Anda di halaman 1dari 16

ULUMUL HADITS

(KOMPILASI MATERI)

DISUSUN OLEH :

Nabila Firliya Zahra – 221310005

AFI 2A

JURUSAN AQIDAH FILSAFAT ISLAM

FAKULTAS USHULUDDIN DAN ADAB

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN MAULANA


HASANUDDIN BANTEN

TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh. Saya panjatkan Puji


syukur kehadirat Allah SWT. Yang telah memberikan rahmat serta karunia-
nya sehingga buku ini dapat selesai tepat waktu dan baik.

Saya selaku penulis mengucapkan Terima Kasih kepada Dosen pengampu.


Berkat tugas yang diberikan ini, dapat menambah wawasan saya tentang
topik yang diberikan.

Saya menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan masih banyak


kekurangan. Maka dari itu saya selaku penulis memohon maaf atas
ketidaksempurnaan yang pembaca temukan dalam buku ini. Semoga
kedepannya buku yang saya buat bisa jauh lebih sempurna, Terimakasih.

Serang, 01 Juni 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................3
1. Pengertian Hadits & Hubungannya Dengan Al-Qur’an..........................3
2. Kedudukan Hadis Dan Ingkarsunnah.......................................................4
3. Sejarah Pengumpulan Hadits.....................................................................5
4. Model Periwayatan Hadits.........................................................................6
5. Istilah Istilah Dalam Ilmu Hadis................................................................7
6. Istilah-istilah Dalam Ilmu Hadist...............................................................7
7. Jarh Wa Ta’dil.............................................................................................8
8. Takhrij Hadits..............................................................................................9
9. Hadis Mutawatir Dan Hadis Ahad...........................................................10
A. Pengertian Klasifikasi Dan Contoh Dari Hadist Shahih,Hasan,Dhaif. .11
B. Hadits Dhoif...............................................................................................13
C. Hadist Maudhu Dan Permasalahanya.....................................................14
D. Macam - Macam Hadis Dari Berbagai Tinjauan....................................15

3
1. Pengertian Hadits & Hubungannya Dengan Al-Qur’an
Hadis merupakan sumber berita yang datang dari Nabi
Muhammad SAW dalam segala bentuk, baik berupa perkataan,perbuatan,
maupun sikap persetujuan.Sunnah menurut ulama hadis lebih bersifat
umum, yaitu meliputi segala sesuatu yang datang dari Nabi dalam bentuk
apa pun,baik berkaitan dengan hukum atau tidak. Sedangkan sunnah
menurut ulama ushul fiqh dibatasi pada hal-hal yang berkaitan dengan
hukum saja dan yang tidak berkaitan dengan hukum seperti amal
mubahat seperti makan, minum, duduk, berdiri, jongkok, dan lain-lain
tidak termasuk sunnah.Mayoritas ulama melihat hadis lebih khusus yang
datang dari Nabi, sedangkan khabar sesuatu yang datang darinya dan dari
yang lain, termasuk berita-berita umat terdahulu, para Nabi dan lain-lain.
Menurut ahli hadis, atsar adalah sesuatu yang disandarkan kepada Nabi
Muhammad SAW (marfu’), para sahabat (mawquf), dan ulama salaf.

Bentuk-bentuk hadis ada 5 di antaranya adalah hadis Qauli, hadis


Fi’li, hadis Taqriri, hadis Ahwali, hadis Hammi. Hadis dilihat dari
sandarannya ada dua; pertama, disandarkan pada Nabi sendiri disebut
Hadis Nabawi, kedua, disandarkan kepada Tuhan yang disebut Hadis
Qudsi.Secara umum fungsi hadis terhadap al-Qur’an adalah untuk
menjelaskan makna dan kandungan al-Qur’an yang sangat dalam dan
global.

Keterangan hadits

‫ َأْو َو ْص ٍف‬، ‫ َأْو َتْقِر ْيٍر‬، ‫ َأْو ِفْع ٍل‬، ‫َم ا ُأِض ْيُف ِإَلى الَّنِبِّي َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم ِم ْن َقْو ٍل‬

Adalah segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi


wasallam baik ucapan, perbuatan, persetujuan, maupun sifat.

4
2. Kedudukan Hadis Dan Ingkarsunnah
Ingkar Sunnah adalah paham atau pendapat perorangan atau
kelompok bukan gerakan atau aliran, ada kemungkinan paham ini dapat
menerima sunnah selain sebagai sumber hukum Islam, misalnya sebagai
fakta sejarah, budaya, tradisi dan lain lain. Namun perlu ditekankan
bahwa adanya Inkar Sunnah setidaknya mengharuskan dilakukannya
suatu pembelajaran kembali yang lebih matang mengenai tafsir Qur’an
yang benar dan adanya peninjauan kembali untuk menghadirkan analisa-
analisa terhadap kebenaran- kebenaran penyampaian hadits/sunnah yang
tidak menekankan keterbukaan pemikiran yang sebenarnya dapat
membantu kehidupan. Sehingga hidup yang dilandaskan pada Al-Qur’an
dapat benar-benar terrealisasikan tanpa adanya kekakuan pemikiran yang
tidak terbuka terhadap pemahaman Al-Qur’an itu sendiri, sebab di dalam
Al-Qur’an juga terdapat beberapa ayat yang memerlukan penjelasan dari
penerima wahyu itu sendiri.

3. Sejarah Pengumpulan Hadits


Hadits disebut sebagai “masa turunnya wahyu” dan “masa
terbentuknya masyarakat Islam” pada masa Nabi Muhammad SAW.
Karena merekalah yang pertama kali mewarisi ajaran Islam dari Nabi,
maka para sahabat kala itu menuntut keseriusan dan kehati-hatian.
Perbuatan, perkataan, dan pilihan nabi mengenai perbuatan para
sahabatnya memberikan penjelasan atas wahyu yang diturunkan Allah
kepadanya. Sehingga penglihatan dan perkataan para rasul menjadi
pedoman ibadah dan amalan mereka. Mayoritas sahabat yang tinggal
bersama Nabi saat itu adalah orang Arab Badui yang tidak bisa membaca
atau menulis tetapi memiliki ingatan yang sangat baik. Mereka mampu
mengingat silsilah nenek moyang mereka, peristiwa yang mereka alami,
serta puisi dan khotbah yang mereka dengar, yang semuanya merupakan

5
tanda ingatan mereka yang kuat. Para sahabat menyadari bahwa selain
wahyu Allah, yaitu Alquran yang menjadi ajaran utama Islam, ada juga
aturan lain yang menjadi pedoman dan standar perilaku mereka—sesuatu
yang diturunkan dari Nabi.

Mustafa Azami mengatakan bahwa Nabi menceritakan hadits


kepada para sahabatnya dengan tiga cara: Hadits pertama kali
dikomunikasikan secara lisan oleh Nabi. Hadits yang disampaikan
Rasulullah kepada para sahabat dilakukan di lokasi al Arqom bin Abdi
Manaf melalui sabdanya. Kadang-kadang, meski hadits itu sederhana
untuk diingat, Rasulullah mengulangi kata-katanya berkali-kali. Kedua,
Nabi mengkomunikasikan hadits melalui tulisan. Para sahabat yang ahli
menulis menerima dikte dari Nabi. Makalah ini membahas tentang surat-
surat yang akan diterima oleh raja, penguasa, atau gubernur Muslim
dalam bentuk ketentuan hukum Islam seperti zakat atau ritual lainnya.
Ketiga, perbuatan Nabi yang menyampaikan hadis. Rasulullah
mempraktekkan langsung di depan para sahabatnya untuk
memperagakan contoh-contoh ibadah yang bersifat global, seperti shalat,
wudhu, haji, dan amalan sejenis lainnya.

4. Model Periwayatan Hadits


Model periwayatan hadits meliputi bahasan syarat seorang
menjadi perawi hadits yang mana harus berakal, cakap/cermat, adil, dan
Islam. Hal-hal tersebut merupakan syarat syarat yang mutlak untuk
menjadi seorang perawi agar riwayatnya dapat diterima. Tahammul Wal
Ada’ adalah kegiatan menyampaikan riwayat hadits beserta sanad dan
matannya. Dalam penyampaian dan penerimaan hadits terdapat syarat,
metode,dan bentuk-bentuk sighat Tahammul Wal Ada’. Dan ada delapan

6
macam cara penerimaan riwayaat hadits yaitu Al-sama, Al-Qiro’ah, Al-
ijazah, Al-Munawalah, Al-kitabah, Al-I’lam, Al-washyyah, Al-Wijdah.

Adapun hadits diriwayatkan secara lafadz dan makna. Disusul


dengan bahasan terkait istila-istilah dalam periwayatan hadits, bahkan
gelar-gelar yang diberikan pada ulama hadits. Kiranya hal-hal tersebut
yang bisa penyusun sajikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat dalam
menambah wawasan untuk mahasiswa khususnya dan untuk masyarakat
umumnya.

5. Istilah Istilah Dalam Ilmu Hadis


a. Macam-Macam Studi Ilmu Hadist

Pada dasarnya, Ilmu Hadist dibagi menjadi dua kelompok


besar, yaitu Ilmu Hadist Riwayah dan Ilmu Hadist Dirayah. Setiap
kelompok dari Ilmu Hadist ini memiliki cakupan kajian yang secara
materi berbeda satu sama lain.

A. Ilmu Hadist Riwayah


‘Ajjaj al-Khatib memberikan definisi Ilmu Hadist adalah
ilmu yang membahas segala hal yang disandarkan pada
Nabi SAW baik berupa perkataan, perbuatan, ketetapan,
serta sifat-sifat jasmaniah maupun akhlaqiah.
B. Ilmu Hadist Dirayah
Ilmu Hadist Dirayah atau sering pula disebut dengan
Ulum Al-Hadist, Ushul Al-Hadist, Mustalah Al-Hadist
dan Ilmu Ushul Riwayah Al-Hadist adalah jenis Ilmu
Hadist yang ke dua.

7
6. Istilah-istilah Dalam Ilmu Hadist
Sunnah secara etimologis sunnah dapat diartikan sebagai jalan
(al-tariqah), yaitu jalan religious yang ditempuh oleh nabi SAW dalam
perjalanan hidupnya yang suci.

Khabar adalah apa yang datang dari nabi, baik yang Marfu’ (yang
disandarkan kepada Nabi), yang Mauquf (yang disandarkan kepada
sahabat), maupun yang maqthu’ (yang disandarkan pada tabi’in).

Atsar menurut fuqaha, atsar adalah perkataan-perkataan Ulama’


Salaf, Sahabat, Tabi’in dan lain-lain.

Secara bahasa, sanad diartikan sebagai sandaran (mu’tamad) atau


sesuatu yang dijadikan sandaran. Matan (matnul hadits) berarti materi
berita yang berupa sabda, perbuatan, atau taqrir Nabi SAW. yang terletak
setelah sanad yang terakhir.

Rawi ialah: orang yang menyampaikan atau menuliskan alam


suatu kitab apa yang pernah didengar atau diterimanya dari seseorang
(gurunya).

7. Jarh Wa Ta’dil
Jarh wa Ta'dil adalah metode penilaian terhadap perawi hadits.
Istilah ini terdiri dari dua komponen, yaitu "jarh" yang merujuk pada
kritik terhadap kelemahan atau ketidakpercayaan seorang perawi, dan
"ta'dil" yang merujuk pada penilaian yang memuji kejujuran,
kecerdasan, dan integritas seorang perawi.Dalam proses jarh wata'dil,
ulama hadits melakukan penelitian dan analisis terhadap kehidupan
dan karakter perawi, seperti integritas moral, kecerdasan, kejujuran,
keadilan, dan keandalan dalam menyampaikan hadits. Penilaian jarh
wa ta'dil dilakukan untuk menentukan kepercayaan dan keandalan

8
perawi hadits, sehingga dapat menentukan kekuatan atau kelemahan
suatu hadits dalam rangka menentukan keabsahan dan kewajiban
menerapkannya dalam ajaran agama Islam

Keterangan Jarh Wa Ta’dil

‫هو العلم الذي يبحث في أحوال الرواة من حيث قبول روايتهم أوردها‬

Artinya ialah ilmu yang membahas hal ihwal para perawi dari segi diterima
atau ditolak periwayatannya

Dalam penilaian jarh wa ta'dil, terdapat berbagai tingkatan kepercaya


an dan penilaian terhadap perawi, seperti "thiqah" (terpercaya), "saduq" (juju
r), "munkar al-hadith" (tidak dapat dipercaya dalam hadits), "majhul al-hal"
(tidak diketahui keadaannya), dan sebagainya.Penilaian jarh wa ta'dil dilakuk
an dengan hati-hati dan berdasarkan kriteria-kriteria yang ditetapkan oleh par
a ulama hadits, seperti kejujuran dan konsistensi perawi dalam meriwayatkan
hadits, serta kesesuaian riwayat perawi dengan aturan-aturan metode ilmiah
dalam Ilmu Hadits Kesimpulannya, jarh wa ta'dil adalah metode penilaian ya
ng digunakan dalam Ilmu Hadits untuk menilai kepercayaan dan keandalan p
erawi hadits. Melalui penilaian ini, para ulama hadits dapat membedakan had
its yang kuat dan dapat diterima (sahih) dari hadits yang lemah atau tidak da
pat diandalkan (dhaif).

8. Takhrij Hadits
Sedang pengertian takhrij al-hadits menurut istilah ada beberapa
pengertian, di antaranya ialah: Suatu keterangan bahwa hadits yang
dinukilkan ke dalam kitab susunannya itu terdapat dalam kitab lain yang
telah disebutkan nama penyusunnya. Dari sekian banyak pengertian
takhrij di atas, yang dimaksud takhrij dalam hubungannya dengan

9
kegiatan penelitian hadits lebih lanjut, maka takhrij berarti “penelusuran
atau pencarian hadits pada berbagai kitab-kitab koleksi hadits sebagai
sumber asli dari hadits yang bersangkutan, yang di dalam sumber
tersebut dikemukakan secara lengkap matan dan matarantai sanad yang
bersangkutan.

1. Metode Takhrij Hadis menurut lafazh pertama adalah metode


berdasarkan urutan huruf hijaiyah dan abjad matan hadits.
2. Metode Takhrij menurut Lafazh-Lafazh yang Terdapat dalam
Hadis Menurut lafazh hadits, metode takhrij hadits didasarkan
pada kata-kata dalam matan hadits, baik berupa kata benda
maupun kata kerja.

Kelebihan metode ini antara lain dapat mencari hadits dengan


menggunakan kata kunci apapun yang terdapat dalam hadits, membatasi
hadits pada kitab-kitab utama dengan menyebutkan nama kitab, juz, bab, dan
halaman, serta mempercepat proses pencarian.Membaca berbagai kitab, yang
biasanya tidak menampilkan teks hadis sesuai dengan perawinya masing-
masing, merupakan metode yang efektif untuk menemukan matan hadis yang
berkaitan dengan suatu masalah tertentu.

Pendekatan ini berpotensi untuk memperkenalkan pentakhrij pada


hadits lain yang sesuai dengan hadits yang dicari. Oleh karena itu, pentakhrij
menggunakan metode ini tidak terbayangkan, terutama dengan asumsi poin
tersebut mengandung hadis itu banyak; sering pengertian pentakhrij tidak
sesuai pemahaman penyusun buku, mengingat penyusun buku menempatkan
hadits pada tema itu mengejutkan oleh pentakhrij.

10
9. Hadis Mutawatir Dan Hadis Ahad
Keterangan Hadits Mutawatir

‫َم ا َر َو اُه َجْم ُع َع ْن َجْم ِع ُتِح ْيُل الَع اَد َة َتَو اُظُؤُهْم َع َلى اْلَك ِذِب‬

Artinya: "Hadits mutawatir merupakan hadits yang diriwayatkan oleh


sejumlah besar perawi yang menurut adat, mustahil mereka bersepakat
terlebih dahulu untuk berdusta."

Hadits dilihat dari segi kuantitas sanadnya dibagi menjadi dua, yaitu
Mutawatir dan Hadits Ahad.

1. Hadits Mutawatir dibagi menjadi dua yaitu mutawatir lafdzi dan


mutawatir ma’nawi
2. Syarat hadits mutawatir antara lain ada tiga, yaitu:
a. Harus diriwayatkan oleh banyak jalur perawi, yang menurut
adat kebiasaan tidak mungkin sepakat berdusta.
b. Periwayatan yang dilakukan harus berdasarkan panca indra.
c. Adanya keseimbangan jumlah rawi di awal dan tengah
thobaqotnya.
3. Hadits Ahad dibagi menjadi tiga, yaitu Hadits Masyhur, Hadits Aziz
dan Hadits Gharib.
4. Hadits Mutawatir yang memberikan faedah qath'i (yakin), wajib
diamalkan tanpa ragu-ragu, baik dalam masalah aqidah/keimanan
maupun dalam bidang amaliyah, yakni baik mengenai ubudiyah
maupun mu'amalah.
5. Hadits Ahad memberikan faedah dhanni wajib diamalkan, baik dalam
bidang amaliah, masalah-masalah ubudiyah maupun masalah-
masalah mu'amalah, tidak di dalam bidang aqidah/keimanan, karena
keimanan atau keyakinan harus ditegakkan atas dasar atau dalil yang
qath'i, sedangkan Hadits Ahad hanya memberikan faedah dhanni.
11
A. Pengertian Klasifikasi Dan Contoh Dari Hadist Shahih,Hasan,Dhaif

Hadist shahih adalah Hadist yang dapat dinyatakan sah,benar,sempur


na,sehat dan pasti. Serta dapat dijadikan sebagai sandaran dalam menjalanka
n pola kehidupan,hadist hasan adalah hadits yang diriwayatkan dan tidak terd
apat pada sanadnya perawi yang pendusta dan hadits tersebut tidak syadz, ser
ta diriwayatkan pula melalui jalan yang lain, lalu hadist dhaif adalah hadits y
ang tidak menghimpun sifat-sifat shahih, dan juga tidak menghimpun sifat-si
fat hadits hasan. Perbedaan hadits Shahih dan hasan terletak pada kedhabitha
nnya. Jika hadits Shahih tingkat dhabithnya harus tinggi, maka hadits hasan t
ingkat kedhabithannya berada dibawahnya.

Keterangan hadits sohih

‫ وال علة‬،‫ من غير شذوذ‬،‫ عن مثله إلى منتهاه‬،‫ما اتصل سنده بنقل العدل الضابط‬

Hadis yang bersambung sanad nya (jalur periwayatan) melalui penyampaian


para perawi yang ‘adil, dhabith, dari perawi yang semisalnya sampai akhir ja
lur periwayatan, tanpa ada syudzudz, dan juga tanpa ‘illat.

Keterangan hadits hasan

‫ُهَو َم ا اَّتَصَل َس َنُد ُه ِبَنْقِل ْالَع ْد ِل اّلِذ ي َقَّل َض ْبُطُه َو َخ َّال ِم َن الُّش ُذ ْو ِذ َو ْالِع َّلِه‬

Hadits hasan adalah hadits yang bersambung sanadnya, diriwayatkan oleh or


ang adil, kurang sedikit kedhabitannya, tidak ada keganjilan (syaz) dan tidak
‘illat."

12
Contoh hadits sohih

‫ ((َم ْو ِض ُع َس ْو ٍط ِفي اْلَج َّن ِة َخْي ٌر ِم َن ال•ُّد ْنَيا َو َم ا‬:‫ َسِم ْع ُت الَّنِبَّي َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َيُق وُل‬: ‫ْن َس ْهٍل َقاَل‬
)‫ َو َلَغْد َو ٌة ِفي َس ِبيِل ِهَّللا َأْو َر ْو َح ٌة َخْيٌر ِم َن الُّد ْنَيا َو َم ا ِفيَها‬،‫ِفيَها‬

Dari Sahl bin sa'ad As-Sa'idy ia berkata, Aku mendengar Nabi shallallahu ala
ihiwasallambersabda:

" Tempat cemeti di surga lebih baik daripada dunia dan seisinya. Berpagi har
i atau sore hari di jalan ALLAH lebih baik daripada dunia dan seisinya."

Contoh hadits hasan

‫َأْع َم اُر ُاَّمِتي َم ا َبْيَن الِّس ِّتْيَن ِالَي الَّسْبِع ْيَن َو َأَقُّلُهْم َم ْن َيُجْو ُز َذ اِلَك‬

“Usia umatku antara 60 sampai 70 tahun dan sedikit sekali yang melebihi d
emikian itu."

B. Hadits Dhoif
Hadist dhoif Banyak macam cacat yang dapat menimpa rawi ataupun
matan. Seperti pendusta, fasiq, tidak dikenal, dan berbuat bid’ah yang
masing masing dapat menghilangkan sifat adil pada rawi. Sering keliru,
banyak waham, hafalan yang buruk, atau lalai dalam mengusahakan
hafalannya, dan menyalahi rawi-rawi yang dipercaya. Ini dapat
menghilangkan sifat dhabith pada perawi. Adapun cacat pada matan,
misalkan terdapat sisipan di tengah-tengah lafadz hadits atau
diputarbalikkan sehingga memberi pengertian yang berbeda dari maksud
lafadz yang sebenarnya.

Keterangan hadits dhoi’f

13
‫هو كل حديث لم تجتمع فيه صفات القبول‬

“Setiap hadits yang tidak terhimpun di dalamnya sifat-sifat qabul.”

Contoh hadits doi’f

‫ِإَذ ا َر َأْيُتْم الَّرُج َل َيْعَتاُد اْلَم ْس ِج َد َفاْش َهُدوا َلُه ِباِإْل يَم اِن‬

“Bila kalian melihat seorang lelaki yang biasa ke masjid maka saksikanlah
bahwa dia orang beriman.”

C. Hadist Maudhu Dan Permasalahanya

Hadis maudhu (palsu) dan permasalahannya adalah sebagai berikut:

1. Hadis maudhu adalah hadis palsu yang tidak benar-benar berasal dari
Nabi Muhammad SAW. Hadis ini dibuat atau diada-adakan oleh indi
vidu atau kelompok dengan maksud untuk mempengaruhi atau menyi
mpang dari ajaran Islam yang sebenarnya.
2. Hadis maudhu sering kali memiliki konten yang tidak konsisten deng
an Al-Quran atau ajaran Islam yang lain, serta dapat bertentangan den
gan nilai-nilai dan prinsip-prinsip agama.
3. Penyebaran hadis maudhu dapat menyebabkan kerancuan dalam pem
ahaman agama dan dapat mengarah pada praktik-praktik atau keyakin
an yang salah.
4. Identifikasi hadis maudhu merupakan tugas penting dalam ilmu hadis.
Para ulama hadis melakukan penelitian dan analisis yang cermat terh
adap sanad (rantai perawi) dan matan (isi) hadis untuk menentukan k
easlian dan keabsahan suatu hadis.
5. Beberapa faktor yang dapat mengindikasikan keberadaan hadis maud
hu antara lain: kelemahan dalam sanad, perawi yang tidak terpercaya,
adanya perbedaan yang signifikan dengan ajaran agama yang telah m

14
apan, serta tidak adanya kesesuaian dengan prinsip-prinsip logika dan
keadilan.
6. Penyebaran hadis maudhu merupakan masalah serius yang perlu diha
dapi oleh umat Islam. Untuk melawan penyebaran hadis maudhu, dip
erlukan pendidikan yang baik dan pemahaman yang benar terhadap
metode dan kriteria penilaian hadis yang sahih.
7. Para ulama hadis dan cendekiawan Islam terus berusaha untuk mengi
dentifikasi, mengklasifikasikan, dan membantah hadis maudhu melal
ui penelitian yang mendalam dan publikasi karya-karya ilmiah.

Kesimpulannya, hadis maudhu merupakan hadis palsu yang tidak berasal dar
i Nabi Muhammad SAW. Penyebaran hadis maudhu dapat menyebabkan ker
ancuan dalam pemahaman agama dan perlu diidentifikasi serta ditangani den
gan serius oleh para ulama dan umat Islam.

Contoh hadits maudhu’

‫حب الوطن من اإليمان‬

Artinya cinta tanah air Sebagian dari iman

‫َم ْن َع َر َف َنْفَس ُه َفَقْد َع َر َف َر َّبُه‬

Artinya barang siapa yang mengenal dirinya, berarti dia telah mengenal
tuhan

D. Macam - Macam Hadis Dari Berbagai Tinjauan

Dari tinjauan sumber berita, kita dapat memahami bahwa hadis dapat
dilihat dari perspektif sumber berita yang menyampaikan peristiwa atau perk
ataan Nabi Muhammad SAW. Hadis yang dilihat dari sumber berita dapat m
15
emberikan pemahaman tentang peristiwa dan situasi tertentu pada masa Rasu
lullah SAW.Dalam tinjauan persambungan sanad, hadis dapat diklasifikasika
n berdasarkan sambungan sanad atau rantai perawi. Kualitas sambungan sana
d, keabsahan perawi, dan penilaian kritik hadis menjadi penting dalam mene
ntukan kekuatan dan keotentikan hadis.Pengertian hadis muttasil, marfu', ma
uquf, maqthu', dan sejenisnya memberikan pemahaman tentang status dan ka
rakteristik hadis berdasarkan persambungan sanadnya.

Hadis muttasil adalah hadis dengan sanad yang bersambung secara k


ontinu, sedangkan hadis marfu' adalah hadis yang dikaitkan langsung dengan
Nabi Muhammad SAW.Hadis mu'an'an adalah hadis yang diriwayatkan deng
an menyebutkan sumbernya secara langsung tanpa menyebut perawi-perawi
di antara mereka. Hadis muannan adalah hadis yang diriwayatkan oleh sekel
ompok perawi yang sama secara berurutan, dengan mengutip perawi sebelu
mnya. Hadis musalsal adalah hadis yang memiliki pola berulang yang terus
menerus dalam sanadnya.Dalam kesimpulannya, melalui berbagai tinjauan, k
ita dapat memahami beragam aspek dan karakteristik hadis. Tinjauan sumber
berita, persambungan sanad, dan sifat sanad hadis memberikan kita wawasan
tentang kekuatan, keotentikan, dan keabsahan hadis. Penting untuk melakuka
n penelitian yang cermat dan kritis dalam mengevaluasi hadis-hadis tersebut
sehingga kita dapat memahami dan menerapkan ajaran agama dengan benar.

16

Anda mungkin juga menyukai