Anda di halaman 1dari 15

MENGIKUTI SUNNAH RASULULLAH

Disusun untuk memenuhi tugas kuliah metodologi penilitian Hadits

Dosen Pengampu : Ustadz Zia Ul Haramein, Lc, M.Si

Disusun Oleh :

Fausiah ( 221410154 )

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN DAN PEMIKIRAN ISLAM

UNIVERSITAS PTIQ JAKARTA

2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya. Atas berkat rahmat dan hidayah-Nya serta berbagai upaya, tugas makalah mata
kuliah Metodologi Penelitian Hadist yang membahas tentang Penelitian hadist Tentang
mengikuti sunnah Rasulullah dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Dalam
penyusunan makalah ini, ditulis berdasarkan buku yang berkaitan dengan hadist, dan serta
informasi dari media massa yang berhubungan dengan hadist. Saya sebagai penulis menyadari
bahwa makalah ini masih kurang sempurna. Untuk itu diharapkan berbagai masukan yang
bersifat membagun demi kesempurnaanya. Akhir kata, semoga makalah ini dapat membawa
informasi dan manfaat untuk pembaca.

Depok, 19 November 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................... 1

DAFTAR ISI.................................................................................................... 2

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................... 3

A. Latar belakang............................................................................................. 3
B. Rumusan Masalah....................................................................................... 5
C. Tujuan Penulisan.......................................................................................... 5

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................... 6

A. Matan Hadits............................................................................................... 6
B. Rangkaian Sanad.......................................................................................... 6
C. Pohon Sanad................................................................................................ 7

BAB III BIOGRAFI........................................................................................... 8

BAB IV FIQHUL HADITS................................................................................. 11

KESIMPULAN................................................................................................ 12

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 13
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

As-Sunnah merupakan bagian dari wahyu Allah, yang isi dan kandungannya dilafadzkan
oleh Rasulullah SAW. Hal ini menunjukkan bahwa as-Sunnah memiliki otoritas yang sama pen-
tingnya dengan al-Qur‟an, yaitu selaku sumber penjelas isi kandungan ajaran Islam yang termuat
didalam maupun diluar al- Qur‟an. Oleh sebab itu, menurut jumhur al-Ulama‟ Sunnah memi- liki
posisi sangat dominan dan peran yang sangat urgent dalam perkembangan wacana Islam, wabil
khusus perihal yang berkaitan dengan hukum, sebagaimana yang telah diriwayatkan dalam Su-
nan Ibn Majah “Ingatlah, dan sesungguhnya apa yang diharamkan Rasu- lullah adalah sama
seperti apa yang diharamkan Allah"
Jumhur Ulama‟ (mayoritas ulama) berpandangan bahwa Sunnah merupakan perangkat
yang dapat menjelaskan hukum- hukum Allah yang masih bersifat Mujmal (Global). Oleh kare-
nanya dalam rangka mengungkap kandungan firman Tuhan, me- reka terlebih dahulu merujuk
kepada Hadis/Sunnah, seperti dalam kasus pelaksanaan shalat. Didalam al-Qur‟an, pembahasan
ten- tang shalat hanya berkisar pada kewajiban dan waktu-waktunya saja. Namun, pembahasan
yang lebih detail mengenai tatacara pelaksanaan maka harus merujuk kepada ajaran Rasul dalam
hal ini beliau bersabda “Shalluu Kama Ra‟Aitumuny Ushally” (shalatlah kalian sebagaimana aku
melaksanakaannya).
Di dalam tulisan ini ingin kami sampaikan beberapa keterangan yang menunjukkan
keindahan mengikuti Sunnah, sehingga dapat mendorong kita untuk kian semangat dalam meniti
jalan mulia ini. Semoga Allâh Ta’ala menganugerahkan kepada kita keikhlasan di dalam niat, dan
kebenaran di dalam amal, serta kesabaran di dalamnya.
As-Sunnah, secara lughawi (bahasa) artinya jalan atau ajaran, meliputi jalan yang baik
atau yang buruk.
Sedangkan menurut istilah ulama, sunnah memiliki beberapa makna sebagai berikut.
Menurut ulama ahli hadits, as-Sunnah ialah semua yang disandarkan kepada Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam, yang berupa qaul (perkataan), fi’il (perbuatan), taqrir (penetapan,
pengakuan) atau sifat. Istilah Sunnah ini semakna dengan hadits.
Menurut istilah ulama ahli fiqih, ialah sesuatu yang diperintahkan syari’at dengan
perintah yang tidak wajib, sehingga pelakunya mendapatkan pahala, sedangkan yang
meninggalkannya tidak disiksa.1

1
Lihat kitab-kitab ushul fiqih dalam bab as-Sunnah
Sunnah dalam istilah ahli fiqih ini semakna dengan mustahab, mandub, tathawwu’,
atau nafilah. Kebalikannya adalah wajib atau fardhu.2
Menurut istilah ulama-ulama Salaf atau ulama aqidah, yang dimaksud dengan Sunnah
ialah petunjuk (ajaran) Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya yang berupa ilmu,
keyakinan, perkataan, dan amal perbuatan.
Imam Ibnu Rajab al-Hambali rahimahullah berkata, “Sunnah adalah jalan yang dilewati,
dan hal itu mencakup berpegang teguh dengan petunjuk Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan
para Khulafaur Rasyidin, yang berupa keyakinan, amal perbuatan, dan perkataan. Inilah Sunnah
yang sempurna”.3
Adapun Sunnah dalam pembahasan penulisan kita ini ialah makna yang terakhir, dan
Sunnah dengan makna ini kebalikannya adalah bid’ah. Artinya, umat Islam wajib mengikuti
Sunnah, dan wajib menjauhi bid’ah, sebagaimana telah diwasiatkan oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi
wa sallam dan para sahabatnya.
Mengikuti Sunnah memiliki banyak keutamaan yang menunjukkan keindahannya. Di antaranya
ialah sebagai berikut:
1. Menunjukan Bukti Kecintaan Kepada Allâh.
Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata berkenaan dengan tafsir ayat ini:
“Ayat yang mulia ini sebagai hakim terhadap semua orang yang mengaku mencintai Allâh,
akan tetapi ia tidak berada di atas jalan Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam ; maka
sesungguhnya ia pendusta dalam pengakuannya itu, hingga ia mengikuti syari’at dan agama
Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam seluruh perkataan dan keadaannya,
sebagaimana terdapat dalam kitab Shahîh, dari Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bahwa beliau bersabda:
‫َم ْن َعِمَل َعَم اًل َلْي َس َع َلْيِه َأْم ُر َن ا َفُهَو َر ٌّد‬
Barangsiapa melakukan suatu amalan yang tidak ada tuntunan kami padanya, maka
amalan itu tertolak. [HR Muslim, no. 1718]
2. Menunjukkan Bukti Kecintaan Kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam.
Al-Qadhi ‘Iyadh Rahimahullah : “Ketahuilah, bahwa seseorang yang mencintai sesuatu, ia
akan mengutamakannya dan mengutamakan kecocokan dengannya. Jika tidak, maka ia tidak
benar dalam kecintaannya, dan ia (hanya) orang yang mengaku-ngaku saja. Maka orang yang
benar dalam kecintaannya kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ialah orang yang
nampak darinya tanda-tanda tersebut. Pertama dari tanda-tanda itu ialah meneladani Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam , mengamalkan sunnahnya (ajarannya), mengikuti perkataan dan

2
Mudzakkirah Ushulil-Fiqih, Syaikh Muhammad Amin asy-Syinqithi, hlm. 4.
3
Jami’ul-‘Ulum wal-Hikam, penerbit Darul-Ma’rifah, Beirut, cet. 1, th. 1408 H, hlm. 263.
perbuatannya, dan beradab dengan adab-adabnya, (baik) pada saat kesusahan maupun
kemudahan, pada waktu senang maupun benci”.4
3. Mengamalkan Dan Mendakwahkan Sunnah Nabi Merupakan Amalan Yang Besar.
Pelakunya akan mendapatkan pahala sebanyak pahala orang yang mengikutinya. Ini
ditunjukkan oleh banyak hadits shahîh, antara lain:
‫ْن َأِبي ُه َر ْي َر َة َأَّن َر ُسوَل ِهَّللا َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َق اَل َم ْن َد َع ا ِإَلى ُه ًد ى َك اَن َلُه ِمْن اَأْلْج ِر ِم ْث ُل ُأُجوِر َم ْن َت ِبَع ُه اَل َي ْنُقُص َذ ِلَك‬
‫ِمْن ُأُجوِر ِه ْم َش ْي ًئ ا َو َم ْن َد َع ا ِإَلى َض اَل َلٍة َك اَن َع َلْيِه ِمْن اِإْلْث ِم ِم ْث ُل آَث اِم َم ْن َت ِبَع ُه اَل َي ْنُقُص َذ ِلَك ِمْن آَث اِم ِه ْم َش ْي ًئ ا‬
Dari Abu Hurairah bahwa Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam : “Barangsiapa mengajak
menuju petunjuk, (maka) ia mendapatkan pahala seperti pahala orang-orang yang
mengikutinya, itu tidak mengurangi pahala mereka sedikitpun. Dan barangsiapa mengajak
menuju kesesatan, (maka) ia menanggung dosa seperti dosa orang-orang yang
mengikutinya, itu tidak mengurangi dosa-dosa mereka sedikitpun. [HR Muslim, no. 2674]

B. Rumusan Masalah
1. Sumber apa saja yang memuat hadits tersbut?
2. Bagaimana Penerapan Hadits tersebut?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui kitab atau sumber dari hadits tersebut
2. Mengetahui hukum dari sanad hadits tersebut

4
Asy-Syifa’, hlm. 571, dinukil dari Abhâts fil-I’tiqad, karya Abdul ‘Aziz bin Muhammad Alu Abdul-Lathif, hlm. 37
BAB II
PEMBAHASAN

ANALISIS HADITS DAN SANAD

Bagi peneliti, kegiatan takhrij Al-Hadits mempunyai beberapa hal yang menjadikannya
sangat penting dalam rangkaian penelitian hadits, yang memiliki tujuan pokok untuk mengetahui
asal-usul riwayat hadis yang akan diteliti. Tujuan yang lain untuk mengetahui seluruh riwayat
bagi hadits yang akan diteliti. Sebelum lanjut ke takhrij hadits, hadits ini diriwayatkan oleh imam
Ibnu Majjah pada kitab sunan ibnu majjah yang di dapatkan oleh penulis di Maktabah Syamilah
versi.3.64 yang berbunyi:

A. Matan Hadits
‫ عن ابي‬،‫ عن ابي قالبة‬،‫ عن قتادة‬،‫ حدثنا سعيد بن بشير‬،‫ حدثنا محمد بن شعيب‬،‫حدثنا هشام بن عمار‬
‫ اليزال طائفة من امتي على الحق‬: ‫ ان رسول هللا صلى هللا عليه وسلم قال‬،‫ عن ثوبان‬،‫اسماء الرحبي‬
‫منصورين ال يضرهم من خالفهم حتى يأتي امر هللا عز وجل‬

Telah menceritakan kepada kami Hisyam bin Ammar, ia berkata; telah menceritakan kepada kami
Muhammad bin syu’aib, ia berkata; telah menceritakan kepada kami sa’id bin basyir, dari
Qatadah, dari Abu Qilabah, dari Abu Asma’ Ar-Rahabi, dari Tsauban, bahwa Rasulullah saw.
Bersabda, “Ada sekelompok dari umatku yang senantiasa ditolong di atas kebenaran, tidak
membahayakan mereka orang yang menyelisihi nya hingga datang keputusan Allah.” (Hr. ibnu
majjah).5

B. Rangkaian Sanad
‫ عن ابي‬،‫ عن ابي قالبة‬،‫ عن قتادة‬،‫ حدثنا سعيد بن بشير‬،‫ حدثنا محمد بن شعيب‬،‫حدثنا هشام بن عمار‬
‫ ان رسول هللا صلى هللا عليه وسلم قال‬،‫ عن ثوبان‬،‫اسماء الرحبي‬

5
Sunan Ibnu majjah, Ibnu Majjah ( Daar Ihya’ul Kutub Al Arabiyah ), jilid 1 hal 5
‫‪C. Pohon Sanad‬‬

‫رسول هللا صلى هللا عليه وسلم‬

‫‪.‬‬

‫ثوبان (عن)‬

‫ابي اسماء الرحبي (عن)‬

‫ابي قالبة (عن)‬

‫قتادة (عن)‬

‫سعيد بن بشير (حدثنا)‬

‫محمد بن شعيب (حدثنا)‬

‫هشام بن عمار (حدثنا)‬

‫ابن ماجه (حدثنا)‬


BAB III
BIOGRAFI

A. Biografi Perawi
Salah satu unsur yang harus diketahui adalah asal dan riwayat hadits tersebut. Orang
yang meriwayatkan hadits disebut perawi. Para perawi biasanya berasal dari kalangan
sahabat Nabi SAW dan para thabi’in Ilmu tersebut membahas kondisi perawi dari sisi sejarah
kelahirannya, perjalanannya, serta segala sesuatu yang ada kaitannya. Para ulama memberi
perhatian besar terhadap ilmu ini. Sebab, ilmu inilah yang dapat mengetahui derajat dan
sanad hadist yang benar Jadi, seseorang dapat disebut sebagai perawi hadits jika telah
melakukan kegiatan yang berkaitan dengan penerimaan dan penyampaian hadits lengkap
dengan matan dan sanadnya.

1. Tsauban Bin Bujdud


Tsauban bin Bujdud (Tsauban bin bujdud juga dikenal sebagai Ibnu Jahdar) Nama
Panggilan: Abu Abdullah, dan dikatakan juga: Abu Abdul Rahman. Beliau tinggal Di Damaskus,
Ramla, Homs. Beliau wafat pada Tahun : 54 H. Wafat di Homs, Derajatnya : sahabat. Pangkat
menurut ibnu hajar dan Az-zahabi: Sahabat.6
2. Amru bin Murtsad
Nama asli beliau adalah Amru bin murtsad dan dikatakan juga: Amru bin Asma, Nama
Panggilan : Abu Asmaa arrahabi. Beliau tinggal di Rahbat Damaskus. Wafat Pada masa sukses
Abdul Malik. Peringkat menurut Ibnu Hajar: Terpercaya. Peringkat Az-Zahabi : Terpercaya.7
3. Abdullah bin Zaid

6
Berdasarkan Hasil Penelusuran pada laman shamela.ws.,pada tanggal 18 November 2023, pada pukul 23.45
WIB
7
Berdasarkan Hasil Penelusuran pada laman shamela.ws.,pada tanggal 18 November 2023, pada pukul 23.55
wIB
Beliau dikenal dengan Abu Qilabah sebagai gelar (kuniyah). Orang Arab biasa
memiliki kunyah yang diawali dengan Abu atau Ibnu bagi laki-laki sedangkan bagi perempuan
diawali dengan Ummu. Kadangkala kunyah tersebut lebih dikenal dibandingkan nama aslinya.
Sebagai contoh, Abu Hurairah adalah nama kuniyah, sedangkan nama aslinya adalah
Abdurrahman bin Shokhr. Orang lebih mengenal kunyah-nya dibandingkan nama aslinya.
Nama asli beliau adalah Abdullah bin Zaid Bin Amru. Beliau dikenal Abu Qilabah
(kunyah). Kedudukan beliau adalah penengah diantara para tabi’in. Beliau wafat pada tahun
104 H. Beliau mendapati masa kekhalifahan Umar bin Abdul Aziz.
Al-Bukhari meriwayatkan hadits melalui jalur Abu Qilabah tidak kurang dari 60
riwayat dalam Shahihnya, sedangkan Muslim meriwayatkan tidak kurang dari 46 riwayat
dalam Shahihnya.8
4. Qatada bin Da’amah
Nama asli beliau adalah Qatadah bin Da’amah As-Sadusi, Abu Al-Khattab, Lahir pada
tahun 61 H, Wafat pada tahun 117-118 H, Adapun guru-gurunya Yaitu Rosulullah saw, Hasan
Al-Basri, Abu Bakar bin Abi Musa Al-Ash’ari, Abu Al-Jaad, Abu Tsumamah Al-Thaqafi. Adapun
murid-muridnya adalah Ismail bin Muslim Al-Abdi, Ismail bin Muslim Al-Makki, Umar bin Said
Al-Qurashi, Iyas bin Qatadah Al-Tamimi, Ibrahim bin Abdul Malik Al-Basri dan yang lainnya. Al-
Daraqutuni: Tsiqah. Abu Abdullah Al-Hakim Al-Naysaburi: Seoorang imam hafidz yang dapat
di percaya Ibnu Hajar Al-Asqalani: Dapat di percaya dan terbukti dalam pendahuluan Al-Fath :
Mungkin, dan beliau menyebutkan pada golongan ketiga dari golongan kekeliruan, yaitu
hadist para sahabatnya tidak di terima kecuali mereka menyatakan pendegerannya, dan dia
pernah berkata: salah satu perawi terkenal dulunya adalah pribahasa dalam hafalan, hanya
saja dia mungkin menyimpang, Kelompok ini memprotes.9
5. Said bin Bashir Al-Azdi
Said bin Bashir Nama asli beliau adalah Said bin Basyir Al-Azdi. Lahir pada tahun 98 H
di Damaskus-Suriah. wafat pada tahun 168 H di Damaskus-Suriah. Usia 70 tahun. Adapun
guru-gurunya yaitu Ibrahim bin Amir Al-Jumahi, Abdullah bin Idris bin Yazid bin Al-Audi, Aban
bin Taglib Al-Jariri, Aban bin Abi Ayyas Al-Abdi, Ayub bin Kaisan dan yang lainnya. Adapun
murid murid nya yaitu Ishaq bin Said Al-Qurashi, Ismail bin Ayyas Al-Ansi, Al-Hakam bin Basyir
Al-Nahdi, As’ad bin Musa Al-Umayyah dan yang lainya. Abu Zar’ah bin Dimasqi: Saya melihat
duduk Bersama Abu Mushar untuk hadist . Ahmad bin Suhaib Al-Nasa’I: Lemah, Abu Daud al-
Sijistani: Lemah, Ibnu Hajar Al-Asqalani: Lemah, Abu Bakar Al-Baihaqi: Lemah. 10
6. Muhammad bin Shuaib
8
https://itishom.org/blog/artikel/tarikh/biografi/sedikit-biografi-tentang-abu-qilabah
9
Berdasarkan Hasil Penelusuran pada laman mausu’atul hadits.,pada tanggal 19 November 2023, pada pukul
00.10 WIB
10
Berdasarkan Hasil Penelusuran pada laman mausu’atul hadits.,pada tanggal 19 November 2023, pada pukul
00.25 WIB
Nama asli beliau adalah Muhammad bin Shuaib bin Syabur. Nama Panggilan : Abu
Abdullah. Beliau tinggal di Beirut lahir pada tahun 116 H. Beliau wafat di Beirut di pantai
Damaskus, pada tahun 196 H, 197 H, 198 H, atau 200 H Pengajar menurut Ibnu Hajar : Kitab
yang shahih dan shahih Peringkat menurut Az zahabi: Ibnu Al-Mubarak mempercayainya, Abu
Hatim berkata: Dia lebih dapat diandalkan dari Baqiyya dan Ibnu Himyar, dan Dahim berkata:
Dapat dipercaya11
7. Hisyam bin Ammar
Nama aslinya beliau adalah Nama : Hisyam bin Ammar bin Nusayr bin Maysara bin
Aban Beliau terkenal sebagai : Hisyam bin Ammar Al-Sulami , nama panggilan: Abu Al-Walid
Pangkat: Saduq Jahmi tumbuh dan menjadi murid Dia lahir pada thun 153 H. Tinggal di:
Damaskus, Al-Dhafriya Dan Dia wafat di: Damaskus pada tahun 245 H.12

8. Ibnu Majah
Nama aslinya Abu Abdullah Bin Yazid Al-Ruba’I Bin Majah Al-Qozwini Al-hafidz, atau
yang lebih dikenal dengan Ibnu Majah. Dengan kuniyah Abu Abdullah, adalah seorang ulama
ahli hadits yang telah mengumpulkan hadits, karyanya yang paling dikenal adalah menyusun
kitab sunan Ibnu Majah, dan kitab ini termasuk dalam kelompok kutubus sittah
Ibnu Majah lahir pada tahun 129 H didaerah Qazwin (salah satu kota yang terkenal
dikawasan irak). Sebutan Majah dinisbatkan kepada ayah nya Yazid, yang juga dikenal dengan
sebutan Majah Maula Rab’at. Ada juga yang mengatakan bahwa Majah adalah ayah dari
Yazid, walaupun dengan demikian, tampaknya pendapat yang pertama yang lebih shahih. 13

B. Sumber Hadits
Hadits ini didapati penulis di aplikasi Maktabah Syamilah versi.3.64, pada kitab Sunan
Ibnu Majah. Adapun kitab-kitab hadits yang memuat seperti redaksi hadits diatas yaitu pada
Sunan Qubro lil bayhaqy, mu’jam ibnul A’raby, Al-Musnad Al-Maudu’i ‘Alal Jaami’ Lil
Kutubil’asyroh.

C. Kualitas Hadits
Kualitas hadits ini dikatakan hadits dhaif karena adanya sanad dari salah satu perawi
nya yang lemah. Yang menjadi sebab permasalahan pda hadits ini, yaitu salah satu perawi
yang bernama Sa’id Bin Basyir Al Azdi bahwa hadits nya adalah hadits mungkar dan dari Jarh

11
Berdasarkan Hasil Penelusuran pada laman shamela.ws.,pada tanggal 20 November 2023, pada pukul 16:30
wIB
12
Berdasarkan Hasil Penelusuran pada laman mausu’atul hadits.,pada tanggal 19 November 2023, pada pukul
17:00 WIB
13
https://www.studocu.com/id/document/universitas-borneo-tarakan/hukum/biografi-imam-ibnu-
majah/12686602
wa ta’dil nya Muhammad bin Abdullah Bin Nameer, Abdurrahman menceritakan kepada
kami, ia berkata: Aku mendengar [Ali bin al-Hussein] bin al-Junaid berkata: Aku mendengar
Ibnu Numayr berkata: Sa`id bin Bashir adalah seorang pengingkar hadis, dia bukan siapa-
siapa, dia tidak kuat dalam hadits dan dia meriwayatkan hal-hal yang tidak pantas pada
otoritas Qatada.
BAB IV
FIQHUL HADITS

Salah satu rukun iman yang harus diyakini oleh setiap muslim adalah iman kepada
para rasul, terutama Rasulullah saw. Bukti utama beriman kepada Rasulullah saw. adalah
Ittiba’ (mengikuti Rasulullah saw.). Orang-orang yang melakukan Ittiba’ kepada Rasulullah
saw. akan meraih banyak Nata-Ij (manfaat dan buah positif), di antaranya: Mahabbatullah
(cinta dari Allah), Rahmatullah (kasih sayang-Nya), Hidayatullah (petunjuk dari-Nya),
mushahabatul akhyar fil jannah (bersama orang-orang pilihan di surga), asy-syafa’ah
(mendapatkan syafaat dari Rasulullah saw.), nadharatul wajhi (muka yang bersinar dan
berseri di surga), mujawaratu ar-rasul (menjadi tetangga Rasulullah saw. di surga), ‘Izzatun-
Nafsi (meperoleh kemuliaan jiwa di dunia dan akhirat), Al-Falah (kemenangan dan
keberuntungan). Semua itu jelas merupakan AS-SA’ADAH (kebahagiaan) hakiki di dunia
maupun di akhirat.
Pada pembahasan-pembahasan sebelumnya telah ditegaskan bahwa beriman kepada
para rasul – alihimus salam – adalah salah satu rukun iman dari rangkaian kesatuan 6 rukun
iman. Mengingkari salah satu rukun iman berarti mengingkari semuanya, begitu pula dengan
iman kepada rasul.
Bukti keimanan kepada Rasulullah saw. yang paling utama adalah mengikuti beliau
dalam segala sisi kehidupannya, selalu mentaati beliau dalam setiap perintah dan larangan
yang beliau sampaikan. Sebab, mengikuti dan mentaati Rasulullah saw. adalah bukti ketaatan
kita kepada Allah swt., dan mengikuti sunnah Rasulullah saw. adalah bukti kongkret
mengikuti Al-Qur’an.
“Barang siapa yang mentaati Rasul itu, sesungguhnya ia telah mentaati Allah. Dan
barangsiapa yang berpaling (dari ketaatan itu), maka Kami tidak mengutusmu untuk menjadi
pemelihara bagi mereka.” (An-Nisa: 80)
Barangsiapa mengaku mentaati Allah swt. namun tidak mau ittiba’ Rasulullah saw.,
maka ketaatannya itu tidak sah menurut Al-Qur’an; dan Rasulullah saw. berlepas diri dari
orang tersebut. Dan siapapun yang mengaku melaksanakan Al-Qur’an namun tidak ittiba’
dengan sunnah Rasulullah saw., maka pengakuannya hanyalah pengakuan palsu belaka.14

14
https://alhikmah.ac.id/1105-2/
KESIMPULAN

Kedudukan Sunnah dalam sumber ajaran Islam adalah sangat penting dalam
menjelaskan ayat-ayat Al-Qur’an yang bersifat umum, yang mana ayat-ayat tersebut
membutuhkan penjelasan yang rinci dari Hadith atau Sunnah. Oleh karena itu dalam
hal ini Sunnah berfungsi sebagai Bayan Taqrir, Bayan Tafsir, Bayan Taqyid, Bayan
Nasakh Dan Bayan Tasri’. Orang yang berpaham Ingkar Sunnah beranjak pada
pemahaman yang salah terhadap ayat-ayat Al-Qur’an, sejarah umat Islam, sejarah
penghimpunan Sunnah, dan sebagian cabang dari penelitian kesahihan Sunnah.
Kesalahan pemahaman itu disebabkan banyak faktor; sebagian dari faktor itu ada
yang berkaitan dengan kekurangan pengetahuan mereka terhadap berbagai hal
tentang sumber ajaran Islam, al-Qur’an dan Sunnah dan sebagian faktor lagi
berkaitan dengan anggapan dasar dan metode berfikir. Sepanjang para penganut
paham Inkar al-Sunnah masih bersedia bersikap terbuka sebagaimana yang di
anjurkan oleh Al-Qur’an, niscaya berbagai faktor tersebut akan dapat diatasi dengan
cara meningkatkan upaya pemahaman terhadap berbagai pengetahuan yang
berkaitan dengan sumber ajaran Islam. Dalam hubungan ini, para pendukung dan
pembela sunnah tidak hanya dituntut untuk memiliki pengetahuan yang cukup,
khususnya berkenaan dengan al-Qur’an dan Sunnah, tetapi juga dituntut untuk
mampu dan bahkan menerima yang berbagai argumen yang secara ilmiah dapat
dipertangung jawabkan kebenarannya.
DAFTAR PUSTAKA

Al-Fushul fî Mush-thalah Haditsir-Rasul, Syaikh Tsanaullah az-Zahidi

Mudzakkirah Ushulil-Fiqih, Syaikh Muhammad Amin asy-Syinqithi

Jami’ul-‘Ulum wal-Hikam, penerbit Darul-Ma’rifah, Beirut, cet. 1, th. 1408 H

Asy-Syifa’, hlm. 571, dinukil dari Abhâts fil-I’tiqad, karya Abdul ‘Aziz bin Muhammad
Alu Abdul-Lathif

Sunan Ibnu majjah, Ibnu Majjah ( Daar Ihya’ul Kutub Al Arabiyah ), jilid 1

https://www.studocu.com/id/document/universitas-borneo-tarakan/hukum/biografi-
imam-ibnu- majah/12686602

https://alhikmah.ac.id/1105-2/

https://itishom.org/blog/artikel/tarikh/biografi/sedikit-biografi-tentang-abu-qilabah

Anda mungkin juga menyukai