Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PENGANTAR STUDI ISLAM


“Sunnah (Hadits) Sebagai Sumber Agama Islam”
Dosen Pengampu:
Latif Sya’roni, M.H.I

Oleh kelompok 3:

1. Isnaini Hidayati
2. Lalu Zulfikar Lubis
3. Suci Rohmatun Hasanah

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARI’AH

INSTITUT AGAMA ISLAM HAMZANWADI

NWDI PANCOR

2021/2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga kelompok kami
dapat menyelesaikan tugas makalah Pengantar Studi Islam ini. Makalah ini membahas tentang Sunnah Sebagai Sumber
Ajaran Islam.
Kami menyadari betul bahwa makalah ini sangat jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu
masukan berupa kritik dan saran sangat kami harapkan demi penyempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami harap dengan makalah ini dapat membantu para pembaca dan memberi manfaat dan juga
menambah wawasan bagi kita semua. Semoga Allah SWT senantiasa meridhoi usaha kita, aamiin.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Pancor, 31 Oktober 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................................................... i

KATA PENGANTAR .................................................................................................................. ii

DAFTAR ISI ................................................................................................................................ iii

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................................................. 2

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan …….. ................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Sunnah ............................................................................................................. 3

B. Kedudukan As Sunnah Dalam Islam ................................................................................. 4

C. Kehujjahan Sunnah ......................................................................................................... 5

D. Fungsi as-Sunnah Terhadap al-Qur’an ........................................................................ 6

E. Fungsi as-Sunnah Sebagai Sumber Ajaran Islam ..................................................7

F. Ingkar Sunnah .......................................................................................................8

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan .................................................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................ 12

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Taat kepada Allah adalah mentaati kitab Allah SWT, konsisten dengan hukum-hukum
yang terkandung di dalamnya, mengikuti perintahnya, menjauhi larangannya, menerima ayat-
ayatnya yang bersifat mutasyabih, mengambil pelajaran dari kisah yang dikandungnya, dan
memahami sunnah-sunnahnya. Sedangkan taat kepada Rasulullah saw. adalah mengikuti
perintahnya dan taat secara sempurna kepadanya selama beliau masih hidup dan mengikuti
sunnah-sunnahnya setelah beliau wafat.
Sunnah merupakan sumber hukum utama bagi umat Islam setelah Al-Qur’an, sunnah
juga berfungsi sebagai penjelas hukum serta ajaran-ajaran yang terdapat dalam Al-Qur’an.
Nampaknya sulit dibayangkan apabila Al-qur’an dipahami dan didalami tanpa melalui
sunnah/hadis. Karena memahami Al-Qur’an tanpa merujuk kepada hadis maka akan terjadi
kesalahfahaman dalam memahami sesuatu. Oleh karena itu, perhatian yang diberikan umat
Islam terhadap sunnah/hadis sejalan dengan besarnya perhatian mereka terhadap Al-Qur’an.
Dalam sebuah kehidupan pasti ada persoalan. Begitu juga dengan adanya sunnah Nabi,
ada yang pro dan ada pula yang kontra. Apalagi ada golongan yang sengaja meninggalkan
sunnah Nabi karena bagi mereka manusia disuruh berpedoman hanya kepada al-Qur’an tidak
kepada sunnah/hadis. Pengingkaran sunnah yang terjadi dikarenakan mereka hanya percaya
wahyu Allah yaitu, Al-Qur’an yang dapat dijadikan hujjah. Mereka juga tidak percaya dengan
adanya hadis karena menurut mereka hadis itu karangan Yahudi untuk menghancurkan Islam
dari dalam.
Pengingkaran terhadap sunnah terjadi karena mereka hanya memahami al-Qur’an
secara setengah-setengah. Padahal Allah SWT. telah berfirman dalam surah al-Najm ayat 3
dan 4 sebagai berikut: “Nabi tidak berkata menurut hawa nafsunya, tetapi apa yang dikatakan
tidak lain adalah wahyu yang diberikan”.
Berdasarkan hadits diatas telah diketahui bahwasannya al-Qur’an dan sunnah/hadis
adalah sama-sama wahyu dari Allah SWT. Jadi, apa yang dikatakan dan diperbuat Rasul harus
diikuti karena apa yang dikatakan adalah wahyu dari Allah SWT.
Untuk itu sebagai umat muslim kita harus memahami betul bagaimana kedudukan
sunnah/hadis dalam sumber agama Islam. Jangan sampai kita salah dalam memaknai
sunnah/hadis. Karena keduanya adalah wahyu Allah dan sumber ajaran agama Islam.

1
Untuk itu kiranya kami membahas makalah kami yang berjudul “Sunnah Sebagai
Sumber Agama Islam”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas maka kami mengambil rumusan masalah sebagai berikut:
1. Pengertian sunnah
2. Kedudukan sunnah dalam syari’at Islam
3. Kehujjahan sunnah
4. Fungsi sunnah terhadap al-Qur’an
5. Fungsi as Sunnah sebagai sumber ajaran Islam
6. Ingkar sunnah

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan


Makalah ini ditulis bertujuan untuk memperluas wawasan pengetahuan kita seputar
masalah hadis/sunnah dan kedudukannya dalam sumber ajaran Islam. Kita tidak cukup
berpegangan dengan Al-Qur’an saja tetapi kita juga memerlukan hadis untuk menjelaskan
maksud dari Al-Qur’an. Karena berpedoman dengan Al-Quran saja dapat menyebabkan
kesalah pahaman. Semoga dengan ditulisnya makalah ini, kita dapat memperluas wawasan dan
cakrawala berpikir kita tentang hadis dan kedudukannya dalam ajaran agama Islam.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Sunnah
Sunnah adalah penafsiran praktis terhadap al-Qur’an, implementasi realistis, dan juga
implementasi ideal Islam. Sunnah menurut bahasa (etimologi) berarti tradisi yang biasa
dilakakan (adat kebiasaan), dan jalan yang dilalui baik terpuji maupun tercela. Sunnah juga
berarti lawan dari bid’ah yaitu mengerjakan amalan agama tanpa didasari oleh tradisi atau tata
cara agama, kemudian ia mengada-ada (membuat bid’ah). Sedangkan sunnah menurut istilah,
antara lain dikemukakan para ulama sebagai berikut :
a. Menurut para ahli hadis, sunnah adalah segala yang dinukilkan dari Nabi saw. baik berupa
perkataan, taqrir, pengajaran, keadaan, maupun perjalanan hidup beliau, baik yang terjadi
sebelum maupun sesudah di angkat menjadi Rasul.
b. Menurut Ahli Ushul, sunnah adalah segala yang dinukilkan dari Nabi saw. baik berupa
perkataan, perbuatan, maupun taqrir (ketetapan) yang mempunyai hubungan dengan hukum.
c. Sunnah menurut ahli ushul hanya perbuatan yang dapat dijadikan dasar hukum Islam. Jika
suatu perbuatan Nabi tidak dijadikan dasar hukum seperti makan, minum, tidur, berjalan, buang
air, dan lain-lain maka pekerjaan biasa sehari-hari tersebut tidak dinamakan sunnah.
d. Menurut Ahli Fiqih, sunnah adalah suatu amalan yang diberi pahala apabila dikerjakan dan
tidak diberi siksa apabila ditinggalkan.
e. Jadi, menurut ulama ushul fiqih sunnah dilihat dari segi hukum sesuatu yang datang dari Nabi
tetapi hukumnya tidak wajib, diberi pahala bagi yang mengerjakannya dan tidak disiksa bagi
yang meninggalkannya. Contohnya seperti shalat sunnah, puasa sunnah, dan lain-lain.
f. Menurut Ibnu Taimiyah, sunnah adalah adat (tradisi) yang telah berulang kali dilakukan oleh
masyarakat, baik yang termasuk ibadah ataupun tidak.
g. Menurut Dr. Taufiq Sidqy, sunnah ialah thariqat (jalan) yang dipraktekkan oleh Rasulullah
saw. terus-menerus dan diikuti oleh para sahabat beliau.
h. Menurut Prof Dr.T. M. Hasbi Ash- Shiddieqy, sunnah ialah suatu amalan yang dilaksanakan
oleh Nabi Saw secara terus- menerus dan di nukilkan kepada kita dari zaman ke zaman dengan
jalan mutawatir”. Jadi Nabi melaksanakan amalan itu beserta para sahabat, para sahabat
melaksanakannya bersama tabiin, dan demikian seterusnya dari generasi ke generasi sampai
pada kita sekarang ini.

3
Dari beberapa pengertian sunnah tersebut dapat disimpulkan bahwasannya sunnah
menurut ulama hadis lebih bersifat umum yaitu meliputi segala sesuatu yang datang dari Nabi
dalam bentuk apapun, baik yang berkaitan dengan hukum ataupun tidak. Sedangkan sunnah
menurut ulama ushul fiqih dibatasi dengan hal-hal yang berkaitan dengan hukum saja
sedangkan perbuatan sehari-hari seperti makan, minum, dan lain sebagainya tidak termasuk
sunnah. Jadi definisi sunnah yang paling relevan untuk dijadikan pegangan adalah segala
sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Muhammad saw. baik berupa perkataan, perbuatan,
maupun taqrirnya (atau selain itu).

B. Kedudukan As-Sunnah Dalam Syari’at Islam


Sunnah dalam kedudukan Islam memiliki kedudukan yang sangat penting. Di mana
hadis merupakan salah satu sumber hukum ke dua setelah al-Qur’an. Al-Qur’an akan sulit
dipahami tanpa adanya hadis. Memakai al-Qur’an tanpa mengambil hadis sebagai landasan
hukum dan pedoman hidup adalah hal yang tidak mungkin, karena al-Qur’an akan sulit
dipahami tanpa menggunakan hadis. Kaitannya dengan kedudukan hadis/sunnah disamping al-
Qur’an sebagai sumber ajaran Islam, maka al-Qur’an merupakan sumber pertama sedangkan
hadis merupakan sumber kedua. Bahkan sulit dipisahkan antara al-Qur’an dan hadis karena
keduanya adalah wahyu Allah.
Nabi Muhammad saw. sendiri memberitahukan kepada umatnya bahwa di samping al-
Qur’an juga masih terdapat suatu pedoman yang sejenis dengan al-Qur’an, untuk tempat
berpijak dan berpandangan sebagaimana sabda Nabi Muhammad saw. yang artinya sebagai
berikut, “wahai umatku, sesungguhnya aku diberi al-Qur’an dan menyamainya” (HR. Abu
Daud, Ahmad, dan al-Turmudzi).
Tidak diragukan lagi bahwa yang menyamai (semisal) al-Qur’an itu adalah
sunnah/hadis, yang merupakan pedoman untuk mengamalkan dan ditaati sejajar dengan al-
Qur’an. Dan sekaligus sebagai salah satu dasar penetapan hukum Islam setelah al-Qur’an.
Menurut Al-Syathihi kedudukan sunnah/hadits berada di bawah al-qur’an karena:
1. Al-Qur’an diterima secara qath’i (meyakinkan), sedangkan hadits di terima secara zhanni,
kecuali hadits Mutawatir. Keyakinan kita kepada hadis hanyalah secara global, bukan secara
detail. Sedangkan al-Qur’an baik secara global maupun secara detail diterima secara
meyakinkan.
2. Hadis ada kalanya menerangkan sesuatu yang bersifat global dalam al-Qur’an, ada kalanya
memberi komentar terhadap al-Qur’an dan ada kalanya membicarakan sesuatu yang belum
dibicarakan oleh al-Qur’an. Jika hadis berfungsi menerangkan atau memberi komentar
4
terhadap al-Qur’an, maka status hadis tidak sama dengan derajat al-Qur’an yang diberi
penjelasan. Al-Qur’an pasti lebih utama daripada hadis.
3. Di dalam Hadits sendiri terdapat petunjuk mengenai hal tersebut, yakni Hadits menduduki
posisi ke dua setelah Al-Qur’an.

Sedangkan menurut pendapat Mahmud Abu Rayyah, posisi as-sunnah atau al- hadits
itu berada di bawah Al-Qur’an, karena Al-Qur’an sampai kepada umat islam dengan jalan
mutawatir dan tidak ada keraguan sedikitpun. Al-Qur’an datangnya dengan qath’i al-wurud,
yaitu kepastian jalannya sampai kepada kita dan qath’i al-tsubu, yaitu eksistensi atau
ketetapannya meyakinkan atau pasti. Sedangkan hadits atau as-sunnah sampai kepada umat
islam tidak semuanya mutawatir, tetapi kebanyakannya adalah diterima dengan periwayatan
tunggal (ahad). Kebenarannya ada yang qath’i (pasti) dan zhanni (diduga benar), karena masih
banyak hadits yang tidak sampai kepada umat Islam. Disamping itu, banyak pula hadits-hadits
daif.

C. Kehujjahan As-Sunnah
Ada beberapa dalil yang menunjukkan atas kehujjahan sunnah dijadikan sebagai
sumber hukum Islam, yaitu sebagai berikut.

ِ ‫سو ِل ِه َو ْال ِكتَا‬


‫ب الَّ ِذي‬ ُ ‫علَ ٰى َر‬ َ ‫ب الَّذِي ن ََّز َل‬ ِ ‫سو ِل ِه َو ْال ِكتَا‬ َّ ‫َيا أَيُّ َها الَّذِينَ آ َمنُوا ِآمنُوا ِب‬
ُ ‫اَّللِ َو َر‬
‫ض ََل اًل َب ِعيداا‬
َ ‫ض َّل‬َ ‫س ِل ِه َو ْال َي ْو ِم ْال ِخ ِر فَقَ ْد‬ َّ ‫أ َ ْنزَ َل ِم ْن قَ ْب ُل ۚ َو َم ْن َي ْكفُ ْر ِب‬
ُ ‫اَّللِ َو َم ََل ِئ َكتِ ِه َو ُكت ُ ِب ِه َو ُر‬
“Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan
kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya serta kitab yang Allah turunkan
sebelumnya.”(An-Nisa ayat 136)

‫سو ِل َو ِلذِي ْالقُ ْر َب ٰى َو ْاليَتَا َم ٰى‬ ُ ‫لر‬ َّ ‫َو ِل‬ ِ َّ ِ َ ‫سو ِل ِه ِم ْن أ َ ْه ِل ْالقُ َر ٰى‬
‫لِلَف‬ ُ ‫علَ ٰى َر‬ َّ ‫َما أَفَا َء‬
َ ُ‫َّللا‬
ُ‫سو ُل َف ُخذ ُوه‬ ُ ‫الر‬ ِ ‫ْاْل َ ْغ ِن َي‬
َّ ‫اء ِم ْن ُك ْم ۚ َو َما آتَا ُك ُم‬ َ‫س ِبي ِل َك ْي ًَل َي ُكونَ د ُو َلةا َبيْن‬ َّ ‫ين َواب ِْن ال‬ َ ‫َو ْال َم‬
ِ ‫سا ِك‬
ِ ‫شدِيد ُ ْال ِعقَا‬
‫ب‬ َ َّ ‫ع ْنهُ فَا ْنتَ ُهوا ۚ َواتَّقُوا‬
َّ ‫َّللا ۖ ِإ َّن‬
َ َ‫َّللا‬ َ ‫َو َما نَ َها ُك ْم‬
“Apa yang diberikan Rasul kepadamu, Maka terimalah. dan apa yang dilarangnya
bagimu, Maka tinggalkanlah. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Amat keras
hukumannya”.(Al-Hasyr ayat 7)

Beberapa ayat di atas menunjukkan bahwa kita diperintah Allah SWT untuk taat kepada
Allah dan mengikuti Rasul saw. Perintah patuh kepada Rasul berarti perintah untuk mengikuti

5
sunnah sebagai hujjah. Sedangkan hadis yang dijadikan dalil kehujjahan sunnah juga banyak
sekali, diantaranya sebagaimana sabda Nabi Muhammad saw.
‫س َّنتِي‬ َّ ‫َضلُّ ْوا ما ت َ َم‬
َ ‫س ْكت ُ ْم بِ ِه َما ِكت‬
ُ ‫َاب هللاِ َو‬ ِ ‫ت ََر ْكتُ فِ ْي ُك ْم أ ْم َري ِْن لَ ْن ت‬
“Aku tinggalkan pada kalian dua perkara, kalian tidak akan sesat selama berpegang
teguh kepada keduanya yaitu kitab Allah dan Sunnahku”. (HR. Al-Hakim dan Malik)
Hadis di atas menjelaskan bahwa seseorang tidak akan sesat apabila selama hidupnya
berpegang pada al-Qur’an dan sunnah. Kehujjahan sunnah sebagai konsekuensi terpeliharanya
Rasulullah dari sifat bohong dari segala apa yang beliau sampaikan baik berupa perkataan,
perbuatan dan ketetapannya.
Jadi, telah disepakati bahwasannya sunnah sebagai hujjah semua umat Islam menerima
dan mengikutinya, kecuali kelompok minoritas orang. Kehujjahan sunnah adakalanya sebagai
penjelas terhadap al-Qur’an ataupun berdiri sendiri sebagai hujjah untuk menambah hukum-
hukum yang belum diterangkan oleh al-Qur’an. Sunnah yang dijadikan hujjah tentunya sunnah
yang telah memenuhi persyaratan shahih, baik mutawatir maupun ahad. Wajib bagi umat Islam
menerima dan mengamalkan apa-apa yang terkandung di dalam hadis tersebut selama tidak
bertentangan dengan al-Qur’an.

D. Fungsi Sunnah Terhadap Al-Qur’an


Fungsi hadis terhadap al-Qur’an secara umum adalah untuk menjelaskan makna
kandungan al-Qur’an sangat dalam dan global. Karena tidak semua ayat-ayat al-Qur’an dapat
dipahami secara tekstual. Al-Qur’an menegaskan bahwa Rasulullah memiliki tugas untuk
menjelaskan maksud dan tujuan firman-firman Allah. Hadis memiliki hubungan yang erat
sekali dengan al-Qur’an, bahkan sulit dibayangkan al-Qur’an berjalan tanpa hadis.
Seperti diinformasikan al-Qur’an surah al-Maidah ayat 67, tugas utama dan pertama
Nabi Muhammad saw. adalah menyampaikan al-Qur’an secara keseluruhan. Namun sekalipun
demikian, tugas kerasulan Nabi Muhammad bukanlah seperti petugas pos yang hanya
mementingkan sampainya surat ke alamat yang dituju tanpa peduli tahu isinya, melainkan juga
dibebani tugas untuk menjelaskan maksud al-Qur’an dan sekaligus mempraktikkan isi ajaran-
ajarannya.

Hadits-hadits Nabi dalam kaitannya terhadap al-Qur’an mempunyai fungsi sebagai


berikut:
6
1. Bayan Taqrir
Menetapkan dan memperkuat hukum-hukum yang telah ditentukan oleh al-Qur’an. Maksudnya
ialah bahwasannya hadis menjelaskan apa yang sudah dijelaskan al-Qur’an, misalnya hadis
tentang sholat, zakat, puasa, haji.
2. Bayan Tafsir
Penjelasan (tafsir) yang diberikan hadis terhadap al-Qur’an ada 3 macam, yaitu hadis
memberikan perincian dan penafsiran ayat-ayat al-Qur’an yang masih mujmal atau global
(bayan al-mujmal), hadis memberikan batasan terhadap hal-hal yang masih terbatas di dalam
al-qur’an (taqyiq al-mutlaq), memberikan kekhususan (takhshish) ayat-ayat al-Qur’an yang
bersifat umum (tahkshis al-‘amm), dan hadis memberikan penjelasan terhadap hal-hal yang
masih rumit di dalam al-qur’an (tawdih al-musykil).
3. Bayan Tasyri’i
Hadis menetapkan hukum atau aturan-aturan yang tidak terdapat dalam al-Qur’an. Ketetapan
hadis merupakan ketetapan yang bersifat tambahan atas hal-hal yang tidak terdapat dalam al-
Qur’an dan hukum-hukum yang hanya berdasarkan hadist semata.
4. Bayan Naskhi
Ketetapan hadist bisa mengubah hukum dalam al-Qur’an maksudnya hadis dapat menghapus
(nasakh) hukum yang diterangkan dalam al-Qur’an.

Jadi, hubungan antara sunnah dan al-Qur’an sangat erat keduanya tidak bisa dipisahkan
antara satu dengan yang lainnya, karena keduanya berdasarkan wahyu yang datang dari Allah
SWT. kepada Nabi Muhammad saw. untuk disampaikan kepada umatnya, hanya proses
penyampaiannya dan periwayatannya yang berbeda. Sunnah mempunyai peran yang utama
yakni menjelaskan al-Qur’an baik secara tersurat maupun tersirat, sehingga tidak ada istilah
pertentangan antara keduanya.

E. Fungsi As Sunnah Sebagai Sumber Ajaran Islam

Dari uraian di atas, dapat dipahami bahwa as-sunnah berfungsi sebagaibayan, penjelas,
dari ayat-ayat al-Quran. Dalam banyak kasus, ayat-ayat al-Quran tidak akan dapat dipahami
atau dilaksanakan bila tidak memperhatikan bayan yang pernah diberikan oleh Nabi saw.
Tanpa pengetahuan tentang as-sunnah, niscaya tidak mungkin mengetahui dan memahami
maksud dari ayat-ayat al-Quran sebagaimana mestinya.

7
Umat Islam mempercayai bahwa dasar utama ajaran Islam adalah al-Quran, dan untuk
memahami serta untuk mengejawantahkan ajaran yang ada di dalamnya diperlukan as-
sunnah.Atas dasar pemahaman demikian, dapat ditegaskan bahwa al-sunnah adalah dasar
kedua ajaran Islam. Dengan demikian, ajaran Islam tidak hanya yang termuat di dalam al-
Quran saja, tetapi juga terungkap di dalam as-sunnah. Bila ingin mengetahui bagaimana Islam
mengatur suatu urusan, maka perlu dicari ketentuan dan aturannya di dalam keduanya, al-
Quran dan al-sunnah. Sebaliknya, berbagai ketentuan dan aturan yang tidak ada di dalam al-
Quran dan al-sunnah tentu saja tidak dapat dikatakan sebagai ajaran Islam.
Di samping al-Quran, hanyalah as-sunnah yang harus dijadikan dasar atau landasan
dalam ber-Islam. Dalam sejarah perkembangan Islam, memang ada orang yang tidak
menganggap bahwa as-sunnah adalah dasar ajaran Islam. Mereka berpendapat bahwa Islam
hanya didasarkan atas ajaran yang termaktub di dalam al-Quran saja. Hanya saja, kelompok
yang biasa dikenal dengan golongan inkar as-sunnah ini hanya terdiri dari segelintir orang.
Mereka termasuk kelompok sempalan di tengah-tengah umat Islam. Argumentasi penolakan
mereka terhadap as-sunnah sangat lemah, bahkan tidak sejalan dengan penegasan al-Quran
sendiri.
Para ulama merumuskan bahwa penjelasan yang diberikan oleh as-sunnahterhadap
ayat-ayat al-Quran dapat berbentuk sebagai bayan al-tafsir, rincian atau uraian lebih lanjut dari
apa yang dinyatakan di dalam al-Quran, atau bayan al-taqrir, konfirmasi atau penegasan
terhadap pernyataan ayat-ayat al-Quran,bayan al-tasyri’, keterangan tambahan terhadap
ketentuan-ketentuan yang tidak dinyatakan secara eksplisit di dalam al-Quran. Rincian tentang
berbagai bentukbayan ini dapat dilihat lebih jauh di dalam buku-buku ushul fikih.

F. Ingkar Sunnah
Ingkar sunnah terdiri dari dua kata yaitu: “Ingkar” dan “Sunnah”. Kata
َ ‫ أ َ ْنك ََر يُ ْن ِك ُر إِ ْنك‬yang berarti tidak mengakui
“Ingkar” berasal dari akar kata bahasa Arab yaitu ‫َارا‬
dan tidak menerima baik di lisan dan di hati, bodoh atau tidak mengetahui sesuatu. Ingkar
berarti tidak mengakui dan tidak menerima baik di lisan dan di hati, bodoh atu tidak mengetahui
sesuatu. Ingkar secara etimologis berarti menolak, tidak mengakui, dan tidak menerima
sesuatu, baik lahir dan batin atau lisan dan hati yang di latar belakangi oleh faktor ketidak
tahuannya atau faktor lain, misalnya karena gengsi, kesombongan, keyakinan, dan lain-lain.
Orang yang menolak sunnah sebagai hujjah dalam beragama disebut ahli bid’ah. Jadi
ingkar sunnah adalah paham atau pendapat perorangan atau kelompok yang menolak hadis atau
sunnah sebagai sumber ajaran agama islam ke dua setelah al-qur’an. Sunnah yang mereka
8
ingkari adalah sunnah yang shahih yang berdasarkan pada pengamalan al-Qur’an (sunnah
‘amaliyah) ataupun sunnah yang sudah dikodifikasikan oleh para ulama meliputi perkataan,
perbuatan, dan persetujuan Rasulullah. Bisa jadi mereka menerima sunnah ‘amaliyah tetapi
menolak sunnah yang sudah dikodifikasikan atau menolak seluruhnya. Paham ingkar sunnah
bisa jadi menolak secara keseluruhan sunnah baik sunnah mutawatir dan ahad atau menolak
yang ahad saja atau sebagian saja.
Pokok-pokok ajaran ingkar sunnah adalah sebagai berikut:
1. Tidak percaya kepada semua hadist Rasul. Menurut mereka hadist itu karangan Yahudi untuk
menghancurkan islam dari dalam.
2. Dasar hukum Islam hanya al-qur’an saja.
3. Syahadat mereka Isyhadu bi anna muslimun.
4. Shalat mereka bermacam-macam ada yang shalatnya dua rakaat-dua rakaat dan ada yang hanya
eling saja (ingat).
5. Puasa wajib hanya bagi orang yang melihat bulan saja, kalau seorang saja yang melihat bulan,
maka dialah yang wajib berpuasa. Mereka berpendapat demikian karena merujuk pada ayat:

ُ ‫ش ْه َر فَ ْل َي‬
ُ‫ص ْمه‬ َّ ‫ش ِهدَ ِم ْن ُك ُم آل‬
َ ‫فَ َم ْن‬
6. Haji boleh di lakukan selama empat bulan haram yaitu muharam, rajab Zulqa’dah dan
Zulhijjah.
7. Pakaian ihram adalah pakaian Arab dan membuat repot. Oleh karena itu pada waktu
mengerjakan haji boleh memakai celana panjang dan baju biasa serta memakai jas atau dasi.
8. Rasul tetap diutus sampai hari kiamat.
9. Nabi muhammad tidak berhak menjelaskan tentang ajaran al-qur’an atau kandungan isi al-
Qur’an.
10. Orang yang meninggal dunia tidak di shalati karena tidak ada perintah al-Qur’an.

Demikian di antara ajaran pokok ingkar sunnah yang intinya menolak ajaran sunnah
yang di bawa Rasulullah dan hanya menerima al-Qur’an saja secara terpotong-potong.
Pendapat mereka yang dijadikan pedoman Ingkar Sunnah antara lain adalah sebagai
berikut:
a. Al-Qur’an turun sebagai penerang atas segala sesuatu secara sempurna, bukan yang
diterangkan. Jadi, al-Qur’an tidak perlu keterangan dari sunnah, jika al-Qur’an perlu
keterangan berarti tidak sempurna.

9
b. Penulisan sunnah dilarang, seandainya sunnah dijadikan dasar hukum Islam pasti Nabi tidak
melarang.
c. Al-Qur’an bersifat qath’i (pasti absolut kebenarannya) sedangkan sunnah bersifat zhanni
(bersifat relatif kebenarannya), maka jika terjadi kontradiksi antar keduanya, sunnah tidak
dapat berdiri sendiri sebagai produk hukum baru.

Demikianlah diantara argumentasi ingkar sunnah yang dikemukakan yang pada


prinsipnya mereka menolak sunnah karena ketidaktahuannya baik dari segi keilmuan hadis
atau sejarah terkodifikasiannya. Di samping adanya pengaruh dari latar belakang pendidikan
agama yang tidak memadai dan buku-buku bacaan tulisan kaum orientalis atau yang
sepemikiran dengan mereka. Jadi, jelaslah kiranya alasan-alasan ingkar sunnah sangat lemah
dan hanya mempermainkan agama semata.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

10
1. Sunnah adalah segala sesuatu yang disandarkan kepada Rasulullah baik berupa perkataan,
perbuatan, dan ketetapan Rasul baik setelah ke nabiannya maupun sebelum ke nabiannya.
2. Kedudukan as-sunnah dalam sumber ajaran agama Islam menempati urutan ke dua setelah al-
Qur’an. Karena al-Qur’an adalah kitab suci yang diturunkan kepada Nabi Muhammad untuk
disampaikan kepada umat manusia. Ayat-ayat dalam al-Qur’an juga perlu mendapat penjelasan
dari hadis karena banyak ayat-ayat al-Qur’an yang masih berupa pernyataan secara global
untuk itu perlu adanya sunnah/hadis untuk menjelaskannya secara terperinci.
3. Karena hadis merupakan penjelas al-Qur’an dan dapat pula membentuk hukum yang baru, oleh
karena itu sunnah/hadis dapat dijadikan hujjah (pedoman) ajaran agama Islam.
4. Hubungan antara al-Qur’an dan hadis sangat erat. Sunnah/hadis bisa berfungsi sebagai
penjelas dari ayat-ayat yang masih global di dalam al-Qur’an.
5. Ingkar Sunnah berarti sekelompok orang yang tidak mengakui adanya sunnah/hadis nabi,
karena bagi mereka manusia wajib berpedoman kepada al-Qur’an saja. Hal ini bisa terjadi
karena kurangnya pemahaman mereka terhadap agama Islam dan al-Qur’an dan masih
terpengaruh oleh ajaran-ajaran agama yang menyesatkan.

DAFTAR PUSTAKA

Ismail, M. Syuhundi, Pengantar Ilmu Hadits, Bandung: Angkasa, 1987.


11
Khon, Abdul Majid, Ulumul Hadis, Jakarta: Amzah, 2008.
Muhaimin, Abdul Mujib, dan Jusuf Mudzakkir, Kawasan dan Wawasan Studi Islam, Jakarta:
Prenada Media, 2007.
Smeer, Zein B., Ulumul Hadis Pengantar Studi Hadis Praktis, Malang: UIN-Malang Press,
2008.
http://ahsanahnida.blogspot.co.id/2014/09/makalah-as-sunnah-sebagai-sumber-ajaran.html
http://fatkur4m4ns.blogspot.co.id/2012/04/sunnah-sebagai-sumber-agama-islam.html
http://kumpulanmakalah94.blogspot.co.id/
[1] M. Syuhudi Ismail, Pengantar Ilmu Hadits, (Bandung: Angkasa, 1987), hlm. 12
[2] Muhaimin, Abdul Mujib, dan Jusuf Mudzakkir, Kawasan dan Wawasan Studi Islam,
(Jakarta: Prenada Media, 2007), hlm. 130
[3] Zeid B. Smeer, Ulumul Hadis Pengantar Studi Hadis Praktis, (Malang: UIN-Malang Press, 2008), hlm. 15.
[4] Abdul Majid Khon, Ulumul Hadis, (Jakarta: Amzah, 2008), hlm. 27-28.
[5] Ibid, hlm. 35.

12

Anda mungkin juga menyukai