustaka pelajar. Hlm 57
KESIMPULAN

 Hadits nabi yang lengkap dan dapat dijamin kebenaranya harus meliputi sanad,
matan dan perowi (periwayat)

 Sanad adalah rantai penutur atau perowi (periwayat) hadits. Sanad terdiri atas
seluruh penutur mulai orang yang mencatat hadits tersebut dalam bukunya (kitab
hadits) hingga Rosululloh. Sanad menggambarkan keaslian suatu ayat.
 Matan merupakan akhir sanad yakni sabda Nabi Muhammad SAW. ada juga
redaksi lain yang menyebutkan bahwa matan adalah ujung sanad ( gayah
assanad) jadi bisa dikatakan bahwa matan itu adalah materi atau lafadz hadits itu
sendiri.
 Rawi (perowi) adalah orang yang menyampaikan atau menuliskan dalam suatu
kitab apa-apa yang pernah di dengar dan diterimanya dari seorang gurunya.
 Kedudukan sanad dalam hadits sangat penting karena hadits diperoleh/atau di
diriwayatkannya. Dengan sanad, suatu periwayataan hadits dapat diketahui mana
yang dapat diterima dan di tolak dan mana hadits yang shohih atau tidak, untuk
diamalkan. Sanad merupakan jalan yang mulia untuk menetapkan hukum-hukum
islam. Ada beberapa riwayat dan atsar yang menerangkan keutama’an sanad.

SARAN

Setelah kita mempelajari struktur hadits semoga dapat menambah wawasan khususnya
tentang struktur hadits yang meliputi sanad, matan dan perowi. Dan juga kita bisa
mengerti lagi tentang bagaimana hadits yang jelas sanadnya.Mohon ma’af atas segala
kekurangan dalam pembuatan makalah ini, kritik

dan saran sangat di butuhkan dalam pembuatan makalah selanjutnya agar lebih baik dan
benar.

DAFTAR PUSTAKA

Suryadilaga, M. Alfati. 2010. Ulumul Hadis. Yogyakarta: Teras

Suparta, Munzier. 2011. Ilmu Hadis. Jakarta : Rajawali Pers


Sholahuddin, M. Agus. 2008. Ulumul Hadis. Bandung : Pustaka Setia

Anda mungkin juga menyukai