Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

BENTUK-BENTUK SUNNAH DAN FUNGSI HADIS

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

“Studi Al-Qur’an dan Hadis”

Dosen Pengampu Bapak Sugeng Ali Mansur, M.Pd

Disusun Oleh :

Adinda Nur Azizah 210501110251

Farida Qoirun 210501110250

Harits Dijani Dzikrullah 210501110056

Studi Al-Qur’an dan Hadis Kelas C

Program Studi Manajemen

Fakultas Ekonomi

Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

2022
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan
karunianya kami dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah “Studi Al-Qur‟an dan
Hadis” dengan lancar dan tepat waktu. Tidak lupa shalawat serta salam tercurah kepada
Rasulullah SAW yang syafaatnya kita nantikan kelak.

Penulisan makalah berjudul “Bentuk-Bentuk Sunnah dan Fungsi Hadis” dapat


diselesaikan karena bantuan banyak pihak. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak
Sugeng Ali Mansur, M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah “Studi Al-Qur‟an dan Hadis”
yang telah memberikan tugas pada penulis. Kami berharap makalah ini dapat menjadi
referensi dan menambah pengetahuan serta wawasan bagi pembaca. Selain itu, kami juga
berharap agar pembaca mendapatkan sudut pandang baru setelah membaca makalah ini.

Kami menyadari makalah ini masih memerlukan penyempurnaan, terutama pada


bagian isi. Kami menerima segala bentuk kritik dan saran pembaca demi penyempurnaan
makalah. Oleh karena itu kami memohon maaf apabila terdapat banyak kesalahan pada
makalah ini.

Malang, 16 Oktober 2022

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

BAB I
1.1 PENDAHULUAN…………………………………………………………………….4
1.2 RUMUSAN MASALAH………………………………………………………….…..5
1.3 TUJUAN…………………………………………………………………………..…..5

BAB II
2.1 PENGERTIAN SUNNAH DAN HADITS………………….…………….…………6
2.2 BENTUK BENTUK SUNNAH…………………………………………….………..6
2.3 SUNNAH HADITS……………………………………………………….………….9

BAB III
KESIMPULAN …………………………………………………………………………11

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut bahasa (lughat) hadis dapat berarti baru, dekat (qarib) dan cerita
(khabar). Sedangkan menurut ahli hadis ialah “segala ucapan Nabi, segala perbuatan beliau
dan segala keadaan beliau”. Akan tetapi para ulama Ushul Hadits, membatasi pengertian
hadis hanya pada ”Segala perkataan, segala perbuatan dan segala taqrir Nabi
Muhammad SAW, yang menyangkut hukum. Seperti yang kita ketahui, bahwa Al-quran
merupakan sumber hukum utama atau primer dalam Islam. Akan tetapi dalam
realitasnya, ada beberapa hal atau perkara yang sedikit sekali Al-quran
membicarakannya, atau Al-quran membicarakan secara global saja atau bahkan tidak
dibicarakan sama sekali dalam Al-quran. Oleh sebab itu maka diperlukan hadis atau
sunnah. Di sinilah peran dan kedudukan hadis sebagai tabyin atau penjelas dari Al-
quran, bahkan menjadi sumber hukum sekunder atau kedua setelah Al-quran.

Hadis atau sunnah merupakan sumber hukum kedua setelah al-quran bagi umat
Islam. Umat Islam sangat tertarik memperbincangkan hadis. Diantaranya terdapat
golongan yang pro dan kontra terhadap keberadaan hadis sebagai sumber hukum kedua
bagi umat Islam. Ada yang mengatakan cukup dengan al-quran saja menjadi sumber
pegangan bagi umat Islam karena al-quran itu wahyu Allah. Banyak hal yang perlu
diteliti dalam hadis baik itu ingin mengetahui shahih atau tidaknya hadis, sanad, kritik,
perawi, makna dan hakikatnya Dari situlah muncul tokoh-tokoh hadis sampai tokoh
kontemporer.

Sebagai referensi tertinggi kedua setelah al-quran, hadis membentuk hubungan


simbiosis mutualisme dengan al-quran sebagai teks sentral dalam peradaban Islam bukan
hanya dalam tataran normatif-teoritis namun juga terimplementasikan dalam konsensus,
dialektika keilmuan dan praktek keberagaman umat Islam seluruh dunia sepanjang
sejarahnya. Bersama al-quran, hadis merupakan “sumber mata air” yang menghidupkan
peradaban Islam, menjadi inspirasi dan referensi bagi kaum muslimin dalam kehidupannya.

4
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan sunnah dan hadis?

2. Apa saja bentuk-bentuk sunnah?

3. Apa fungsi dari hadits?

1.3 Tujuan

1. Menjelaskan pengertian dari sunnah dan hadis.

2. Menjelaskan bentuk-bentuk sunnah.

3. Menjelaskan fungsi dari hadits.

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Hadits

Dalam agama Islam setelah al-Qur‟an. Mempelajari dan memahami hadits sangatlah
penting bagi kita sebagai umat Islam. Karena dengan mempelajarinya kita akan mengetahui
apa saja yang telah disabdakan oleh Nabi Muhammad s.a.w. secara etimologis kata hadits
memiliki banyak arti diantaranya al jadid (yang baru) dan al khabar (kabar atau berita). Untuk
definisi secara terminologis, para ulama baik muhaditsin, fuqaha, atau pun ulama ushul
merumuskan pengertian hadits secara luas. Salah satunya dari ahli hadits Muhammad
Mahfudz at Tirmidzi yang mendefinisikan hadits sebagai berikut. "Sesungguhnya, hadits
bukan hanya yang di-marfu'kan kepada Nabi Muhammad SAW melainkan dapat pula
disebutkan pada yang mauquf (dinisbatkan pada perkataan dan sebagainya dari para sahabat)
serta maqthu' (dinisbatkan pada perkataan dan sebagainya dari para tabi'in," bunyi penjelasan
at Tirmidzi yang dikutip dari buku tulisan Iwan Permana.¹

2.2 Bentuk-Bentuk Sunnah

Adapun Sunnah memiliki beberapa bentuk sebagai berikut:

1. Sunnah Qauli

Hadits qauli adalah segala bentuk perkataan atau ucapan yang disandarkan kepada Nabi
s.a.w. maksudnya adalah hadits ini berupa perkataan Nabi s.a.w., yang berisi berbagai macam
tuntutan, petunjuk syariat, peristiwa atau kisah, baik berkaitan dengan akidah, syariat maupun
akhlak.

Adapun diantara contoh hadits qauli adalah hadis yang berisi tentang kecaman Nabi s.a.w.,
kepada orang-orang yang mencoba memalsukan hadits-hadist yang berasal dari Nabi
Muhammad s.a.w.,

ْ
ِ َُّ‫َتَبََّٕأ َي ْق َع َدُِ ِيٍَ ان‬ٛ‫ ُيتَ َع ًِّدًا فَ ْه‬َّٙ َ‫ب َعه‬
}‫ {زٔاِ يسهى‬.‫از‬ َ ِ‫ قَا َل َزسُْٕ ُل هللا‬:‫ َْسةَ قَا َل‬ٚ‫ ْ َُس‬ِٙ‫ع ٍَْ أَب‬
َ ‫ َي ٍْ َك َر‬:‫ ِّ َٔ َسهَّ َى‬ْٛ َ‫صهَّٗ هللاُ َعه‬

6
Artinya: Dari Abu Hurairah r.a., Rasulullah s.a.w., bersabdah “Barang siapa sengaja berdusta
atas diriku, maka hendaklah ia bersiap-siap menempati tempat tinggalnya di neraka.1

2. Hadits Fi‟li

Hadis fi’li ialah segala perbuatan yang disandarkan kepada Nabi s.a.w., dalam artian hadits
ini berisi tentang perbuatan Nabi s.a.w., yang diikuti oleh para sahabat dan semua umat
Islam. Adapun yang termasuk pada kategori ini diantaranya ialah hadis-hadits yang didalam
terdapat lafadz-lafadz kana/yakunu (ٌ‫ َكا‬/ ٌُ ْٕ‫َ ُك‬ٚ ) atau ra’aitu/ra’aina (‫ْت‬َٚ‫ َزأ‬/‫َُا‬ْٚ َ‫) َزأ‬, seperti
contoh hadis dibawah ini:

ُ ِ‫ ًَا تَ ًْه‬ْٛ ِ‫ ف‬ًُِِٙ ‫ ًَا أَ ْيهَكَ فَالَ تُ ْه‬ْٛ ِ‫ ف‬ْٙ ِ‫ أَنهَُّٓ َّى َْ ِر ِِ قِ ْس ًَت‬:ُ‫َقُْٕ ل‬َٚٔ ‫َ ْع ِد ُل‬َٛ‫ٍَ َِ َسائِ ِّ ف‬ْٛ َ‫َ ْق ِس ُى ب‬ٚ ٌَ‫ّ ٔسهى َكا‬ٛ‫ صهٗ هللا عه‬َّٙ ِ‫ع ٍَْ عَائِ َشتَ أَ ٌَّ انَُّب‬
‫ك‬
ّ‫ {زٔاِ أبٕ دأد ٔانتسير٘ ٔانُساء ٔابٍ ياج‬.َ‫} َٔالَ أَ ْيهَك‬

Artinya: Dari Aisyah, sesungguhnya Nabi Muhammad s.a.w., membagi (nafkah batin dan
giliranya), diantara istri-istrinya dengan adil. Beliau bersabda, “Ya Allah! Inilah
pembagianku pada apa yang aku miliki. Janganlah engkau mencelaku dalam perkara yang
tidak aku miliki.” (H.R. Abu Daud, at-Tirmidzi, an-Nasa‟i dan Ibnu Majah)

3. Hadits Taqriri

Hadis taqrir merupakan hadist yang berisi ketetapan Nabi s.a.w., terhadap perkara yang
datang atau dilakukan oleh para sahabatnya. Nabi s.a.w., mendiamkan atau membiarkan suatu
perbuatan yang dilakukan oleh para sahabatnya, tanpa memberikan penegasan, apakah beliau
membenarkan atau mempermasalahkannya. Oleh karena itu sikap Nabi s.a.w., yang seperti
ini oleh para sahabat dijadikan hujjah (dalil) atau memiliki kekuatan hukum untuk
menetapkan suatu kepastian Syara‟. Contoh dari hadis taqriri ialah sikap Rasulullah s.a.w,
yang membiarkan para sahabat dalam menafsirkan sabdanya tentang shalat pada suatu
peperangan, yaitu:

َ ٚ‫ قُ َس‬ْٙ َُِ‫ ب‬ِٙ‫ٍَ أَ َح ُد ْان َعصْ َسإِالَّ ف‬ْٛ ِّ‫صه‬


٘‫ {زٔاِ انبحاز‬.ُ‫ْضت‬ َ ُٚ َ‫}ال‬

Artinya: Janganlah seorang pun melakukan shalat Ashar, kecuali nanti di Bani quraidhah.
(H.R Al-Bukhari) Para sahabat berbeda pendapat dalam memahami hadits ini, pertama
sebagian sahabat memahami larangan itu berdasarkan hakikat perintah tersebut sehingga
1
NGAJI SALAFY. 2021. “Pengertian Hadist, Sunnah, Khabar dan Atsar Menurut Beberapa
Ulama.'”NGAJISALAFY.http://www.ngajisalafy.com/2021/04/pengertian-hadist-sunnah-khabar-dan-
atsar.html.

7
mereka terlambat dalam melaksanakan shalat ashar. Kedua, sahabat yang lain memahami
perintah tersebut untuk segera menuju bani Quraidhah, serius dalam peperangan dan
perjalannya sehingga dapat melaksanakan sholat tepat waktu. Perbedaan para sahabat ini
dibiarkan oleh Nabi Muhammad s.a.w., tanpa ada yang diingkarinya atau disalahkan.

4. Hadits Hammi

Hadist hammi ialah hadits yang berupa keinginan atau hasrat Nabi Muhammad s.a.w., yang
belum terealisasikan, seperti berpuasa pada tanggal 9 „Asyura. Seperti contoh:

‫َْٕ َو‬ٚ ََُِّّ‫َا َزسُْٕ َل هللاِ إ‬ٚ : ُْٕ‫َا ِي ِّ قَان‬ٛ‫ص‬ِ ِ‫َْٕ َو عَا ُشْٕ َزا َء َٔأَ َي َسََا ب‬ٚ ‫ّ ٔسهى‬ٛ‫ صهٗ هللا عه‬ُّٙ ِ‫صا َو انَُّب‬َ ٍَْٛ ‫َقُْٕ ُل ِح‬ٚ ‫س‬
ٍ ‫ع ٍَْ َع ْب ِد هللاِ بِ ٍْ َعبَّا‬
‫ {زٔاِ أبٕ دأد‬.‫اس ِع‬ ِ َّ‫َْٕ َو انت‬ٚ ‫ص ًَُْا‬ُ ‫ فَإ ِ َذا َكاٌَ ْان َعا َو ْان ًُ ْقبِ ُم‬:‫ّ ٔسهى‬ٛ‫ فَقَا َل َزسُْٕ َل هللاِ صهٗ هللا عه‬.ٖ‫از‬
َ ‫ص‬َ َُّ‫َُْٕٓ َد َٔان‬ٛ‫}تَ َعظِّ ًُُّ ْان‬

Artinya: Dari Abdullah ibn Abbas. Ia berkata, “ketika Nabi Muhammad s.a.w., berpuasa
pada hari „Asyura dan memerintahkan para sahabatnya untuk berpuasa, mereka berkata, “Ya
Rasulallah hari ini merupakan hari yang diagungkan oleh orang Yahudi dan Nasrani”.
Rasulullah kemudian bersabdah, “tahun yang akan datang insya Allah aku akan berpuasa
pada hari yang kesembilan” (H.R Abu Dawud) Dari hadis diatas bahwa Rasulullah ingin
melaksanakan puasa pada tahun berikutnya, namun belum sempat merealisasikan hasrat ini
dikarenakan beliau wafat sebelum datangnya bulan „Asyura tahun berikutnya. Adapun dalam
menyikapi hadis ini menurut para ulama‟ seperti imam Syafi‟i dan para pengikutnya
melaksanakan hadis hammi ini disunnahkan, sebagaimana melaksanakan sunnah-sunnah
yang lainya.²

5. Hadis Ahwali

Hadis ahwali adalah hadits yang berisi tentang hal ihwal nabi s.a.w., maksudnya hadis ini
tidak termasuk salah satu dari keempat hadist diatas. Adapun hadis-hadis yang berkaitan
dengan hal ihwal nabi ialah sifat-sifat dan kepribadian serta keadaan fisik Nabi s.a.w. seperti
contoh dibawah ini:

● Sifat-Sifat Nabi

ِ َُّ‫ ِّ َٔ َسهّ َى أَحْ سٍََ ان‬ْٛ َ‫صه َّٗ هللاُ َعه‬


}ّٛ‫ {يتفق عه‬.‫اس ُخهُقًا‬ َ ِ‫َكاٌَ َزسُْٕ َل هللا‬

8
Artinya: “Rasulullah s.a.w., merupakan orang yang paling mulia akhlaknya. Muttafaqun
Alaih)2

● Fisik Nabi

ِ َ‫ ِم ْانبَائِ ٍِ َٔالَ بِ ْانق‬ْٚ ِٕ َّ‫ْس بِانط‬


}ّٛ‫ {يتفق عه‬.‫ ِْس‬ٛ‫ص‬ َ َٛ‫اس َٔجْ ًٓا َٔأَحْ َسُُُّ خَ ْهقًا ن‬
ِ َُّ‫ ِّ َٔ َسهَّ َى أَحْ سٍََ ان‬ْٛ َ‫صه َّٗ هللاُ َعه‬
َ ِ‫َكاٌَ َزسُْٕ َل هللا‬

Artinya: “Rasulullah s.a.w., merupakan manusia yang paling baik rupa dan tubuhnya.
Dimana keadaan fisiknya tidak tinggi dan tidak pendek. (H.R Al-Bukhari)

3.1 Fungsi Hadits


Dalam Al-Qur‟an telah dijelaskan bahwa sebagian besar ayat-ayat hukum dalam Al-Qur‟an
adalah garis besar secara amaliyah belum dapat dilaksanakan tanpa penjelasan dari hadits.
Dengan demikian fungsi hadits yang utama adalah untuk menjelaskan Al-Qur‟an.
Hal ini telah dijelaskan Allah dalam surat An-Nahl :64

Artinya: Dan Kami tidak menurunkan kepadamu Al-Kitab (Al Quran) ini, melainkan agar
kamu dapat menjelaskan kepada mereka apa yang mereka perselisihkan itu.

Dengan demikian bila Al-Qur‟an disebut sebagai sumber asli bagi hukum fiqh, maka Hadits
disebut sebagai bayani. Dalam kedudukannya sebagai bayani dalam hubungannya dengan
Al-Qur‟an, ia menjalankan fungsi sebagai berikut :

1. Menguatkan dan menegaskan hukum-hukum tersebut dalam Al-Qur‟an atau disebut


fungsi ta’kid dan taqrir. Dalam bentuk ini Hadits hanya seperti mengulangi apa-apa
yang tersebut dalam Al-Qur‟an. Umpanya Firman Allah dalam surat Al-Baqarah :110
yang artinya :

“ Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat “ ayat itu dikuatkan oleh sabda Nabi yang
artinya :

“ Islam itu didirikan dengan lima pondasi : kesaksian bahwa tidak ada tuhan selain Allah
dan muhammad adalah Rasulullah, mendirikan shalat, menunaikan zakat.

2. Memberikan penjelasan terhadap apa yang dimaksud dalam Al-Qur‟an dalam hal :
3. Menjelaskan arti yang masih samar dalam Al-Qur‟an
4. Merinci apa-apa yang dalam Al-Qur‟an disebutkan secara garis besar.
5. Membatasi apa-apa yang dalam Al-Qur‟an disebutkan secara umum
6. Memperluas maksud dari sesuatu yang tersebut dalam Al-Qur‟an.

Contoh menjelaskan arti kata dalam Al-Qur‟an kata shalat yang masih samar artinya, karena
dapat saja shalat itu berarti do‟a sebagaimana yang biasa dipahami secara umum waktu itu.

2
abdillah at tirmidzi, muhammad mahfudz i. 1974. manhaj dzawi an najar. surabaya, jawa timur: n.p.

9
Kemudian Nabi melakukan serangkaian perbuatan, yang terdiri dari ucapan dan perbuatan
secara jelas yang dimulai dari takbiratul ihram dan berakhir dengan salam. Sesudah itu Nabi
bersabda :inilah shalat itu, kerjakanlah shalat sebagaimana kamu melihat saya mengerjakan
shalat.

3. Menetapkan suatu hukum dalam hadits yang secara jelas tidak terdapat dalam Al-
Qur‟an. Dengan demikian kelihatan bahwa Hadits menetapkan sendiri hukum yang
tidak ditetapkan dalam Al-Qur‟an. Fungsi hadits dalam bentuk ini disebut itsbat.
Sebenarnya bila diperhatikan dengan teliti akan jelas bahwa apa yang ditetapkan
hadits itu pada hakikatnya adalah penjelasan terhadap apa yang disinggung Al-Qur‟an
atau memperluas apa yang disebutkan Al-Qur‟an secara terbatas. Umpamanya Allah
SWT mengharamkan memakan bangkai, darah, dan daging babi. Larangan Nabi ini
menurut lahirnya dapat dikatakan sebagai hukum baru yang ditetapkan oleh Nabi,
karena memang apa yang diharamkan Nabi ini secara jelas tidak terdapat dalam Al-
Qur‟an. Tetapi kalau dipahami lebih lanjut larangan Nabi itu hanyalah sebagai
penjelasan terhadap larangan Al-Qur‟anlah memakan sesuatu yang kotor.3

3
MTsN 7 KOTA Padang. n.d. “pengertian, kedudukan dan fungsi hadits.” pengertian,kedudukan dan
fungsi hadits. Accessed oktober minggu, 2022.
https://sumbar.kemenag.go.id/v2/post/1952/pengertian-kedudukan-dan-fungsi-
hadits.html#:~:text=semua%20umat%20Islam.-
,Fungsi%20hadits%20yang%20utama%20adalah%20untuk%20menjelaskan%20Al%2DQur'an,bentu
knya%20sebagaimana%20disebutkan%20di%20atas.

10
BAB III

KESIMPULAN

Hadis merupakan berita lisan yang bersumber dari nabi, yang ditekankan di sini
adalah keberadaan Hadis sebagai berita lisan, bukan keberadaan Nabi sebagai sumbernya.
Sedangkan sunnah, sebagaimana lazimnya dalam pandangan umat Islam terdahulu merujuk
kepada berita lisan, baik ada ataupun tidak ada mengenai permasalahan hukum atau
keagamaan tersebut. Pada umumnya Hadis dipandang sebagai sunnah, akan tetapi setiap
sunnah tidak mesti mempunyai Hadis yang bersesuaian dan mengukuhkannya. Bahkan
mungkin sekali terjadi pertentangan antara Hadis dan sunnah atau katakanlah hukum adat
yang berlaku.

11
Daftar pustaka

Kitab Mustholahul Hadits

Ulumul Hadits

abdillah at tirmidzi, muhammad mahfudz i. 1974. manhaj dzawi an najar. surabaya, jawa
timur: n.p.

idri. 2010. studi hadits. Vol. 6. jakarta, jakarta: kencana.

MTsN 7 KOTA Padang. n.d. “pengertian, kedudukan dan fungsi hadits.”


pengertian,kedudukan dan fungsi hadits. Accessed oktober minggu, 2022.
https://sumbar.kemenag.go.id/v2/post/1952/pengertian-kedudukan-dan-fungsi-
hadits.html#:~:text=semua%20umat%20Islam.-
,Fungsi%20hadits%20yang%20utama%20adalah%20untuk%20menjelaskan%20Al%2DQur'
an,bentuknya%20sebagaimana%20disebutkan%20di%20atas.

NGAJI SALAFY. 2021. “Pengertian Hadist, Sunnah, Khabar dan Atsar Menurut Beberapa
Ulama.'”NGAJISALAFY.http://www.ngajisalafy.com/2021/04/pengertian-hadist-sunnah-
khabar-dan-atsar.html.

12

Anda mungkin juga menyukai