Anda di halaman 1dari 10

RETORIKA

Retorika mulai dikenal pada tahun 465 SM, ketika Corax menulis makalah bejudul Techne Lagon (Seni kata-kata). Pada waktu itu seni berbicara atau llmu berbicara hanya digunakan untuk membela diri dan mempengaruhi orang lain. Membela diri di pengadilan ketika orang lain mengambil tanah atau mengakui tanahnya karena waktu itu belum ada sertifikat tanah. Membela diri ketika seseorang, katakanlah orang kaya raya dituduh mengorbankan kehormatannya dengan hanya mencari setandan pisang di kebun dan sebagainya. Singkat retorika atau ilmu komunikasi pada waktu itu hanya digunakan untuk membela diri yang berhubungan dengan kepentingan sesaat dan praktis. Sementara untuk mempengaruhi orang lain, menurut Aristoteles ada 3 cara yaitu :
y y y y

Harus sanggup menunjukkan kepada khalayak bahwa kita memiliki pengetahuan yang luas, kepribadian yang terpercaya dan status yang terhormat yang disebut ethos Harus dapat menyentuh hati khalayak, perasaan, emosi, harapan, kebencian dan kasih sayang yang disebut phatos Meyakinkan khalayak dengan bukti yang kelihatan, yang disebur logos Dari sejarah singkat perkembangan retorika atau ilmu komunikasi klasik yang patut kita catat yakni mengenai tahap penyusunan pidato karya Aristoteles yang sampai sekarang masih terus dipakai, adalah penentuan tema, penyusunan, gaya, memori dan penyampaian.

Prinsip-Prinsip Dasar Retorika Retorika atau ilmu komunikasi adalah cra pemakaian bahasa sebagai seni yang didasarkan pada suatu pengetahuan atau metode y ang teratur atau baik. Berpidato, ceramah, khutbah juga termasuk kajian retorika. Cara-cara mempergunakan bahasa dalam bentuk retorika seperti pidato tidak hanya mencakup aspek-aspek kebahasaan saja tetapi juga mencakup aspek-aspek lain yang berupa penyusunan masalah yang digarap dalam suatu susunan yang teratur dan logis adanya fakta-fakta yang meyakinkan mengenai kebenaran masalah itu untuk menunjang pendirian pembicara. Oleh karena itu suatu bentuk komunikasi yang ingin disampaikan secara efektif dan efisien akan lebih ditekankan pada kemampuan berbahasa secara lisan. Suatu komunikasi akan tetap bertitik tolak dari beberapa macam prinsip. Prinsip-prinsip dasar itu adalah sebagai berikut :
y

Penguasaan secara aktif sejumlah besar kosakata bahasa yang dikuasainya. Semakin besar jumlah kosa kata yang dikuasai secara aktif semakin besar kemampuan memilih kata-kata yang tepat dan sesuai untuk menyampaikan pikiran Penguasaan secara aktif kaidah-kaidah ketatabahasaan yang memungkinkan pembicara menggunakan bermacam-macam bentuk kata dengan nuansa dan konotasi yang berbedabeda. Mengenal dan menguasai bermacam-macam gaya bahasa dan mampu menciptakan gaya yang hidup dan baru untuk lebih menarik perhtian pendengar dan lebih memudahkan penyampaian pikiran pembicara. Memiliki kemampuan penalaran yang baik sehingga pikiran pembicara dapat disajikan dalam suatu urutan yang teratur dan logis.

Urgensi Ilmu Komunikasi atau Retorika Bagi Calon Pemimpin Setiap calon selain ia harus berwawasan luas juga dituntut harus mempunyai keterampilan berkomunikasi atau berbicara. Keterampilan tersebut dapat diperoleh melalui latihan yang

sistematis, terarah dan berkesinambungan. Tanpa latihan, kepasihan berbicara atau pidato tidak dapat tercapai. Disamping itu, calon pemimpin juga harus mengetahui ciri-ciri pembicara yang ideal. Pengetahuan tentang ciri-ciri pembicara yang baik sangat bermangaat bagi mereka yang sudah tergolong pembicara yang kurang baik dan bagi pembicara dalam tarap belajar. Bagi golongan pertama, pengetahuan tersebut dapat digunakan sebagai landasan mempertahankan, menyempurnakan atau mengembangkan keterampilan berbicara atau pidato yang sudah dimilikinya. Bagi golongan kedua yakni calon pemimpin. Hal itu sangat baik dipahami dan dipalikasikan sehingga dapat menghilangkan kebiasaan buruk yang selama ini mungkin dilakukan secara tidak sadar.

RETORIKA Salah satu dari sekian banyak jenis keterampilan yang penting untuk dimiliki oleh setiap orang adalah keterampilan berbicara atau seni berbicara. Hal ini menjadi penting bahkan sangat urgen, karena tak dapat dipungkiri bahwa dalam kehidupan ini sebagai manusia normal kita tidak mungkin lari dari kenyataan bahwa kita dalam berinteraksi dengan sesama manusia harus menggunakan suatu bentuk atau cara yang disebut komunikasi, khususnya bahasa verbal atau lisan. Nuansa ini memberikan aksentuasi kepada kemampuan manusia di dalam menggunakan lambang-lambang kata, simbol-simbol maupun isyarat lainnya dalam proses komunikasinya sehingga tujuan komunikasi tercapai. Di dalam kenyataannya bahwa proses komunikasi yang dilakukan oleh manusia, baik secara pribadi maupun secara kelompok tidak jarang ditemukan adanya kegagalan di dalam mencapai tujuan komunikasi. Hal ini disebabakan oleh adanya kekurangmampuan komunikator dalam mengaplikasikan secara lebih baik lambang-lambang kata, simbol-simbol maupun isyarat lainnya dalam proses komunikasi, atau mungkin juga disebabkan oleh faktor lainnya yang tidak/kurang menguntungkan bagi kondisi di saat berlangsungnya proses komunikasi tersebut. Dari fenomena tersebut di atas maka seorang komunikator dalam profesi apapun yang menggunakan bahasa lisan sebagai media penyampaiannya, dipandang perlu membekali diri dengan suatu keterampilan atau seni di dalam berbicara atau dalam istilahnya Rhetorika .

a. Pengertian/Defenisi Retorika Rhetorika dapat diartikan secara etimologi dan terminologi . Adapun hal tersebut dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Secara etimologi (berdasarkan asal kata), rhetorika berasal dari : - Bahasa Latin (Yunani kuno) Rhetorica yang artinya seni berbicara. - Bahasa Inggris Rhetoric yang berarti kepandaian berpidato atau berbicara. 2. Secara terminologi (pengertian secara istilah) adalah : Didalam bahasa Inggris rhetorika dikenal dengan istilah The art of speaking yang artinya seni di dalam berbicara atau bercakap. Sehingga secara sederhana dapat dikemukakan bahwa rhetorika adalah suatu bidang ilmu yang mempelajari atau mempersoalkan tentang bagaimana caranya berbicara yang mempunyai daya tarik yang mempesona, sehingga orang yang mendengarkannya dapat mengerti dan tergugah perasaannya. Sebagai bahan komparasi (pembanding) maka berikut ini ada beberapa defenisi yang dikemukakan oleh beberapa pakar di bidang rhetorika yang diantaranya adalah : 1. Richard E. Young cs, mengatakan bahwa rhetorika adalah ilmu yang mengajarkan bagaimana kita menggarap masalah wicara-tutur kata secara heiristik, epistomologi untuk membina saling pengertiandan kerjasama.

2. Socrates mengemukakan bahwa rhetorika mempersoalkan tentang bagaimana mencari kebenaran dengan dialog sebagai tekniknya. Karena dengan dialog kebenaran dapat timbul dengan sendirinya. 3. Plato mengungkapkan bawha rhetorika adalah kemampuan didalam mengaplikasikan bahasa lisan yang sempurna dan merupakan jalan bagi seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang luas dan sempurna. 4. Drs. Ton Kertapati mengartikan rhetorika sebagai kemampuan seseorang untuk menyatakan pikiran dan perasaannya dengan menggunakan lambang-lambang bahasa. Dari beberapa defenisi tersebut di atas, apapun defenisi dan siapapun yang mengemukakannya semua mengacu dan memberi penekanan kepada kemampuan menggunakan bahasa lisan (berbicara) yang baik dengan memberikan sentuhan gaya (seni) didalam penyampaiannya dengan tujuan untuk memikat/menggugah hati pendengarnya dan mengerti dan memahami pesan yang disampaikannya. Kemampuan untuk menjadi pembicara yang handal tidaklah diperoleh secara otomatis atau hanya mengandalkan bakat yang besar dan pembawaan (kharismatik) semata, tetapi juga dapat dipelajari dan atau melalui latihan yang banyak (Dr. Dale Carnigie).

b. Latar Belakang Sejarah Istilah rethorika muncul bermula di Yunani sekitar abad ke-5 sebelum masehi. Pada saat itu adalah merupakan masa kejayaan Yunani sebagai pusat kebudayaan barat dan para filsufnya saling berlomba untuk mencari apa yang mereka anggap sebagai kebenaran. Pengaruh kebudayaan Yunani ini menyebar sampai ke dunia timur seperti Mesir, India, Persia, bahkan Indonesia dan lain-lain. Rhetorika mulai berkembang pada jaman Socrates, Plato, dan Aristoteles. Selanjutnya rhetorika kemudian berkembang menjadi suatu ilmu pengetahuan, dan yang dianggap sebagai guru pertama dalam ilmu rhetorika adalah Georgias (480 370 SM).

c. Jenis-Jenis Rhetorika Dari segi kepentingannya atau tujuan yang ingin dicapai, rhetorika dapat dibagi dalam dua bahagian, yaitu : 1. Rhetorika Persuasif Rhetorika persuasif adalah rhetorika yang bertujuan mempengaruhi orang dengan tidak begitu memperhatikan/mempertimbangkan nilai-nilai kebenaran dan moralitas. Rhetorika yang seperti ini dapat kita jumpai dimana-mana, contohnya adalah rhetorika yang digunakan oleh sebagian besar penjual obat kaki lima dalam menawarkan dagangannya, dll. 2. Rhetorika Dialektika Rhetorika dialektika yang sering juga disebut dengan rhetorika psikologi, adalah rhetorika yang muncul sebagai kebalikan dari rhetorika persuasif, dimana rhetorika ini sangat memperhatikan nilainilai kebenaran, kebajikan, moralitas dan sifatnya dapat menenangkan jiwa manusia. Tujuan utama rhetorika ini mengarah kepada pembinaan spiritual. Rhetorika yang seperti ini umumnya digunakan didalam ceramah-ceramah agama.

d. Tujuan Rhetorika Tujuan rhetorika adalah berusaha untuk membentuk opini publik atau menggiring pendapat umum ke arah pendapat pembicara, atau minimal pendengar (audience) tidak membantah terhadap apa yang dikemukakan oleh si pembicara (komunikator).

e. Langgam-Langgam Dalam Rhetorika

Dalam rhetorika langgam diartikan sebagai cara, ragam, atau gaya suatu bahasa (pembicaraan). Langgam-langgam rhetorika dapat dibagi atas : 1. Langgam Agitasi Langgam agitasi adalah langgam yang kebanyakan dipakai dalam rhetorika persuasif. Langgam ini biasanya digunakan untuk membakar semangat, misalnya oleh demonstran. 2. Langgam Teater Langgam teater adalah langgam yang digunakan oleh para pemain teater dalam berdialog. 3. Langgam Agama Langgam agama adalah langam yang biasa digunakan oleh para muballigh atau para pendeta dalam penyampaian ceramahnya.

f.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Rhetorika Keberhasilan suatu rhetorika didalam berbicara sangat ditentukan oleh beberapa faktor, antara lain: 1. Situasi Situasi yang dimaksudkan adalah hal-hal yang menyangkut keadaan atau kondisi saat pembicaraan/ceramah sedang berlangsung. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah:

a. Tingkat pengetahuan pendengar. Yaitu menyangkut latar belakang level pengetahuan dari pendengar (audience). b. Formal atau informal. Hal ini menyangkut apakah kita berbicara dalam suatu situasi yang formal (forum resmi) atau dalam situasi biasa atau kekeluargaan (informal) c. Sedih atau gembira. Berbicara di depan orang yang berada dalam situasi sedih tentunya sangat berbeda dibandingkan dengan ketika kita tampil berbicara di depan orang yang sedang dalam keadaan gembira. Untuk itu seorang pembicara harus mengetahui betul situasi dan kondisi pendengarnya. 2. Ruang Hal ini adalah tentang tempat dimana kita sedang berbicara, misalnya di dalam ruangan gedung ataukah di lapangan. 3. Waktu Yang dimaksudkan dengan waktu disini adalah, disamping waktu yang sebenarnya yaitu apakah pagi, siang, sore atau malam, juga tentang isi materi yang akan dibicarakan, apakah hal tersebut masih aktual ataukah sudah usang atau basi. 4. Tema Sebuah tema sangat penting artinya dalam suatu pembicaraan, sehingga didalam pembicaraan seorang pembicara ia dapat fokus atau terarah. Sangat disarankan seorang pembicara hanya menggunakan satu tema pembicaraan sehing didalam pembicaraannya ia tidak ngawur atau mengambang yang dapat mengakibatkan isi pembicaraan susah dipahami oleh pendengar. Namun jika terpaksa harus lebih dari satu, maka selesaikanlah satu tema pembicaraan kemudian pindah ke tema yang lainnya. 5. Isi atau Materi Isi pembicaraan hendaknya sesuai dengan tema yang telah dipersiapkan dengan mantap sebelumnya dan menarik minat pendengar. Daya tarik suatu materi juga akan sangat menentukan keberhasilan suatu pembicaraan. Adapun yang dapat menjadi pemicu rasa ketertarikan pendengar diantaranya adalah :  Up to date, masalah yang dibicarakan adalah masalah yang sedang hangat-hangatnya di dalam masyarakat.  Merupakan suatu yang menyangkut kepentingan pendengar.  Masalah yang mengandung pertentangan publik, benar-salah, baik-buruk.

 Sesuai dengan kemampuan logika pendengar, dll. 6. Teknik Penyajian Teknik yang dimaksudkan disini adalah cara-cara yang digunakan didalam berbicara, meliputi : a. Kemampuan menggunakan bahasa lisan dengan baik. Dalam hal ini seorang pembicara hendaknya memiliki kemampuan tata bahasa yang baik, artikulasi yang jelas dan tidak cadel, intonasi yang menarik (tidak monoton), aksen yang tepat, dan tidak terlalu banyak menggunakan istilah yang tidak perlu. b. Ekspresi (air muka) yang menarik, misalnya: tidak cemberut, tidak pucat, tidak merah, dan sebagainya. Ekspresi dalam berbicara sangat penting untuk memikat minat dengar atau rasa ingin tahu dari pendengar. c. Stressing (redance), yaitu kemampuan seorang pembicara untuk memberikan penekanan pada masalah-masalah inti atau penting didalam pembicaraannya, misalnya dengan pengulanganpengulangan yang seperlunya, atau dengan penekanan-penekanan tertentu dalam nada pembicaraan. d. Kemampuan memberikan refreshing (penyegaran) dengan menyelipkan intermezzo, yaitu dengan menyelingi pembicaraan dengan hal-hal lain yang berhubungan yang mengandung kelucuan, baik itu pengalaman sendiri atau sebuah anekdot, dengan tidak mengurangi nilai pembicaraan. Hal ini dimaksudkan agar pendengar tidak terlalu stress yang bisa menimbulkan kejenuhan atau kebosanan dalam mengikuti pembicaraan kita. e. Kepribadian atau personality. Dalam hal ini yang dimaksudkan adalah disamping daya pesona atau kharismatik seseorang, juga meliputi nilai-nilai pribadi seorang pembicara, diantaranya: jujur, cerdik, berani, bijaksana, berpandangan baik, percaya diri, tegas, tahu diri, tenang dan tenggang rasa.

Retorika : 1. Seni berbicara 2. Teknik mempengaruhi Teknik menyampaikan sesuatu yang dimaksud kepada reseptor/ penerima Retorika disebut berhasil jika komunikasi tepat diterima apa adanya Inti : maksud tercapai Unsur-unsur retorika : 1. Bahasa Saluran : internet, pager, telp., langsung, 2. Argumen 3. Pembicara / komunikator 4. Reseptor Komunikasi : proses penghantaran informasi dari satu pihak ke pihak yang lain Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan komunikator : 1. Suasana 2. Tempat 3. Ekspresi 4. Wawasan 5. Usia dan jabatan Hal-hal yang berpengaruh dalam komunikasi a. Komunikator : y - kecakapan y - wawasan pengetahuan y - sikap jiwa y - adat istiadat y - alat penyampai informasi b. reseptor Hal-hal yang harus diperhatikan [efektifitas berbicara] : y - persiapan y - pelaksanaan (pembukaan, isi, penutup) Gaya berbicara : y - pakaian, karena dapat menimbulkan kesan pertama y - sikap fisik (mis. cara berdiri) y - arah pandangan mata y - mimik/air muka y - keharmonisan gerak y - sikap jiwa (kondisi psikologis) y - intonasi dan irama suara Retorika yang baik : y - komunikator berhasil membangkitkan minat pendengar y - komunikator berhasil menarik perhatian y - pendengar harus merasa terlibat y - mampu menyampaikan informasi hingga mudah dipahami y - memberikan penegasan terhadap informasi yang dianggap penting y - informasi bermanfaat PETUNJUK PRAKTIS RETORIKA dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka.(Q.S. 4: 63) Sesungguhnya terdapat sihir dalam setiap [pidato].(H.R. Bukhari) PENDAHULUAN Kelebihan dari berbicara antara lain lebih akrab, pribadi dan manusiawi, bahkan lebih dapat mempengaruhi orang lain daripada tulisan biasa, sebagaimana tersirat dalam hadits di atas. Itulah mengapa retorika, atau ilmu bicara, memegang peranan penting dalam sejarah hidup dan kehidupan sehari-hari manusia. Setiap gerakan besar di dunia ini dikembangkan oleh ahli-ahli pidato dan bukan oleh jagojago tulisan, menurut Adolf Hitler. Pernyataan ini tidak hanya dibuktikan oleh Hitler sendiri dengan Nazinya. Kita lihat peris-tiwa-peristiwa bersejarah yang terjadi karena kehebatan ahli-ahli orasi seperti Martin Luther King, Winston Churchill, Aristoteles, Sukarno, dan tentu saja ahli pidato terbaik sepanjang sejarah, yaitu Rasulullah Muhammad saw. yang justru buta huruf namun dapat mempelopori berdirinya umat yang berjaya selama berabad-abad, yaitu umat Islam! Jalaluddin Rakhmat menyebut beliau sebagai pembicara yang fasih dengan kata-kata singkat yang mengandung makna padat: Demikian aku telah diperintahkan untuk singkat dalam berkhutbah karena singkat itu lebih baik. (H.R. Abu Daud) Para Sahabat bercerita bahwa ucapan beliau sering menyebabkan pendengar berguncang hatinya dan berlinang air matanya. Beliau tidak hanya menyentuh hati tapi juga mengimbau akal pendengarnya. Beliau sangat memperhatikan orang-orang yang dihadapi, dan menyesuaikan pesannya dengan keadaan mereka. Pembicaraan mencerminkan pribadi sang pembicara.

PIDATO Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pidato berarti pengungkapan pikiran dalam bentuk kata-kata yang ditujukan kepada orang banyak. Karena sasarannya lebih luas, penyampaian pidato lebih sulit daripada percakapan sehari-hari antar kawan. Pidato memerlukan perhatian khusus dalam persiapan, penyusunan serta yang paling penting dalam penyampaiannya. Untuk itu kita memerlukan retorika. I. Persiapan Pidato i. Jenis-jenis pidato 1. Impromptu (Dilakukan tanpa persiapan) Keuntungannya :  1) Lebih dapat mengungkapkan perasaan pembicara sebenarnya  Gagasan dan pendapat datang secara spontan  Memungkinkan pembicara terus berpikir Kerugiannya :  Dapat menimbulkan kesimpulan yang mentah karena terbatasnya pengetahuan pembicara  Penyampaian tidak lancar, terutama bagi yang masih hijau  Gagasan yang disampaikan bisa jadi acak-acakan  Mudah kena demam panggung 2. Manuskrip (naskah) Digunakan bila kesalahan kata sedikit saja dapat menimbulkan dampak buruk yang besar. Keutungannya :  Kata-katanya dapat dipilih sebaik-baiknya  Pernyataan dapat dihemat  Lebih fasih dalam berbicara  Hal-hal yang menyimpang dapat dihindari  Naskah dapat diterbitkan atau diperbanyak Kerugiannya :  Interaksi dengan pendengar menjadi kurang  Pembicara terlihat kaku  Tanggapan pendengar tak dapat mempengaruhi pesan  Persiapannya lebih lama Untuk mengurangi kerugian tersebut, dapat dilakukan :  Susun dulu garis besarnya dan siapkan bahan-bahannya  Tulis naskah seakan-akan Anda berbicara  Baca naskah berkali-kali sambil membayangkan pendengar  Hafalkan sekedarnya sehingga Anda dapat lebih sering melihat pendengar  Siapkan naskah dengan ketikan dan spasi besar serta batas pinggir yang luas 3. Memoriter (hafalan) Keuntungan dan kerugiannya hampir sama dengan pidato manuskrip, ditambah risiko yang lebih besar, LUPA. 4. Ekstempore Jenis pidato terbaik. Naskah pidato hanya berupa outline (garis besar) dan pokok-pokok penunjang, yang bersifat sebagai pedoman untuk mengatur gagasan yang ada dalam pikiran Keuntungannya :  Komunikasi dengan pendengar lebih baik  Pesan dapat diubah sesuai kebutuhan  Penyajiannya lebih spontan Kerugiannya :  Persiapan kurang baik bila dibuat terburu-buru  Pemilihan bahasa yang jelek  Kefasihan kurang  Kemungkinan menyimpang dari outline  Tak dapat diterbitkan Kecuali yang terakhir, semua kekurangan tsb dapat diatasi dengan latihan. ii. Tema dan tujuan 1. Tema Kriteria tema yang baik :  Tema harus sesuai dengan latar belakang pengetahuan Anda (Anda lebih tahu daripada khalayak)  Tema harus menarik minat Anda  Tema harus menarik minat khalayak  Tema harus sesuai dengan pengetahuan khalayak  Tema harus jelas ruang lingkup dan batasannya. (Jangan terlalu luas)  Tema harus sesuai dengan waktu dan situasi  Tema harus ditunjang dengan bahan lain. Kriteria judul yang baik :  Relevan, sesuai dengan tema  Provokatif, dapat menimbulkan rasa ingin tahu

 Singkat, mudah diingat 2. Tujuan : informative (memberi tahu), persuatif (mempengaruhi) atau rekreatif (menghibur) iii. Pengembangan bahasan Tema yang baik memerlukan keterangan penunjang yang baik, yang dipergunakan untuk memperjelas uraian, memperkuat pesan, menambah daya tarik dan mempermudah pengertian. : (1) Penjelasan Keterangan yang sederhana dan tidak terinci, untuk mempersiapkan pendengar kepada keterangan penunjang lainnya. Penjelasan dapat dilakukan dengan definisi. (2) Contoh Dapat membuat gagasan terasa lebih nyata dan mudah difahami. Dapat berupa cerita yang terinci (ilustrasi). (3) Analogi Perbandingan antar dua hal atau lebih untuk menunjukkan kesamaan atau perbedaan. Ada analogi harfiah dan ada analogi kiasan. (4) Testimoni Yaitu pernyataan dalil atau orang ahli yang dikutip untuk menunjang pembicaraan. (5) Statistik Sebaiknya digunakan angka-angka yang dibulatkan. (6) Perulangan Menyebutkan gagasan yang sama dengan kata-kata yang berbeda. II. PENYUSUNAN PIDATO i. Prinsip-prinsip komposisi pidato : 1. Kesatuan Hilangnya suatu bagian akan membuat seluruh isi rusak. Komposisi yang baik merupakan kesatuan yang utuh dalam : a. Isi, harus ada gagasan tunggal yang mendominasi uraian b. Tujuan, harus memilih satu tujuan antara menerangkan, mempengaruhi dan menghibur c. Sifat pembicaraan (mood), harus menentukan pidato bersifat formal atau informal. Hindari penambahan bahan pidato yang mubazir ! 2. Pertautan (koherensi) Urutan bagian uraian yang berkaitan satu sama lain, agar perpindahan dari pokok bahasan yang satu ke pokok lainnya berjalan lancar. Untuk memelihara pertautan dapat digunakan: a. Ungkapan penyambung (karena itu, jadi, dengan kata lain dsb) b. Paralelisme, mensejajarkan struktur kalimat yang sejenis untuk setiap pokok bahasan. (Ciri-ciri pemimpin yang baik adalah ) c. Gema, yaitu kata atau gagasan dalam kalimat terdahulu yang diulang kembali. Dapat berupa sinonim, perulangan kata atau kata ganti 3. Titik berat Menunjukkan bagian-bagian penting dari pidato yang patut diperhatikan. Dinyatakan dengan hentian (pause), penaikan tekanan suara, perubahan nada, isyarat, dsb. ii. Penyusunan pesan Pidato perlu terdengar lebih menarik, jelas gagasan pokoknya dan pembagian pesannya sehingga memudahkan pengertian. 1. Organisasi pesan Uraian pidato dapat mengikuti enam macam urutan : 1. Deduktif (menyatakan gagasan utama kemudian memperjelasnya dengan keteranganketerangan penunjang) 2. Induktif (mengemukakan dulu perincian-perincian kemudian menarik kesimpulan) 3. Kronologis (berdasarkan urutan waktu terjadinya peristiwa) 4. Logis (dari sebab ke akibat atau sebaliknya) 5. Spasial (berdasarkan tempat) 6. Topikal (berdasarkan tema pidato: pengelompokannya dari penting ke kurang penting, mudah ke sukar, dari yang dikenal ke yang asing) 2. Pengaturan pesan (harus sejalan dengan proses berpikir manusia) : 1) Perhatian Pembicara harus mampu menarik perhatian khalayak pendengarnya. Sangat dipengaruhi dari cara membuka pidato 2) Kebutuhan Agar pidato diterima, harus mampu membuat pendengar membutuhkan isi pidato kita. Dapat dilakukan dengan : a. Pernyataan : mengenai pentingnya masalah atau informasi yang akan Anda sampaikan b. Ilustrasi atau contoh kasus untuk menggambarkan kebutuhan c. Ramifikasi : penambahan contoh dan teknik pengembangan untuk memperkuat kesan d. Penunjukan hubungan antara kebutuhan itu dengan pendengar 3) Pemuasan Harus berusaha agar khalayak menyetujui gagasan (pidato persuasive) atau memahami bahasan (pidato informatif) yang kita sampaikan Dalam pidato persuasif kita menggunakan teknik pengembangan sbb :

3.

4.

5.

6.

1. Pernyataan 2. Penjelasan 3. Demonstrasi teoritis 4. Pengalaman praktis 5. Penolakan keberatan Dalam pidato informatif kita menggunakan teknik pengembangan sbb : 1. Ikhtisar pendahuluan, (daftar isi pidato) 2. Informasi terinci 3. Ikhtisar akhir dan kesimpulan 4) Visualisasi Umumnya pada pidato persuasif, yaitu dengan memberikan gambaran mengenai apa yang akan terjadi bila gagasan kita dilaksanakan atau tidak 5) Tindakan Umumnya pada pidato persuasif yaitu dengan membentuk sikap atau tindakan yang nyata untuk menghadapi kemungkinan masa depan. Garis-garis besar pidato Garis-garis besar pidato akan menentukan perjalanan pidato itu sendiri. (1) Macam-macam garis besar 1. Garis besar lengkap (digunakan oleh pembicara yang bukan ahli dalam penyajian, memuat pikiran pokok yang ditulis dalam kalimat sempurna lengkap dengan bahanbahan penunjang uraian) 2. Garis besar singkat, hanya diperlukan sebagai pedoman atau pengingat, memuat intiinti pembicaraan saja 3. Garis besar alur teknik, memuat teknik-teknik pidato yang akan diterapkan, digunakan bersama garis besar lengkap. Pemilihan kata-kata Pembentukan kesan pendengar terhadap pidato sangat tergantung dari pilihan kata yang digunakan pembicara. Syarat kata-kata : 1) Jelas, gunakan : - istilah yang spesifik (tertentu) - kata-kata yang sederhana - perulangan gagasan yang sama dengan kata yang berbeda 2) Tepat, sesuai dengan pribadi pembicara, jenis pesan, kondisi khalayak dan situasi komunikasi. - Hindari kata-kata klise - Gunakan bahasa pasaran/ pergaulan dengan hati-hati - Hati-hati dalam penggunaan kata-kata asing - Hindari kata-kata vulgar dan tidak sopan - Jangan menggunakan penjulukan yang buruk - Jangan menggunakan pelembutan kata yang berlebihan 3) Menarik, menimbulkan kesan yang kuat, hidup dan merebut perhatian - Pilihlah kata-kata yang menyentuh langsung diri khalayah, - Gunakan kata yang dapat melukiskan sikap dan perasaan atau keadaan. Pembukaan pidato Untuk membangkitkan perhatian, memperjelas latar belakang pembicaraan dan menciptakan kesan yang baik mengenai pembicara. Cara membuka pidato : 1. Langsung menyebutkan pokok persoalan 2. Melukiskan latar belakang masalah 3. Menghubungkan dengan peristiwa yang sedang menjadi pusat perhatian 4. Menghubungkan dengan peristiwa yang sedang diperingati 5. Menghubungkan dengan tempat pembicara berpidato 6. Menghubungkan dengan suasana emosi khalayak 7. Menghubungkan dengan kejadian sejarah dimasa lalu 8. Menghubungkan dengan kepentingan utama pendengar 9. Memuji khalayak atas prestasinya 10. Memulai dengan pernyataan yang mengejutkan 11. Mengajukan pertanyaan yang provokatif atau serentetan pertanyaan 12. Menyatakan kutipan 13. Menceritakan pengalaman pribadi 14. Mengicahkan cerita factual atau situasi hipotesis 15. Menyatakan teori atau prinsip yang kebenarannya tidak diragukan lagi 16. Membuat humor Penutup Pidato Tujuannya memfokuskan pikiran dan perasaan khalayak pada gagasan utama atau kesimpulan. Penutup pidato juga harus dipersiapkan sebelumnya dan sebaiknya dihafal. Beberapa cara menutup pidato : 1. Menyimpulkan atau mengemukakan ikhtisar pembicaraan 2. Menyatakan kembali gagasan utama dengan kalimat yang berbeda 3. Mendorong khalayak untuk bertindak (appeal for action)

4. Mengakhiri dengan klimaks 5. Mengatakan kutipan peribahasa, sajak 6. Menceritakan contoh sebagai ilustrasi tema pembicaraan 7. Menerangkan maksud pribadi pembicara yang sebenarnya 8. Menghargai khalayak 9. Membuat pernyataan yang humoris iii. Penyampaian Pidato Penyampaian adalah unsure terpenting dan tersulit. Kecemasan berbicara menghilangkan keterampilan, kepercayaan diri dan kredibilitas seorang pembicara. 1. Percaya diri dan kredibilitas Sebab-sebab kecemasan berbicara : 1) Tidak tahu apa yang harus dikatakan 2) Tahu bahwa dirinya akan dinilai 3) Berhadapan dengan situasi yang asing dan tidak siap Pengendalian kecemasan berbicara : 1) Metode jangka panjang Tingkatkan pengetahuan retorika. Banyak berlatih menulis dan mempraktekkan pidato 2) Metode jangka pendek Gunakan teknik relaksasi dan pernafasan untuk mengendurkan otot-otot Anda. Tanamkan keberanian, bersenyumlah kepada hadirin. Pancing tanggapan hadirin pada permulaan pidato agar pembicara terlibat dalam interaksi dengan hadirin dan melupakan kecemasan serta menikmati pembicaraan. Komponen kredibilitas : Anda dapat memeriksa kredibilitas Anda dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut: 1) Bagaimana pandangan khalayak terhadap diri Anda ? (kredibilitas awal) 2) Mengapa Anda memilih tema itu ? (good character) 3) Apakah Anda pantas berbicara tentang tema itu ? (otoritas) 4) Bagaimana sikap Anda pada para hadirin ? 5) Teknik-teknik apa yang Anda gunakan untuk meningkatkan kredibilitas Anda ? 6) Apakah penyajian Anda adil dan objektif ? 7) Apakah Anda menggunakan cara-cara menarik perhatian seperti gerak atau alat-alat Bantu? Ingatlah bahwa Anda dinilai dari : 1) Reputasi Anda 2) Perkenalan tentang Anda 3) Apa yang Anda ucapkan 4) Cara Anda berkomunikasi 5) Pernyataan yang menciptakan kesan baik tentang Anda 2. Prinsip penyampaian pidato 1) Kontak Pelihara kontak visual dan kontak mental dengan khalayak. 2) Olah vokal Kita dapat menggunakan suara kita untuk memberikan makna tersendiri pada pidato kita 3) Olah visual Berbicaralah dengan seluruh kepribadian Anda, dengan wajah, tangan, dan tubuh Anda. Ciri-ciri isyarat yang baik : (1) Bersifat spontan dan alamiah (2) Mengkoordinasikan seluruh gerak tubuh (3) Dilakukan pada waktu yang tepat (4) Dilakukan penuh, tidak sepotong-sepotong (5) Sesuai dengan gagasan yang disampaikan (6) Sesuai dengan besar dan jenis (budaya) khalayak (7) Bervariasi

Anda mungkin juga menyukai