Anda di halaman 1dari 5

TEORI INTERAKSI ADAPTASI

“Penerapan Teori Interaksi Adaptasi di Lingkungan Kerja”

Rahmawati Asy syifa’ Putri


202110040311113
Teori Komunikasi – E

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG


Fakultas Ilmu Sosial dan Politik
Program Studi Ilmu Komunikasi
2023/2024
Teori Adaptasi Interaksi (Interaction Adaptation Theory)/IAT merupakan salah satu
teori komunikasi interpersonal. Teori ini pertama kali dikenalkan pada tahun 1995 oleh
beberapa tokoh yang mengembangkan teori ini yaitu Judee Burgoon, Lesa Stern dan Leesa
Dillman. Dalam pengembangan IAT ini dipimpin oleh Judee Burgoon dengan kedua
rekannya, mereka melakukan penelitian ini karena tertarik akan bagaimana cara orang
beradaptasi dalam sebuah hubungan dan menyadari teori-teori sebelumnya dalam bidang ini
meremehkan fungsi komunikasi dan efek perilaku seseorang pada orang lain dalam rutinitas
pertemuan. IAT yang dikembangkan oleh Burgoon, Stern, dan Dillman diharapkan menjadi
teori yang memberikan penjelasan lebih detail tentang adaptasi interaksi terhadap satu sama
lain individu yang memiliki atau menekankan pada pengaruh sosiologis dan biologis.

Menurut Judee Burgoon, IAT menjelaskan bahwa komunikator memiliki sinkron


interaksi atau interactional synchrony yakni suatu pola yang bergantian dan terkoordinasi.
Burgoon mengambil contoh seperti kita merekam video ketika melakukan sebuah percakapan
dengan seseorang lalu kita melihat hasil rekaman video tersebut kemungkinan kita dapat
melihat pola ketika percakapan berlangsung. Pola yang dimaksud yakni ketika kita
melakukan percakapan dengan orang lain, diri kita dan lawan bicara akan cenderung
berperilaku sama karena ada upaya konvergensi atau saling meniru satu sama lain dalam pola
resiprokal. Dapat dikatakan juga teori ini menjelaskan ketika seseorang mengubah gaya
komunikasi mereka dengan individu lain atau lawan bicaranya untuk mendapatkan apa yang
orang inginkan, butuhkan, dan harapkan dalam rangka mencapai goals mereka. Jadi IAT ini
membantu menjelaskan bagaimana, kapan, dan kenapa seseorang melakukan adaptasi dengan
individu lainnya baik secara komunikasi verbal maupun non-verbal.

Kenapa kita perlu beradaptasi? Karena kita memiliki kebutuhan, harapan, dan
keinginan yang spesifik dan pada IAT terdapat statement yang menyatakan bahwa kita
sebagai manusia menyesuaikan perilaku kita untuk mencapai tujuan-tujuan yang kita miliki,
baik itu untuk keberlangsungan hidup, kebutuhan untuk koordinasi, dan komunikasi. Teori
adaptasi interaksi ini memiliki 9 prinsip. Prinsip-prinsip teori adaptasi interaksi (Littlejohn
dan Foss, 2009):
1. Seseorang memiliki kecenderungan untuk menyesuaikan pola interaksi
dengan individu lain.
2. Secara biologis seseorang memiliki tekanan untuk berperilaku sama.
3. Seorang individu memiliki kebutuhan untuk mendekat dan berkeinginan untuk
memenuhi kebutuhan itu.
4. Penyesuaian perilaku dari seseorang cenderung terjadi sesuai dengan situasi
sosial yang sedang ia dihadapi.
5. Komunikasi antarpribadi dapat menunjukkan timbal balik sesuai dengan
kompensasi perilaku yang diharapkan.
6. Tekanan biologis dan sosiologis dimiliki seseorang dalam beradaptasi satu
sama lain.
7. Dalam pola interaksi terdapat batasan yang berlaku, batasan ini berupa
kebutuhan psikologis, biologis, dan sosial yang membatasi banyak individu
dalam beradaptasi.
8. Beberapa faktor dari luar dan dalam bisa memoderasi pola adaptasi pada suatu
interaksi, seperti usia, jenis kelamin, sifat hubungan, dll.
9. Pemahaman adaptasi interpersonal dipengaruhi oleh fungsi komunikatif dari
perilaku seseorang.

Dari 9 prinsip diatas terdapat juga beberapa faktor yang menjadi analisis dasar teori adaptasi
interkasi ini, yaitu kebutuhan, harapan, keinginan, dan posisi interaksi. Kebutuhan merupakan
sesuatu yang digerakkan secara biologis dan seseorang menganggap hal tersebut diperlukan,
misalnya kita sedang kelaparan, pasti kita membutuhkan nasi untuk membuat perut kita tidak
kelaparan lagi. Harapan, ketika seseorang berharap akan terjadinya sesuatu, anggapan-
anggapan yang berdasarkan pada norma sosial, norma budaya, pengalaman di masa lalu,
persepsi, dan peran komunikasi mendasar yang kita lakukan. Keinginan ini menyangkut
preferensi secara personal dalam sebuah interaksi, berdasarkan pada watak atau
kecenderungan kita dan norma-norma sosial budaya pada saat ini. Posisi interaksi merupakan
cara normal kita dalam berinteraksi di setiap harinya, ketika kita melakukan sebuah interaksi
maka kita akan membandingkan bagaimana cara orang lain bertindak dengan yang cara kita
lakukan. Pada posisi interaksi kita bisa saja menyukai atau tertarik dengan cara orang lain
bertindak atau malah enggan dengan cara orang lain bertindak.

Pada teori adaptasi interaksi atau IAT ini terdapat 3 tipe, yaitu:
1. Kompensasi timbal balik (Reciprocity Compensation)
Pada kompensasi timbal balik menyatakan bahwa apabila kita tidak tertarik atau
membenci orang lain yang menjadi lawan bicara kita maka kita akan menolak dan
enggan untuk menyesuaikan perilaku kita dalam sebuah interaksi atau
berkemungkinan juga kita akan tetap mempertahakan posisi interaksi semula.
2. Pencerminan konvergensi (Convergence Mirroring)
Ketika seseorang memiliki ketertarikan pada perilaku, pemikiran, dan penampilan
orang lain dalam suatu interaksi maka seseorang itu akan melakukan adaptasi dan
mencerminkannya.
3. Pencerminan divergensi (Divergence Mirroring)
Ketika seseorang tidak suka terhadap pola perilaku orang lain pada suatu interaksi
sehingga seseorang itu melakukan adaptasi dengan cara yang berbeda.

Dalam sebuah teori tentunya memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan, sama
halnya
teori adaptasi interaksi atau IAT ini. Kelebihan IAT pada saat dilakukan pengujian
keseluruhan hasil uji dapat diandalkan, adaptasi perilaku dapat diprediksi secara umum
karena adanya norma sosial, norma biologis, pertukaran komunikasi rutin, dan pertukaran
komunikasi timbal balik/mutual. Contoh ketika pertukaran komunikasi rutin terjadi di pasar,
pada saat melakukan interaksi jual beli, saat penjual tersenyum dan menyampaikan ucapan
terima kasih maka pembeli juga akan membalas dengan senyuman dan ucapan terima kasih
kembali. Kekurangan dari IAT yaitu terdapat batasan-batasan pada pola interaksi yang
meluas, dikarenakan kepribadian, pengalaman, preferensi individu tidak mudah untuk
memprediksi apa yang akan seseorang lakukan. Beberapa faktor yang mempengaruhi
perilaku yaitu usia, jenis kelamin, lokasi, persepsi, dan sifat hubungan dari orang-orang yang
berinteraksi, sebagai contoh seorang anak laki-laki merasa senang ketika melihat singa di
kebun binatang dan seorang anak perempuan yang ketakukan ketika melihat singa di kebun
binatang.

Contoh kasus yang saya gunakan adalah adaptasi interaksi di lingkungan kerja ketika
saya magang di sebuah start-up di Malang. Saya melakukan program internship bersama dua
teman saya alumni dari SMK saya bersekolah dulu, tentunya di perusahaan start-up tempat
saya magang akan bertemu dengan rekan kerja baru dan mentor. Kebetulan saya satu divisi
dengan salah satu teman saya, kita beri inisial saja R bersama dengan rekan kerja baru yang
berjumlah 3 orang dan 1 mentor. Pada hari pertama melakukan pogram magang saya dan R
melakukan percakapan dengan anggota divisi, mulai dari perkenalan diri sampai topik yang
cukup random. Dari percakapan tadi saya harus menyesuaikan diri ketika berinteraksi karena
rekan baru saya satu divisi ini khususnya 2 orang yang baru saya kenal cukup ramah dan
santai jadi saya juga menyesuaikan perilaku saya menjadi santai ketika berbicara dengan
mereka, tetapi salah satu rekan kerja saya orangnya cukup kaku dan bisa dibilang agak cuek,
namun saya tetap harus berkomunikasi dengannya walaupun hanya membicarakan hal-hal
yang penting saja. Mentor yang membina saya dan rekan saya ketika magang untung saja
orangnya cukup santai dan menerapkan prinsip kekeluargaan, selain itu juga humoris. Ketika
melakukan meeting dengan mentor saya dan rekan juga bersikap santai tetapi tetap
menghormatinya sebagai mentor dan orang yang lebih tua dari kami. Penyesuaian di
lingkungan kerja ini saya pikir harus saya lakukan agar saya bisa mendapatkan rasa nyaman
dan pekerjaan berjalan secara efektif apabila komunikasi berjalan dengan efektif juga.

Analisa dari contoh kasus yang diambil dari pengalaman saya diatas dalam interaksi
di lingkungan kerja saya terkait dengan faktor harapan, kebutuhan, dan keinginan, dimana
saya memiliki kebutuhan untuk berkomunikasi dengan rekan kerja dan mentor agar
mencegah adanya kesalahpahaman dalam bekerja dan keinginan untuk lebih dekat dengan
sesama rekan kerja dengan harapan pekerjaan terlaksana dengan efektif dan mendapatkan
rasa nyaman saat bekerja. Komunikasi yang saya lakukan dengan dua rekan kerja saya yang
santai tadi pada saat itu terjadi pencerminan konvergensi sehingga saya bisa berperilaku lebih
santai ketika sedang berinteraksi dengan mereka berdua. Pada saat berinteraksi dengan rekan
kerja saya yang cuek dan kaku terjadi kompensasi timbal balik, mau tidak mau saya harus
mempertahankan interaksi saya dengannya dan terus mencoba untuk beradaptasi karena dia
merupakan rekan kerja saya. Untuk interaksi dengan mentor, rekan kerja saya di divisi juga
berperilaku cukup santai tetapi tetap saja tidak bisa sesantai dengan teman karena terdapat
batasan norma sosial dan perbedaan umur.

Anda mungkin juga menyukai