1. Pidato,
2. Pidato Pengukuhan (guru besar),
3. Khutbah.
Dahulu kala, yang berorasi hanyalah seorang Professor atau guru besar
dalam pengukuhannya. Maupun seorang politisi yang berbicara pada
podium pidato.
Menjadi Orator Dengan Gaya Demosndens, salah satu Filsuf Yunani dengan
Gaya Orasi Menggunakan Gestur (Foto: Kellong Community College)
Namun seiring perkembangan, orator juga disematkan kepada mereka
(selain dari guru besar dan politisi), yakni ketika seseorang tampil pada
panggung.
Lebih dalam lagi, orasi itu gaya komunikasi, sementara itu gaya komunikasi
lebih kepada makna “retorika”. Atau seni komunikasi.
Namun tahukah anda, bagaimana sejarah awal dari kata Orasi ini?
Pada sisi lain, banyak politisi dan pengacara, hanya mengandalkan gaya
komunikasi tersebut untuk kepentingan pribadi, dan minim moralitas dan
nurani untuk lingkungannya.
#1 Kecepatan Berpikir
Menurut Prof Ean Diary dari Unirsitas Edinburgh menjelaskan bahwa
kecepatan berpikir bergantung pada kecepatan pemrosesan berpikir
berupa proses merawat memori dalam otak.
Misalnya: seorang yang dulunya tidak bisa berbicara pada khalayak ramai,
pada akhirnya bisa tampil ketika sering melakukan latihan.
1. Intonasi,
2. Mimik dan
3. Penguasaan bahasa.
1. Intellegence,
2. Character dan
3. Goodwill
Cerdas saja tidak cukup tanpa mendapatkan simpati maupun empati dari
lingkungan. Sehingga lingkungan (masyarakat) harus memberikan respon
positif.
#9 Diam Sejenak
Kecepatan berpikir, tidka harus berbicara terus menerus. Tanpa Jeda.
Tetapi dalam hal tertentu, seseorang pembicara sesekali diam sejenak,
bermakna berpikir serta memberikan kesempatan kepada khalayak untuk
berpikir.
Gaya Orasi