Anda di halaman 1dari 12

Teori Retorika

(Konsep, Sejarahm
dan Asumsi
M. Wahyu Abdi Nugroho
Latar Belakang
•dianggap
Komunikasi bukanlah lagi suatu hal yang
remeh dan dinomer sekiankan
•tubuh
Komunikasi telah menjadi bagian dari
disiplin ilmu
•efektif
Kesukaran dari proses komunikasi yang
01
Pengertian
dan Sejarah
02
Tokoh
Teori
Retorika Retorika

03
Asumsi
Dasar
04
Dimensi
dalam
Teori
Retorika Retorika
Pengertian dan Sejarah Teori
Retorika
1. Retorika berasal dari bahasa Inggris “rhetoric” dan bersumber dari bahasa Latin “rhetorica” yang
berarti ilmu berbicara.
2. Retorika sebagai ilmu memiliki sifat-sifat rasional, empiris, umum, dan akumulatif. Rasional berarti
apa yang disampaikan oleh seorang pembicara harus tersusun secara sistematis dan logis. Empiris
berarti menyajikan fakta-fakta yang dapat diverifikasi oleh panca indera. Umum artinya kebenaran
yang disampaikan tidak bersifat rahasia dan tidak dirahasikan karena memiliki nilai sosial.
Akumulatif merupakan ilmu yang mengatakan retorika sebagai public speaking atau berbicara di
depan umum.
3. Pengertian retorika juga dapat dilihat secara sempit dan secara luas. Secara sempit retorika hanya
meliputi seni berbicara, sedangkan secara luas retorika mengenai penggunaan bahasa, baik lisan
maupun tulisan. Pengertian yang umum diketahui di masyarakat adalah pengertian retorika secara
sempit, dimana retorika hanya meliputi seni berbicara
Pengertian dan Sejarah Teori
Retorika
1. retorika sudah ada sejak manusia lahir. Namun, sebagai seni yang dipelajari dimulai abad 5 sebelum Masehi (SM)
ketika kaum sofis di Yunani mengembara dari satu tempat ke tempat lain untuk mengajarkan pengetahuan tentang
politik dan pemerintahan dengan penekanan terutama pada kemampuan berpidato.
2. Berkembanglah seni pidato yang membenarkan pemutarbalikan kenyataan demi tercapainya tujuan. Khalayak bisa
tertarik dan terbujuk. Retorika dipelajari, diawali, dan dilaksanakan di negara-negara yang menganut demokrasi
langsung, yakni Yunani dan Romawi. Pada waktu itu, retorika memiliki beberapa fungsi, yakni untuk mencapai
kebenaran/kemenangan bagi seseorang atau golongan dalam masyarakat; untuk meraih kekuasaan, yakni mencapai
kemenangan seseorang atau kelompok dengan pemeo ‘siapa yang menang dialah yang berkuasa’; sebagai alat persuasi
yang digunakan untuk mempengaruhi manusia lainnya
Pengertian dan Sejarah Teori
Retorika
3. Retorika sendiri terbagi dalam beberapa periode, yaitu klasik, pertengahan, Renaissance, pencerahan, kontemporer,
dan post-modern. Retorika abad ke 5 sebagaiamana yang telah disebutkan itulah yang menjadi mula dari munculnya
tradisi ini dalam ilmu komunikasi.
4. Retotika pada era tersebut didominasi oleh usaha-usaha mendefinisikan dan menyusun peraaturan dari seni retorika.
guru - guru pengembara disebut sophist mengajarkan seni berdebat di kedua sisi pada sebuah kasus instruksi retorika
paling awal di Yunani. Plato tidak menyukai pendekatan relativistik Sophist terhadap pengetahuan yang meyakini
adanya kemungkinan ideal atau kebenarann absolut. dialog- dialog plato tentang retorika telah menyelamatkan
sebagian besar bidang retorika dari nama buruk. Aristoteles, murid Plato, mengambil pendekatan yang lebih
pragmatis lagi terhadap seni, mengaturnya dalam buku catatan kuliahnya yang telah disusun menjadi apa yang kita
kenal sebagai Rhetorika.Tulisan tentang retorika orang Yunani telah disaring dan di perinci oleh orang romawi,
termasuk Isocrates, Quintilian, dan Cicero.
Pengertian dan Sejarah Teori
Retorika
5. Aristoteles dengan tegas mengatakan bahwa retorika adalah ilmu tersendiri yang memiliki kedudukan yang sejajar
dengan ilmu lain. Sebagai sebuah ilmu, retorika pun menampilkan kebenaran dengan menata tutur secara efektif dan
etis, bukan bombastis dan kosong tanpa isi. Selanjutnya Aristoteles menegaskan bahwa retorika tidak boleh
dimasukkan ke dalam jenis ilmu yang lain, atau dianggap sebagai bagian dari ilmu lain, jutru ilmu itulah yang
memanfaatkan retorika, terutama ketika ilmu lain itu mendeskripsikan hasil-hasil temuannya, demikian penegasan
Aristoteles.
6. Sebuah perdebatan besar terjadi antara Plato dan muridnya, Aristoteles, mengenai retorika. Plato berpendapat bahwa
retorika itu penting untuk mencapai keindahan dan untuk tujuan hiburan, namun penggunanya harus diabaikan dalam
masyarakat karena retorika dapat menyebabkan orang menjauh dari apa yang benar dan menyebabkan mereka untuk
membuat keputusan yang buruk. Plato lebih menyukai metode filosofis yang disebut dialektika, dimana individu
dengan seksama mencari kebenaran baru berdasarkan apa yang sudah diketahui. Sementara sang murid, Aristoteles,
disisi lain berpendapat bawa retorika adalah hal yang penting untuk membantu mereka dalam masyarakat membuat
kemungkinan kebenaran dari apa yang diketahui atau dapat disimpulkan. Retorika, dalam pandangan Aristoteles,
penting bagi substansi dalam komunikasi serta untuk gaya (style) bagi komunikator
Tokoh Retorika
Diantara Tokoh Dari Teori Retorika adalah Sebagai Berikut:
1. Georgias dan Protagoras (Koum Sofisme)
Georgias (dari kaum sofisme). Dia yang mengatakan bahwa kebenaran suatu pendapat hanya dapat dibuktikan jika
tercapai kemenangan dalam pembicaraan. Georgias ini merupakan guru retorika yang pertama. Ia membuka sekolah
retorika yang mengajarkan dimensi bahasa yang puitis dan teknik berbicara impromptu (berbicara tanpa persiapan). Ia
meminta bayaran mahal, sekitar 10.000 dollar per mahasiswa. Georgias bersama Protagoras menjadi ‘dosen terbang’
yang mengajar berpindah dari satu kota ke kota lain (Rakhmat, 1994:4). Sekolah tersebut dibuka dalam rangka
memenuhi ‘pasar’ akan kemampuan berpikir yang jernih dan logis serta berbicara yang jelas dan persuasive. Protagoras,
Dia menyatakan bahwa kemahiran berbicara bukan untuk kemenangan melainkan demi keindahan bahasa.
Tokoh Retorika
Diantara Tokoh Dari Teori Retorika adalah Sebagai Berikut:
2. Sokrates
Sokrates menyatakan bahwa retorika adalah demi kebenaran. Dialog adalah tekniknya, karena dengan dialog kebenaran
akan timbul dengan sendirinya. Teknik dialog Sokrates mengikuti jalan deduksi, yaitu menarik kesimpulan-kesimpulan
untuk hal-hal yang khusus setelah menyelidiki hal-hal yang berlaku pada umumnya.

3. Isokrates dan Plato


Kedua-duanya dipengaruhi Georgias dan Socrates. Mereka ini berpendapat bahwa retorika berperan
penting bagi persiapan seseorang untuk menjadi pemimpin. Namun Plato mengecam retorika sofis
sebagai suatu upaya manipulasi opini publik dan mengabaikan kaidah-kaidah pencapaian kebenaran.
Retorika sofis tidak menjadikan kebenaran sebagai sarana untuk membentuk opini public melainkan
mereduksinya sekedar kecakapan bahasa untuk memenangkan tujuan politik Suprapto, Rio Kurniawan, and
Helfiana Sihaloho, “Metode Sugestopedia Sebagai Alternatif Pembelajaran Retorika Di Perguruan Tinggi,” in Prosiding
Seminar Daring Nasional: Pengembangan Kurikulum Merdeka Belajar Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia.,
2020, 170.
Tokoh Retorika
Diantara Tokoh Dari Teori Retorika adalah Sebagai Berikut:
4. Aristoteles
Aristoteles mengatakan bahwa retorika sebagai filsafat, sedang tokoh yang lain
menekankan sebagai seni. Menurut Aristoteles, tujuan retorika adalah membuktikan
maksud pembicaraan atau menampakkan pembuktian. Ini terdapat pada logika. Keindahan
bahasa hanya digunakan untuk membenarkan, memerintah, mendorong, dan
mempertahankan sesuatu
Asumsi Teori
Teori ini dipandu oleh dua Asumsi Dasar:
1. Pembicara publik yang efektif harus mempertimbangkan audiens mereka dan pembicara publik yang efektif
menggunakan sejumlah bukti dalam presentasi mereka. Dalam konteks berbicara di depan umum, Aristoteles
menyarankan bahwa hubungan antara pembicara dengan audiens harus diakui. Bukti inartistik atau eksternal adalah
yang tidak dibuat oleh pembicara. Mereka akan menyertakan kesaksian saksi atau dokumen yang ada. Dimana bukti-
bukti adalah mereka yang "sudah ada sebelumnya" karena mereka ada di luar konstruksi retor individu. Sebagai
pembicara, dengan kata lain, telah ditemukan bukti artistik sementara bukti inartistik ada di luar upaya penemuan.
Dengan cara ini, bukti inartistik tidak begitu banyak kondisi sebelumnya di mana retorika harus menavigasi upaya
persuasif mereka karena mereka adalah bahan yang dapat dipilih dalam konstruksi kasus
2. Asumsi kedua yang mendasari teori Aristoteles berkaitan dengan pertimbangan tiga bukti retoris: logika (logos),
emosi (pathos) dan etika atau kredibilitas (ethos). Berdasarkan hal ini pembicara yang efektif menggunakan beberapa
bukti dalam presentasi mereka. Bukti yang dimaksud mengacu pada cara persuasi: ethos, pathos, dan logos.
Dimensi Teori Retorika
Dimensi yang dikenalkan Aristoteles Dalam Teori Retorika ini tersusun atas 3
dimensi yaitu:
1. Ethos
Ethos terdiri dari pikiran baik, akhlak yang baik, dan maksud yang baik (good sense, good moral, character, good will).

2. Pathos
Pathos diartikan sebagai imbauan emosional yang ditunjuk oleh seorang komunikator dengan menampilkan gaya dan
bahasanya yang meningkatkan energy dengn semangat yang tinggi pada khalayak

3. Loghos
Logos diartikan sebagai imbauan logis yang ditunjukkan seorang komunikator bahwa uraiannya masuk akal sehingga
pantas untuk diikuti dan dilaksanakan oleh khalayak sama juga dengan pathos, logos juga perlu dimiliki oleh seorang
orator atau rethor

Anda mungkin juga menyukai