(KOMPILASI MATERI)
DISUSUN OLEH :
AFI 2A
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................3
1. Pengertian Hadits & Hubungannya Dengan Al-Qur’an..........................3
2. Kedudukan Hadis Dan Ingkarsunnah.......................................................4
3. Sejarah Pengumpulan Hadits.....................................................................5
4. Model Periwayatan Hadits.........................................................................6
5. Istilah Istilah Dalam Ilmu Hadis................................................................7
6. Istilah-istilah Dalam Ilmu Hadist...............................................................7
7. Jarh Wa Ta’dil.............................................................................................8
8. Takhrij Hadits..............................................................................................9
9. Hadis Mutawatir Dan Hadis Ahad...........................................................10
A. Pengertian Klasifikasi Dan Contoh Dari Hadist Shahih,Hasan,Dhaif. .11
B. Hadits Dhoif...............................................................................................13
C. Hadist Maudhu Dan Permasalahanya.....................................................14
D. Macam - Macam Hadis Dari Berbagai Tinjauan....................................15
3
1. Pengertian Hadits & Hubungannya Dengan Al-Qur’an
Hadis merupakan sumber berita yang datang dari Nabi
Muhammad SAW dalam segala bentuk, baik berupa perkataan,perbuatan,
maupun sikap persetujuan.Sunnah menurut ulama hadis lebih bersifat
umum, yaitu meliputi segala sesuatu yang datang dari Nabi dalam bentuk
apa pun,baik berkaitan dengan hukum atau tidak. Sedangkan sunnah
menurut ulama ushul fiqh dibatasi pada hal-hal yang berkaitan dengan
hukum saja dan yang tidak berkaitan dengan hukum seperti amal
mubahat seperti makan, minum, duduk, berdiri, jongkok, dan lain-lain
tidak termasuk sunnah.Mayoritas ulama melihat hadis lebih khusus yang
datang dari Nabi, sedangkan khabar sesuatu yang datang darinya dan dari
yang lain, termasuk berita-berita umat terdahulu, para Nabi dan lain-lain.
Menurut ahli hadis, atsar adalah sesuatu yang disandarkan kepada Nabi
Muhammad SAW (marfu’), para sahabat (mawquf), dan ulama salaf.
Keterangan hadits
َأْو َو ْص ٍف، َأْو َتْقِر ْيٍر، َأْو ِفْع ٍل، َم ا ُأِض ْيُف ِإَلى الَّنِبِّي َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم ِم ْن َقْو ٍل
4
2. Kedudukan Hadis Dan Ingkarsunnah
Ingkar Sunnah adalah paham atau pendapat perorangan atau
kelompok bukan gerakan atau aliran, ada kemungkinan paham ini dapat
menerima sunnah selain sebagai sumber hukum Islam, misalnya sebagai
fakta sejarah, budaya, tradisi dan lain lain. Namun perlu ditekankan
bahwa adanya Inkar Sunnah setidaknya mengharuskan dilakukannya
suatu pembelajaran kembali yang lebih matang mengenai tafsir Qur’an
yang benar dan adanya peninjauan kembali untuk menghadirkan analisa-
analisa terhadap kebenaran- kebenaran penyampaian hadits/sunnah yang
tidak menekankan keterbukaan pemikiran yang sebenarnya dapat
membantu kehidupan. Sehingga hidup yang dilandaskan pada Al-Qur’an
dapat benar-benar terrealisasikan tanpa adanya kekakuan pemikiran yang
tidak terbuka terhadap pemahaman Al-Qur’an itu sendiri, sebab di dalam
Al-Qur’an juga terdapat beberapa ayat yang memerlukan penjelasan dari
penerima wahyu itu sendiri.
5
tanda ingatan mereka yang kuat. Para sahabat menyadari bahwa selain
wahyu Allah, yaitu Alquran yang menjadi ajaran utama Islam, ada juga
aturan lain yang menjadi pedoman dan standar perilaku mereka—sesuatu
yang diturunkan dari Nabi.
6
macam cara penerimaan riwayaat hadits yaitu Al-sama, Al-Qiro’ah, Al-
ijazah, Al-Munawalah, Al-kitabah, Al-I’lam, Al-washyyah, Al-Wijdah.
7
6. Istilah-istilah Dalam Ilmu Hadist
Sunnah secara etimologis sunnah dapat diartikan sebagai jalan
(al-tariqah), yaitu jalan religious yang ditempuh oleh nabi SAW dalam
perjalanan hidupnya yang suci.
Khabar adalah apa yang datang dari nabi, baik yang Marfu’ (yang
disandarkan kepada Nabi), yang Mauquf (yang disandarkan kepada
sahabat), maupun yang maqthu’ (yang disandarkan pada tabi’in).
7. Jarh Wa Ta’dil
Jarh wa Ta'dil adalah metode penilaian terhadap perawi hadits.
Istilah ini terdiri dari dua komponen, yaitu "jarh" yang merujuk pada
kritik terhadap kelemahan atau ketidakpercayaan seorang perawi, dan
"ta'dil" yang merujuk pada penilaian yang memuji kejujuran,
kecerdasan, dan integritas seorang perawi.Dalam proses jarh wata'dil,
ulama hadits melakukan penelitian dan analisis terhadap kehidupan
dan karakter perawi, seperti integritas moral, kecerdasan, kejujuran,
keadilan, dan keandalan dalam menyampaikan hadits. Penilaian jarh
wa ta'dil dilakukan untuk menentukan kepercayaan dan keandalan
8
perawi hadits, sehingga dapat menentukan kekuatan atau kelemahan
suatu hadits dalam rangka menentukan keabsahan dan kewajiban
menerapkannya dalam ajaran agama Islam
هو العلم الذي يبحث في أحوال الرواة من حيث قبول روايتهم أوردها
Artinya ialah ilmu yang membahas hal ihwal para perawi dari segi diterima
atau ditolak periwayatannya
8. Takhrij Hadits
Sedang pengertian takhrij al-hadits menurut istilah ada beberapa
pengertian, di antaranya ialah: Suatu keterangan bahwa hadits yang
dinukilkan ke dalam kitab susunannya itu terdapat dalam kitab lain yang
telah disebutkan nama penyusunnya. Dari sekian banyak pengertian
takhrij di atas, yang dimaksud takhrij dalam hubungannya dengan
9
kegiatan penelitian hadits lebih lanjut, maka takhrij berarti “penelusuran
atau pencarian hadits pada berbagai kitab-kitab koleksi hadits sebagai
sumber asli dari hadits yang bersangkutan, yang di dalam sumber
tersebut dikemukakan secara lengkap matan dan matarantai sanad yang
bersangkutan.
10
9. Hadis Mutawatir Dan Hadis Ahad
Keterangan Hadits Mutawatir
َم ا َر َو اُه َجْم ُع َع ْن َجْم ِع ُتِح ْيُل الَع اَد َة َتَو اُظُؤُهْم َع َلى اْلَك ِذِب
Hadits dilihat dari segi kuantitas sanadnya dibagi menjadi dua, yaitu
Mutawatir dan Hadits Ahad.
وال علة، من غير شذوذ، عن مثله إلى منتهاه،ما اتصل سنده بنقل العدل الضابط
ُهَو َم ا اَّتَصَل َس َنُد ُه ِبَنْقِل ْالَع ْد ِل اّلِذ ي َقَّل َض ْبُطُه َو َخ َّال ِم َن الُّش ُذ ْو ِذ َو ْالِع َّلِه
12
Contoh hadits sohih
((َم ْو ِض ُع َس ْو ٍط ِفي اْلَج َّن ِة َخْي ٌر ِم َن ال•ُّد ْنَيا َو َم ا: َسِم ْع ُت الَّنِبَّي َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َيُق وُل: ْن َس ْهٍل َقاَل
) َو َلَغْد َو ٌة ِفي َس ِبيِل ِهَّللا َأْو َر ْو َح ٌة َخْيٌر ِم َن الُّد ْنَيا َو َم ا ِفيَها،ِفيَها
Dari Sahl bin sa'ad As-Sa'idy ia berkata, Aku mendengar Nabi shallallahu ala
ihiwasallambersabda:
" Tempat cemeti di surga lebih baik daripada dunia dan seisinya. Berpagi har
i atau sore hari di jalan ALLAH lebih baik daripada dunia dan seisinya."
َأْع َم اُر ُاَّمِتي َم ا َبْيَن الِّس ِّتْيَن ِالَي الَّسْبِع ْيَن َو َأَقُّلُهْم َم ْن َيُجْو ُز َذ اِلَك
“Usia umatku antara 60 sampai 70 tahun dan sedikit sekali yang melebihi d
emikian itu."
B. Hadits Dhoif
Hadist dhoif Banyak macam cacat yang dapat menimpa rawi ataupun
matan. Seperti pendusta, fasiq, tidak dikenal, dan berbuat bid’ah yang
masing masing dapat menghilangkan sifat adil pada rawi. Sering keliru,
banyak waham, hafalan yang buruk, atau lalai dalam mengusahakan
hafalannya, dan menyalahi rawi-rawi yang dipercaya. Ini dapat
menghilangkan sifat dhabith pada perawi. Adapun cacat pada matan,
misalkan terdapat sisipan di tengah-tengah lafadz hadits atau
diputarbalikkan sehingga memberi pengertian yang berbeda dari maksud
lafadz yang sebenarnya.
13
هو كل حديث لم تجتمع فيه صفات القبول
ِإَذ ا َر َأْيُتْم الَّرُج َل َيْعَتاُد اْلَم ْس ِج َد َفاْش َهُدوا َلُه ِباِإْل يَم اِن
“Bila kalian melihat seorang lelaki yang biasa ke masjid maka saksikanlah
bahwa dia orang beriman.”
1. Hadis maudhu adalah hadis palsu yang tidak benar-benar berasal dari
Nabi Muhammad SAW. Hadis ini dibuat atau diada-adakan oleh indi
vidu atau kelompok dengan maksud untuk mempengaruhi atau menyi
mpang dari ajaran Islam yang sebenarnya.
2. Hadis maudhu sering kali memiliki konten yang tidak konsisten deng
an Al-Quran atau ajaran Islam yang lain, serta dapat bertentangan den
gan nilai-nilai dan prinsip-prinsip agama.
3. Penyebaran hadis maudhu dapat menyebabkan kerancuan dalam pem
ahaman agama dan dapat mengarah pada praktik-praktik atau keyakin
an yang salah.
4. Identifikasi hadis maudhu merupakan tugas penting dalam ilmu hadis.
Para ulama hadis melakukan penelitian dan analisis yang cermat terh
adap sanad (rantai perawi) dan matan (isi) hadis untuk menentukan k
easlian dan keabsahan suatu hadis.
5. Beberapa faktor yang dapat mengindikasikan keberadaan hadis maud
hu antara lain: kelemahan dalam sanad, perawi yang tidak terpercaya,
adanya perbedaan yang signifikan dengan ajaran agama yang telah m
14
apan, serta tidak adanya kesesuaian dengan prinsip-prinsip logika dan
keadilan.
6. Penyebaran hadis maudhu merupakan masalah serius yang perlu diha
dapi oleh umat Islam. Untuk melawan penyebaran hadis maudhu, dip
erlukan pendidikan yang baik dan pemahaman yang benar terhadap
metode dan kriteria penilaian hadis yang sahih.
7. Para ulama hadis dan cendekiawan Islam terus berusaha untuk mengi
dentifikasi, mengklasifikasikan, dan membantah hadis maudhu melal
ui penelitian yang mendalam dan publikasi karya-karya ilmiah.
Kesimpulannya, hadis maudhu merupakan hadis palsu yang tidak berasal dar
i Nabi Muhammad SAW. Penyebaran hadis maudhu dapat menyebabkan ker
ancuan dalam pemahaman agama dan perlu diidentifikasi serta ditangani den
gan serius oleh para ulama dan umat Islam.
Artinya barang siapa yang mengenal dirinya, berarti dia telah mengenal
tuhan
Dari tinjauan sumber berita, kita dapat memahami bahwa hadis dapat
dilihat dari perspektif sumber berita yang menyampaikan peristiwa atau perk
ataan Nabi Muhammad SAW. Hadis yang dilihat dari sumber berita dapat m
15
emberikan pemahaman tentang peristiwa dan situasi tertentu pada masa Rasu
lullah SAW.Dalam tinjauan persambungan sanad, hadis dapat diklasifikasika
n berdasarkan sambungan sanad atau rantai perawi. Kualitas sambungan sana
d, keabsahan perawi, dan penilaian kritik hadis menjadi penting dalam mene
ntukan kekuatan dan keotentikan hadis.Pengertian hadis muttasil, marfu', ma
uquf, maqthu', dan sejenisnya memberikan pemahaman tentang status dan ka
rakteristik hadis berdasarkan persambungan sanadnya.
16