Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

Klasifikasi Hadis Ditinjau Dari Berbagai Aspek


Untuk Memenuhi Tugas Ulumul Hadis

Disusun oleh:
Kelompok 2

1. Fikri Ulil Amri 234110101222


2. Muhammad Thariq Rizki 234110101236
3. Arzaky Putra Artahdiansyah 234110101214
4. muhamad rizki romadhon 234110101234

BIMBINGAN KONSELING ISLAM


FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UIN PROF K. H. SAIFUDDIN ZUHRI
PURWOKERTO
2024
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini. Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan
maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat
memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak
terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan
makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu, dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini. Kami berharap semoga makalah
ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

Purwokerto, 10 Maret 2024


Kelompok 2

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................
DAFTAR ISI.........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................
A. Latar belakang..........................................................................................
B. Rumusan masalah.....................................................................................
C. Tujuan penulisan.......................................................................................

BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................

A. Aspek bentuk hadis....................................................................................


B. Aspek sumber hadis...................................................................................
C. Aspek pengikat atau tidaknya suatu hadis.................................................

BAB III PENUTUP...............................................................................................

A. Kesimpulan...............................................................................................

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

C. A. Latar Belakang
Nabi Muhammad SAW merupakan Rasul utusan Allah yang diutus untuk
menyempurnakan ajaran-ajaran yang nabi-nabi sebelumnya. Beliau
merupakan sosok yang dikenal ramah,juga peduli akan situasi dan kondisi
kaumnya. Nabi Muhammad SAW sudah dijamin masuk surga oleh Allah
SWT, sehingga perkataan, perbuatan dan ketetapan beliau menjadi landasan
hukum Islam setelah Al-Qur’an yang sering kita kenal dengan Hadis.
Hadis merupakan sumber ajaran islam, disamping Al-Qur’an. Dilihat dari
sudut periwayatannya berbeda antara Al-Qur’an dengan Hadis. Hadis
merupakan sumber hukum Islam kedua setelah Alquran. diklasifikasi oleh
Ulama untuk memudahkan umat Islam dalam memahami makna, ciri-ciri
hadis, jenis-jenis hadis, perbedaan antar hadis serta untuk mencari hujjah
(alasan hukum). Oleh karena itu, pada kesempatan ini makalah ini akan
membahas tentang “Klasifikasi Hadis ditinjau dari Berbagai Aspeknya”.
Makalah ini disusun dengan semaksimal mungkin. Oleh karena itu, kami
sangat menghargai kritikan dan saran sebagai kesempurnakan makalah ini.

C. B. Rumusan Masalah

1. Apasaja Aspek Bentuk Hadis?


2. Apasaja Aspek Sumber Hadis?
3. Apasaja Aspek Pengikat Dan Tidaknya Suatu Hadis?

C. C. Tujuan Penulisan

1. Untuk Mengetahui Aspek Bentuk Hadis.


2. Untuk Mengetahuin Aspek Sumber Hadis.
3. Untuk Mengetahui Aspek Pengikat Dan Tidaknya Suatu Hadis.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Aspek Bentuk Hadis

1. Qauli
Hadis qauli adalah segala bentuk perkataan atau ucapan yang disandarkan
kepada Nabi SAW. Dengan kata lain, hadis qauli adalah hadis berupa
perkataan Nabi SAW, yang berisi berbagai tuntutan dan petunnjuk syara,
peristiwa, dan kisah, baik yang berkaitan dengan aspek akidah, syariat,
maupun akhlak. Dengan kata lain, hadits qauliyah yaitu sunnah Nabi SAW
yang hanya berupa ucapannya saja, baik dalam bentuk pernyataan, anjuran,
perintah, cegahan maupun larangan. Pernyataan Rasulullah ini umumnya
berupa respon akan suatu keadaan yang berlaku pada masa lalu, masa kini
dan masa depan. Contoh hadis qauli:
‫ِإَّنَم ا اَألْع َم اُل ِبالِّنَياِت َو ِإَّنَم ا ِلُك ِّل اْم ِر ٍئ َم ا َنَو ى‬

Artinya: “sesungguhnya perbuatan itu tergantung dari niat, dan bagi tipa-tipa
orang menurut apa niatnya.
Hadis ini mengdung hukum syariat tentang niat. Niat yang dimaksud
merujuk kepada dalam segala amal perbuatan agar mendapat pengakuan sah
dari syara. Contoh dalam bab akhlaq:

‫َنَّض َر ِهَّللا اْمَر َأ َسِمَع ِم َّنا َحِد يًثا َفَح ِفَظُه َح َّتى ُيَبَلَغُه َغْيَر ُه َفِإَّنُه ُرَّب َح اِم ِل ِفْقِه َلْيَس ِبَفِقْيِه َو ُرَّب َح اِم ِل ِفْقِه ِإَلى َم ْن‬
‫ َثاَل ُث ِح َص اٍل َال َيِغ ُّل َع َلْيِهَّن َقْلُب ُم ْس ِلٍم َأَبًدا ِإْخ اَل ُص اْلَع َمِل ِهَّلل َوُم َناَص َح ُة واَل ِة اَأْلْم ِر َو ُلُز ْو ُم‬.‫ُهَو َأْفَقُه ِم ْنُه‬
‫ َر َو اَه َأْح َم ُد‬. ‫اْلَج َم اَع ِة َفِإَّن َد ْع َو َتُهْم ُتِح ْيُط ِم ْن َو َر اِئِهْم‬

artinya: "Semoga Allah memberikan suatu kebaikan kepada orang yang telah
mendengar perkataanku, lalu menghafalnya dan menyampaikannya kepada
orang lain. Sebab banyak orang berbicara tentang fiqh tapi ia bukan ahlinya.
Ada tiga sifat yang karenanya tidak akan muncul rasa dengki dalam diri
seorang muslim, yaitu ikhlas beramal semata-mata hanya kepada Allah Swt.,
menasihati, taat dan patuh kepada pihak penguasa dan setia terhadap jama'ah.
Karena sesungguhnya doa mereka akan memberikan motivasi (dan
menjaganya) dari belakang." (HR Ahmad).
Hadis ini mengandung ajaran akhlaq agar selalu berakhlaq mulia, Ikhlas,
dan patuh kepada pimpinan.
2. Fi’li

Hadis fi’li maksudnya adalah segala perbuatan yang disadarkan kepada


nabi seperti cara nabi melaksanakan wudu, shalat, haji dan lain-lain. Hadis
fi’li ini tidak diketahui langsung dari nabi, tetapi melalui informasi yang
disampaikanoleh sahabat, ketika nabi melakukan sesuatu, sahabat
menyaksikan perbuatan tersebut kemudian menyampaikannya kepada sahabat
yang lain atau kepada tabi’in. contoh hadis fi’li:
‫َح َّد َثَنا ُقَتْيَبُة َو اْبُن َأِبي ُع َم َر َقااَل َح َّد َثَنا ُس ْفَياُن ْبُن ُع َيْيَنَة َع ْن الُّز ْهِرِّي َع ْن َس اِلٍم َع ْن َأِبيِه َقاَل َر َأْيُت َر ُسوَل ِهَّللا‬
‫ْأ‬
‫َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم ِإَذ ا اْفَتَتَح الَّص اَل َة َيْر َفُع َيَد ْيِه َح َّتى ُيَح اِذَي َم ْنِكَبْيِه َوِإَذ ا َر َك َع َوِإَذ ا َر َفَع َر َس ُه ِم ْن الُّر ُك وِع‬

Artinya: mam At-Tirmidzi berkata, ”Telah menceritakan kepada kami


Qutaibah dan Ibnu Abu Umar keduanya berkata, ”Telah menceritakan kepada
kami Sufyan bin Uyainah dari Az Zuhri dari Salim dari ayahnya ia berkata,
”Aku melihat Rasulullah SAW ketika membuka shalat mengangkat kedua
tangannya hingga sejajar dengan kedua pundaknya. Beliau juga mengangkat
tangan ketika rukuk dan mengangkat kepalanya dari rukuk.” [At-Tirmidzi no.
237].

Contoh hadist yang satu ini juga menerangkan tentang tindakan atau waktu
Rasulullah mengangkat kedua tangannya ketika melaksanakan sholat.

3. Taqriri

Tidak semua materi hadis utuh dari nabi baik berupa perkataan maupun
perbuatan. Sebagiannya adalah perkataan dan perbuatan sahabat, baik yang
dilakuakn didepan nabi atau yang tidak kemudian dikonfirmasi kepada nabi.
Hadis dalam ketetapan ini disebut sebagai hadis taqriri, yaitu hadis yang
berupa ketetapan nabi terhadap apa yang dating atau dilakukan oleh para
sahabatnya. Contoh hadis taqriri:

‫ ُكَّنا َنْش َتِري الَّطَع اَم ِم َن الُّر ْك َباِن ِج َز اًفا َفَنَهاَنا‬: ‫َع ِن ْبِن ُع َم َر َر ِض َي ُهللا َع ْنُهَم ا َقاَل‬
‫َر ُسْو ُل ِهللا َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َأْن َنِبْيَع ُه َح َّتى َنْنُقَلُه ِم ْن َم َك اِنِه‬

Artinya: Dari Abdulloh bin Umar, dia berkata, “Dahulu kami (para
sahabat) membeli makanan secara taksiran, maka Rosululloh sholallohu
‘alaihi wasallam melarang kami menjual lagi sampai kami
memindahkannya. Dari tempat belinya (HR Muslim 1526).

4. Shifati

Sifati atau ahwali adalah hadis yang berupa hal ikhwal nabi yang berkenaan
dengan keadaan fisik, sifat-sifat, dan kepribadianya. Ada dua hal yang
tergolong dalam kategori hadis ahwali. Pertama,hal-hal yang bersifat psikis
dan personalitas yang tercermin dalam sikap dan tingkah laku keseharian
beliau. Seperti cara bertutiur kata, makan, minum, menerima tamu, dan
bergaul bersama masyarakat, dan lain-lain Kedua, hal-hal yang terkait dalam
fisik nabi muhammad saw. Seperti tentang raut wajah, warna kulit dan tinggi
badannya. Dalam sebuah hadis dinyatakan:

}‫ {متفق عليه‬.‫َك اَن َر ُسْو ُل ِهللا َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َأْح َس َن الَّناِس ُخُلًقا‬

Artinya: Rasulullah SAW, adalah orang yang paling mulia akhlaqnya


(mutafaq’alaih).

5. Hadis hammi

Sebagai mana manusia pada umumnya, Nabi juga mempunyai cita-cita.


Hadis yang berisi cita-cita nabi disebut dengan hadis hammi, yaitu hadis yang
berupa hasrat nabi yang belum terselasikan. Hadis hammi belum terwujud,
tapi masih bentuk keinginan yang pelaksanaannya akan dilakukan pada masa
sesudahnya. Oleh sebab itu hadis hammi bukan perkataan, perbuatan,
persetujuan atau atau sifat-sifat nabi. Tetapi perbuatan yang akan dilakukan
Nabi pada masa-masa sebelumnya. Contoh hadis hammi:

‫َع ْن َع ْبِد ِهللا ِبْن َعَّباٍس َيُقْو ُل ِح ْيَن َص اَم الَّنِبُّي صلى هللا عليه وسلم َيْو َم َعا ُش ْو َر اَء َو َأَم َر َنا ِبِصَياِمِه‬
‫ َفِإَذ ا َك اَن‬:‫ َفَقاَل َر ُسْو َل ِهللا صلى هللا عليه وسلم‬.‫ َيا َر ُسْو َل ِهللا ِإَّنُه َيْو َم َتَع ِّظُم ُه اْلَيُهْو َد َو الَّنَص اَر ى‬: ‫َقاُلْو‬
}‫ {رواه أبو داود‬.‫اْلَع اَم اْلُم ْقِبُل ُص ْم َنا َيْو َم الَّتاِس ِع‬

Artinya: Dari Abdullah ibn Abbas. Ia berkata, “ketika Nabi Muhammad


s.a.w., berpuasa pada hari ‘Asyura dan memerintahkan para sahabatnya untuk
berpuasa, mereka berkata, “Ya Rasulallah hari ini merupakan hari yang
diagungkan oleh orang Yahudi dan Nasrani”. Rasulullah kemudian
bersabdah, “tahun yang akan datang insya Allah aku akan berpuasa pada hari
yang kesembilan” (H.R Abu Dawud).

Dari hadis diatas bahwa Rasulullah ingin melaksanakan puasa pada tahun
berikutnya, namun belum sempat merealisasikan hasrat ini dikarnakan beliau
wafat sebelum datangnya bulan ‘Asyura tahun berikutnya. Adapun dalam
menyikapi hadis ini menurut para ulama’ seperti imam Syafi’i dan para
pengikutnya melaksanakan hadis hammi ini disunnahkan, sebagaimana
melaksanakan sunnah-sunnah yang lainya.

B. Aspek Sumber Hadis

adits bukan hanya ucapan atau perbuatan Nabi, namun juga orang lain. Baik
itu Sahabat Nabi maupun orang-orang setelahnya.hadits terbagi menjadi 3, yaitu:

Marfu’ : penisbatannya pada Nabi shollallahu alaihi wasallam.

Mauquf: penisbatannya pada Sahabat Nabi ridhwaanullaahi alaihim ajmain.

Maqthu’: penisbatannya pada Tabi’i atau orang-orang setelahnya.

1. Hadist marfu

adalah kategori hadits yang memiliki hubungan langsung dengan Nabi


Muhammad SAW. Merupakan sumber penting dalam tradisi hadits, hadits Marfu'
merekam ajaran, perbuatan, atau kata-kata langsung dari Rasulullah kepada umat
Islam. Hadits Marfu' dapat memiliki kualitas yang bervariasi. Seperti sahih
(tepercaya), hasan (baik), atau dhaif (lemah), dan juga bisa berupa Mauquf
(berhenti pada perawi), serta Mursal (perawi yang melewatkan generasi).
Sebagian hadits Marfu' memiliki sanad yang bersambung secara langsung dari
Rasulullah SAW ke perawi terakhir, sehingga memiliki potensi untuk memiliki
kualitas sahih atau hasan.

Namun, ada pula hadits Marfu' yang sanadnya tidak bersambung secara
langsung, dapat terbagi menjadi Mauquf atau Mursal, yang secara langsung
mempengaruhi keabsahannya. Contoh Hadits Marfu’ Shahih: atTirmidzi
menyatakan telah menceritakan kepada kami Ibnu Abi Umar (ia berkata) telah
menceritakan kepada kami Sufyan dari ‘Amr bin Dinar dari Abu Qobuus dari
Abdullah bin ‘Amr –semoga Allah meridhainya- ia berkata: Rasulullah
shollallahu alaihi wasallam bersabda: Orang-orang yang memiliki kasih sayang
akan disayangi oleh arRahmaan (Allah). Berkasih sayanglah terhadap yang ada di
bumi, niscaya Yang di atas langit akan menyayangimu (H.R atTirmidzi,
dishahihkan Syaikh al-Albaniy). Contoh Hadits Marfu’ yang Tidak Shahih

Ibnu Majah menyatakan telah menceritakan kepada kami Hisyam bin


‘Ammaar (ia berkata) telah menceritakan kepada kami Ismail bin Ayyaasy (ia
berkata) telah menceritakan kepada kami Abu Bakr al-Hudzaliy dari Qotadah dari
al-Hasan dari Samuroh bin Jundab bahwasanya Nabi shollallahu alaihi wasallam
bersabda: Jika Imam mengucapkan salam, jawablah oleh kalian salamnya (H.R
Ibnu Majah, dilemahkan Syaikh al-Albaniy).

Penyebab kelemahan riwayat ini ada 3, yaitu:

Pertama: al-Hasan (al-Bashriy) adalah perawi yang mudallis, dan ini adalah
periwayatan secara mu’an-‘an atau an-‘anah. Kedua: Abu Bakr al-Hudzaliy
adalah perawi yang matruk (ditinggalkan periwayatannya). Ketiga: Ismail bin
Ayyasy, jika meriwayatkan hadits dari perawi yang bukan dari Syam adalah
lemah. Ketiga penyebab kelemahan riwayat ini dijelaskan oleh Syaikh al-Albaniy
dalam Silsilah al-Ahaadits ad-Dhaifah.

2. Hadist mauquf

Mauquf secara harfiah berasal dari kata al-waqf yang artinya berhenti.
Dikatakan mauquf karena sanadnya terhenti pada sahabat nabi dan tidak berurutan
rantai sanadnya. Hadis mauquf adalah perbuatan, perkataan, dan taqrir yang hanya
disandarkan kepada sahabat nabi. Hal ini berlaku baik sanadnya bersambung
(muttashil) atau terputus (munqati). Riwayat mauquf sanadnya ada yang shahih,
hasan, dan dhaif. Hukum asal hadis mauquf tidak boleh digunakan berhujjah
dalam agama karena bersumber dari perkataan dan perbuatan sahabat.hadis
mauquf dibedakan menjadi tiga jenis, yakni mauquf qauli (berdasarkan
perkataan), mauquf fi’li (berdasarkan perbuatan), dan mauquf taqriri. Contoh
Hadis Mauquf Qauli Seperti perkataan seorang perawi “Telah berkata Ali bin Abi
Thalib, ‘Berbicaralah kepada manusia dengan apa yang mereka ketahui. Apakah
kalian ingin mereka mendustakan Allah dan Rasul-Nya?’”. Contoh Hadis Mauquf
Fi’li

Seperti perkataan Imam Bukhari, “Ibnu Abbas menjadi imam sedangkan dia
hanya bertayamum”. Contoh Hadis Mauquf Taqriri Seperti perkataan seorang
tabi’in, “Aku telah melakukan begini di depan seorang sahabat dan dia tidak
mengingkari atasku”. Contoh Hadits Mauquf yang Shahih.

Dari Abdullah (bin Mas’ud) -semoga Allah meridhainya- ia berkata:


Sederhana dalam Sunnah itu lebih baik daripada bersungguh-sungguh dalam
kebid’ahan. (Riwayat al-Baihaqiy dalam as-Sunan al-Kubro, al-Hakim dalam al-
Mustadrak, dinyatakan shahih sesuai syarat al-Bukhari dan Muslim oleh adz-
Dzahabiy)
Ini adalah hadits mauquf yang merupakan ucapan seorang Sahabat Nabi
Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu anhu. Hadits itu memberikan pelajaran bagi
kita bahwa yang terpenting dalam menjalankan Dien ini adalah ketepatan sesuai
dengan Sunnah Nabi. Meski kita hanya sedikit dalam mengamalkan sunnah Nabi,
itu jauh lebih baik dibandingkan banyak ibadah, namun berkubang dalam
kebid’ahan. Contoh Hadits Mauquf yang Tidak Shahih:

Abu Dawud menyatakan): Telah menceritakan kepada kami Abu Taubah


arRabi’ bin Naafi’ (ia berkata) telah mengkhabarkan kepada kami Abu Ishaq yaitu
al-Fazaariy dari Humaid dari al-Hasan dari Jabir bin Abdillah -semoga Allah
meridhainya- ia berkata: “Kami melakukan sholat tathowwu’ (sunnah),
kamiberdoa saat berdiri dan duduk, dan kami bertasbih saat ruku’ dan sujud.”
(H.R Abu Dawud) Hadits ini dinisbatkan sebagai ucapan Sahabat Nabi Jabir bin
Abdillah. Namun riwayatnya lemah. Meski semua perawinya tsiqoh, namun
sanadnya terputus antara al-Hasan dengan Jabir. Karena al-Hasan (al-Bashri) tidak
pernah bertemu dengan Jabir bin Abdillah.

3. Hadis maqthu

Hadis Maqthu adalah hadits yang disandarkan kepada tabi'in atau orang yang
berada setelahnya, baik perkataan, perbuatan, atau ketetapannya, baik bersambung
sanadnya maupun terputus. Contoh hadis maqthu:

a) Hadis maqthu qauli (yang berupa perkataan):"Shalatlah dan dialah yang


menanggung bid’ahnya”.

b) Hadis maqthu fi’li (yang berupa perbuatan): "Masruq membentangkan


pembatas antara dia dan keluarganya". Hadis Maqthu tidak dapat dijadikan hujjah
dalam hukum syara' karena ia bukan yang datang dari Rasulullah saw., hanya
perkataan atau perbuatan sebagian atau salah seorang umat Islam.

C. Klasifikasi Hadis Ditinjau Dari Aspek Mengikat Dan Tidaknya

1. Khushushiyyah

Adapun khushushiyyah, ini juga sudah masuk ranah kamusuliyyah, bahwa ada
beberapa naskahdalil yang hukumnyayang dikhususkan untuk Rasulullah
sajatanpa umatnya atau sebaliknya walaupun jumlahnya sedikit. Contoh:

 menikah lebih dari pada empat istri itu khusus buat nabi saja, untuk umatnya
tidak diperkenankan.
 Shalat witir wajib khusus bagi nabi saja, dan sudah bagi umatnya.
Jika ingin membahas tentang teks hadis tidak mengikat (muqayyad) atau
tidak muqayyad (mutlak)itu sudah menjadi pembahasan ilmu kemudian fiqh.
Terlebih lagi menjadi pembahasan ulumul hadis. Contoh ayat yang tidak
muqayyad (mengikat) ‫ ريرحتف‬ya pada ayat ini berkaitan dengan merdeka budak
ikatan dengan sifat budak yang “beriman” artinya budak yang harus dibebaskan
adalah budak yang mukmin. Adapun contoh yang mengikat (muqayyad) ‫ريرحتف‬
pada ayat ini tidak ada ikatan sifat budak yang harus dibebaskan, asal budak saja
cukup.

2. Risalah/ tasyi’riyyah

Menurut al-Dahlawi hadis tasyi’riyyah adalah hadis yang muncul dari posisi
nabi sebagai sorang rasul. menurut al-Dahlawi jenis hadis yang masuk dalam
kategori tasyri’iyyah ini adalah sebagai berikut: pertama, ilmu-ilmu tentang hari
akhirat dan keajaiban-keajaiban yang tidak dapat dicapai oleh manusia biasa.
Semua hal ini berdasarkan wahyu dari Allah. Kedua, aturan-aturan syariat,
batasan-batasan ibadah, dan masalah-masalah irtifaqat (muamalah sesama
manusia). Sebagian dari hal yang disebutkan merupakan hasil wahyu yang
diberikan Allah.

Sementara sebagian yang lain adalah hasil ijtihad Nabi Muhammad yang
setingkat dengan wahyu, sebab Allah melindungi beliau dari pemikiran yang
salah. Ketiga, kebijakan-kebijakan praktis (hikam al-mursalah) dan kemaslahatan
mutlak yang Nabi tidak menetapkannya untuk waktu tertentu dan tidak pula
menentukan batasannya, seperti penjelasan Nabi tentang yang baik dan buruk. Hal
ini termasuk ijtihad Nabi, akan tetapi Allah sebelumnya telah memberikan
prinsip-prinsip irtifaqat atau bisa dikatakan berdasarkan bimbingan wahyu, seperti
penjelasan tentang baik dan buruk. Keempat, keutamaan-keutamaan perbuatan
dan sifat-sifat istimewa dari orang yang berbuat kebajikan. Sebagian dari hal ini
berdasar pada wahyu dan sebagian lainnya berdasarkan pada ijtihad Nabi.

3. Basya Riyyah/Ghairu Tasyiri'iyyah

hadis ghairu tasyri’iyyah, yaitu hadis yang tidak termasuk dalam jalan
penyampaian risalah (ma laisa min bab tabligh al-risâlah). Tabligh al-risalah
merupakan hadis atau sunnah Nabi yang substansinya berkaitan dengan perintah
dalam ajaran Islam. Sedangkan ghairu tabligh al-risalah adalah hadis atau sunnah
Nabi yang tidak berkaitan dengan perintah ajaran agama Islam. Jika Muhammad
berada dalam posisi ini, maka tidak wajib ditaati, sebab kapasitasnya adalah
sebagai manusia biasa. kategori ghairu tasyri’iyyah atau malaisamin bab tabligh
al-risalah ini adalah: pertama, ilmu-ilmu tentang pengobatan (medis). Rasulullah
Saw melalui sabdanya mengatakan bahwa obat penyakit ini adalah itu dan obat
penyakit ini adalah ini, padahal Rasulullah Saw bukanlah diutus sebagai tabib atau
dokter yang tugasnya menyembuhkan penyakit fisik atau mengajarkan dunia
pengobatan, melainkan sebagai seorang Nabi yang membawa risalah. Kalaupun
beliau pernah berkata tentang masalah pengobatan, maka bukan bagian dari
hukum dan risalah, tetapi sebagai bagian dari sisikemanusiaan beliau. Karena itu,
berobat dengan apa yang pernah disebutkan Nabi tidak berkonsekuensi hukum
wajib.

BAB III

PENUTUP

Simpulan

 Hadis qauli adalah segala bentuk perkataan atau ucapan yang disandarkan
kepada Nabi SAW. Dengan kata lain, hadis qauli adalah hadis berupa
perkataan Nabi SAW, yang berisi berbagai tuntutan dan petunnjuk syara,
peristiwa, dan kisah, baik yang berkaitan dengan aspek akidah, syariat,
maupun akhlak.
 Hadis fi’li maksudnya adalah segala perbuatan yang disadarkan kepada nabi
seperti cara nabi melaksanakan wudu, shalat, haji dan lain-lain. Hadis fi’li ini
tidak diketahui langsung dari nabi, tetapi melalui informasi yang
disampaikanoleh sahabat, ketika nabi melakukan sesuatu, sahabat
menyaksikan perbuatan tersebut kemudian menyampaikannya kepada sahabat
yang lain atau kepada tabi’in.
 Tidak semua materi hadis utuh dari nabi baik berupa perkataan maupun
perbuatan. Sebagiannya adalah perkataan dan perbuatan sahabat, baik yang
dilakuakn didepan nabi atau yang tidak kemudian dikonfirmasi kepada nabi.
Hadis dalam ketetapan ini disebut sebagai hadis taqriri, yaitu hadis yang
berupa ketetapan nabi terhadap apa yang dating atau dilakukan oleh para
sahabatnya.
 Sifati atau ahwali adalah hadis yang berupa hal ikhwal nabi yang berkenaan
dengan keadaan fisik, sifat-sifat, dan kepribadianya. Ada dua hal yang
tergolong dalam kategori hadis ahwali. Pertama,hal-hal yang bersifat psikis
dan personalitas yang tercermin dalam sikap dan tingkah laku keseharian
beliau. Seperti cara bertutiur kata, makan, minum, menerima tamu, dan
bergaul bersama masyarakat, dan lain-lain Kedua, hal-hal yang terkait dalam
fisik nabi muhammad saw.
 Sebagai mana manusia pada umumnya, Nabi juga mempunyai cita-cita. Hadis
yang berisi cita-cita nabi disebut dengan hadis hammi, yaitu hadis yang berupa
hasrat nabi yang belum terselasikan. Hadis hammi belum terwujud, tapi masih
bentuk keinginan yang pelaksanaannya akan dilakukan pada masa sesudahnya.
Oleh sebab itu hadis hammi bukan perkataan, perbuatan, persetujuan atau atau
sifat-sifat nabi.
 Hadis marfu’ adalah kategori hadits yang memiliki hubungan langsung
dengan Nabi Muhammad SAW. Merupakan sumber penting dalam tradisi
hadits, hadits Marfu' merekam ajaran, perbuatan, atau kata-kata langsung dari
Rasulullah kepada umat Islam. Hadits Marfu' dapat memiliki kualitas yang
bervariasi. Seperti sahih (tepercaya), hasan (baik), atau dhaif (lemah), dan juga
bisa berupa Mauquf (berhenti pada perawi), serta Mursal (perawi yang
melewatkan generasi).
 Mauquf secara harfiah berasal dari kata al-waqf yang artinya berhenti.
Dikatakan mauquf karena sanadnya terhenti pada sahabat nabi dan tidak
berurutan rantai sanadnya. Hadis mauquf adalah perbuatan, perkataan, dan
taqrir yang hanya disandarkan kepada sahabat nabi. Hal ini berlaku baik
sanadnya bersambung (muttashil) atau terputus (munqati). Riwayat mauquf
sanadnya ada yang shahih, hasan, dan dhaif.
 Hadis Maqthu adalah hadits yang disandarkan kepada tabi'in atau orang yang
berada setelahnya, baik perkataan, perbuatan, atau ketetapannya, baik
bersambung sanadnya maupun terputus.
 khushushiyyah, ini juga sudah masuk ranah kamusuliyyah, bahwa ada
beberapa naskahdalil yang hukumnyayang dikhususkan untuk Rasulullah
sajatanpa umatnya atau sebaliknya walaupun jumlahnya sedikit.
 Menurut al-Dahlawi hadis tasyi’riyyah adalah hadis yang muncul dari posisi
nabi sebagai sorang rasul. menurut al-Dahlawi jenis hadis yang masuk dalam
kategori tasyri’iyyah ini adalah sebagai berikut: pertama, ilmu-ilmu tentang
hari akhirat dan keajaiban-keajaiban yang tidak dapat dicapai oleh manusia
biasa. Semua hal ini berdasarkan wahyu dari Allah.
 hadis ghairu tasyri’iyyah, yaitu hadis yang tidak termasuk dalam jalan
penyampaian risalah (ma laisa min bab tabligh al-risâlah). Tabligh al-risalah
merupakan hadis atau sunnah Nabi yang substansinya berkaitan dengan
perintah dalam ajaran Islam. Sedangkan ghairu tabligh al-risalah adalah hadis
atau sunnah Nabi yang tidak berkaitan dengan perintah ajaran agama Islam.
DAFTAR PUSTAKA

Zuhri, Ahmad dkk. 2014. Ulumul Hadis. CV. Manhaji

Arifin, Johar. 2020. Jurnal An-Nida’ vol 44 no 1. Diakses pada tanggal 14 maret
2024.

https://itishom.org/blog/artikel/mustholah-hadits/pengertian-hadits-marfumauquf-
maqthu

https://www.liputan6.com/hot/read/5468734/hadits-marfu-adalah-langsung-
kepaaada-rasulullah-saw-benarkah-pasti-sahih

https://bimbinganislam.com/apa-itu-hadits-taqririyah-dan-contohnya/

https://www.masjidistiqlal.or.id/2023/06/pengertian-hadist-qauli-fili-taqriri-
hammi-ihwali.html.html

https://www.liputan6.com/hot/read/5386085/hadits-taqriri-adalah-hadis-
persetujuan-nabi-pahami-definisi-dan-contohnya?page=2

https://www.inews.id/lifestyle/muslim/hadits-taqririyah-pengertian-dan-
contohnya-yang-wajib-muslim-ketahui/2

Anda mungkin juga menyukai