Anda di halaman 1dari 15

Pengertian Hadits, Sinonim Hadits, Perbedaan Hadits

DISUSUN GUNA MEMENUHI TUGAS


MATA KULIAH : STUDY HADITS
Dosen Pengampu : Ria Puspitasari M.Ag

Nama Penyusun:
Idris ( )

FAKULTAS USHULUDDIN

Prodi Ilmu Al Quran Dan Tafsir

INSTITUT AGAMA ISLAM HASANUDDIN PARE KEDIRI

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan Kepada Tuhan Yang Maha Esa atas anugrah-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan penulisan makalah Pengertian Hadits, Sinonim Hadits, Perbedaan
Hadits.

Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan Makalah ini selain untuk menyelesaikan
tugas yang diberikan oleh Dosen pengajar, juga untuk lebih memperluas pengetahuan para
mahasiswa khususnya bagi penulis. Penulis telah berusaha untuk dapat menyusun Makalah ini
dengan baik, namun penulis pun menyadari bahwa kami memiliki akan adanya keterbatasan
kami sebagai manusia biasa. Oleh karena itu jika didapati adanya kesalahan-kesalahan baik dari
segi teknik penulisan, maupun dari isi, maka kami memohon maaf dan kritik serta saran dari
dosen pengajar bahkan semua pembaca sangat diharapkan oleh kami untuk dapat
menyempurnakan makalah ini terlebih juga dalam pengetahuan kita bersama.

Penulis,

Idris
( )

1
Daftar Isi

Judul

Kata Pengantar .................................................................................................................. 1

Daftar Isi ........................................................................................................................... 2

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ...................................................................................................... 3


B. Rumusan Masalah ................................................................................................. 4
C. Tujuan Pembahasan ............................................................................................. 4

BAB II : PEMBAHASAN

A. Pengertian Dan Contoh dari Hadist, Sunnah, Khabar, Atsar .......................... 5


1. Hadis ................................................................................................................... 5
2. Sunnah ................................................................................................................ 7
3. Khobar................................................................................................................ 8
4, Atsar ................................................................................................................... 9
B. Perbedaan Antara Hadits, Sunnah, Khabar, dan Atsar ................................... 9
C. Perbedaan Hadits Nabawi Qudsi dan Al qur’an................................................ 10
1. Hadis Qudsi ....................................................................................................... 10
2. Hadis Nabawi ..................................................................................................... 10

BAB III : PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................................................ 12
B. Saran ....................................................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 13

Skema Isi Makalah ............................................................................................................ 14

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masalah Hadits merupakan sumber ajaran agama Islam, pedoman hidup kaum muslimin
yang kedua setelah Al-quran, Bagi mereka yang telah beriman kepada Al-quran sebagai
sumber hukum, maka secara otomatis harus percaya bahwa hadits sebagai sumber hukum
islam juga. Umat Islam sepakat dengan dijadikannya hadits sebagai sumber ajaran Islam
yang kedua, kesepakatan mereka didasarkan kepada nash-nash, baik yang terdapat dalam Al-
quran maupun hadits. .

Hadits Riwayat Abu Daud, Ahmad, dan Tirmidzi

‫اال واىن اتيت القرآن ومثلو‬

“Wahai Umatku! Sungguh aku diberi Al-quran dan yang menyamainya”. Tidak ada
keraguan lagi bahwa yang dimaksud dengan menyamai Alquran disini adalah Alhadits, yang
merupakan suatu pedoman untuk dipercayai, di taati, dan di amalkan sejajar dengan Al-quran.
Al-Hadits Sebagai sumber hukum islam merupakan penjelasan dari Nabi terhadap yang perlu di
kemukakan ataupun yang berkaitan dengan permasalahan yang ada. Seperti yang dikemukakan
oleh Imam Sufyan Ats-Tsaury bahwa Anjuran mempelajari hadis sangat ditekankan karena
mengingat betapa pentingnya ajaran yang ada dalamnya bagi kehidupan sehari-hari. “Saya tidak
mengenal ilmu yang paling utama bagi yang berhasrat menundukkan wajahnya di hadapan
Allah. Orang-orang sangat memerlukan ilmu ini sampai pada masalah kecil seperti tentang tata
cara makan dan minum. Mempelajari Hadis lebih utama dibandingkan menjalankan shalat sunah
dan puasa sunnah sekalipun mempelajari ilmu ini hukumnya Fardu Kifayah”* Sebagai sumber
hukum kedua, kita sebagai umat Islam wajib mempelajarinya. Terkhusus kepada para pelajar
Muslim, kita harus mengetahui pula pengertian hadits dan istilah ilmu hadits lainnya berupa
sunnah, khabar, dan atsar, persamaan dan perbedaannya, serta bentuk-bentuk hadits, agar kita

3
dapat mengetahui isi dari hadits dengan baik, sehingga untuk menularkannya kepada masyarakat
pun bisa dilakukan dengan benar. Di sini penulis akan memaparkan sedikit hasil dari beberapa
buku yang telah penulis baca, berupa pengertian hadits, sunnah, khabar, dan atsar. Juga
perbedaannya.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Pengertian dari Hadist, Sunnah, Khabar, Atsar?


2. Bagaimana Contoh Hadits, Sunnah, Khabar, dan Atsar?
3. Bagaimana Perbedaan Antara Hadits, Sunnah, Khabar, dan Atsar?
4. Bagaimana Perbedaan Hadits Nabawi Qudsi dan Al qur‟an

C. Tujuan Pembahasan

1. Mengetahui Pengertian dari Hadits, Sunnah, Khabar, Atsar


2. Mengetahui contoh-contoh dari Hadits, Sunnah, Khobar, Atsar.
3. Mengetahui perbedaan Hadits, Sunnah, Khabar,dan Atsar
4. Mengetahui perbedaan Hadits Nabawi, Qudsi, dan Al‟quran

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian dan contoh Hadits

Dalam kamus besar bahasa Arab [al-„ashri], Kata Al-Hadits berasal dari bahasa Arab
“al-hadist” yang berarti baru, berita. Ditinjau dari segi bahasa, kata ini memiliki banyak arti,
dintaranya:
a. al-jadid (yang baru), lawan dari al-Qadim (yang lama)
b. Dekat (Qarib), tidak lama lagi terjadi, lawan dari jauh (ba‟id)
c. Warta berita (khabar), sesuatu yang dipercayakan dan dipindahkan dari sesorang
kepada orang lain.1
Adapun menurut istilah, para ahli berbeda-beda dalam memberikan definisi sesuai
dengan latar belakang disiplin keilmuan masing-masing, sebagaimana perbedaan antara ahi ushul
dan ahli hadits dalam memberikan definisi al-hadits.2
Menurut istilah ahli ushul fiqih, pengertian hadits ialah:
‫كل ماصدر عن النيب ملسو هيلع هللا ىلص غريالقرأن الكرمي من قول او فعل اوتقرير مما يصلو ان يكون دليال حلكم شرع‬

“Hadits yaitu segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi SAW selain Al-Qur’an al-
Karim, baik berupa perkataan, perbuatan maupun taqrir Nabi yang bersangkut paut
dengan dengan hukum syara”.
Sedangkan Ulama Hadits mendefinisikan Hadits sebagai berikut:
‫كل ما أثرعن النيب ملسو هيلع هللا ىلص من قول او فعل اوتقرير اوصفة خلقية او خلقية‬

“Segala sesuatu yang diberikan dari Nabi SAW baik berupa sabda, perbuatan, taqrir,
sifat-sifat maupun hal ihwal Nabi”.3

Adapun menurut istilah, para ahli berbeda-beda dalam memberikan definisi sesuai
dengan latar belakang disiplin keilmuan masing-masing, sebagaimana perbedaan antara ahi ushul
dan ahli hadits dalam memberikan definisi al-hadits. Antaralain:
a) Ahli Hadits:
ِ ِ
ُ‫صلى هللا َعلَْيو َو َسلّ َم َواَفْ َعالُوُ َواَ ْح َوالُو‬
َ ‫يب‬
ّ ً‫اَقْ َو ُال الن‬

1
Muhammad Ahmad dan M. Mudzakir, Ulumul Hadits, (Bandung: Pustaka Setia, 2004), hlm. 11.
2
Ridwan Nasir, Ulumul Hadis dan Muslhalah Hadits, (Jombang: Darul Hikmah, 2008), hlm. 13-14
3
Endang Soetari, Ulumul Al-Hadits, (Bandung: Pustaka Setia, 2010), hlm. 60.
5
Segala perkataan Nabi SAW, perbuatan dan hal ihwalnya

ِ ِ ِ ‫ما اُ ِضي‬
َ ‫صلَّى هللا َعلَْيو َو َسلَّ َم قَ ْوالً ْاو فعالً اَْو تَ ْق ِريْ ًرا اَْو‬
ً‫ص ّفة‬ َ ‫ف ا ََل انَِّيب‬
َ ْ َ
Sesuatu yang disandarkan kepada Nabi SAW, baik berupa perkataan, perbuatan,
ketetapan (taqrir) maupun sifat beliau.

Dari definisi tersebut dapat dimengerti bahwa hadits meliputi biografi Nabi SAW, sifat-sifat
yang melekat padanya, baik berupa fisik maupun hal-hal yang terkait dengan masalah psikis dan
akhlak keseharian Nabi, baik sebelum maupun sesudah terutus sebagai Nabi.
b) Ahli Ushul:
ِ
ُ َّ‫صلَّى هللا َعلَْيو َوسلَّ َم َوافْ َعالُوُ َوتَ ْق ِريْ َر اَتُوُ اَلَِِّت تُثَب‬
َ‫ت االَ َح َك َام َوتُ َقَّرُرىا‬ ِ
َ ‫َّيب‬
َ ‫اقوال الن‬
Semua perkataan Nabi SAW, perbuatan dan taqrirnya yang berkaitan dengan hukum-
hukum syara' dan ketetapanya.
Dari definisi tersebut dapat dimengerti bahwa hadits adalah segala sesuatu yang bersumber
dari Nabi SAW, baik ucapan, perbuatan, maupun ketetapan-ketetapan Allah yang disyari‟atkan
kepada manusia.
Lain halnya dengan ahli fiqih, hadits dipandang sebagai suatu perbuatan yang harus
dilakukan, tetapi tingkatanya tidak sampai wajib, atau fardlu, sebab hadits masuk kedalam suatu
pekerjaan yang setatus hukumnya lebih utama dikerjakan, artinya suatu amalan apabila
dikerjakan mendapatkan pahala dan apabila ditinggalkan tidak dituntut apa-apa, akan tetapi
apabila ketentuan tersebut dilanggar mendapat dosa.
Dengan demikian, maka hadits memiliki kesamaan arti dengan kata sunnah, khabar, dan
atsar. Ahli hadits dan ahli ushul berbeda pendapat dalam memeberikan pengertian tentang hadits.
Dikalangan umat hadits sendiri ada beberapa pendapat dalam memberikan pengertian masing-
masing.
Dalam kajian hadits ulama sering mengistilahkan hadits dengan penisbatan sahabat yang
meriwayatkan atau tema hadits atau tema hadits itu sendiri atau tempat peristiwa dan lainya.
Misalnya penisbatan kepada perawi hadits Abu Hurairah itu lebih kuat dari pada hadits Wail ibn
Hujr, maksudnya adalah hadits yang diriwayatkan oleh Wail ibn Hujr. Kemudian penisbatan
kepada peristiwa hadits al-gharaniq, maksudnya hadits yang menceritakan kisah al-gharaniq.
Misalnya penisbatan kepada tempat hadits Ghadir Khum maksudnya hadits yang menceritakan
kisah yang terjadi di Ghadir Khum.
c) Contoh dari hadits Nabi Muhammad SAW:
‫إمنا األعمال ابلنيات‬
6
“ Segala amal perbuatan dengan niat”. (H.R. Al-Bukhori dan Muslim).

B. Pengertian dan contoh As-Sunnah


Menurut bahasa sunnah berarti
‫الطريقة حممودة كانت اومذمونة‬

“Jalan yang terpuji atau tercela”.6


Adapun menurut istilah, ta‟rif Sunnah antara lain sebagaimana dikemukakan oleh Muhammad
ajaj al-khathib:
Menurut istilah as-sunnah adalah pensarah Al-Qur‟an, karena Rasulullah bertugas
menyampaikan Al-Qur‟an dan menjelaskan pengertiannya. Maka As-asunnah menerangkan
ma‟na Al-Qur‟an, adalah dengan cara:
A. Menerangkan apa yang dimaksud dari ayat-ayat mudjmal, seperti menerangkan
waktu-waktu sembayang, bilangan raka‟at, kaifiyat ruku‟, kaifiyat sujud, kadar-kadar zakat,
waktu-waktu memberikan zakat, macam-macamnya dan cara-cara mengerjakan haji.
B. Menerangkan hukum-hukum yang tidak ada didalam Al-Qur‟an seperti
mengharamkan kita menikahi seseorang wanita bersamaan dengan menikahi saudaranya
ayahnya, atau saudara ibunya, seperti mengharamkan kita makan binatang-binatang yang
bertaring.
C. Menerangkan ma‟na lafad, seperti mentafsirkan al maghdlubi „alaihim dengan orang
yahudi dan mantafsirkan adldlallin, dengan orang nasrani.4
Contoh Sunnah
Dan dalam tataran hukum Islam sunnah menempati posisi kedua setelah Al- Qur‟an. Hal
ini diterapkan dalam sabda Nabi Muhammad SAW sebagai berikut:
‫تركت فيكم أمرين لن تضلوا ما متاسكتم هبما كتاب هللا و سنة نبيو‬

“Sesungguhnya telah aku tinggalkan untukmu dua perkara; kamu tidak akan sesat
selama kamu berpegang padakeduanya, yaitu Kitab Allah (Al-Qur’an) dan Sunnah Rasulnya”
(HR.Malik).

‫وعليكم بسنيت و سنة اخللفاء الراشدين ادلهديني بعدي‬

“Berpegang tegulah kamu dengan sunnahku dan sunnah Al-Khulafah Ar-Rasyiddin


sesudahku” (HR.Abu Daud dan Turmudzi dan Irbadh bin Sariyah).

4
Munzier Suparta, Ilmu Hadits, ( Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003), hlm. 4.
7
C. Pengertian dan contoh Khabar
Secara etimologis khabar berasal dari kata :khabar, yang berarti „berita‟.Adapun secara
terminologis, para ulama Hadits tidak sepakat dalam menyikapi lafadz tersebut.sebagaimana
mereka berpendapat adalah sinonim dari kata hadits dan sebagian lagi tidak demikian. Karena
Khabar adalah berita, baik berita dari Nabi SAW, maupun dari sahabat atau berita dari tabi‟in.5
al-khabar (ُ‫ُ)اَ ْل َخبَر‬dalam bahasa artinya warta atau berita, maksudnya sesuatu yang diberitakan
dan dipindahkan dari seseorang kepada orang lain atau sesuatu yang disandarkan kepada nabi
dan para sahabat, dilihat dari sudut pendekatan bahasa ini kata khabar sama artinya dengan
hadits. Jadi setiap hadits termasuk khabar, tetapi tidak setiap khabar adalah hadits.
Menurut pengertian istilah, para ahli berbeda-beda dalam memberikan definisi sesuai dengan
latar belakang dan disiplin keilmuan masing-masing, diantaranya adalah:
a) sebagian ulama mengatakan bahwa khabar ialah sesuatu yang datangnya selain dari
nabi SAW, sedangkan yang dari nabi SAW disebut hadits.
b) ulama lain mengatakan bahwa hadits lebih luas dari pada khabar, sebab setiap hadits
dikatakan khabar dan tidak dikatakan bahwa setiap khabar adalah hadits.
c) ahli hadits memberikan definisi sama antara hadits dengan khabar, yaitu segala sesuatu
yang datangnya dari nabi SAW, sahabat, dan tabi‟in, baik perkataan, perbuatan maupun
ketetapanya.
Ulama lain berpendapat bahwa khabar hanya dimaksudkan sebagai berita yang diterima
dari selain Nabi Muhammad SAW. Orang yang meriwayatkan sejarahdisebut khabary atau
disebut muhaddisy. Disamping itu pula yang berpendapat bahwa khabary itu sama dengan
hadits, keduanya dari Nabi SAW. Sedangkan atsar dari sahabat. Karenanya, maka timbul hadits
marfu‟, mauquf atau maqtu‟.
‫ما اضيف اَل النيب صلى هللا عليو و سلم او غريه‬

“Segala sesuatu yang disandarkan atau berasal dari Nabi atau yang selain dari Nabi”.

Contoh Khobar Ali bin Abi Thalib ra. Berkata:


‫من السنة وضع الكف حتت السرة يف الصلغاة‬

“Sunnah ialah meletakkan tangan di bawah pusar”.

5
Hasbi Ash Shiddieqy, Ilmu-ilmu Al-Qur’an, (Jakarta: Bulan Bintang, 1972), hlm. 221-222.
8
D. Pengertian dan contoh Atsar
َّ ‫)بَ ِقيّة ُال‬, sedangkan menurut pengertian istilah,
Al-atsar dalam bahasa artinya adalah sisa (‫شئ‬
para ahli berbeda-beda sesuai dengan latar belakang disiplin ilmu mereka masing-masing,
diantaranya adalah:
a) Jumhur berpendapat bahwa atsar sama dengan khabar, yaitu sesuatu yang disandarkan
kepada Nabi SAW, sahabat, dan tabi‟in.
b) menurut ulama lain, seperti ulama Kharasan atsar untuk hadits mauquf dan khabar
untuk hadits marfu.
c) ahli hadits lain mengatakan tidak sama, yaitu khabar, berasal dari nabi, sedangkan
atsar sesuatu yang di sandarkan hanya kepada sahabat dan tabi‟in, baik perbuatan maupun
perkataan.
Empat pengertian tentang hadits, sunnah, khabar, dan atsar sebagaimana diuraikan di
atas, menurut Jumhur ulama hadits juga dapat dipergunakan untuk maksud yng sama, yaitu
bahwa hadits disebut juga dengan sunnah, khabar atau atsar. Begitu juga sunnah bisa disebut
dengan hadits, khabar, atsar. Maka hadits mutawatir disebut juga sunnah mutawatir, begitu juga
hadits shahih dapat juga disebut dengan sunnah shahih, khabar shahih dan atsar shahih.
Contoh atsar yaitu:
Pertakatan tabii'i yakni Ubaidillah Ibn Abdillah ibn Uthbah ibn Mas‟ud sebagai berikut :
Menurut sunnah, hendaklah imam bertakbir pada Hari Raya Fitri dan Hari Raya Adha sebanyak
sembilan kali ketika duduk di atas mimbar sebelum berkhuthbah.
E. Perbedaan antara Hadis, Sunnah, Khobar, Dan Atsar.
Dari keempat tema tersebut dapat ditarik bahwa tema tersebut sangat berguna sebagai
ilmu tambahan bagi masyarakat Islam untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan
menentukan kulitas dan kuwantitas Hadits, sunnah, Khabar dan Atsar. Para ulama juga
membedakan antara hadits, sunnah, khabar dan atsar sebagai berikut:
a) Hadits dan sunnah:
Hadits terbatas pada perkataan, perbuatan, takrir yang bersumber pada Nabi SAW,
sedangkan sunnah segala yang bersumber dari Nabi SAW baik berupa perkataan, perbuatan,
takrir, tabiat, budi pekerti atau perjalanan hidupnya, baik sebelum di angkat menjadi
rasulmaupun sesudahnya.
b) Hadits dan khabar:

9
Sebagian ulama hadits berpendapat bahwa khabar sebagai suatu yang berasal atau
disandarkan kepada selain nabi SAW., hadits sebagai sesuatu yang berasal atau disandarkan pada
Nabi SAW.
c) Hadits dan atsar:
Jumhur ulama berpendapat bahwa atsar sama artinya dengan khabar dan hadits. Ada juga
ulama yang berpendapat bahwa atsar sama dengan khabar, yaitu sesuatu yang disandarkan pada
Nabi SAW, sahabat dan tabiin.
F. Persamaan antara ketiganya Hadits, Sunnah, Khabar dan Atsar
Merupakan sumber hukum kedua sesudah Al-Qur'an, pada dasarnya Hadits, Sunnah,
Khabar dan Atsar mempunyai pengertian yang sama, yaitu hal yang baru, namun para Muhaddits
berselisih pendapat dan ahirnya dibeda-bedakan. Persamaan dari Hadits, Sunnah, Khabar dan
Atsar adalah sama" dijadikan sebagai sumber hukum ke-2 setelah al-qur'an.
G. Hadits Qudsi
Secara bahasa, kata qudsi adalah nisbah dari kata quds.
Hadits qudsi adalah firman atau perkataan Allah SWT, namun jenis firman Allah SWT yang
tidak termasuk Al-Quran. Hadits qudsi tetap sebuah hadits, hanya saja Nabi Muhammad SAW
menyandarkan hadits qudsi kepada Allah SWT. Maksudnya, perkataan Allah SWT itu
diriwayatkan oleh Nabi Muhammad SAW dengan redaksi dari diri beliau sendiri. Bila seseorang
meriwayatkan Hadits qudsi, maka dia meriwayatkannya dari Rasulullah SAW dengan
disandarkan kepada Allah, dengan mengatakan: Rasulullah SAW mengatakan mengenai apa
yang diriwayatkannya dari Tuhannya`, atau ia mengatakan: Rasulullah SAW mengatakan: Allah
Ta`ala telah berfirman atau berfirman Allah Ta`ala.
Hadits qudsi itu maknanya dari Allah, ia disampaikan kepada Rasulullah SAW melalui
salah satu cara penurunan wahyu, sedang lafadznya dari Rasulullah SAW, inilah pendapat yang
kuat. Dinisbahkannya Hadits qudsi kepada Allah SWT adalah nisbah mengenai isinya, bukan
nisbah mengenai lafadznya. Sebab seandainya Hadits qudsi itu lafalnya juga dari Allah, maka
tidak ada lagi perbedaan antara Hadits qudsi dengan Al-Quran.
Menurut imam Syaikh Muhammad Amin al-Kurdi
“Hadis Qudsi adalah wahyu yang di turunkan kepada Nabi Muhammad dengan tanpa
perantara malaikat melainkan dengan ilham atau mimpi. Ada kalanya hadis Qudsi itu turun
berupa lafadz dan maknanya dan adakalanya lafadznya saja dan kemudian Nabi sendiri yang
mengungkapkan dengan beberapa lafadz dari dirinya sendiri yang di nisbahkan kepada Allah dan
membaca hadis Qudsi tersebut tidak di anggap ibadah dan jga tidak mengandung mukjizat”.6

6
Kitab Tanwirul Qulub halaman 551
10
H. Hadis Nabawi
Sedangkan hadits nabawi adalah segala yang disandarkan kepada nabi Muhammad SAW,
baik berupa perkataan, perbuatan, taqrir atau sifat. Yang berupa perkataan seperti perkataan Nabi
SAW: Sesungguhnya sahnya amal itu disertai dengan niat. Dan setiap orang bergantung pada
niatnya. Sedangkan yang berupa perbuatan ialah seperti ajaranya pada sahabat mengenai
bagaimana caranya mengerjakan shalat, kemudian ia mengatakan: Shalatlah seperti kamu
melihat aku melakukan shalat. Juga mengenai bagaimana ia melakukan ibadah haji, dalam hal
ini Nabi saw. Berkata: Ambilah dari padaku manasik hajimu.
Sedang yang berupa persetujuan ialah seperti beliau menyetujui suatu perkara yang
dilakukan salah seorang sahabat, baik perkataan atau pun perbuatan, baik dilakukan di hadapan
beliau atau tidak, tetapi beritanya sampai kepadanya. Misalnya mengenai makanan biawak yang
dihidangkan kepadanya, di mana beliau dalam sebuah riwayat telah mendiamkannya yang berarti
menunjukkan bahwa daging biawak itu tidak haram dimakan.
I. Perbedaan Al-Qur’an dengan Hadis.
Perbedaan Al-Qur‟an dengan Hadis selain prosesnya turunnya beda, kedudukan dan
fungsinyapun juga beda;
1. Al-Qur‟an adalah mukjizat yang terjaga sepanjang masa dari segala pengubahan, serta
lafadznya dan seluruh isinya sampai taraf hurufnya, tersampaikan secara mutawatir.
2.Al-Qur‟an tidak boleh diriwayatkan maknanya saja. Ia harus disampaikan sebagaimana
adanya. Berbeda dengan hadits Qudsi, yang bisa sampai kepada kita dalam hadis yang
diriwayatkan secara makna saja.
3.Dalam madzhab Syafi‟i, mushaf Al-Qur‟an tidak boleh dipegang dalam keadaan
berhadats kecil, serta tidak boleh dibaca saat berhadats besar. Sedangkan pada hadis Qudsi,
secara hukum, ia boleh dibaca dalam kondisi berhadats.
4.Hadits Qudsi tentu tidak dibaca saat shalat, berbeda dengan ayat Al-Qur‟an.
5.Membaca Al-Qur‟an, membacanya adalah ibadah, dan setiap huruf mendapat sepuluh
kebaikan, sebagaimana disebutkan dalam banyak hadits.
6.Al-Qur‟an adalah sebutan yang memang berasal dari Allah, beserta nama-nama Al-
Qur‟an yang lainnya.
7.Al-Qur‟an tersusun dalam susunan ayat dan surat yang telah ditentukan.
8.Lafadz dan makna Al-Qur‟an sudah diwahyukan secara utuh kepada Nabi Muhammad,
sedangkan lafaz hadits qudsi bisa hanya diriwayatkan oleh para periwayat secara makna7

7
* KH. Abdul Muiz Ali (Wakil Sekretaris Komisi Fatwa MUI Pusat). Dalam Artikel Majelis Ulama Indonesiaat-
Tahbir fi Ilmittafsir halaman 39, kitab Tanwir al-Qulub halaman 551 Makalah Ilmiah yang diterbitkan oleh
HasanHaririBlogspot
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kata "Hadits" atau al-hadits menurut bahasa berarti al-jadid (sesuatu yang baru), lawan kata
dari al-qadim (sesuatu yang lama). Kata hadits juga berarti al-khabar (berita), yaitu sesuatu yang
dipercakapkan dan dipindahkan dari seseorang kepada orang lain
Sunnah menurut bahasa berarti : "Jalan dan kebiasaan yang baik atau yang jelak". Menurut
M.T.Hasbi Ash Shiddieqy, pengertian sunnah ditinjau dari sudut bahasa (lughat) bermakna jalan
yang dijalani, terpuji, atau tidak. Sesuai tradisi yang sudah dibiasakan, dinamai sunnah,
walaupun tidak baik.
Khabar Menurut bahasa berarti an-Naba‟ (berita-berita), sedang jama‟nya adalah
Akhbar Khabar adalah segala sesuatu yang disandarkan kepada nabi dan para sahabat, jadi
setiap hadits termasuk khabar tetapi tidak setiap khabar adalah hadits.
Atsar menurut lughat/etimologi ialah bekasan sesuatu, atau sisa sesuatu, atau berarti sisa
reruntuhan rumah dan sebagainya. dan berarti nukilan (yang dinukilkan).

B. Saran
Dalam makalah ini tentunya ada banyak sekali koreksi dari para pembaca, karena kami
menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna. Maka dari itu kami mengharapkan kritik dan
saran yang membangun dari para pembaca yang dengan itu semua kami harapkan makalah ini
akan menjadi lebih baik lagi.

12
Daftar Pustaka

Ridwan Nasir 2008 Ulumul Hadis dan Muslhalah Hadits Jombang: Darul Hikmah
Endang Soetari 2010 Ulumul Al-Hadits Bandung : Pustaka Setia
Muhammad ahmad dan M Mudakir 2004 Ullumul Hadis Bandung :Pustaka Setia
Munzier Suparta 2003 Ilmu Hadits Jakarta :PT Raja Grafindo Persada
Hasbi Ash Shiddieqy 1972 Ilmu-ilmu Al-Qur’an Jakarta :Bulan Bintang
KH. Abdul Muiz Ali (Wakil Sekretaris Komisi Fatwa MUI Pusat). Dalam Artikel Majelis Ulama
Indonesiaat-Tahbir fi Ilmittafsir halaman 39, kitab Tanwir al-Qulub halaman 551 Makalah
Ilmiah yang diterbitkan oleh HasanHaririBlogspot

13
Skema Isi Makalah

14

Anda mungkin juga menyukai