Oleh
I Nengah Martha
Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah
Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Pendidikan Ganesha,
Jalan Jend. A. Yani 67 Singaraja 81116, Telp. (0362) 21541, Faks. (0362) 27561
ABSTRACT
Rethoric is a field of knowledge, which studies speeking ability. Now, the use of it wides to many
kinds of life, such as: politics, business, art, journalism, as well as education. The ability of using
language rethorically will influence the audiences.
Jika pada media cetak, sugesti konsumen hanya Pemanfaatan retorika tidak hanya pada karya
dibangkitkan dengan menggunakan kata-kata seni klasik saja, pada seni modern retorika juga
saja (retoris), tetapi melalui media TV, suges- dimanfaatkan, misalnya pada seni drama, teater,
ti konsumen itu bahkan dibangkitkan dengan film. Pada ketiga kesenian ini bahasa dan gaya
menggunakan kata-kata, tayangan gambar, dan bahasa dipilih benar, kemudian ditata dengan
suara (multimedia), sehingga retorika dalam baik, selanjutnya ditampilkan di depan penon-
dunia dagang atau ekonomi benar-benar dapat ton. Cara kerja memilih/menemukan, menata,
“mendesak” konsumennya untuk mencobanya. dan menampilkan benar-benar merupakan lang-
Penggunaan sarana multimedia ini juga menjadi kah-langkah seperti dalam retorika.
bagian keseluruhan retorika, sebab setiap upaya
yang dilakukan secara sadar atau tidak sadar 4. Penggunaan Retorika dalam Tulisan
yang bermaksud mempengaruhi orang lain ter-
masuk fenomena retoris. Para kuli tinta seperti wartawan dan reporter
adalah orang-orang yang terlibat dalam penggu-
3. Penggunaan Retorika dalam Seni naan retorika. Entah mereka nanti akan menu-
lis kolom, rubrik, tajuk, atau menulis reportase,
Dunia seni juga merupakan bidang kehidupan semuanya memerlukan kemampuan menggu-
yang tidak lepas dari retorika. Apalagi seni itu di- nakan retorika. Intinya adalah bagaimana mere-
maksudkan untuk “mendidik” penontonnya. Ba- ka dapat mempersuasi atau menarik perhatian
nyak hasil karya seni mengandung pendidikan, mi- pembacanya. Kadang-kadang ada penulis yang
salnya wayang kulit, wayang orang, wayang golek, mempunyai niat menggebu-gebu untuk bisa me-
wayang beber, ludruk, arja, tari topeng pajegan narik perhatian pembacanya. Karena keinginan
(Bali), ludruk, ketrung, dan lain-lain. Pada kese- yang menggebu-gebu itu, tulisan mereka sering
nian tersebut terdapat tokoh-tokoh punakawan terkesan tendensius.
yang pintar bertutur (memberi nasihat), seperti
tokoh Cepot dan Udel (Sunda), Semar, Gareng, Dalam bentuk lisan, deklamator (dalam dekla-
Petruk, dan Bagong (Jawa), Sangut, Delem, Mer- masi), pendongeng, tukang cerita, pedagang
dah Tualen, Kartala, Punte (Bali). Tokoh-tokoh obat juga menggunakan retorika. Mereka men-
ini sering bertutur dengan menggunakan ba- coba “menyihir” pendengarnya dengan memilih,
hasa yang terpilih, ulasan yang mampu mempe- menata, dan menampilkan tutur yang menawan.
ngaruhi penonton dengan menampilkan gagas- Dalam profesi ini, ada tindakan penemuan topik/
an-gagasan yang mengandung nilai kehidupan. gagasan, menata dalam urutan yang menarik,
Dalam hubungan inilah sesungguhnya mereka dan menampilkannya dengan bahasa dan gaya
telah menggunakan retorika dengan baik. Dalam bertutur yang memikat. Tindakan atau langkah
pewayangan ada dalang yang menggunakan yang dikerjakan itu merupakan unsur retorika.
retorika untuk mempengaruhi penontonnya. Oleh karena itu, semua profesi yang disebut di
Dalam pewayangan terdapat tokoh-tokoh yang atas (deklamator, pendongeng, tukang cerita,
DAFTAR PUSTAKA