Anda di halaman 1dari 18

Retorika dan Ilmu Khitobah

Hakekat Retorika Sebagai Proses Ilmu Komunikasi

Makalah Ini Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Retorika dan Ilmu
Khitobah

Dosen Pengampu: Dr. Nuriyah Thahir, MM

Disusun Oleh:

Kelompok 1

4B/Manajemen Dakwah

Hadias Mawaddah Fitri 11220530000053

Naila Khansa Azzahra 11220530000058

Fauzan Syahrullah 11220530000058

PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH

FAKULTAS ILMU DAKWAH ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2024 M/1444
i

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur seraya kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-
Nya. Yang alhamdulillah karena hal tersebut kami dapat menyelesaikan penulisan Makalah
dengan judul “Hakekat Retorika Sebagai Proses Komunikasi” sebagai tugas kelompok
untuk mata kuliah Retorika dan Ilmu Khitobah.

Makalah ini tidak akan pernah selesai tanpa adanya kontribusi dan sumbangsih baik
dari para anggota kelompok, dosen pengampu dan ketersediannya referensi, untuk itu kami
ucapkan terimakasih kepada Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya, dosen mata kuliah
Retorika dan Ilmu Khitobah Ibu Dr. Nuriyah Thahir, MM dan semua pihak yang telah
berkontribusi sehingga terselesaikannya makalah ini.

Kami menyadari banyaknya kekurangan dalam penulisan ini, maka dari itu kami
mohon maaf yang sebesar-besarnya pada para pembaca, dan kami juga sangat membutuhkan
kritik dan saran anda yang bersifat membangun. Semoga. makalah ini dapat memberi manfaat
bagi seluruh pembacanya.

Ciputat, 09 Maret 2024

Kelompok 1
1

BAB I
PENDAHULUAN

Retorika merupakan suatu disiplin ilmu yang mempelajari seni berbicara yang dibutuhkan
oleh setiap orang khususnya sebagai seorang komunikator. Teori retorika yang digunakan oleh
seorang komunikator akan memudahkannya dalam mempengaruhi audiensnya, sebagaimana
Aristoteles berasumsi bahwa retorika adalah seni mempengaruhi orang lain. Seperti halnya
dalam kegiatan dakwah, retorika sering digunakan agar pesan dakwah tersampaikan dan
dipahami dengan baik oleh jamaah.

Seorang da’i yang menyampaikan pesan advokasinya dengan bahasa yang baku atau
monoton akan sulit dipahami pendengarnya, karena pembahasan yang berlangsung tanpa
kefasihan akan kurang menarik bagi pendengarnya, sehingga pendengar akan merasakan
dampaknya. Mereka lebih cepat bosan sehingga mengabaikan pesan yang disampaikan. Orang
yang mempelajari retorika memiliki keterampilan teknis dalam berbicara di depan umum.

Komunikasi memegang peranan yang sangat penting dalam berbagai aspek kehidupan,
termasuk bisnis, politik, budaya, hubungan pribadi, dan banyak lagi. Memahami bagaimana
komunikasi berperan dalam setiap aspek ini akan membantu kita menjadi individu yang lebih
efektif dan sadar sosial. Banyak konflik dalam masyarakat dan organisasi dapat disebabkan
oleh masalah komunikasi. Ilmu komunikasi menyediakan alat dan pengetahuan yang
diperlukan untuk mengidentifikasi akar masalah komunikasi dan menemukan solusi yang
efektif.

Ilmu komunikasi tidak hanya sekedar memahami teori-teori komunikasi, namun juga
mengembangkan kemampuan komunikasi yang efektif. Hal ini dapat membantu individu
mencapai kesuksesan dalam berbagai karir dan hubungan sosial. Namun sebelum kita
mendalami ilmu komunikasi lebih luas, kita perlu mengetahui dasar-dasar ilmu komunikasi itu
sendiri. Oleh karena itu, tulisan ini memberikan penjelasan singkat mengenai teori dasar
komunikasi bahasa ringan agar lebih mudah dipahami oleh pembaca.
2

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Retorika

Kata retorika berasal dari kata bahasa Inggris “retoric” dan berasal dari kata latin
retorica yang berarti ilmu berbicara. Retorika merupakan salah satu cabang dialektika
yang membahas tentang kemampuan mempelajari penggunaan bahasa secara efektif
dalam mengarang dan/atau seni menyampaikan pidato yang muluk-muluk dan
mengesankan.

Retorika juga diartikan sebagai studi tentang menulis atau berbicara sebagai alat
komunikasi atau persuasi. Dalam istilah retorika yang digunakan dalam public speaking
oleh para ahli retorika diartikan sebagai seni atau keterampilan berbicara atau berpidato
yang perkembangannya sudah ada sejak abad sebelum Masehi. 1 Retorika adalah
keterampilan berbicara di depan audiens.

Retorika (dari bahasa Yunani, rhétor,orator, teacher) adalah sebuah teknik


pembujuk-rayuan secara persuasi untuk menghasilkan bujukan dengan melalui karakter
pembicara, emosional atau argumen (logo). Retorika juga bisa disebut
penyampaian/pengungkapan suatu kasus lewat bertutur (menurut kaum sofis yang
terdiri dari Gorgias, Lysias, Phidias, Protagoras dan Socrates akhir abad ke 5 SM).
Retorika adalah ilmu yang mengajarkan orang tentang keterampilan, persuasif yang
objektif dari suatu kasus studi yang mempelajari kesalahpahaman serta penemuan saran
dan pengobatannya.2

Berikut merupakan penjernihan rumusan Aristoteles yang dilakukan oleh W.S. Roberts,
yakni salah seorang ahli retorika yang menerjemahkan buku Retorika Aristoteles.

a. Retorika adalah seni mengafeksi (menarik minat) pihak lain dengan berbicara,
dengan cara mengatur unsur-unsur pembicaraan begitu rupa untuk meraih respon
pendengar.
b. Retorika adalah seni yang mengajarkan kaidah dasar pemakaian bahasa yang
efektif.

1 Dhanik Sulistyarini & Anna Gustina Zainal. 2020. “ Retorika”. Banten: CV. AA. Rizky, h. 2
2 H. Suisyanto. 2020. “Retorika Dakwah dalam Perspektif Al Qur’an, cet. 1”. Yogyakarta: Samudra Biru, h. 1-2
3

c. Retorika adalah seni berbicara yang dapat mempersuasi dan dapat memberikan
informasi yang rasional kepada pihak lain.
d. Retorika adalah upaya pemilihan bentuk pengungkapan ang efektif denga cara
lain yang mampu memukau.
e. Retorika adalah ide atau gagasan untuk mempersuasi.
Berdasarkan beberapa rumusan pengertian tersebut, maka esensi retorika adalah upaya-
upaya yang dilakukan pembicara (pada bahasa lisan) dan penulis (pada bahasa tulisan)
dalam memilih bentuk ungkapan yang dianggap paling efektif untuk menarik perhatian
pendengar atau pembaca. Hakikat retorika adalah kemampuan berkomunikasi secara
efektif dengan menggunakan bahasa sebagai alatmya. Dalam peristiwa komunikasi itu,
tujuan utama komunikator adalah menyampaikan pesan yang diharapkan dapat
diketahui, dipahami, dan dapat diterima oleh komunikan.3

Retorika memiliki definisi lain sebagai kemampuan menemukan alat-alat persuasi


yang tersedia pada setiap keadaan yang dihadapi, fungsi ini hanya dimiliki oleh seni
retorika. Seni lain mengajarkan atau memaparkan sesuatu sesuai subjek bahasannya,
misalnya, ilmu kedokteran mengajarkan tentang sehat dan tidak sehat, geometri tentang
sifat-sifat ukuran, aritmetik tentang angka-angka, dan lain-lain.

Sementara retorika dipandang sebagai kemampuan menemukan alat-alat persuasi


pada hampir semua subjek bahasan yang dihadapi, karenanya, dikatakan bahwa
berdasarkan karakter teknisnya, retorika tidak terkait pada golongan subjek ilmu tertentu.
Sebagian alat persuasi merupakan bagian dari seni retorika, sebagian lainnya berada di
luar cakupan seni retorika. Alat persuasi yang berada di luar cakupan seni retorika adalah
segala sesuatu yang tidak berasal dari pembicara dan sudah ada sejak awal: saksi-saksi,
bukti yang diberikan di bawah tekanan, kontrak tertulis, dan lainnya. Alat persuasi yang
merupakan bagian dari seni retorika adalah segala sesuatu yang bisa dibuat oleh
pembicara menggunakan prinsip-prinsIp retorika, yang pertama hanya tinggal
digunakan, sementara yang kedua harus ditemukan.4

B. Unsur Pendukung Retorika


Ungkapan yang baik secara retoris harus didukung oleh unsur bahasa, etika dan
nilai moral, nalar yang baik, serta pengetahuan yang memadai. Keempat unsur ini

3 Dhanik Sulistyarini & Anna Gustina Zainal. 2020. “ Retorika”. Banten: CV. AA. Rizky, h. 6-7
4 Ibid, h. 8
4

merupakan pendukung utama retorika. Jika unsur-unsur ini diabaikan, maka terjadi
penyimpangan hakikat retorika. 5
1. Bahasa
Bahasa merupakan pendukung utama retorika. Boleh dikatakan bahwa tanpa
bahasa, maka tidak ada retorika. Bahasa berhubungan dengan penyajian pesan
dalam komunikasi. Wujud fisik retorika adalah penggunaan bahasa. Pada
penggunaan bahasa inilah dilakukan pemilihan-pemiliham
kemungkinankemungkinan unsur bahasa yang dipandang paling persuasif oleh
komunikator. Pemilihan unsur-unsur bahasa itu bisa dalam bentuk istilah, kata,
ungkapan, gaya bahasa, kalimat, dan lain-lain. Termasuk dalam masalah bahasa
adalah delivery, yakni mengatur susunan bahasa, mengatur cara penyajian, dan
memilih gaya pengungkapan. Semua ini dilakukan agar komunikasi bisa menarik
minat lawan bicara. Di sinilah letak persuasinya.
2. Etika dan Nilai Moral
Etika dan nilai moral adalah hal yang penting dalam retorika. Adanya etika dan
nilai moral dalam retorika menjadikan aktifitas komunikasi yang dilakukan
bertanggung jawab. Komunikator harus memperhatikan isi yang dibicarakan, tidak
sekedar memamerkan kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan gaya
bahasa yang memukau.
3. Penalaran yang Benar
Penyampaian pesan dalam komunikasi harus didukung oleh penalaran yang
benar agar pesan yang disampaikan mempunyai kekuatan atau landasan. Ini
merupakan syarat yang sejak awal diperingatkan oleh Aristoteles bahwa retorika
bukan sekedar permainan kata-kata atau permainan bahasa. Dengan penalaran yang
benar, penyampai pesan diharapkan menggunakan argumen-argumen yang logis
dalam mempersuasi pendengarnya. Untuk mendukung penalaran yang benar, maka
penyampai pesan atau pemakai retorika dapat menggunakan induksi, deduksi,
silogisme, entimem, atau menunjukkan contoh-contoh.
4. Pengetahuan yang Memadai
Jika tidak ditunjang oleh pengetahuan yang memadai, maka penyampai pesan
bisa menjadi tukang bual. Komunikator harus memahami benar tentang apa yang
ingin disampaikan. Untuk itu, ia harus memiliki pengetahuan yang luas terhadap hal

5 Ibid, h. 9-12
5

yang ingin disampaikan. Selain itu, ia harus mempunyai fakta fakta yang relevan
tentang apa yang hendak disampaikan, dan memiliki ide atau gagasan yang jelas
tentang bagaimana menyampaikan kepada pendengarnya. Ini berarti, komunikator
harus menguasai benar tentang materi dan strategi penyampaian.

C. Pengertian Komunikasi
Komunikasi, dalam konteks apa pun, merupakan bentuk adaptasi mendasar
terhadap lingkungan. Mengusulkan definisi komunikasi yang konsisten dan terpadu
sangatlah sulit, karena aktivitas komunikasi itu sendiri beragam dan sangat populer
dalam berbagai aspek. Melalui penelitiannya, Frank Dance dan Carl Larson telah
mengidentifikasi 126 definisi komunikasi yang dipublikasikan. Namun hal ini juga
menandakan bahwa ilmu komunikasi berkembang secara luas, dan banyak para ahli dan
peneliti yang peduli dan tertarik dengan perkembangan ilmu komunikasi.Secara
etimologi, berkomunikasi mengandung makna bersama-sama. Ada unsur 'bersama'
dalam segi arti, pemahaman, dan pemaknaan terhadap suatu objek atau pesan yang
digagas.
Komunikasi berati mengadakan kesamaan pengertian antara komunikator
(penyebar pesan) dengan komunikan (penerima pesan). Untuk itu, Aristoteles, seorang
filsuf Yunani dalam buku retorica mengatakan bahwa harus ada tiga unsur pendukung
aktivitas komunikasi, yaitu siapa yang berbicara? apa yang dibicarakan? dan siapa
yang mendengarkan?. Definisi Aristoteles ini dipandang lebih tepat untuk mendukung
suatu proses komunikasi publik dalam bentuk pidato atau retorika karena pada era
Aristoteles retorika menjadi bentuk komunikasi yang populer bagi masyarakat.6
Komunikasi merujuk pada terjadinya suatu proses yang diakukan oleh manusia
dalam rangka memberikan respons terhadap perilaku ataupun perlambang yang
dilakukan oleh manusia lainnya. Komunikasi yang dilakukan bertujuan agar terjadi
pengertian bersama. Komunikasi memiliki variasi definisi yang tidak terhingga seperti;
saling bicara satu sama lain, televisi, penyebaran informasi, dan lain-lain.7
Shannon mendefinisikan komunikasi sebagai proses pikiran seseorang
mempengaruhi orang lain. Menurutnya, komunikasi mencakup semua prosedur dengan
mana satu pikiran dapat mempengaruhi yang lain, tidak hanya mencakup tulisan dan

6 Ahmad Sultra Rustan dan Nurhakki Hakki. 2017. “Pengantar Ilmu Komunikasi”. Yogyakarta: Deepublish, h.
28
7 Edward Ariyanto. 2021. “Pengantar Ilmu Komunikasi (Sejarah, Hakikat, dan Proses)”. Yogyakarta: Diva
Press, h.50
6

pidato lisan, tetapi juga musik, seni gambar, teater, balet, dan semua hal yang meliputi
perilaku manusia. Semua aktivitas yang berdampak pada orang lain atau dapat
mempengaruhi pikiran dan perasaan orang lain merupakan aktivitas komunikasi.
Artinya, komunikasi adalah setiap bentuk tingkah laku seseorang baik verbal
maupun non-verbal yang ditanggapi oleh orang lain. Komunikasi mencakup pengertian
yang luas lebih dari sekedar berbicara. Setiap bentuk tingkah laku yang mengungkapkan
pesan tertentu juga merupakan bagian dari komunikasi.8
Dari berbagai definisi yang disebutkan di atas, dapat ditarik benang merah bahwa
komunikasi adalah proses penyampaian informasi dari pemberi informasi
(komunikator) yang sama kepada penerima informasi (komunikator) dengan tujuan agar
kedua belah pihak mempunyai makna dan pemahaman yang sama. informasi yang
disampaikan. Komunikasi juga dapat berlangsung dalam berbagai bentuk verbal dan
nonverbal, yaitu berupa ucapan, ekspresi wajah, gerak tubuh, simbol tertentu, gambar,
musik, dan lain-lain.

D. Proses Komunikasi
Proses komunikasi adalah tahapan-tahapan dari peristiwa yang terjadi dalam
kegiatan sehari-hari manusia dalam menyampaikan isi pernyataan kepada manusia lain.
Proses komunikasi terdiri dari beberapa tahap, yaitu:9
1) Pengirim Pesan
Pengirim pesan adalah seseorang yang memulai proses komunikasi atau sering
disebut dengan "komunikator". Komunikator ketika mengirimkan pesan tentunya
memiliki motif dan tujuan. Komunikator sering juga disebut dengan "sumber".
Sebagian ilmuwan komunikasi menyebutnya sebagai encoder. Dalam
menyampaikan sebuah informasi, komunikator terlebih dahulu harus memikirkan
atau mengemas perkataan apa yang akan disampaikan. Istilah ini disebut dengan
encoding. Dengan adanya encoding, pengirim juga dapat memikirkan bagaimana
cara yang baik untuk dapat membuat pendengar mengerti dan memahami informasi
yang sumber sampaikan.
2) Penerima Pesan: Komunikan

8 Ahmad Sultra Rustan dan Nurhakki Hakki. 2017. “Pengantar Ilmu Komunikasi”. Yogyakarta: Deepublish, h.
29
9 Nurani Soyomukti. 2012. “Pengantar Ilmu Komunikasi”. Yogyakarta: Ar ruzz, h. 58-66
7

Penerima pesan (komunikan) adalah orang yang dapat memahami pesan dari
pengirim, meskipun dalam bentuk kode maupun isyarat tanpa mengurangi arti pesan
yang dimaksud oleh pengirim. Isi pesan tersebut dipahami dengan istilah
"decoding".
3) Pesan
Pesan dapat didefinisikan sebagai segala sesatu yang disampaikan komunikator
kepada komunikan untuk mewujudkan maksud dari berkomunikasi. Pesan
sebenarnya adalah suatu hal yang sifatnya abstrak (konseptual, ideologis, dan
idealistik). Akan tetapi, ketika ia disampaikan dari komunikator kepada komunikan,
ia menjadi konkret karena disampaikan dalam bentuk simbol/lambang berupa
bahasa (lisan /tulisan), suara, gambar, gerak-gerik, dan lain sebagainya.
Lambang komunikasi disebut juga bentuk pesan, yakni wujud konkret dari
pesan, berfungsi mewujudkan pesan yang abstrak menjadi konkret. Suara, mimik,
dan gerak-gerik lazim digolongkan dalam nesan. nonverbal, sedangkan bahasa lisan
dan bahasa tulisan dikelompokkan dalam pesan verbal.
4) Media Komunikasi
Media komunikasi berfungsi sebagai alat perantara yang sengaja dipilih
komunikator untuk mengantarkan pesannya agar sampai ke komunikan. Pemilian
media dapat dipengaruhi oleh isi pesan yang akan disampaikan, jumlah penerimaan
pesan dan situasi.
5) Situasi
Dalam beretorika, seseorang harus memperhatikan situasi dan kondisi dalam
berkomunikasi. Komunikator tidak boleh menyamakan kondisi ketika
berkomunikasi dengan semua pihak. Perhatikan situasi dan pendengarnya. Bahasa
yang digunakan juga harus diperhatikan. Penggunaan bahasa Formal & Informal
harus diterapkan dalam sebuah konteks.
6) Efek Komunikasi
Efek komunikasi adalah situasi yang diakibatkan oleh pesan komunikator
dalam diri komunikannya. Efek komunikasi ini berupa efek psikologis yang terdiri
dari tiga hal:
a) Pengaruh kognitif, yaitu bahwa dengan komunikasi, seseorang menjadi tahu
tentang sesuatu. Berarti, komunikasi berfungsi untuk memberikan informasi.
b) Pengaruh afektif, yaitu bahwa dengan pesan yang disampaikan terjadi perubahan
perasaan dan sikap.
8

c) Pengaruh konatif, yaitu pengaruh yang berupa tingkah laku dan tindakan.

7) Gangguan (Noise)
Dalam berkomunikasi tidak jarang terjadi gangguan (noise). Gangguan ini bisa
dari faktor-faktor fisik maupun psikologis yang dapat mengganggu dan menghambat
kelancaran proses komunikasi.

Komunikasi merupakan suatu proses yang mempunyai komponen dasar yang


mencakup, pengirim pesan, penerima pesan dan kesan. Menurut Wilbur Schramm suatu
proses komunikasi atau kegiatan komunikasi akan berjalan baik apabila terdapat
overlaping of interest (pertautan minat dan kepentingan) antara sumber dan penerima
pesan.

Model Proses Komunikasi10

Proses komunikasi dimulai dengan pengirim pesan (sender) yang membentuk


(encoding) pesan tersebut dan mentransmisikannya melalui saluran tertentu
(misalnya melalui surat, telepon, dan lain-lain) jika komunikasi dilakukan secara
tatap muka. Penerima kemudian menerjemahkan dan menafsirkan pesan tersebut.
Jika penerima mendapat tanggapan, mereka akan membentuk kesan dan
meneruskannya kembali ke sumbernya. Respons yang dikirimkan penerima pesan
kepada sumber disebut umpan balik. Sumber kemudian akan mengklarifikasi dan
menjelaskan tanggapannya, dan kembali membuat serta menyampaikan pesan baru.

Dalam komunikasi, ada gangguan. Intervensi bukan merupakan bagian dari


proses komunikasi, namun intervensi mempunyai dampak terhadap proses

10 http://bit.ly/modelproseskomunikasi (diakses pada tanggal 09/03/2024 Pukul 20:45 wib)


9

komunikasi, karena dalam setiap situasi selalu ada sesuatu yang mengganggu.
Interferensi adalah sesuatu yang menghalangi atau menghalangi komunikasi
sehingga penerimanya salah mengartikan pesan yang diterima.

E. Bentuk-Bentuk Komunikasi
Komunikasi mempunyai banyak bentuk, antara lain komunikasi personal dan
komunikasi kelompok. Selain itu, komunikasi dapat terjadi secara pribadi atau melalui
perantara media. Menurut Hafid Kangara, para ahli komunikasi mempunyai pendapat
yang berbeda-beda dalam menentukan bentuk komunikasi. Beberapa kelompok sarjana
komunikasi Amerika mengklasifikasikan bentuk-bentuk komunikasi menjadi enam
jenis: komunikasi interpersonal, komunikasi intrapersonal, komunikasi kelompok,
komunikasi organisasi, komunikasi massa, dan komunikasi publik.11
1) Komunikasi Interpersonal
Komunikasi Interpersonal ditemukan oleh pakar komunikasi Amerika Dean
Barnlund. Secara umum komunikasi interpersonal dapat diartikan sebagai proses
pertukaran makna antara orang-orang yang saling berkomunikasi. Komunikasi ini
terjadi antara dua orang atau lebih dan melibatkan kontak langsung dalam bentuk
percakapan. Hal ini dapat dilakukan secara langsung maupun melalui media
komunikasi. Komunikasi terjadi dalam dua arah. Artinya, terjadi antara komunikator
dan komunikator yang saling bertukar fungsi.
2) Komunikasi Intrapersonal
Selain komunikasi interpersonal, Dean Bernlund juga mempengaruhi
komunikasi intrapersonal. Komunikasi interpersonal adalah proses berkomunikasi
dengan diri sendiri dan bertindak setelah menerima rangsangan dari lingkungan
untuk melakukan proses internalisasi.12 Komunikasi intrapersonal jenis ini sama
dengan proses berpikir. Artinya, ketika seseorang secara sadar mengirimkan
informasi kepada dirinya sendiri guna menganalisis suatu situasi dan mengambil
suatu sikap atau keputusan. Contoh aktivitas dalam komunikasi intrapersonal antara
lain berdoa, merenung, dan mengucap syukur.
3) Komunikasi Kelompok

11 Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi edisi 1 cet.5, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1998), h. 29.
12 Onong Uchjana Effendi, Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1993), h.
57-58.
10

Komunikasi kelompok adalah interaksi personal antara tiga orang atau lebih
dengan tujuan yang diketahui, seperti: Berbagi informasi dan pemecahan masalah
yang memungkinkan anggota mengingat secara akurat karakteristik pribadi anggota
lainnya.13
4) Komunikasi Kelompok Kecil
Bentuk komunikasi kelompok kecil dilihat berdasarkan jumlah anggotanya.
Umumnya, grup ini memiliki antara 3 dan 20 anggota dan tidak boleh lebih dari 50
anggota. Biasanya topik yang dibahas dalam kelompok ini tidak terlalu luas, seperti
isu-isu pengambilan kebijakan dalam kelompok.
5) Komunikasi Massa
Komunikasi massa adalah komunikasi yang disebarluaskan secara terbuka
kepada khalayak luas (massa) hingga masyarakat luas di berbagai daerah, dengan
media massa sebagai alat pendukungnya.
6) Komunikasi Publik
Komunikasi publik terjadi antara satu orang dengan orang lain. Dalam
komunikasi ini, pembicara (orang yang berbicara di muka umum) harus bertanggung
jawab terhadap apa yang dikomunikasikan. Dalam hal ini retorika memegang
peranan yang sangat penting dalam menyampaikan pesan kepada pendengarnya
karena tujuan pembicara sebenarnya adalah untuk mempengaruhi pendengar sesuai
dengan apa yang disampaikan pembicara.

F. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Komunikasi Retorika


Ada banyak faktor yang mempengaruhi efektivitas proses komunikasi retoris.
Unsur-unsur tersebut terdapat pada seluruh unsur komunikasi, baik komunikator, pesan,
media, dan penerima.
1) Faktor Komunikator
Faktor yang dapat mempengaruhi efektifitas proses komunikasi retoris adalah:
a) Pengetahuan komunikasi dan keterampilan komunikasi.
Artinya penguasaan bahasa dan kemampuan menggunakan bahasa,
kemampuan menggunakan media komunikasi untuk memudahkan proses
pemahaman penerima, dan kemampuan mengenali dan menganalisis keadaan

13 Wiryanto, Teori Komunikasi Massa, (Jakarta: Grasindo, 2001), h. 1-3.


11

pendengar sehingga dapat menawarkan sesuatu yang sesuai dengan kebutuhan


pendengar.
b) Sikap Komunikator
Sikap komunikator seperti aktif (agresif) atau cepat defensif, sikap
mantap dan persuasif, sikap rendah hati, aktif mendengar dan mau menerima
sugesti, bersifat retoris, dapat memberikan dampak yang signifikan terhadap
proses komunikasi.
c) Pengetahuan Umum
Untuk komunikasi retoris yang efektif, seorang komunikator harus
mempunyai pengetahuan umum yang luas. Dengan begitu, Anda akan bisa
mengetahui dan memahami situasi pendengar serta memahaminya dengan lebih
baik. Ia harus mengetahui dan menguasai konten yang disajikan secara
menyeluruh, menyeluruh dan akurat.
d) Sistem Sosial
Semua komunikator berada dan hidup dalam suatu sistem sosial tertentu.
Status, posisi, dan jabatan yang dipegang oleh seorang komunikator dalam
masyarakat mempunyai dampak yang signifikan terhadap efektivitas
komunikasi retoris (misalnya, apakah dia seorang pemimpin atau bawahan,
orang yang berpengaruh, dll).
e) Sistem Kebudayaan
Selain sistem sosial, sistem budaya komunikator juga dapat
mempengaruhi efektivitas komunikasi retoris. Perilaku, tata krama, dan sikap
hidup yang dianut oleh budaya tertentu juga mempengaruhi efektivitas proses
komunikasi retoris dengan orang lain.

G. Hubungan Retorika dan Proses Komunikasi


Komunikasi itu sendiri adalah proses penyampaian makna melalui pertukaran
pesan dan informasi antar manusia. Komunikasi melibatkan proses ini. Sebab apa yang
disampaikan komunikator belum tentu perlu didengarkan bahkan bisa mengubah
perilaku komunikator. Komunikasi antar manusia merupakan proses yang kompleks,
sesuai dengan pepatah Konrad Lorenz. “Apa yang diucapkan tidak berarti juga didengar,
apa yang didengar tidak berarti juga dimengerti, apa yang dimengerti tidak berarti juga
di disetujui, apa yang disetujui tidak berarti juga diterima, apa yang diterima tidak
berarti juga dihayati, dan apa yang dihati tidak berarti juga dapat merubah tingkah
12

laku”. 14 Teori retorika dalam komunikasi sangat penting untuk memungkinkan


terjadinya proses komunikasi yang lebih efektif.
Sedangkan, retorika kini menjadi seni berbicara dan tentunya berkaitan dengan
proses komunikasi. Komunikasi di sini mengacu pada penyampaian informasi dari satu
pengirim ke pengirim lainnya, menyampaikan apa yang ingin disampaikan dan apa yang
ingin disampaikan, atau dengan kata lain memastikan pesan berhasil tersampaikan.
Seorang ahli retorika harus mampu menyampaikan pesan secara efektif. Oleh karena
itu, seorang retor perlu memahami pola-pola komunikasi dalam menyampaikan
pesannya, dan pola komunikasi tersebut dapat ditentukan berdasarkan jenis khalayak
yang akan menerimanya. Selain itu unsur bahasa juga sangat penting. Sebab, kedua
belah pihak bisa saling memahami jika berbicara dalam bahasa yang sama. Oleh karena
itu, dapat dikatakan bahwa retorika tidak dapat dipisahkan dari proses komunikasi dan
komunikasi sudah pasti merupakan bagian dari retorika.

Contoh: Dijual mobil bekas

Pemilik mobil ingin menjualnya dengan harga yang dapat diterima (target). Saat
berbicara dengan pembeli, penjual tentu tidak hanya akan menjelaskan merek, tipe,
tahun dan fitur mobilnya, tetapi juga (secara meyakinkan) memuji mobil tersebut. Misal:
terawat dengan baik, sangat cocok digunakan di segala lingkungan dan kondisi jalan
yang berbeda-beda, serta tidak pernah mengalami kecelakaan.
Singkatnya: Penjual mengatakan bahwa mobil tersebut bekas dan ideal
dibandingkan dengan daftar harga, tetapi sebenarnya masih terlalu rendah.
Di sisi lain, calon pembeli juga ingin dapat membeli mobil tersebut dengan
harga yang wajar (target). Oleh karena itu, perdagangan melibatkan negosiasi antara
pembeli dan penjual untuk mencapai tujuan bersama.
Dari contoh di atas, kita dapat melihat beberapa aspek komunikasi retoris:
a) pembicara menceritakan sesuatu kepada pelanggan
b) pendengar sebagai mitra percakapan atau pelanggan
c) mempunyai tujuan tertentu
d) Memberikan diskusi mengenai isi pembicaraan.

14 Lukman Tambunan, Khitobah & Retorika: Peranan Retorika Dalam Penyampaian Firman, (Jakarta: PT BPK
Gunung Mulia, 2010), h. 43.
13

e) Mendengarkan dan mempertimbangkan argumen tandingan audiens.15

15 Dori Wuwur Hendrikus, Retorika, (Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 1991), h. 42.


14

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Komunikasi adalah proses pertukaran pesan antar manusia dengan


menggunakan simbol-simbol, baik verbal maupun nonverbal, dengan tujuan untuk
mempengaruhi orang lain. Kemampuan berkomunikasi merupakan salah satu kelebihan
yang dimiliki manusia ciptaan Tuhan dibandingkan makhluk lainnya. Kegiatan
komunikasi merupakan kegiatan yang penting bagi semua orang, dimulai sejak ia
dilahirkan. Suatu proses komunikasi setidaknya memerlukan beberapa unsur: pengirim
pesan (komunikator), penerima pesan (komunikator), pesan, media, situasi,
interferensi, dan akibat yang dihasilkan dari komunikasi tersebut. Bentuk komunikasi
antar manusia sangat beragam dan dapat dibedakan tergantung jumlah pendengarnya.
Kemampuan berbicara dapat membantu seseorang mencapai kesuksesan.

Namun, untuk berkomunikasi dengan lebih efektif, Anda tidak hanya


memerlukan kemampuan verbal tetapi juga kemampuan bahasa. Oleh karena itu, ada
ilmu retorika, yaitu ilmu yang mempelajari tentang menulis dan berbicara. Retorika
sebagai proses komunikasi erat kaitannya dengan persuasi. Komunikasi manusia itu
kompleks karena tidak semua pesan dapat diterima dengan mudah. Oleh karena itu,
komunikasi retoris yang memuat persuasi dapat memudahkan komunikator menerima
pesan. Dalam komunikasi retoris, perhatian juga harus diberikan pada faktor-faktor
yang mempengaruhi efektivitas komunikasi retoris. Unsur-unsur tersebut dikenali tidak
hanya dari pesan yang disampaikan dan media yang digunakan, tetapi juga oleh
komunikator, penerima, atau komunikator.

B. Saran
Dari uraian isi esai ini kita dapat melihat bahwa manusia diciptakan Tuhan
sebagai makhluk yang sempurna dengan rasionalitas yang dapat digunakan dalam
kehidupan sehari-hari. Orang dapat menggunakan akal untuk mempelajari berbagai
jenis pengetahuan, termasuk retorika. Pembelajaran retorika sangat penting karena
menunjang proses komunikasi yang efektif dan penggunaan teknik bahasa retorika
memudahkan dalam memahami informasi yang disampaikan. Untuk menyelesaikan
karya ini, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca.
15

Untuk itu, semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan memperluas
pengetahuan kita tentang “hakikat retorika sebagai proses komunikatif”.
16

DAFTAR PUSTAKA

Sultra Rustan, Ahmad dan Nurhakki Hakki. 2017. “Pengantar Ilmu Komunikasi”. Yogyakarta:
Deepublish.
Sulistyarini, Dhanik dan Anna Gustina Zainal. 2020. “ Retorika”. Banten: CV. AA. Rizky.
Ariyanto, Edward. 2021. “Pengantar Ilmu Komunikasi (Sejarah, Hakikat, dan Proses)”.
Yogyakarta: Diva Press.
Suisyanto. 2020. “Retorika Dakwah dalam Perspektif Al Qur’an, cet. 1”. Yogyakarta: Samudra
Biru.
Soyomukti, Nurani. 2012. “Pengantar Ilmu Komunikasi”. Yogyakarta: Ar ruzz.
http://bit.ly/modelproseskomunikasi (diakses pada tanggal 09/03/2024 Pukul 20:45 wib)
Cangara, Hafied. 1998. “Pengantar Ilmu Komunikas edisi 1 cet.5”. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Effendi, Uchjana Onong. 1993. “Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi”. Bandung: PT. Citra
Aditya Bakti.
Wiryanto. 2001. “Teori Komunikasi Massa”. Jakarta: Grasindo.
Tambunan, Lukman. 2010. “Khitobah & Retorika: Peranan Retorika Dalam Penyampaian
Firman”. Jakarta: PT BPK Gunung Mulia.
Hendrikus, Wuwur Dori. 1991. “Retorika”. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Anda mungkin juga menyukai