Anda di halaman 1dari 16

HADIS MARFU`, HADIS MAWQUF, DAN HADIS MAQTHU`

Disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah Ilmu Hadis

Dosen Pengampu : Dr. Muchlis Anshori, S. Th.I., M. Pd.I.

Disusun oleh:

KELOMPOK 7 HES KELAS 1E

1.Dimas Satrio Utomo (23211154)

2. Esa Nur Sahidah (232111156)

3. Surya Pratama (232111178)

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS SYARIAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN MAS SAID


SURAKARTA

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah


menganugrahkan nikmatn kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan
penyusunan mini riset yang berjudul "HADIS MARFU`, HADIS MAWQUF
DAN HADIS MAQTHU`" Tak lupa penulis ucapkan salam serta sholawat atas
junjungan kita Nabi Muhammad SAW, yang telah menuntun kita ke jalan yang
benar dan sebagai sumber ilmu pengetahuan.

Penyusunan makalah ini disusun guna untuk memenuhi tugas mata kuliah
ilmu hadist dengan Dosen Pengampu Bapak Dr. Muchlis Anshori, S. Th.I., M.
Pd.I. di Universitas Islam Negeri Raden Mas Said Surakarta, pada Program Studi
Hukum Ekonomi Syariah. Harapan penulis sekiranya makalah ini sesuai dengan
apa yang Bapak dosen maksud.

Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua rekan-rekan dan


semua pihak yang terkait dalam penyusunan makalah ini. Namun tentunya
sebagai manusia tidak luput dari kesalahan dan kekurangan. Penulis menyadari
bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini, oleh karena itu,
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang kontruktif dari para pembaca
untuk dijadikan bahan penyempurnaan pada masa yang akan datang. Semoga
tulisan ini memberikan manfaat yang baik guna kemajuan ilmu pengetahuan, baik
bagi penulis maupun pembaca.

Sukoharjo, 1 September 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii


DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 1
C. Tujuan ........................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 3
A. PENGERTIAN DAN PENJELASAN HADITS MARFU’ ....................... 3
B. PENGERTIAN DAN PENJELASAN HADITS MAWQUF .................... 6
C. PENGERTIAN DAN PENJELASAN HADITS MAQTHU .................... 9
BAB III Kesimpulan ........................................................................................... 12
PENUTUP ............................................................................................................ 12
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 13

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hadits merupakan salah satu sumber hukum atau sumber ajaran Islam
yang kedua setelah Al-Quran. Secara umum kita memahami hadits adalah segala
sesuatu yang dinukilkan kepada Nabi Muhammad SAW. Baik berupa perkataan,
perbuatan, taqrir , pengajaran, sifat, dan perilaku, serta perjalanan hidup
Rasulullah SAW. Hadits juga sering disebut sebagai As-Sunnah dimana beberapa
ahli, secara syara’ juga mendefinisikan sama, yaitu sesuatu yang datang dari
Rasullulah SAW., baik berupa perkataan, perbuatan, ataupun pengakuan (taqrir )
Saat ini kajian tentang hadits sudah menjadi suatu disiplin ilmu tersendiri, dan
memiliki sub kajian yang sangat luas. Ada berbagai cabang kajian dalam hadits,
mulai dari kajian sejarah, kualitas dan kesahihan, klasifikasi dan periwayatannya,
dan sebagainya.

Klasifikasi hadits juga bisa ditinjau dari segi sumber nisbat matan suatu
Hadits. Klasifikasi Hadits dilihat dari sumber berita memiliki arti yang sama
dengan ungkapan dalam bukunya Ulumul Hadits, yaitu: Hadits Maqthu, Hadits
Marfu, Hadits Mauquf, dan Hadits Maqthu. Secara umum dapat didefinisikan jika
sumber berita dari Allah dinamakan Hadits Qudsi, jika sumber berita datangnya
dari Nabi disebut Hadits Marfu, jika datangnya sumber berita itu dari sahabat
disebut Hadits Mauquf dan jika datangnya dari Tabi’in disebut hadia Maqthu.
Sumber utama di atas tidak dapat menentukan keshahihan suatu Hadits sekalipun
datangnya dari Allah atau Nabi. karena tinjauan kualitas shahih, hasan dan dha’if
tidak hanya dilihat dari segi sumber berita akan tetapi lebih dilihat dari sifatsifat
para pembawa berita.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengertian hadits marfu, hadis mawquf, dan hadis maqthu?

2. Bagaimana pembagian hadits marfu, hadis mawquf, dan hadis maqthu?

1
3. Bagaimana contoh hadits marfu, hadis mawquf, dan hadis maqthu?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian hadits marfu, hadis mawquf, dan hadis maqthu.

2. Untuk mengetahui pembagian hadits marfu, hadis mawquf, dan hadis maqthu.

3. Untuk mengetahui contoh hadits marfu, hadis mawquf, dan hadis maqthu.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN DAN PENJELASAN HADITS MARFU’

Marfu’ secara etimologis berarti yang diangkat, yang dimajukan, yang


diambil, yang dirangkaikan, dan yang disampaikan. Pendapat para ulama
berbeda dalam mendefinisikannya. Sebagian ulama mendefinisikannya sebagai
sesuatu yang disandarkan kepada nabi baik berupa perkataan, perbuatan atau
taqrir. Sedangkan Sebagian ulama lain mendefinisikan hadits yang dipindahkan
dari nabi SAW dengan menyandarkan dan mengangkat (merafa’kan)
kepadanya.1

1. Kriteria Hadits Marfu

Ciri-ciri hadits marfu’ diantaranya, jika diriwayatkan satu hadits dari


seorang sahabi, tetapi tabi’I yang menceritakan daripadanya berkata :

(a) ‫ يرفعه‬, artinya : ia merafa’kannya (kepada nabi SAW)

(b) ‫ ينميه‬, artinya : ia meriwayatkannya (kepada nabi SAW)

(c) ‫ يرويه‬, artinya : ia meriwayatkannya (dari nabi SAW)

(d) ‫ ه ٔبغلبي‬, artinya : ia menyampaikannya (kepada nabi SAW)

(e) ‫ رواية‬, artinya : dengan meriwayatkan (sampai nabi SAW)

Maka semua lafadz itu menunjukan bahwa riwayatnya menjadi marfu’.


Jika seorang shahabi berkata; (a)Telah lalu perjalanan; (b). Menurut perjalanan;
(c). Kami berbuat demikian di zaman nabi; (d). kami berbuat seperti itu,
sedangkan rasulullah masih hidup, (e) Kalau diakhir sanadnya ada ungkapan
‫( مرفوعا‬f) Hal sahabat menafsirkan Qur’an, termasuk juga dalam bahsan
marfu’. Ucapan seorang shahabi tentang Qur’an itu ada tiga macam, yakni :

1
Nurdila Nasution, Faldo Mahesa, Amsal Qori Dalimunthe, HADIST DITINJAU DARI
PENISBATANNYA, Adabiayah Islamic Journal: Jurnal Fakultas Agama IslamVol.1(2)Juli-
Desember 2023, hal 131

3
(1). Dari segi asbab al-nuzul; (2). Keterangan sahabat yang berhubungan
dengan hal yang bukan dari ijtihad atau pikiran; (3). Penafsiran seorang sahabat
yang bisa didapati dengan jalan ijtihad dan pikiran.2

2. Macam macam Hadis Marfu’

Hadits marfu’ dibagi ke dalam dua bagian yaitu :Sharih / Haqiqy, Hukmya.

A. Hadits Marfu’ Sharih

Hadits marfu sharih adalah hadits yang dengan tegas dikatakan oleh
seroang sahabat bahwa hadits tersebut didengar, dilihat dan disetujui dari
Rasulullah SAW. Hadits marfu’sharih dibagi kedalam 3 bagian, Yaitu:

1. Hadits Marfu’ Qawly Haqiqy: Hadits yang disandarkan kepada nabi


SAW berupa sabda beliau, yakni dalam bentuk beritanya dengan tegas dinyatakan
bahwa nabi telah bersabda. “Dari Umar bin Khattab ra. Berkata : Saya telah telah
mendengar Rasulullah SAW bersabda : “ Allah tidak menerima shalat dari seorang
yang tidak dalam keadaan suci dan tidak menerima sadaqah dari tipu
daya”(riwayat Muslim)”.

2. Hadits Marfu’ Fi’ly Haqiqy: Hadits marfu’ yang dengan tegas


menjelaskan perbuatan Rasulullah SAW. Contohnya : “Dari Aisyah ra berkata “
Nabi SAW pada waktu subuh masih dalam keadaan hadats junub. Kemudian
beliau mandi janabah dan pergi shalat subuh. Saya mendengar bacaan
beliaudan beliau pada waktu itu dalam keadaan puasa”.

3. Hadits Marfu’taqriry Haqiqy: Hadits marfu’ yang menjelaskan tentang


perbuatan sahabat yang dilakukan di depan Rasulullah SAW dan tidak mendapat
reaksi dari beliau, baik dengan menyetujuinya ataupun mencegahnya. “Ibnu
Abbas ra. Berkata : “kami shalat 2 rakaat setelah terbenam matahari, sedang

2
Nurdila Nasution, Faldo Mahesa, Amsal Qori Dalimunthe, HADIST DITINJAU DARI
PENISBATANNYA, Adabiayah Islamic Journal: Jurnal Fakultas Agama IslamVol.1(2)Juli-
Desember 2023, hal 132

4
Rasulullah SAW melihat kami dan beliau tidak memerintahkan kepada kami atau
mencegahnya”.

B. Hadits Marfu’ Hukmy

Hadits yang isinya tidak terang menunjukan kepada marfu’ tetapi


dihukumkan marfu’ karena bersandar kepada beberapa tanda (qarinah ).
Sebagaimana hadits marfu’ haqiqy, hadits marfu’ hukmy pun dibagi menjadi tiga
bagian, yaitu :

1. Hadits Marfu’ Qawly Hukmy: Hadits yang tidak secara tegas


disandarkan kepada Nabi tentang sabdanya, tetapi kerafha’annya dapat
diketahui karena adanya qarinah (hubungan keterangan) yang lain, bahwa
berita itu asalnya dari nabi SAW. Contoh

‫مت فق عليه‬. ‫أم ر بالل أن يشفع األذان ويوت ر اإلقامة‬: ‫عن انس رضي هلال عنه‬

“Dari Anas ra.: Bilal telah diperintahkan untuk mengucapkan lafadz-lafadz


pada azan secara genap dan pada iqamah secara ganjil.”

2. Hadits Marfu’ Fi’ly Hukmy: Hadits fi’ly yang tidak disandarkan kepada
nabi SAW. Contoh : Ibnu Umar ra. Berkata : “ Kami pada zaman ralulullahSAW
bewudhu bersama kaum wanita di bejana yang satu ( HR.Dawud)

3. Hadits Marfu’ Taqriry Hukmy: Hadits yang berisi suatu berita yang
berasal dari sahabat, kemudian diikuti dengan kata-kata : sunnatu abi qasim, atau
sunnatu nabiyyina, atau minas sunnah, atau kata-kata yang semacamnya.
Contoh: Dari Uqbah bin Amir Al-Juhany ra, bahwasanya dia
menghadap ke Umar bin Khattab, setelah dia bepergian dari Mesir. Maka
Umar bertanya kepadanya: “ sejak kapan kamu tidak melepaskan sepatu
khufmu ?” Uqbah menjawab : “Sejak jum’at sampai hari jum’at”. Umar
berkata: “ Kamu sesuai dengan sunnah”.3

3
Nurdila Nasution, Faldo Mahesa, Amsal Qori Dalimunthe, HADIST DITINJAU DARI
PENISBATANNYA, Adabiayah Islamic Journal: Jurnal Fakultas Agama IslamVol.1(2)Juli-
Desember 2023, hal 132-134

5
B. PENGERTIAN DAN PENJELASAN HADITS MAWQUF

Mauquf menurut bahasa adalah waqaf, yang artinya berhenti. Menurut


istilah hadis mawquf adalah Sesuatu yang disandarkan kepada sahabat,baik dari
pekerjaan, perkataan, dan persetujuan baik bersambung sanadnya maupun
terputus. Dapat disimpulkan bahwa hadis mawquf adalah sesuatu yang
disandarkan kepada seorang sahabat baik berupa perkataan, perbuatan,
persetujuan, baik bersambung sanadnya atau terputus.4

- Macam-macam Hadits Mauquf

Berdasarkan definisinya, hadits mauquf itu ada tiga macam, yaitu:

1. perkataan

2. perbuatan

3. persetujuan

Selain ketiga macam hadits mauquf itu, sebenarnya ada satu lagi. Yaitu
hadits mauquf marfu’ hukman. Artinya: secara zahir adalah hadits mauquf.
Namun secara hakekat merupakan hadits marfu’.5

- Contoh Hadits Mauquf

Berikut ini contoh hadits mauquf sesuai dengan macam-macamnya:

1. Hadits mauquf qaulan (berupa perkataan)

Inilah salah satu contoh hadits mauquf qaulan:

َ َّ‫ َح ِدثُوا الن‬:‫علِى‬


َ‫اس بِ َما يَ ْع ِرفُون‬ َ ‫قَا َل‬

ُ‫سولُه‬ َّ ‫ب‬
ُ ‫ّللاُ َو َر‬ َ َّ‫أَتُحِ بُّونَ أ َ ْن يُ َكذ‬

Ali bin Abi Thalib berkata:

4
Zikri Darussamin, KULIAH ILMU HADIS 1, (Yogyakarta: KALIMEDIA: 2020), hal 47
5
Ahda Bina, Hadits Mauquf: Pengertian, Contoh, Macam-Macam Dan Status
https://www.ahdabina.com/hadits-mauquf-pengertian-macam-macam-dan-contoh/ diakses pada
tanggal 2 September 2023

6
“Berbicaralah kepada orang lain dengan apa yang mereka pahami.

“Apakah engkau mau Allah dan Rasul-Nya didustakan?”(Riwayat Imam


Bukhari.)

Sedikit penjelasan atas hadits di atas yang berkata-kata dalam hadits itu
adalah Ali bin Abi Thalib bukan Rasulullah Saw. Maka disebut sebagai hadits
mauquf. Hadits di atas kemungkinan besar adalah hadits shahih. Karena Imam
Bukhari merupakan muhaddits yang paling berhati-hati dalam menetapkan standar
hadits shahih. Maksud hadits di atas, bahwa seorang ulama harus memperhatikan
kemampuan intelektual jamaah. Jangan sampai menyampaikan ilmu yang akan
membuat jamaah bingung. Inilah ilmu hikmah atau bijaksana.6

Contoh yang lain:

Diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari dalam kitab al-Adabul-Mufrad,


bahwa Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu berkata:

‫حبِب حبيبك هونًا ما‬

‫عسى أن يكون بغيضك يو ًما ما‬

‫وأبغض بغيضك هونًا ما‬

‫عسى أن يكون حبيبك يو ًما ما‬

“Cintailah orang yang engkau cintai dengan sekedarnya.Boleh jadi dia


akan menjadi orang yang engkau benci suatu hari.Dan bencilah orang yang
engkau benci dengan sekedarnya.Boleh jadi dia akan menjadi orang engkau cintai
suatu hari.”

2. Hadits mauquf fi’lan (berupa perbuatan)

Inilah contoh hadits mauquf fi’lan:

6
Ahda Bina, Hadits Mauquf: Pengertian, Contoh, Macam-Macam Dan Status
https://www.ahdabina.com/hadits-mauquf-pengertian-macam-macam-dan-contoh/
diakses pada tanggal 2 September 2023

7
َ ‫أَ َّم ا ْب ُن‬
‫عبَّاس َوه َُو ُمتَيَ ِمم‬

“Ibnu ‘Abbas menjadi imam dengan tayamum.”(HR. Bukhari)

Sedikit penjelasan tentang hadits tersebut:

– Hadits di atas termasuk hadits mauquf. Karena pelakunya adalah Ibnu ‘Abbas,
seorang shahabat. Bukan Rasulullah Saw.

– Hadits di atas disampaikan oleh Imam Bukhari sebagai pendahuluan bab


tayamum dalam Shahih Bukhari. Menunjukkan keabsahan tayamum untuk shalat
sendirian maupun sebagai imam.

– Riwayat tersebut masuk kategori shahih. Karena diriwayatkan oleh Imam


Bukhari.

Contoh yang lain:

Berikut ini perkataan Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu:

‫اتَّبِعوا وال تبتدعوا فقد ُكفيتم‬

“Hendaknya kalian bersikap ittiba’, jangan bersikap bid’ah. Karena


engkau telah tercukupi.”

Maksudnya:

Untuk beribadah, kita cukup mencontoh dan meniru apa yang dilakukan
oleh Nabi Muhammad Saw. Sikap bid’ah adalah dilarang. Khususnya dalam hal
ibadah. Jangan macam macam. Jangan membuat tata cara ibadah yang baru, Yang
tidak dicontohkan oleh Nabi Muhammad Saw. Karena tata cara kita beribadah
telah sempurna. Dengan berbagai contoh dan teladan terbaik dari Nabi
Muhammad Saw.7

3. Hadits mauquf taqriran (berupa persetujuan)

7
Ahda Bina, Hadits Mauquf: Pengertian, Contoh, Macam-Macam Dan Status
https://www.ahdabina.com/hadits-mauquf-pengertian-macam-macam-dan-contoh/
diakses pada tanggal 2 September 2023

8
Ada seorang tabi’in berkata, “Aku melakukan sesuatu di hadapan para
shahabat. Mereka tidak menyalahkanku.” Ketika tidak ada shahabat yang menegur
perbuatan tabi’in tersebut, berarti para shahabat itu setuju. Diamnya para shahabat
itu berarti mereka setuju. Artinya, perbuatan tabi’in itu tidak ada masalah.8

C. PENGERTIAN DAN PENJELASAN HADITS MAQTHU

ْ َ‫ط َع يُقَ ِط ُع ق‬
ُ ‫طعًا قَاطِ ع َو َم ْق‬
Menurut bahasa kata maqthu‟ berasal dari kata ‫ط ْوع‬ َّ َ‫ق‬
yang berarti terpotong atau teputus, lawan dari kata maushul yang berarti
bersambung. Kata terputus ini dimaksudkan tidak sampai kepada Rasulullah saw,
tetapi hanya sampai kepada tabi’in saja. Menurut Ibnu Hajar Al Asqallani, hadis
maqthu' berarti sesuatu yang disandarkan kepada tabi'in, baik perkataan maupun
perbuatan mereka, dan tidak memiliki tanda yang menunjukkan bahwa ia sampai
kepada Rasulullah Saw atau kepada Sahabat Nabi Sallahu alaihi wasallam.
Dengan demikian, penjelasan ini menunjukkan bahwa hadis ini disandarkan kepada
tabi'in dan tidak disandarkan kepada orang lain selain tabi'in.9

Menurut istilah hadis maqthu‟ adalah

‫ْف ِإلَيالتابعي أو من دونه من قول أو فعل‬ ِ ُ ‫َما ا‬


َ ‫ضي‬

“Sesuatu yang disandarkan kepada seorang tabi‟in dan orang setelahnya daripada
Tabi’in kemudian orang-orang setelah mereka, baik berupa perkataan atau
perbuatan dan sesamanya”.

Perbedaan antara hadis maqthu’ dengan munqathi’ adalah bahwasannya al-


maqthu’ adalah bagian dari sifat matan, sedangkan al-munqathi’ bagian dari sifat
sanad. Hadis yang maqthu’ itu merupakan perkataan tabi’in atau orang yang di

8
Ahda Bina, Hadits Mauquf: Pengertian, Contoh, Macam-Macam Dan Status
https://www.ahdabina.com/hadits-mauquf-pengertian-macam-macam-dan-contoh/
diakses pada tanggal 2 September 2023

9
Mohd Hafizzan Bin Ramli, Hadith Maqtu’, Syaz dan Maudhu, http://hr86.weebly.com/hadith-
maqtursquo-syaz-dan-
maudhursquo.html#:~:text=c)%20Hadis%20maqthu'%20adalah%20segala,baik%20bersambung%
20sanadnya%20maupun%20terputus, diakses pada tanggal 3 September 2023

9
bawahnya, dan bisa jadi sanadnya bersambung sampai kepadanya. Sedangkan
munqathi’ sanadnya tidak bersambung dan tidak ada kaitannya dengan matan.

Dari berbagai definisi di atas dapat kita fahami bahwa segala sesuatu yang
disandarkan kepada tabi‟in atau orang setelahnya, baik perkataan, perbuatan, atau
persetujuannya, bersambung sanadnya maupun terputus disebut dengan hadis
maqthu’.

1). Macam-Macam Hadist Maqthu’

- Maqthu’ Qauli (perkataan).“Dari ‘Abdillah bin Sa’id bin Abi Hindin, ia


berkata : aku pernah bertanya kapada Sa’id bin Musayyib bahwasanya si
fulan bersin, padahal imam sedang berkhutbah, lalu orang lain
mengucapkan yarhamukallah (bolehkah yang demikian?) jawab Sa’id bin
Musayyib : perintahlah kepadanya, supaya jangan berkali-kali diulang.” (Al-
Atsar) Sa’id bin Musayyib adalah seorang tabi’in dan hadis di atas adalah hadis
maqthu’. Tidak mengandung hukum.

- Maqthu’ Fi’li (perbuatan). “Dari Qatadah ia berkata : adalah Sa’id bin


Musayyib pernah shalat dua rakaat sesudah ashar”. (Al-Muhalla) Sa’id bin
Musayyib adalah seorang tabi’in dan hadis di atas adalah hadis maqthu’ berupa
cerita tentang perbuatannya yang tidak mengandung hukum.

- Maqthu’ Taqriri. “Dari Hakam bin Utaibah, ia berkata: adalah


seorang hamba mengimami kami dalam masjid itu, sedang Syuraihjuga shalat di
situ”. (Al-Muhalla), Syuraih ialah seorang tabi’in. Riwayat hadis ini
menunjukkan bahwa Syuraih membenarkan seorang hamba menjadi imam.

Contoh Hadis Maqthu’:

a) Hadis maqthu’ qauli (yang berupa perkataan) seperti perkataan Hasan al Bashri
tentang sholat di belakang ahli bid’ah:

‫صل وعليه بدعته‬

“Shalatlah dan dialah yang menanggung bid’ahnya”

10
b) Hadis maqthu’ fi’li (yang berupa perbuatan) seperti perkataan Ibrahim bin

Muhammad al-Muntasyir.

‫كان مسروق يرخي الستر بينه وبين أهله ويقبل على صالته ريخليهم ودنياهم‬

“Masruq membentangkan pembatas antara dia dan keluarganya (istrinya) dan


menghadapi shalatnya, dan membiarkan mereka dengan dunia mereka”

c) Hadis maqthu‟ taqriri (yang berupa persetujuan) seperti perkataan Hakam bin

‘Utaibah, ia berkata: “Adalah seorang hamba mengimami kami dalam mesjid itu,
sedang syuraih (juga) shalat disitu.” Syuraih adalah seorang tabi`in. Riwayat hadis
ini menunjukan bahwa Syuraih membenarkan seorang hamba tersebut untuk
menjadi imam.

- Kehujjahan Hadis Maqthu’

Hadis maqthu’ tidak dapat dijadikan hujjah dalam hukum syara‟ karena
bukan yang datang dari Rasulullah saw, hanya perkataan atau perbuatan sebagian
atau salah seorang umat Islam.

Oleh karena itu hadis maqthu’ tidak dapat dijadikan sebagai hujjah atau
dalil untuk menetapkan suatu hukum dan bahkan lebih lemah dari hadis mauquf,
karena status dari perkataan tabi’in sama dengan perkataan ulama lainnya.10

10
Mohd Hafizzan Bin Ramli, Hadith Maqtu’, Syaz dan Maudhu, http://hr86.weebly.com/hadith-
maqtursquo-syaz-dan-
maudhursquo.html#:~:text=c)%20Hadis%20maqthu'%20adalah%20segala,baik%20bersambung%
20sanadnya%20maupun%20terputus, diakses pada tanggal 3 September 2023

11
BAB III
Kesimpulan

Hadits merupakan salah satu sumber hukum atau sumber ajaran Islam
yang kedua setelah Al-Quran. Klasifikasi hadits juga bisa ditinjau dari segi
sumber nisbat matan suatu Hadits. Klasifikasi Hadits dilihat dari sumber berita
memiliki arti yang sama dengan ungkapan dalam bukunya Ulumul Hadits, yaitu:
Hadits Maqthu, Hadits Marfu, Hadits Mauquf, dan Hadits Maqthu. Hdis Marfu
adalah sesuatu yang disandarkan kepada nabi baik berupa perkataan, perbuatan
atau taqrir. Hadis Mawquf adalah Sesuatu yang disandarkan kepada sahabat,baik
dari pekerjaan, perkataan, dan persetujuan baik bersambung sanadnya maupun
terputus. Hadis maqthu adalah sesuatu yang disandarkan kepada seorang tabi‟in
dan orang setelahnya daripada Tabi’in kemudian orang-orang setelah mereka, baik
berupa perkataan atau perbuatan dan sesamanya.

PENUTUP

Syukur alhamdulillah penulisan makalah ini dapat berjalan dengan lancar


tanpa ada halangan yang berarti. Selanjutnya kami ucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu menyelesaikan makalah ini.
Hanya penjelasan ini yang dapat kami berikan semoga dapat menjadi suatu
pembelajaran dan pengetahuan. Karena bukan hanya dari makalah ini kita
mengambil referensi tetapi semoga makalah ini hanya menjadi pengantar materi
Mata Kuliah ilmu hadis.

12
DAFTAR PUSTAKA

Nasution, N., Mahesa, F., & Dalimunthe, A. Q. (2023). HADIST DITINJAU DARI
PENISBATANNYA. Adabiyah Islamic Journal, 1(2), 129-140.

Darussamin, Z. (2020). Kuliah Ilmu Hadis I.

Bina, Ahda. (2021). Hadits Mauquf: Pengertian, Contoh, Macam-macam dan Status.
Diakses 2 September 2023, dari https://www.ahdabina.com/hadits-mauquf-pengertian-
macam-macam-dan-contoh/

Bin Ramli, Mohd Hafizzan. (2023). Diakses 3 September 2023, dari


http://hr86.weebly.com/hadith-maqtursquo-syaz-dan-
maudhursquo.html#:~:text=c)%20Hadis%20maqthu'%20adalah%20segala,baik%20bersambu
ng%20sanadnya%20maupun%20terputus

13

Anda mungkin juga menyukai