Anda di halaman 1dari 4

 Teori difusi inovasi yang dikembangkan Everett M Rogers dikenal luas sebagai teori yang

membahas keputusan inovasi. Melalui buku Diffusion of Innovation (DOI), Rogers (1983)
menawarkan konsep difusi inovasi berikut kecepatan sebuah sistem sosial menerima ide-ide
baru yang ditawarkan sebuah inovasi. Teori Rogers ini hingga kini banyak dirujuk para
peneliti khususnya saat membahas soal difusi inovasi.

Saverin-Tankard Jr (2005) mengatakan riset difusi inovasi karya Rogers paling terkenal dan
dihormati secara luas. Rogers mengkaji hampir 4.000 publikasi difusi untuk merevisi teori
tentang proses keputusan inovasi sebelumnya. Peningkatan yang sangat besar dalam riset
difusi saat itu. Peneliti tertarik menggunakan perspektif Rogers (1983) tentang karakteristik
inovasi guna membantu menjelaskan niat konsumen Solopos edisi cetak untuk mengadopsi
koran Solopos epaper.

Selain itu peneliti juga menggunakan teori Technology Acceptance Model (TAM) yang
dikembangkan Fred D. Davis (1986) untuk menjelaskan perilaku niat (behavior intention).

Pengertian
Roger menyatakan bahwa

Difusi dianggap sebagai suatu jenis perubahan sosial sebagai suatu proses perubahan yang
terjadi dalam struktur dan fungsi sistem sosial.

Inovasi adalah suatu gagasan, praktek, atau benda yang dianggap atau dirasa baru oleh
kelompok individu atau masyarakat.

Jenis Difusi Inovasi

Proses mengkomunikasikan sebuah ide atau gagasan yang dianggap baru memiliki tujuan
untuk melakukan pembaharuan. Difusi inovasi tersebut dibagi menjadi dua macam, yakni
sebagai berikut.

1. Difusi Sentralisasi

Difusi sentralisasi merupakan perpaduan antara kata difusi dan sentralisasi. Jika difusi
merupakan penyebaran suatu kebudayaan, teknologi, gagasan atau ide dari satu pihak ke
pihak yang lain, sentralisasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki arti yakni
penyatuan segala sesuatu ke tempat yang dianggap sebagai pusat.

Secara umum, difusi sentralisasi merupakan segala sesuatu menyangkut kapan dimulainya
sebuah inovasi, penilai, hingga saluran komunikasi yang digunakan terkait proses difusi yang
dilakukan oleh seorang pemimpin.

2. Difusi Desentralisasi

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, desentralisasi merupakan penyerahan sebagian


wewenang pimpinan kepada bawahan atau pusat kepada cabangnya. Dalam ranah difusi
inovasi, difusi desentralisasi ini dapat diartikan sebagai proses difusi yag dilakukan oleh
masyarakat yang bekerjasama dengan beberapa orang yang telah menerima sebuah inovasi.
Konsep Pokok

 Ada tiga konsep pokok yang dibahas Rogers dalam DOI, yakni inovasi, difusi, dan adopsi.
 Inovasi adalah sebuah ide, praktik atau objek yang dipersepsikan sebagai sesuatu yang
baru oleh individu.
 Sedangkan difusi merupakan proses mengkomunikasikan sebuah inovasi melalui saluran
komunikasi tertentu dalam waktu tertentu kepada anggota sistem sosial.
 Adopsi akan terjadi ketika individu menggunakan secara penuh sebuah inovasi ke dalam
praktek sebagai pilihan terbaik (Rogers, 1983). Armstrong dan Kotler (2009 mendefinisikan
proses adopsi inovasi merupakan proses mental di mana seorang individu melalui tahap
pertama dalam mempelajari inovasi menuju adopsi final.

Karakteristik

 Dalam konteks difusi inovasi menuju adopsi final itulah Rogers (1983) menawarkan
karakteristik yang dapat membantu mengurangi ketidakpastian tentang inovasi sehingga
memengaruhi tingkat adopsi seseorang terhadap produk baru. Faktor Karakteristik inovasi
ini dapat memengaruhi individu atau sistem sosial terhadap tingkat adopsi atau rate of
adoption atau kecepatan relatif sebuah inovasi itu diadopsi oleh anggota sistem sosial.

 Adapun lima karakteristik inovasi yang ditawarkan Rogers (1983) tersebut itu adalah :

 pertama, relative advantage (keunggulan relatif), yaitu kadar atau tingkat sebuah inovasi
dipersepsikan lebih baik daripada ide inovasi sebelumnya. Tolak ukurannya adalah
bagaimana seorang penerima inovasi merasakan langsung dampak dari inovasi tersebut
yang menjadikanya puas ataupun tidak puas pada sebuah inovasi. Semakin besar
keuntungan relatif yang dirasakan oleh penerima inovasi akan menjadikan inovasi tersebut
semakin cepat untuk diterima oleh suatu kelompok

 Kedua, compatibility (kesesuaian) atau merupakan derajat sebuah inovasi itu dipersepsikan
sesuai dengan nilai-nilai yang sudah ada, pengalaman masa lalu, serta sesuai dengan
kebutuhan orang-orang yang potensial sebagai pengadopsi. Jika sesuai dengan apa yang
disebutkan makan suatu inovasi itu akan mudah diterima bilamana tidak maka sebaliknya
akan sulit diadopsi.

 Ketiga, complexity (kerumitan) merupakan tingkat sebuah inovsi itu dipersepsikan sulit
untuk dipahami atau digunakan. Semakin rumit tentu saja akan semakin sulit untuk diterima
begitu pula sebaliknya semakin mudah dipahami maka inovasi tersebut akan semakin
mudah untuk diterima.

 Keempat, trialability (ketercobaan) atau derajat sebuah inovasi dapat dieksperimentasikan


pada lingkup terbatas. Suatu inovasi akan lebih mudah diterima manakala inovasi tersebut
dapat di uji cobakan dalam kondisi sebenarnya. Bahwa suatu inovasi tersebut, sesuai atau
tidaknya dapat segera diketahui manakala dapat dilihat melalui suatu uji coba. Dengan uji
coba para penerima inovasi dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan dari inovasi
tersebut sebelum diterima oleh seluruhnya.
 Kelima, observability (keterlihatan) merupakan tingkat di mana sebuah inovasi itu dapat
terlihat bagi orang lain.

 Lima karakteristik inovasi itu, menurut Rogers (1983), dalam proses keputusan inovasi
berada tahap persuasion stage (tahap persuasi) yang akan sangat penting perannya dalam
keputusan inovasi. Bila sebuah inovasi itu punya keunggulan relatif, sesuai dengan nilai-nilai
dan kebiasaan sebelumnya, tidak rumit, dapat diujicobakan, serta dapat diobservasi, maka
inovasi itu akan cepat diadopsi oleh indivisu atau sistem sosial.

Asumsi Teori Difusi


 Menurut Rogers & Shoemaker dalam Nurhadi (2017) mengatakan bahwa asumsi teori difusi
inovasi dalam prosesnya ada empat tahap yaitu: pengetahuan, persuasi, keputusan, dan
konfirmasi. Menurut Rogers dalam Schiffman & Kanuk (2010) mengemukakan bahwa
terdapat 4 karakteristik inovasi yang dapat mempengaruhi tingkat adopsi dari individu
maupun kelompok sosial tertentu.

Elemen Difusi Inovasi

 Menurut Rogers 1995 dalam Sciffman dan Kanuk (2010), bahwa proses difusi inovasi
terdapat empat elemen pokok, yaitu: suatu inovasi, xxi dikomunikasikan melalui saluran
komunikasi tertentu, dalam jangka waktu dan terjadi diantara anggota-anggota suatu sistem
sosial.
 1. Inovasi adalah gagasan, tindakan atau barang yang dianggap baru oleh seseorang. Dalam
hal ini, kebaruan inovasi diukur secara subjektif menurut pandangan individu yang
menerimanya.
 2. Saluran komunikasi, adalah alat untuk menyampaikan pesan-pesan inovasi dari sumber
kepada penerima. Jika komunikasi dimaksudkan untuk memperkenalkan suatu inovasi
kepada khalayak yang banyak dan tersebar luas, maka saluran komunikasi yang lebih tepat,
cepat dan efisien, adalah media massa. Tetapi jika komunikasi dimaksudkan untuk
mengubah sikap atau perilaku penerima secara personal, maka saluran komunikasi yang
paling tepat adalah saluran interpersonal.
 3. Jangka waktu, yakni proses keputusan inovasi dari mulai seseorang mengetahui sampai
memutuskan untuk menerima atau menolaknya. Pengukuhan terhadap keputusan itu sangat
berkaitan dengan dimensi waktu. Paling tidak dimensi waktu terlihat dalam proses
pengambilan keputusan inovasi, keinovatifan seseorang relatif lebih awal atau lebih lambat
dalam menerima inovasi, dan kecepatan pengadopsian inovasi dalam sistem sosial.
 4. Sistem sosial merupakan kumpulan unit yang berbeda secara fungsional dan terikat
dalam kerjasama untuk memecahkan masalah dalam rangka mencapai tujuan bersama.

Contoh dalam kehidupan sehari hari

Contohnya adalah kemajuan dalam sistem pembelajaran di Indonesia yang saat ini sudah sangat
dipermudah jika dibandingkan dengan jaman dahulu, seperti sistem pembelajaran yang dulunya
hanya bisa dilakukan didalam kelas secara antarpribadi atau face-to-face antara guru dengan siswa
ataupun antara dosen dengan mahasiswa, kemudian saat ini sudah diperkenalkannya kelas online
atau online class, yang biasanya dengan menggunakan aplikasi dari google, yaitu google classroom.

Selain itu, pemerintah pun menerapkan sistem ujian nasional yang baru dengan berbasis komputer,
sehingga pemerintah pun harus turut menambahkan fasilitas disetiap sekolah yaitu sarana dan
prasarana yang bisa mendukung kegiatan ujian nasional berbasis komputer. Ini merupakan salah
satu contoh Difusi Inovasi yang dimana inovasinya merupakan suatu program yang telah disediakan
oleh pemerintah yang kemudian diterapkan ke dalam sistem pendidikan di negara ini.

Kesimpulan

Berdasarkan penjelasan di atas, kita dapat mengetahui lebih dalam mengenai apa yang
dimaksud dengan teori difusi inovasi, jenis-jenisnya, karakteristik, tahapan, hingga
manfaatnya dalam kehidupan bermasyarakat.

Dengan adanya inovasi baru yang dibarengi pemahaman terhadap teori difusi inovasi,
diharapkan perkembangan dan penyebarluasan inovasi baru dapat bermanfaat dan
dirasakan oleh setiap kelompok masyarakat.
Setiap individu dan suatu kelompok masyarakat tertentu jelas membutuhkan inovasi baru
seiring berjalannya waktu dan perkembangan zaman. Inovasi baru tersebut tentu saja
dibutuhkan karena setiap manusia membutuhkan inovasi baru dalam rangka mempermudah
segala aktivitasnya dalam berbagai aspek kehidupan.

Anda mungkin juga menyukai