Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ahlusunnah Wal al
Jama’ah
Dosen Pengampuh : Muhammad Syaikhon, S.H.I, M.H.I
Disusun oleh:
Kelompok 7
Siswi Prayogi 1230122002
Siti Maysaroh 1230122024
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan
demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih banyak kepada semua pihak yang
telah berperan serta dalam proses penyusunan makalah ini dari awal hingga akhir.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Pemakalah
i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR.................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................1
1. Latar Belakang..................................................................................1
2. Rumusan Masalah.............................................................................1
3. Tujuan Penulisan...............................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..............................................................................3
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyusun makalah ini kami maksudkan sebagai bahan kajian serta diskusi
kami mengenai sunnah dan bid’ah. Tidak bisa disangkal lagi bila kenyataan
yang terdapat menunjukkan tidak sedikit berasal kaum muslimin yang begitu
hobi melakukan praktek bid’ah serta khurafat, yang lebih mengenaskan bid’ah
serta khurafat itu dikemas sedemikian rupa supaya tampak seolah-olah suatu
ibadah yang dsyariatkan, lebih tampil menarik dan bisa memikat perhatian
poly orang. Ada interim apa yang terdapat pada Kitabullah berisikan perintah
buat ittiba’ ( mengikuti tuntunan Rosulullah ).
Bid’ah adalah pelanggaran yang sangat besar berasal sisi melampaui
Batasan-batasan hukum Allah SWT dalam membuat syariat, karena sangatlah
kentara bahwa hal ini menyalahi dalam meyakini kesempurnaan syariat.
Menuduh Rasulullah Muhammad SAW menghianati risalah, menuduh bahwa
syariat Islam masih kurang serta membutuhkan tambahan serta belum tepat.
Sunnah sering disamakan dengan hadits. Segala perkataan, perbuatan, dan
takril yang disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW yang menganjurkan
perbuatan para sahabatnya seperti Kholid bin Walid, memakan daging biawak.
Nabi SAW mengizinkan Nabi untuk percaya bahwa dia tidak melarangnya.
Sunnah adalah sumber hukum kedua setelah Alquran. Dalam kajian ushul
fiqh, asSunnah adalah cara untuk menjelaskan Al-Quran, jadi fungsi asSunnah
adalah menjelaskan, menafsirkan, menyempurnakan, menambahkan, dan
menambah berbagai hukum yang terkandung dalam Al-Quran. Dan adapula
yang masih mubham.
Menggunakan penyusunan makalah ini kami harapkan akan bisa
menambahkan wawasan bagi kami serta segenap pembaca di umumnya agar
bisa sebagai ilmu yang berguna nantinya.
Makalah ini kami susun menjadi bentuk tugas pembuatan makalah mata
kuliah Ke-Aswajaan.
1
1.3 Tujuan Penulisan
Dengan dibuatnya makalah ini diharapkan memberi tujuan diantaranya
sebagai berikut:
1. Untuk dapat mengetahui konsep tentang Sunnah dan Bid’ah
2. Untuk memahami tentang apa saja pembagian Sunnah dan Bid’ah
3. Untuk memahami Bid’ah pada masa Rasul dan sahabat
4. Untuk memahami anti Bid’ah dan dalilnya
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
menuliskan sebagai berikut: “Kata Ibda’ artinya merintis sebuah kreasi
baru tanpa menikuti dan mencontoh sesuatu sebelumnya.
4
Ucapan para sahabat terkait sebab-sebab turunnya suatu
ayat Al-Quran
Pendapat para sahabat dalam menafsirkan ayat Al-Quran
yang mereka pelajari langsung dari Nabi.
5
Al-Hafizh as-Suyuthi dan lain-lain. Termasuk dari kalangan ahli bahsa
sendiri seperti al-Fayyumi,Al- Fairuzabadi dan lain-lain.
Hadits ini menjelaskan bahwa lafal yang dibaca sahabat dalam shalat
tersebut tampaknya belum pernah dijelaskan Nabi Muhammad SAW. Ketika
ada sahabat yang membaca doa tersebut Rasulullah tidak marah dan malah
6
memuji sehingga kita pun boleh mengamalkannya. Sebab itu, Ibnu Hajar
dalam Fathul Bari mengatakan: إذا مأثور غير الصالة في ذكر إحداث جواز على به واستدل
للمأثور مخالف غير كانArtinya, “Hadits di atas dijadikan dalil sebagai kebolehan
membuat dzikir baru dalam shalat yang tidak ma’tsur selama tidak
bertentangan dengan ma’tsur.” Dengan demikian, melakukan bid’ah dalam
ibadah juga dibolehkan selama tidak bertentangan dengan syariat. Tentu
maksud bid’ah di sini adalah bid’ah hasanah, bukan bid’ah sayyi’ah atau
dhalalah. Hal ini sudah dilakukan pula oleh sahabat Rasulullah di hadapan
beliau SAW.
Dari sini kita dapat menarik pelajaran agar tidak terlalu cepat
menyalahkan amalan yang dilakukan sekelompok orang atas dasar Rasul
tidak pernah melakukan. Karena bisa jadi apa yang dilakukan itu merujuk
pada dalil-dalil umum dalam syariat yang sebetulnya kalau dikaji tidak
bertentangan dengan syariat. Wallahu a’lam.
Menurut kelompok ini hadist di atas sangat tegas mengatakan bahwa semua
bid’ah itu kesesatan, dalam hal ini syaikh Muhammad Bin Salih Al Ustmainin
ulama Wahabi Salafy komtemporer berkata dalam kitabnya yang berjudul :
Al ibda”fi kamal al sayr”i wa khatar al-ibtida (kreasi tentang kesempurnaan
syara’ dan bahayanya bid’ah):
7
mendatangkan pahala bagi pelakunya. Alasan usmainin menolak pembagian
bid’ah adalah adanya kosa kata kullu dalam redaksi hadist diatas yang berarti
semua.
8
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa :
Sunnah adalah perbuatan yang semula belum pernah dilakukan kemudian di
ikuti oleh orang lain, baik perbuatan yang terpuji maupun yang tercela. Sunnah
dibagi menjadi:
Bid’ah adalah sesuatu yang baru yang tidak pernah dikenal atau terjadi pada
zaman Rasulullah. Bid”ah dibagi menjadi :
Bid’ah Dholalah disebut juga dengan Bid’ah Sayyi-ah atau sunnah sayyi-
ah. Yaitu perkara baru yang menyalahi Al-Quran dan Sunnah
Bid’ah Huda disebut juga dengan Bid’ah Hasanah atau sunnah Hasanah.
Yaitu perkara yang sesuai dan sejalan dengan Al-Quran dan Sunnah.
Menurut kelompok ini hadist di atas sangat tegas mengatakan bahwa semua
bid’ah itu kesesatan, dalam hal ini syaikh Muhammad Bin Salih Al Ustmainin
ulama Wahabi Salafy komtemporer berkata dalam kitabnya yang berjudul : Al
ibda”fi kamal al sayr”i wa khatar al-ibtida (kreasi tentang kesempurnaan syara’
dan bahayanya bid’ah)
9
DAFTAR PUSTAKA
10