Anda di halaman 1dari 27

RETORIKA

-ETHOS, PATHOS, DAN LOGOS DALAM RETORIKA-


Kelompok 13
1. Niswatin Nur Fauziyah (B91217083)
2. Nur Farida (B91217085)

Dosen:
Dr. H. Sunarto AS, M.EI
Asisten Dosen:
Muhammad Faizin, S.Sos., M.Kom.I
Retorika
303 cara mengemas
pesan pidato

kredibilitas
pembicara
011 02
2
cara
membangkitkan
dan menurunkan
emosi pendengar

3
1.
Kredibilitas pembicara
Kredibilitas: keadaan/kondisi yang dapat dipercaya dan
bisa dipertanggung jawabkan sebagaimana mestinya.
Kepribadian pembicara adalah unsur penting yang
menentukan efektifitas komunikasi retoris
1. Pengetahuan luas
2. Percaya diri
3. Kepastian
4. Cara berpakaian
5. Jujur
6. Ikhlas
7. Tenggang rasa
8. Sopan santun
9. Disiplin
10.Sabar 5
I Gusti Ngurah Oka menyatakan bahwa dalam upaya pembicara
mempengaruhi pihak lain tercermin dalam tindakannya sebagai
berikut:

Penampilan
pembicara
Pemilihan Pemakaian
dengan
bahasa ulasan
gaya
tertentu

6
Ethos: Kepribadian Komunikator

Ethos, dalam literatur retorika, adalah “potensi


persuasif pada karakter dan kredibilitas personal
pembicara.”

7
Siapakah pembicara berethos?
Jika merujuk pada definisi diatas, pembicara berethos tentu saja
pembicara yang memiliki kredibilitas personal. Namun, kredibilitas
personal macam apa yang menjadi ukuran bagi pembicara berethos?

8

Menurut Herrick, parameter ethos berada
pada persepsi masyarakat. Pembicara public
harus mengetahui “what the community
believes makes a person believable”: sesuatu
yang menjadikan orang dipercaya oleh
masyarakat. Yang jadi persoalan,
masyarakat itu dapat mempercayai orang
semacam apa?

9
Jika pembicara public mendapatkan jawaban atas pertanyaan itu, maka
dia akan tahu apa ethos di masyarakat terkait. Jika dia dapat
menginternalisasikan pengetahuannya itu pada dirinya, sehingga
masyarakat dapat menerimanya dengan baik, dia pun dapat disebut
sebagai pembicara public berethos. Karena ethos terkait dengan persepsi
masyarakat, maka Aristotle menyebut kajian tentang ethos sebagai
sosiologi karakter.

10
Menurut May, Aristotle sampai pada kesimpulan bahwa masyarakat
Yunani dapat mempercayai pembicara publik yang memiliki tiga hal:
phronesis, arete, dan eunoia. Tiga hal itulah ethos pembicara publik
versi Aristotle. Sementara Cicero, sebagaimana dicatat oleh Enos dan
Schanakenberg, mengistilahkan ethos dengan versi orang Romawi
tampak pada internalisasi tiga hal pada diri orator, yaitu ingenium,
prudential, dan diligentia.

11
Phronesis : Arete: Moderasi Eunoia: Dignitas:
Mengetahui di Tengah Berorientasi Berwibawa,
Baik dan Buruk Ekstrem pada Liyan Terhormat, dan
Populer

Diligentia:
Ingenium: Bakat Prudentia: Kata
Altruisme Nir-
Retorika dan Situasi
Egoisme

12
Menurut para ahli masa
sekarang ini diterjemahkan
Menurut Aristoteles daya yang menjadi:
memancar dalam diri ‐ itikad baik (good intentions)
komunikator meliputi:
‐ dapat dipercaya
‐ good sense (trustworthiness)
‐ good moral character ‐ kecakapan atau
‐ goodwill kemampuan (competence or
expertness).

13
Contoh:

Ketika seorang yang dikenal sebagai pahlawan atau


komandan pasukan yang berjasa memberi nasihat dan
perintah kepada masyarakat dan para prajuritnya. Sudah
dipastikan sebagian besar audience akan menerima pesan
yang disampaikan bahkan langsung di taati.
14
2.
Cara Membangkitkan dan Menurunkan
Emosi Pendengar
Audience/pendengar adalah pihak yang menerima pesan, baik resmi atau tidak resmi, laki
atau perempuan, tua muda, banyak atau sedikit, sudah bekerja atau belum, berpendidikan
tinggi atau rendah. Setiap strata harus mendapatkan pelayanan pidato yang spesifik. Oleh
karena itu maka ketrampilan dan usaha keras pembicara untuk menyesuaikan pidatonya
dengan masing masing mereka sangat perlu mendapatkan prioritas penekanan.
Pathos: Emosi dan Karakter Komunikan
Pathos punya banyak arti. Kamus Yunani-Inggris yang disusun Liddell dan
Scott menyebutkan beberapa makna pathos, antara lain pengalaman baik
atau buruk, kondisi sesuatu, dan emosi jiwa.

Emosi: Karakter:
Pembangkit Umur, Nasib,
dan dan
Peredamnya Intelektual

16

Contoh:

Pada pidato Bung Tomo yang mana kondisi dan situasi lingkungan pada saat itu
sedang perang dan sangat emosional, baik itu takut, sedih, semangat ataupun
marah. Maka untuk menarik perhatian dan dapat disimak oleh rakyat Surabaya
pada saat itu, Bung Tomo berpidato lewat siaran radio dengan intonasi suara yang
semangat membara, yang menghipnotis pendengar, yang menguatkan sehingga
mampu menggerakkan rakyat Surabaya untuk tidak takut mati dan maju sampai
titik darah penghabisan melawan pasukan sekutu.

17
3.
Cara Mengemas Pesan Pidato
Sesuai dengan latar belakang pembicara dan audience serta situasi komunikasi,
maka pembicara harus merumuskan jenis messagenya dengan cara
penyusunannya dan gaya bahasanya.
Big concept
Harus ditetapkan terlebih dahulu
apakah pesannya itu bernada rasional
atau emosional, kontemplatif
(renungan) atau persuasif (dorongan),
apakah penyusunannya mengikuti
urutan kronologis (urutan waktu),
topikal (terkonsentrasi pada topik) atau
spasial.

19
Logos: Format Pesan Retorika

1. 2. 3.
‐ Sampel: contoh ‐ Adigum; ‐ Enthymeme;
faktual dan pernyataan umum argumentasi
ilustrasi fiktif praktis retorika

Jadi, unsur-unsur logos dalam retorika saling kait


mengait.

20
Agar hal ideal tersebut itu tercapai, orator
seharusnya memiliki;

(1)pengetahuan fakta historis,


(2)kemampuan membuat analogi,
(3)kemampuan membuat fiksi,
(4)kemampuan mengabstraksi pengalaman,
(5)kemampuan untuk berlogika.
21
Ada tiga prinsip dasar dalam mengembangkan logos yang kuat,
yaitu:

1. Buatlah Mengerti
2. Buatlah Logis
3. Buatlah Nyata
22
Contoh:

Dalam seminar bisnis dan ekonomi seringkali panitia mendatangkan pakar dan
ahli serta praktisi yang mumpuni di bidang tersebut karena jelas, selain ahli para
pembicara yang disebutkan mempunyai pengalaman dan data yang faktual,
autentik, dan menarik. Sehingga lebih dan mudah diterima oleh para peserta
seminar. Keberhasilan awalnya dapat dilihat dari banyaknya peserta yang
mendaftar

23
Kesimpulan

Menurut Aristoteles, retorika tidak hanya menjangkau masalah berpidato


saja. Ruang lingkupnya jauh lebih luas daripada berpidato dan tutur lisan
yang lain. Retorika juga mencakup masalah-masalah dalam tutur bertulis;
atau dengan kata lain ruang lingkup retorika adalah seluruh masalah
kejadian bertutur.

24
Ketiga dimensi argumentasi yang berupa ethos, logos, dan
pathos adalah satu kesatuan dalam segitiga retorika yang amat
ampuh dalam membujuk atau seni persuasi. Pesan yang ingin
disampaikan menjadi lebih persuasif dari segi isi/subyek,
pendengar/pembaca, dan persona sang pembicara/penulis.
25
Disini, kuncinya adalah keseimbangan pada kompetensi
komunikator, konteks argumen, dan metode audiensi; jangan
berlebihan sehingga malah kontra-produktif, namun tetap
harmonis antara ketiga poinnya agar persuasif secara optimal.

26
THANK YOU!
ANY QUESTIONS?

27

Anda mungkin juga menyukai