Anda di halaman 1dari 11

RESUME MATA KULIAH RETORIKA

Dosen Pengampu: Dr. H. Engkos Kosasih, LC., M.Ag.


Nama: Fikri Fillaili NIM: 1181030057 Kelas: IAT 7-D

Pertemuan 1: Sejarah Retorika


Berdasarkan catatan sejarah, retorika berasal dari peradaban Mesopotamia. Di Mesir Kuno,
retorika telah dikenal setidak-tidaknya pada pertengahan era kerajaan (2080-1640 SM).
Sedangkan bagi masyarakat China Kuno, retorika tidak dapat dipisahkan dari jasa seorang
filosof bernama Konfusius (551-479 SM) beserta para muridnya. Demikian pula, penggunaan
retorika dapat ditemukan dalam tradisi umat Kristiani. Secara umum sejarah perkembangan
retorika dibagi ke dalam 5 periode, yaitu:
1. Pra-Yunani
2. Yunani (Abad 8-6 SM)
Adapun tokoh di zaman Yunani adalah Koloni Syracuse, Georgias, Empedocles,
Protagoras, Isocrates, Demosthenes, Plato, dan Aristoteles.
3. Romawi (750-476 SM)
Dengan tokoh-tokoh orator terkenal seperti Quintillianus dan Cicero.
4. Dark Ages Eropa & Zaman Keemasan Islam (Abad 5-15 M)
Adapaun pada zaman dark ages Eropa, retorika mengalami kemandekkan karena
situasi sosial dan politik gereja yang mengekang berkembangnya ilmu pengetahuan,
sedang di dunia Islam sendiri ilmu pengetahun sedang maju sebesar-besarnya, hal ini
turut mempengaruhi perkembangan ilmu retorika, adapun dalam bahasa Arab, ilmu
retorika disebut sebagai Balaghah yang artinya penyampaian.
5. Modern (Abad 15-Sekarang)
Pada zaman modern, perkembangan retorika meningkat drastis, bahkan dibagi-bagi
kedalam beberapa aliran, yaitu, Pertama, Aliran Epistemologis dengan tokoh-tokoh
George Campbell & Richard Whately. Kedua, Aliran Belletris dengan tokoh Hugh
Blair. Dan Ketiga, Aliran Elukusionis, dengan tokoh Gilbert Austin & James Burgh.
Pertemuan 2: Pengenalan Dasar Retorika
1. Definisi Retorika
Retorika berasal dari bahasa Inggris “rhetoric” dan kata tersebut bersumber dari bahasa Latin
“rhetorica” diartikan sebagai ilmu berbicara. Retorika sebagai ilmu memiliki sifat-sifat atau
ciri tertentu yang dimiliki, yaitu rasional, empiris, umum, dan akumulatif.
Adapun pengertian secara istilah oleh para ahli, diantaranya Syafi’ie menyatakan secara
etimologis kata retorika berasal dari bahasa Yunani “Rhetorike” yang berarti seni
kemampuan berbicara yang dimiliki oleh seseorang. Dari definisi ini dapat dipahami bahwa
retorika merupakan aktivitas manusia dengan bahasanya yang terwujud dalam sebuah
kegiatan berkomunikasi
2. Retorika Sebagai Ilmu
Tokoh pertama yang menyatakan retorika sebagai ilmu yang berdiri sendiri adalah
Aristoteles. Sebelum itu kedudukan retorika tidak begitu jelas. Pada umumnya reorika hanya
dikenal sebatas kecakapan berpidato. Jadi sebelum Aristoteles, retorika hanya dikaitkan
dengan penggunaan bahasa lisan saja. Namun, setelah itu Ia menyatakan bahwa retorika
adalah subjek dengan sistematiknya sendiri, sebagaimana ilmu-ilmu yang lain yang memiliki
ontologi-epistemologi-aksiologi sendiri. Di dalam dunia ilmu pengetahuan, hal itu digunakan
sebagai penanda atau ciri untuk membedakan disiplin (bidang ilmu) yang satu dengan yang
lain. Untuk menentukan, memastikan, dan menetapkan bahwa retorika memang benar dapat
dipandang sebagai ilmu yang berdiri sendiri, kita dapat menggunakan ontologi, epistemologi,
dan aksiologi itu untuk menganalisis retorika.
3. Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi Retorika
Ontologi berarti objek, pokok persoalan, atau masalah yang dikaji. Aristoteles menekankan
bahwa retorika adalah suatu pokok persoalan atau objek yang dapat digambarkan secara
sistematis, sebagaimana halnya dengan ilmu-ilmu yang lain. Secara umum, objek, pokok
persoalan, atau masalah yang menjadi bidang kajian retorika adalah manusia dan kegiatan
bertutur atau berbicaranya.
Epistemologi. Ciri utama yang memandai kehadiran sebuah ilmu adalah metode yang
dikembangkan. Jadi setiap ilmu memiliki cara kerja atau metodenya sendiri dalam mengkaji
objeknya. Ditinjau dari segi metode sebagai pertanda, retorika tidak perlu lagi disangsikan
sebagai ilmu yang berdiri sendiri, karena retorika mengembangkan metodenya sendiri.
Bahkan dalam banyak hal retorika itu sendiri tampak sebagai sebuah metode, yakni metode
atau cara menemukan dan menyajikan kebenaran. Aristotels sebagai penegak retorika sebagai
ilmu tersendiri menyatakan bahwa retorika itu memberikan metode yang dapat memudahkan
dalam menemukan kebenaran, mengajarkan, meneruskan kebenaran itu di tengah-tengah
masyarakat untuk membina kehidupan yang lebih baik, dan mengajar bagaimana bertindak
secara bijaksana atau mendidik.
Aksiologi. Ciri penanda sebuah ilmu, selain harus jelas objek dan metodenya, juga harus jelas
manfaatnya (aksiologinya). Sejak awal kemunculannya, retorika dianggap sebagai ilmu yang
amat bermanfaat untuk mempengaruhi pendapat umum.10 Aristoteles saat itu malah sudah
merumuskan empat manfaat atau kegunaan dari retorika, yakni:
a. Retorika menuntun pembicara dalam mengambil keputusan.
b. Retorika mengajar pembicara dalam memilih argumen
c. Retorika mengajar penutur dalam mempersuasi
d. Retorika membimbing berbicara secara rasional
4. Retorika dan Logika
Dalam menyampaikan sesuatu sebagai topik pembicaraan, retorika menganjurkan agar apa
yang dibicarakan mempunyai dasar-dasar kebenaran, bukan asal bicara. Demikian juga
ulasan yang digunakan harusnya ulasan yang dapat dipertanggungjawabkan. Dengan
demikian, penemuan topik pembicaraan, penemuan ulasan dan penggunaannya sebagai
pendukung gagasan, retorika telah banyak menyarankan agar pembicara menggunakan nalar,
dasar kebenaran, kejujuran, dan kejernihan pikiran
5. Retorika dan Bahasa
Ada anggapan bahwa retorika adalah bagian dari bahasa. Bahasa dipandang sebagai
perangkat kaidah yang mengajarkan bagaimana berbicara dengan baik. Sebuah pembicaraan
dikatakan baik kalau bahasa yang dipakai sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa, maka retorika
yang dipandang sebagai penuntun berbicara tidak lain adalah bagian dari bahasa, yang
sekaligus merupakan alat menyebarluaskan kaidah-kaidahnya. Anggapan yang keliru, yakni
yang menganggap retorika adalah bagian dari bahasa masih berlangsung sampai sekarang.
Contohnya dalam pengajaran bahasa Indonesia, khususnya dalam pengajaran mengarang,
para guru dalam menilai karangan siswa mengabaikan aspek retoris (cara menyajikan), dan
cenderung memperhatikan penyimpanganpenyimpangan kaidah bahasa saja.
6. Retorika dan Sastra
Dalam perkembangan selanjutnya, ahli sastra menyadari bahwa studi sastra mempunyai
ruang lingkup yang jah lebih luas daripada hanya masalah bahasa saja. Sehubungan dengan
itu, retorika dianggap hanya merupakan bagian kecil dari studi sastra, yakni sebagai salah
satu aspek studinya yang kemudian lebih dikenal dengan nama kritik sastra. Kritik sastra
pada zaman itu lebih banyak ditekankan pada masalah pemahaman bahasa sastra sebagai
sarana membina kemampuan berbicara seperti yang biasa dipakai para sastrawan.
Pertemuan 3: Tujuan, Fungsi dan Unsur-Unsur Retorika
1. Tujuan Retorika
Tujuan retorika adalah persuasi, yakni komunikasi yang dilakukan untuk meyakinkan
dan mempengaruhi pendengar akan kebenaran gagasan yang dibicarakan.
2. Fungsi Retorika
a. Mass information, artinya untuk memberi dan menerima informasi kepada
khalayak. Hal yang demikian ini dapat dilakukan oleh setiap orang dengan
pengetahuan yang dimilikinya. Tanpa komunikasi, mustahil informasi dapat
disampaikan atau diterima.
b. Mass education, adalah untuk memberikan pendidikan. Seperti yang dilakukan
oleh guru/pengajar (atau siapa saja yang berkeinginan memberikan pendidikan)
kepada murid dengan tujuan untuk memberikan pengetahuan.
3. Unsur-Unsur Retorika:
a. Pembicara
b. Audiens
c. Pesan
Pertemuan 4: Pengertian & Hakikat Keterampilan Berbicara
1. Pengertian Berbicara
a. Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata
untuk mengekspresikan pikiran, gagasan dan perasaan
b. Berbicara dari segi fisiologis merupakan suatu proses yang melibatkan beberapa
sistem tubuh.
2. Tujuan Berbicara
a. Berbicara pada hakikatnya merupakan suatu proses berkomunikasi, karena di
dalamnya terjadi pemindahan pesan dari seseorang ke orang lain
b. Menurut Djago, dkk (1997:37) tujuan pembicaraan biasanya dapat dibedakan atas
lima golongan yaitu (1) menghibur, (2) menginformasikan, (3) menstimulasi, (4)
meyakinkan, dan 5) menggerakkan.
3. Hakikat Berbicara
a. Berbicara merupakan ekspresi kreatif dan tingkah laku;
b. Berbicara dan menyimak merupakan komunikasi yang seiring;
c. Dalam konteks komunikasi dengan lawan berbicara, berbicara adalah komunikasi
resiprokal;
d. Berbicara adalah wujud individu berkomunikasi;
e. Berbicara adalah pancaran kepribadian dan tingkah laku intelektual;
f. Berbicara adalah keterampilan yang diperoleh melalui usaha belajar;
g. Berbicara menjadi media untuk memperluas ilmu pengetahuan.
4. Keterampilan Berbicara
Dalam keterampilan berbahasa terdapat 4 (empat) aspek yaitu
a. Berbicara
b. Menulis
c. Membaca
d. Menyimak
Jika seseorang mempunyai keterampilan bahasa tersebut, maka akan lebih mudah
mendapatkan informasi dan berkomunikasi dengan orang baik secara lisan maupun
tulisan
Pertemuan 5: Berbicara Sebagai Proses Komunikasi, Jenis-Jenis Pidato, Kelemah dan
Keunggulan Metode Berpidato
1. Berbicara Sebagai Proses Komunikasi
Lima poin penting yang harus diperhatikan untuk membangun komunikasi yang baik,
yaitu:
a. Invention (Penemuan)
b. Arrangement (Pengaturan)
c. Style (Gaya)
d. Delivery (Penyampaian)
e. Memori (Ingatan)
2. Jenis-Jenis Pidato
a. Pidato Informatif
b. Pidato Argumentatif
c. Pidato Persuasif
d. Pidato Rekretif
3. Kelemahan-Kelemahan dan Keunggulan-Keunggulan Metode Berpidato
a. Metode impromptu
Kelebihan-kelebihannya: Lebih dapat mengungkapkan perasaan pembicara yang
sesungguhnya, Gagasan dan pendapatnya datang secara spontan, Membuat
pembicara untuk terus berfikir.
Kekurangan-kekurangannya: Dapat mengakibatkan kesimpulan yang belum
matang karena didasari oleh pengetahuan yang kurang memadai, Penyampaian
yang tidak lancar, Gagasan yang akan disampaikan bisa tidak jelas dan ngawur,
Kemungkinan terkena demam panggung mengingat kurangnya persiapan.
b. Metode Naskah
Kelebihan-kelebihannya: Materi dapat disusun dengan sebaik-baiknya, Kata
yang terdapat didalam materi dapat dipilih dengan sebaik-baiknya sehingga akan
menghasilkan arti yang tepat dan penyampaian yang jelas, Dapat menjadikan
pembicara lancar dalam menyampaikan materinya karena sudah disiapkan terlebih
dahulu, Terhindar dari hal-hal yang ngawur, Dapat memperbanyak manuskrip.
Kekurangan-kekurangannya: Komunikasi dengan pendengar tidak akan
berjalan baik karena pembicara tidak berbicara langsung dengan pendengar,
Pembicara akan bersifat kaku karena pembicara tidak dapat melihat pendengar
dengan jelas, Pembuatannya cukup memakan waktu dan hanya menyiapkan garis
besarnya saja.
c. Metode Menghafal dan Ekstemporer
Kelebihan-kelebihannya:Metode ini berguna dimana pembicara dituntut untuk
bisa tepat waktu, Metode ini memungkinkan fleksibilitas yang besar untuk dapat
menerima umpan balik, Dalam metode ini memudahkan pembicara untuk bersikap
wajar karena ia menjadi dirinya sendiri.
Kekurangan-kekurangannya:Pembicara dapat tiba-tiba kehilangan kata yang
tepat, Pembicara tidak dapat focus memperhatikan gaya penyampaiannya.
Pertemuan 6: Memahami Audience
1. Definisi Komunikasi Dalam Ruang dan Waktu
Proses komunikasi yang dikirimkan oleh pihak komunikan baik secara verbal maupun non
verbal disesuaikan dengan tempat, diaman proses komunikasi itu berlangsung, kepada sispa
pesan itu dikirimkan dan kapan komunikasi it berlangsung. Makna pesan juga bergantung
pada konteks ruang, waktu, fisik, sosail dan psikologis.
2. Pengertian Audience
Bahasa audience (para) hadirin, penonton, pendengar. sedangkan istilah orang-orang yang
terikat dan berada dalam situasi kontak langsung, baik di arena tertutup maupun di arena
terbuka
3. Tipe-Tipe Audience
a. General Public Audience
Yaitu khalayak yang sangat luas, heterogen dan anonim secara lengkap. Contoh
dari tipe general public audience ini adalah pemirsa televisi dan pendengar radio
b. Specialized Audience
Yaitu audience dibentuk dari beberapa macam kepentingan bersama antar
anggotanya sehingga lebih homogen (paling tidak dalam satu aspek tertentu)
4. Audience menurut Herbert Blumer
Sedangkan menurut Herbert Blumer, seorang ahli sosiologi audience terbagi
menjaadi 4:
a. Heterogen
b. Anonim
c. Unbound each
d. Other Isolated from one another
Pertemuan 7: Kompetisi Dan Performance Seorang Orator Dan Model Strategi
Komunikasi Lisan
1. Kompetensi Seorang Orator
Untuk Menjadi seorang Orator yang kompeten maka ketahuilah tips sukses dalam
public speeching, diantaranya adalah:
a. Pelajari topik pidato yang akan disampaikan. Pusatkan perhatian dan energimu
untuk fokus pada materi yang terkait dengan topik.
b. Kumpulkan semua informasi yang mungkin tentang suatu topik. Kemudian
tuliskan ide-ide yang penting.
c. Gunakan semua sumber penelitian yang tersedia sehingga kamu memiliki banyak
informasi.
d. Periksa internet dan baca majalah profesional, teknis, atau khusus untuk
mengetahui perkembangan terbaru tentang topik yang kamu diskusikan atau
presentasikan.
e. Identifikasi poin utama yang ingin kamu buat.
f. Susun fakta untuk mendukung poin-poin ini.
g. Menyiapkan catatan dan grafik yang relevan dan mendukung penyampaian
materi.
h. Lakukan analisis demografi dan psikologis.
2. Performa Seorang Orator
Seorang orator mempunyai performa dan kualitas tergantung dengan usahanya.
Dalam hal ini, untuk meningkatkan performa ketika berbicara maka ketahuilah hal hal
berikut:
a. Menguasai secara aktif kosakata bahasa untuk memperlancar komunikasi.
b. Menguasai kaidah ketatabahasaan (fonologi, morfologi dan sintaksis) yang
memungkinkan penulis menggunakan berbagai macam bentuk, style, stalistika
dengan nuansa dan konotasi yang berbeda.
c. mengenal dan menguasai berbagai macam gaya bahasa (style) sehingga dapat
memiliki kemampuan untuk menciptakan gaya bicara yang lebih hidup dan
berinovasi tinggi.
d. memiliki kemampuan penalaran yang baik, sehingga pikiran penulis dapat
disajikan dalam suatu aturan yang teratur dan logis.
e. mengenal ketentuan-ketentuan teknis penyusunan komposisi sehingga mudah
dipahami, dimengerti dan menarik perhatian.
3. Model Komunikasi Lisan
Model komunikasi lisan secara garis besar ada 2 yaitu:
a. Model Komunikasi Formal
Komunikasi formal adalah komunikasi menurut struktur organisasi seperti
komunikasi ke bawah dan komunikasi ke atas, dan komunikasi horisontal. Jadi
model komunikasi lisan secara formal biasanya adalah jenis komunikasi yang
dapat ditemui dalam sebuah organisasi atau sebuah acara perkumpulan yang
terstruktur.
b. Model Komunikasi Informal
Model komunikasi informal adalah komunikasi yang tidak tergantung pada
struktur organisasi. Kemudian DeVito (2011) mendefinisikan komunikasi
informal sebagai komunikasi yang disetujui secara sosial yang orientasinya tidak
pada organisasi tetapi lebih secara individual.
4. Strategi Komunikasi Lisan
Untuk mencapai komunikasi yang lancar dan baik, maka perlu diperhatikan beberapa
strategi dalam berkomunikasi. Antara lain:
a. Dalam proses komunikasi, seseorang harus dapat mempertimbangkan antara patut
atau tidaknya sebuah pesan yang disampaikan
b. Pesan yang disampaikan harus bersifat adaptif, solutif, atau bahkan bersifat
humoris.
c. Hendaknya menggunakan bahasa yang baik dan tidak menyinggung terhadap
individu maupun organisasi.
Pertemuan 8: Memilih Topik Tujuan Dan Pengembangan Bahasan Dan Prinsip Pidato
Dan Garis Besarnya
1. Memilih Topik dan Menentukan Tujuan
Seorang pembicara harus mempersiapkan diri sebelum menyampaikan sesuatu.
Supaya dapat tampil maksimal nantinya. Salah satunya adalah memilih topik, topik
pembicaraan adalah pokok dari persoalan yang akan dibicarakan. Topik yang dipilih
haruslah tepat sasaran dan menarik. Topik yang tepat akan membuat penyampaian
kita akan lebih efektif dan topik yang menarik dapat menarik focus dan antusias dari
audiens.
Menurut Gamble dan Gamble, pemilihan topik yang tepat adalah didasarkan kepada:
(1) Analisis diri anda untuk mengidentifikasi bahwa topik itu menarik minat dan
perhatian anda, dan secara khusus berada dalam penguasaan pengetahuan anda; (2)
Analisis pendengar untuk mengidentifikasi hal-hal mengenai keinginan, kebutuhan
dan pengetahuan mereka yang berdampak pada pemilian topik; (3) Identifikasi
kejadian terhadap pembicaraan, termasuk setiap permintaan khusus dari
penyelenggara atau adanya peristiwa alam yang menyebabkan timbulnya
pembicaraan; (4) Pilih area subjek pembicaraan umum dan kemudian dipersempit
pada subjek yang khusus sampai akhirnya pada subjek yang tersempit.
Kemudian dalam mempersiapkan diri, hendaklah kita menentukan tujuan. Tujuan ini
dapat membantu mengarahkan pembicaraan kita ke arah mana dan tidak keluar dari
batas. Dalam merumuskan tujuan haruslah jelas terhadap tujuan umum, tujuan khusus
dan ide materi yang akan dibawakan. Tujuan umum dapat berupa penyampaian
informasi, membujuk, menyakinkan atau memberi instruksi kepada pendengar.
Tujuan khusus suatu pembicaraan bergantung pada rumusan tujuan umum. Ide adalah
inti dari pembicaraan yang biasanya dikemas dalam satu kalimat yang mudah diserap
dan diingat pendengar. Perumusan tujuan akan memberikan gambaran dari rencana
pembicaraan dan akan mengarahkan pembicara dalam memilih tema yang sesuai.
Tujuan ini harus ditetapkan jauh sebelum pembicaraan berlangsung supaya ketika
tampil dapat mencapai tujuan secara optimal.
2. Pengembangan Pembahasan
Bila topik yang baik sudah ditemukan, kita memerlukan keterangan untuk menunjang
topik tersebut. Keterangan penunjang (supporting points) dipergunakan untuk
memperjelas uraian, memperkuat kesan, menambah daya tarik, dan mempermudah
pengertian. Ada enam macam teknik pengembangan bahasan dalam berpidato:
a. Penjelasan
Penjelasan adalah memberikan keterangan terhadap istilah atau kata-kata yang
disampaikan. Memberikan penjelasan dapat dilakukan dengan cara memberikan
pengertian atau definisi. Misalnya, istilah Iman kepada Allah Anda jelaskan
dengan kalimat: Iman adalah rasa percaya dan yakin akan kebenaran adanya Allah
di dalam hati dan dibuktikan dengan perbuatan melaksanakan segala perintah-Nya
dan menjauhi segala larangan-Nya.
b. Contoh
Contoh adalah upaya untuk mengkongkretkan gagasan, sehingga lebih mudah
untuk dipahami. Contoh dalam pidato dapat berupa cerita yang rinci yang disebut
ilustrasi. Untuk memberikan contoh tetantang kesabaran, misalnya Anda
menggunakan cerita tentang kesabaran Nabi Ayub dalam menghadapi cobaan
Allah melalui penyakit kulit yang dideritanya.
c. Analogi
Analogi adalah perbandingan antara dua hal atau lebih untuk menunjukkan
persamaan atau perbedaannya. Ada dua macam analogi: analogi harfiyah dan
analogi kiasan. Analogi harfiyah (literal analogy) adalah perbandingan di antara
objek-objek dari kelompok yang sama, karena adanya persamaan dalam beberapa
aspek tertentu. Misalnya, membandingkan manusia dengan monyet secara
biologis. Analogi kiasan adalah perbandingan di antara objek-objek di antara
kelompok yang tidak sama. Misalnya, membandingkan ke-Esaan Allah dengan
menggunakan ayat Al-Quran dan Injil.
d. Testimoni
Testimoni ialah pernyataan ahli yang kita kutip untuk menunjang pembicaraan
kita. Pendapat ahli itu dapat kita ambil dari pidato seorang ahli, tulisan di surat
kabar, acara televisi, dan lain-lain, termasuk kutipan dari kitab suci, hadits, dan
sejenisnya.
e. Statistik
Statistik adalah angka-angka yang dipergunakan untuk menunjukkan
perbandingan kasus dalam jenis tertentu. Statistik diambil untuk menimbulkan
kesan yang kuat, memperjelas, dan meyakinkan. Misalnya, untuk melukiskan
betapa bokbroknya akhlak generasi muda di Indonesia, Anda menggunakan
kalimat, Wahai saudara-saudara, menurut hasil penelitian, saat ini lebih dari 65
persen remaja di Indonesia telah melakukan hubungan seks sebelum nikah
f. Perulangan
Perulangan adalah menyebutkan kembali gagasan yang sama dengan kata-kata
yang berbeda. Perulangan berfungsi untuk menegaskan dan mengingatkan
kembali. Dengan menggunakan keenam teknik pengembangan pokok bahasan
tersebut (secara berganti-ganti), maka pidato atau dakwah yang Anda sampaikan
insya Allah tidak akan membosankan pendengar, tapi sebaliknya dakwah Anda
akan tampak penuh variasi dan tidak membosankan untuk didengar.
3. Prinsip Pindato dan Garis Besar Pidato
a. Prinsip Pidato. Banyak sekali cara dalam menyusun pidato namun ada beberapa
komposisi dalam menyusunnya yaitu ada tiga prinsip yang bisa mempengaruhi
seluruh isi pesan, menurut Raymond S. Ross dalam buku jalaluddin Rakhmat
pidato memiliki tiga prinsip, yaitu kesatuan (unity), pertautan (coherence) dan
titik-berat (emphasis).
b. Garis Besar Pidato
Garis-garis besar (outline) pidato merupakan pelengkap yang amat berharga bagi
pembicara yang berpengalaman dan keharusan bagi pembicara baru. Garis besar
adalah peta bumi bagi komunikator yang akan memasuki daerah kegiatan retorika.
Peta ini memberikan petunjuk dan arah yang akan dituju. Garis besar yang salah
akan mengacaukan perjalanan pembicaraan, seperti juga garis besar yang teratur
akan menertibkan jalannya pidato.

Pertemuan 9: Beragam Kegiatan Pidato Dalam Masyarakat Dan Manfaat Mahir


Berbicara
Adapun Manfaat Mahir berbicara adalah:
1. Memperlancar komunikasi anttar sesama.
2. Mempermudah pemberian informasi
3. Meningkatkan kepercayaan diri
4. Meningkatkan kewibawaan diri
5. Mempertinggi dukungan masyarakat dan publik
Pertemuan 10: Tujuan dan Fungsi Berbicara
1. Tujuan Berbicara
a. Mengekspresikan pikiran, perasaan, imajinasi, gagasan, ide, serta pendapat.
b. Memberikan respon atas makna pembicaraan ari orang lain.
c. Ingin menghibur orang lain.
d. Menyampaikan informasi.
e. Membujuk atau mempengaruhi orang lain.
2. Fungsi Berbicara Secara Pragmatis
a. Aspek Kognitif
b. Aspek afektif
c. Aspek keterampiran berbicara
d. Aspek keterampilan mengelola pembelajaran berbicara
3. Fungsi berbicara Menurut Halliay And Brown
Fungsi berbicara terbagi menjadi 7 :
a. Fungsi Instrumental.
b. Fungsi Regulasi dan Pengaturan.
c. Fungsi Repsentasional.
d. Fungsi Intraksional.
e. Fungsi Personal.
f. Fungsi Heuristik.
g. Fungsi Imajinatif.
Pertemuan 11: Metode Berbicara Dan Metode Pengajaran Berbicara
1. Cara Berbicara Yang Baik
a. Mulai berbicara dengan volume suara yang sesuai.
b. Lafalkan setiap kata dengan jelas.
c. Bicara dengan kecepatan yang tepat.
d. Gunakan nada suara atau intonasi yang dinamis.
e. Memperhatikan postur saat berbicara.
2. Metode pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan berbicara di depan umum
a. Commuicative Approach
b. Activity Based Learning
c. Know Want to Learn
d. Gambar Seri
3. Kemampuan Pendidik yang Efektif untuk Peningkatan Keterampilan berbicara
a. Menguasa materi dan tidak bertele-tele
b. Penanaman karakter yang diimbangi dengan akhlak dan penguasaan ilmu yang
baik
Pertemuan 12: Persyaratan Berbicara & Hambatan Berbicara
1. Persyaratan Organik dalam Berbicara
a. Pandangan atau kontak mata diarahkan kepada lawan bicara
b. Menghargai pendapat orang lain
c. Bersikap wajar, tenang dan tidak kaku
d. Kenyaringan Suara
e. Gerak-gerik mimik yang tepat
f. Syarat Organis
g. (Gerak Tubuh)
h. Kelancaran
i. Relevansi dan penalaran
j. Penguasaan topik
2. Persyaratan Bahasa dalam Berbicara
a. Penempatan tekanan, nada, sendi dan durasi yang sesuai
b. Pilihan kata (diksi)
c. Ketetapan ucapan (tata bunyi)
3. Hambatan Berbicara
a. Hambatan Internal
1. Penguasaan komponen kebahasaan
2. Ketidaksempurnaan alat ucap
3. Komponen isi
b. Hambatan Eksternal
1. Kondisi ruangan
2. Media
3. Pengetahuan pendengar
4. Suara atau bunyi
Pertemuan 13: Langkah Langkah Merancang Bahan Pembicaraan & Kriteria Nilai
Berbicara
1. Merancang bahan pembicaraan
Berbicara d depan umum (public speaking) pada hakikatnya adalah sen
berkomunikas lisan secara efektif d depan umum. Komunikas yang efektif dapat
tercapa apabila maksud pesan yang disampaikan oleh komunikator dapat dipaham
dengan baik oleh komunikan, dan komunikan memberikan umpan balik
(feedback) sesua dengan yang diharapkan oleh komunikator. Komunikas efektif
paling tidak menimbulkan lima hal (Rakhmat, 2007), yakn (1) pengertian (2)
kesenangan (3) pengaruh pada sikap (4) hubungan sosial (5) tindakan. Dan agar
bisa menciptakan sebuah komunikas yang efektif, ada tiga hal yang harus
dipersiapkan sebelum orang berbicara, yaitu persiapan diri, persiapan mater dan
persiapan pendukung. Persiapan dir berkaitan dengan kondis jasman dan rohan
pembicara, persiapan mater berkaitan dengan mater yang akan disampaikan,
persiapan pendukung mencakup persiapan ilmu, persiapan vokal dan persiapan
bahasa. Adapun dalam persiapan mater atau bahan berbicara, ada empat hal yang
harus diperhatikan, antara lain: (1) menentukan topik pembicaraan (2)
menentukan tujuan pembicaraan (3) mengumpulkan bahan pembicaraan (4)
menyusun kerangka pembicaraan
2. Memilh topik pembicaraan
Topik pembicaraan adalah pokok atau subjek pembicaraan. Persiapan pertama
untuk berbicara di depan umum adalah terfokus kepada pemilihan topik yang
tepat dan menarik. Topik pembicaraan merupakan salah satu penunjang
keefektifan berbicara. Topik pembicaraan yang bersifat ilmiah dapat diambil dari
pengalaman, pengamatan, penalaran, dan informasi lain yang dianggap akurat.
3. Menentukan tujuan pembicaraan
4. Pembicara harus dapat merumuskan secara jelas tujuan umum, tujuan khusus dan
ide sentral materi yang akan dibawakan. Tujuan umum dapat berupa penyampaian
informasi, membujuk, menyakinkan atau memberi instruksi kepada pendengar.
Tujuan khusus suatu pembicaraan bergantung pada rumusan tujuan umum.
5. Mengumpulkan bahan atau materi pembicaraan
Mengumpulkan bahan atau meteri pembicaraan dilakukan apabila penentuan
tujuan pembicaraan telah dinyatakan secara jelas. Bahan pembicaraan yang
dikumpulkan harus relevan dengan tujuan pembicaraan. Isi pembicaraan dapat
memenuhi standar mutu, setidaknya apabila bahan untuk pembicaraan itu
dianggap telah cukup dan dikuasai oleh pembi-cara. Mengumpulkan bahan atau
informasi antara lain dengan membaca buku dan penerbitan berkala seperti
majalah, buletin, jurnal, mencari bahan dari internet, dll.
6. Menyusun kerangka pembicaraan
Kerangka pembicaraan adalah suatu pola atau acuan yang dipedomani oleh
pembicara dalam menyusun dan mengembangkan suatu gagasan pokok. Kerangka
pembicaraan memang sangat dibutuhkan apalagi pebicaraan yang sifatnya resmi
atau formal. Pembicaraan yang sifatnya formal, seperti menjadi moderator dalam
suatu acara seminar atau diskusi ilmiah, maka kerangka sangat penting artinya.
Pembicaraan yang tidak mempunyai kerangka sebelum berbicara, maka isi
pembicaraannya dapat saja mengambang di luar dari tujuan atau topik
pembicaraan.
7. Kriteria Nilai Berbicara
Aspek-aspek penting dalam penilaian kemampuan berbicara yaitu mencakupi:
a. Kefasihan (Fluency)
b. Ketepatan Berbicara (Accuracy)
Ketepatan Berbicara Yang Dimaksud Meliput:
1. Tata Bahasa (Grammar)
2. Kosakata (Vocabulary)
3. Pelafalan (Pronunciation)
4. Pemahaman
5. Tekanan.
c. Strategi Komunikasi (Oral Communicative Strategies).

Anda mungkin juga menyukai