Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH SEJARAH RETORIKA PADA

ZAMAN YUNANI KUNO

Makalah Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Retorika

Dengan Dosen Pengampu Nurbaini Futuhat Wulansari M.I.Kom

Kelas : 03SIDP003

Disusun Oleh :

Affifa Widya Zahra 211010700269

Annisa Putri Aslah 211010700240

Antonius Adrian Dwi G 211010700235

Delia Dwi Ramadhanti 211010700165

Siraj Khadafy Lubis 211010700202

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA


FAKULTAS SASTRA
UNIVERSISTAS PAMULANG
2022
KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas
kelompok untuk mata kuliah Pengantar Bisnis dan Hukum Bisnis, dengan judul: " Sejarah
Retorika Zaman Yunani Kuno."

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak
yang dengan tulus memberikan saran dan kritik, sehingga makalah ini dapat terselesaikan.

Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna dikarenan
keterbatasan pengalaman dan pengetahuan kami. Maka dari itu, kami mengharapkan segala
bentuk saran dan masukan serta kritik dari berbagai pihak. Akhirnya, kami berharap semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan dunia pendidikan.

Tangerang Selatan, 5 Oktober 2022

Penulis (Anggota Kelompok)

1
DAFTAR ISI

KATA
PENGANTAR……………………………………………………………………………………
…………………….1

DAFTAR
ISI…………………………………………………………………………………………………
……………………..2

BAB
I……………………………………………………………………………………………………
………………………………3

PENDAHULUAN…………………………………………………………………………………
……………………………...3

1.1 Latar
Belakang………………………………………………………………………………………
…………………………....3
1.2 Rumusan
Masalah…………………………………………………………………………………………
……………………..3
1.3 Tujuan…………………………………………………………………………………………
……………………………………….4

BAB
II……………………………………………………………………………………………………
……………………………..5

PEMBAHASAN…………………………………………………………………………………
………………………………...5

2
2.1 Definisi Retorika
………………………………………………………………………………………………………
………...5

2.2 Mengidentifikasi Pembagian Retorika


…………………………………………………………………………………6

2.3 Sejarah Retorika Pada Zaman Yunani Kuno


……………………………………………………………………….7

BAB
III…………………………………………………………………………………………………
……………………….…...10

PENUTUP…………………………………………………………………………………………
…………….………..……..…10

3.1
Kesimpulan…………………………………………………………………………………………
……..……………….….….10

3.2
Saran………………………………………………………………………………………………
…………………………….……10

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………….
…………………………………...12

BAB I

PENDAHULUAN

3
1.1. Latar Belakang

Retorika merupakan sebuah disiplin ilmu yang mempelajari seni berbicara yang
diperluka oleh setiap orang terutama bagi seorang kominikator. Teori retorika yang
digunakan oleh seorang komunikator akan mempermudah ia untuk mempengaruhi
khalayaknya sebagai mana Aristoteles mengansumsikan retorika sebagai seni untuk
mempengaruhi orang lain. Diantara karunia tuhan yang paling besar bagi manusia ialah
kemampuan berbicara, telah membedakan manusia dari makhluk lain. Dengan berbicara,
manusia mengungkapkan dirinya, mengatur lingkungannya, dan pada akhirnya
menciptakan bangunan budya insane. Bahkan setelah tulisan ditemukan sekalipun, bicara
tetap lebih banyak digunakan. Ada beberapa kelebihan bicara yang tidak dapat digantikan
dengan tulisan. Bicara lebih akrab, lebih pribadi (personal), lebih manusiawi. Tidak
mengherankan, bila ilmu bicara menjadi perhatian manusia.

Kemampuan bicara bisa merupakan bakat. Tetapi kepandaian bicara yangbak


memerlukan bicara dan latihan. Retorika sebagai ilmu bicara dan latihan. Retorika
sebaga ilmu bicara sebenarnya diperlukan setiap orang. Bagi ahli komunikasi atau
komunikator retorika adalah condition sine qua no.

Dalam makasalh ini akan dijelaskan beberapa hal tentang sejarah retorka pada
zaman yunani kuno beserta perkembangannya. Dengan uraian historis ini kita ingin
mengingatkan bahwa retorika adalah bidang studi komunkasi yang telah berumur tua,
disamping menunjukkan tempatnya yang layak dalam perkembangan ilmu komunikasi.

1.2 Rumusan Masalah

4
Berdasarkan penerapan pada latar belakang masalah diatas, maka dapat
dirumuskan beberapa permasalahan dalam makalah ini. Adapun rumusan masalah
sebagai berikut.

1. Apa pengertian dari Retorika?


2. Apa saja pembagian Retorika?
3. Bagaiman sejarah retorika pada zaman Yunani Kuno?

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan ini disesuaikan dengan rumusan masalah di atas, maka penyesuaian


tersebut dapat menghasilkan tujuan ini sebagai berikut.

1. Untuk mengetahui pengertian Retorika


2. Untuk mengetahui pembagian Retorika
3. Untuk mengetahui sejarah Retorika pada zaman Yunani Kuno

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Retorika

Retorika berasal dari bahasa inggris, rethoric yang artinya ilmu berbicara, yang
dalam perkembangannya berarti seni berbicara di hadapan umum atau ucapan untuk
menciptakan kesan yang diinginkan Walaupun beragam pendapat tentang retorika, namun
dengan jelas dapat diketahui bahwa tujuan utama retorika adalah tercapainya tujuan
pembicaraan atau terjadinya komunikasi yang efektif. Bersumber dari perkataan Latin
rhetorica yang berarti ilmu bicara. Cleanth Brooks dan Robert Penn Waren dalam
bukunya, Modern Rhetoric, mendefinisikan retorika sebagai the art of using language
effectively atau seni penggunaan bahasa secara efektif. Kedua pengertian tersebut
menunjukan bahwa retorika mempunyai pengertian sempit: mengenai bicara, dan
pengertian luas; penggunaan bahasa, bisa lisan dapat juga tulisan. Oleh karena itu,
sementara orang yang mengartikan retorika sebagai public speaking atau pidato di depan
umum, banyak juga yang beranggapan bahwa retorika tidak hanya berarti pidato di depan
umum, tetapi juga termasuk seni menulis.

Seni berbicara disebut retorika. Retorika adalah seni persuasi, suatu uraian yang
harus singkat, jelas dan meyakinkan, dengan keindahan bahasa yang disusun untuk hal-hal
yang bersifat memperbaiki (corrective), memerintah (instructive), mendorong
(suggestive), dan mempertahankan (defensive) Dalam bahsa Yunani, rhetor, orator,
teacher, retorika adalah teknik pembujukrayuan secara persuasi untuk menghasilkan
bujukan dengan melalui karakter pembicara, emosional, atau argumen (logo). Plato secara
umum memberikan definisi terhadap retorika sebagai seni manipulatif yang bersifat
transaksional dengan menggunakan lambang untuk mengidentifikasi pembicara dengan
pendengar melalui pidato dan yang dipersuasi saling bekerja sama dalam merumuskan
nilai, kepercayaan, dan pengharapan mereka.

6
Retorika adalah bagian dari bahasa (linguistik). Khususnya ilmu bina bicara
(sprecherziehung). Titik tolak retorika adalah berbicara. Berbicara berarti mengucapkan
kata atau kalimat kepada seseorang atau kelompok orang, untuk mencapai suatu tujuan
tertentu (misalnya memberi motivasi atau memberi informasi). Berbicara adalah salah satu
kemampuan khusus pada manusia. Oleh karena itu pembicara itu setua umur bangsa
manusia. Retorika berarti kesenian untuk berbicara baik, yang dicapai berdasarkan bakat
alam (talenta), dan keterampilan teknis. Retorika juga sering diartikan sebagai kesenian
untuk berbicara baik, yang dipergunakan dalam proses komunikasi antar manusia.
Kesenian berbicara ini bukan hanya berarti berbicara lancar tanpa jalan pikiran yang jelas
dan tanpa isi, melainkan suatu kemampuan untuk berbicara dan berpidato secara singkat,
padat, dan mengesankan. Retorika modern mencakup ingatan yang kuat, banyak kreasi
dan fantasi yang tinggi, teknik pengungkapan yang tepat dan daya pembuktian serta
penilaian yang tepat. Retorika modern adalah gabungan yang serasi antara pengetahuan,
pikiran, kesenian dan kesanggupan berbicara.

2.2 Pembagian Retorika

Retorika adalah bagian dari ilmu Bahasa (Linguistik), khususnya ilmu bina bicara
(Sprecherziehung). Retorika sebagai bagian dari ilmu bina bicara ini mencakup:

1. Monologika
Monologika adalah ilmu tentang seni berbicara monolog, di mana hanya seorang
yang bicara. Bentuk- bentuk yang tergolong dalam monologika adalah pidato, kata
sambutan, kuliah, makalah, ceramah dan deklamasi.

2. Dialogika
Dialogika adalah ilmu tentang seni berbicara secara dialog, di mana dua orang
atau lebih berbicara atau mengambil bagian dalam satu proses pembicaraan. Bentuk
dialogika yang penting adalah diskusi, Tanya jawab, perundingan, perckapan dan debat.

3. Pembinaan Teknik Bicara

7
Efektifitas monologika dan dialogika tergantung juga pada teknik bicara. Teknik
bicara merupakan syarat bagi retorika. Oleh karena itu pembinaan teknik bicara
merupakan bagian yang penting dalam retorika. Dalam bagian ini lebih diarahkan pada
teknik bernafas, teknik mengucap, bina suara, teknik membaca dan cerita.

2.3 Sejarah Retorika pada zaman Yunani Kuno

Retorika sudah ada sejak manusia lahir. Namun, sebagai seni yang dipelajari
dimulai abad 5 sebelum Masehi (SM) ketika kaum sofis di Yunani mengembara dari
satu tempat ke tempat lain untuk mengajarkan pengetahuan tentang politik dan
pemerintahan dengan penekanan terutama pada kemampuan berpidato. Pada masa
inilah retorika mengalami puncak keemasan. Ini terkait dengan sejarah awal keberadaan
orang Yunani sebagai perantau yang memiliki jiwa petualang. Mereka merantau karena
kondisi geografis negara Yunani yang terletak di Semenanjung Balkan tidak subur dan
sedikit memberikan hasil bagi penduduknya, kemudian mereka merantau ke tanah asing
dan mendirikan negara baru di sekitar laut Egia dan pantai Asia Kecil. Ditanah rantau
ini, orang Yunani mengalami perbaikan ekonomi dan mampu membeli budak untuk
mengurus pekerjaan mereka sehari-hari sehingga mereka mempunyai banyak waktu
luang. Waktu senggang dimanfaatkan untuk memperkuat kemuliaan hidup dengan seni
dan buah pikiran. Ilmu pengetahuan pun berkembang yang ditujukan untuk mencari
kebenaran sehingga lahir-lah filsafat. Orang Yunani hidup berkelompok dalam sistem
kemasyarakatan yang teratur yang disebut dengan Polis atau negara kota. Polis
merupakan lembaga politik yang meliputi kekuasaan secara otonomi, swasembada dan
kemerdekaan. Ketiga faktor inilah yang melatarbelakangi kebebasan berpikir yang
membantu munculnya filsafat. Bahasa merupakan alat untuk mengungkapkan hal-hal
yang abstrak secara jernih dan jelas. Konsep tentang masyarakat dan politik adalah
abstrak, yakni menyangkut tujuan didirikannya negara, sistem pemerintahan, dan
kepemimpinan. Kemampuan menggunakan bahasa menjadi incaran bagi orang yang
ingin masuk dalam jajaran elit politik Yunani. Ketrampilan menggunakan bahasa
mendapat perhatian dari penguasa pada masa itu untuk merebut kekuasaan dan
melebarkan pengaruhnya. Bahkan, para penguasa itu menyewa agitator untuk
memperkuat pengaruh mereka di mata masyarakat. Para agitator ini mempengaruhi

8
pendapat umum dengan menggunakan alasan-alasan keagamaan dalam pernyataannya.
Perkembangannya, para agitator ini mempelajari seni berbicara untuk meningkatkan
penghasilannya karena mereka dibayar. Ada yang menyebut agitator ini sebagai kaum
sophist yang artinya orang yang menipu orang lain dengan menggunakan argumen-
argumen yang tidak sah. Para sophist ini berkeliling dari satu tempat ke tempat lain
sambil berbicara di depan umum. Jika dirunut dari asal katanya, sophist dari kata
sophos yang artinya cerdik pandai karena ahli dalam berbagai ilmu, baik politik,
bahasa, dan filsafat. Perkembangannya menjadi ejekan atau sebutan bagi mereka yang
pandai bersilat lidah dan memainkan kata-kata dalam berbicara. Representasinya adalah
agitator yang dibayar sehingga muncul konotasi yang negatif.

Ilmu pengetahuan pun berkembang yang ditujukan untuk mencari kebenaran


sehingga lahir-lah filsafat. Orang Yunani hidup berkelompok dalam sistem
kemasyarakatan yang teratur yang disebut dengan Polis atau negara kota. Polis
merupakan lembaga politik yang meliputi kekuasaan secara otonomi, swasembada dan
kemerdekaan. Ketiga faktor inilah yang melatarbelakangi kebebasan berpikir yang
membantu munculnya filsafat. Bahasa merupakan alat untuk mengungkapkan hal-hal
yang abstrak secara jernih dan jelas. Konsep tentang masyarakat dan politik adalah
abstrak, yakni menyangkut tujuan didirikannya negara, sistem pemerintahan, dan
kepemimpinan. Kemampuan menggunakan bahasa menjadi incaran bagi orang yang
ingin masuk dalam jajaran elit politik Yunani. Ketrampilan menggunakan bahasa
mendapat perhatian dari penguasa pada masa itu untuk merebut kekuasaan dan
melebarkan pengaruhnya. Bahkan, para penguasa itu menyewa agitator untuk
memperkuat pengaruh mereka di mata masyarakat. Para agitator ini mempengaruhi
pendapat umum dengan menggunakan alasan-alasan keagamaan dalam pernyataannya.
Perkembangannya, para agitator ini mempelajari seni berbicara untuk meningkatkan
penghasilannya karena mereka dibayar. Ada yang menyebut agitator ini sebagai kaum
sophist yang artinya orang yang menipu orang lain dengan menggunakan argumen-
argumen yang tidak sah. Para sophist ini berkeliling dari satu tempat ke tempat lain
sambil berbicara di depan umum. Jika dirunut dari asal katanya, sophist dari kata sophos
yang artinya cerdik pandai karena ahli dalam berbagai ilmu, baik politik, bahasa, dan

9
filsafat. Perkembangannya menjadi ejekan atau sebutan bagi mereka yang pandai bersilat
lidah dan memainkan kata-kata dalam berbicara. Representasinya adalah agitator yang
dibayar sehingga muncul konotasi yang negatif.

Pada waktu itu, retorika memiliki beberapa fungsi (Sunarjo, 1983:55), yakni
untuk mencapai kebenaran/kemenangan bagi seseorang atau golongan dalam masyarakat
untuk meraih kekuasaan, yakni mencapai kemenangan seseorang atau kelompok dengan
pemeo ‘siapa yang menang dialah yang berkuasa’ sebagai alat persuasi yang digunakan
untuk mempengaruhi manusia. Kaum sofis berpendapat bahwa manusia adalah “mahluk
yang berpengetahuan dan berkemauan”. Manusia mempunyai penilaian sendiri
mengenai baik buruknya sesuatu, mempunyai nilai-nilai etikanya sendiri, maka oleh
karena itu kebenaran suatu pendapat hanya dicapai apabila seorang dapat memenangkan
pendapatnya terhadap pendapat-pendapat orang lain yang berbeda dengan norma-
normanya. Tidak mengherankan apabila pada masa itu orang-orang melatih diri untuk
memperoleh kemahiran dalam berbicara, sehingga inti pembicaraan beralih dari mencari
kebenaran kepada meraih kebenaran.

sokrates percaya bahwa retorika dapat meningkatkan kualitas masyarakat, retorika


tidak boleh dipisahkan dari politik dan sastra. Akan tetapi, tidak semua bisa memperoleh
pelajaran ini. Retorika menjadi pelajaran yang elit. Sekolah Isokrates menitikberatkan
pendidikan ‘pidato-pidato politik’ (political oratory) yang menghubungkan persoalan
aktual de-ngan perkembangan politik. Isokrates dikenal sebagai ‘political es-sayist’ yang
pertama. Gagasan-gagasan Isokrates yang terkenal lainnya adalah pendapat yang
terbentuk di bawah pembimbingan lebih baik daripada tindakan tindakan praktis, inti
pendidikan adalah kemampuan membentuk pendapat-pendapat yang tepat mengenai
masyarakat sehingga diharapkan orang mampu mengeluarkan pendapatnya dengan tepat.

Pemuka retorika lain pada zaman Yunani itu adalah Aristoteles yang sampai kini
pandangannya banyak dikutip. Dia mengatakan bahwa retorika sebagai filsafat, sedang
tokoh yang lain menekankan sebagai seni. Menurut Aristoteles, tujuan retorika adalah
membuktikan maksud pembicaraan atau menampakkan pembuktian. Ini terdapat pada

10
logika. Keindahan bahasa hanya digunakan untuk membenarkan, memerintah,
mendorong, dan mempertahankan sesuatu. Berlainan dengan tokoh-tokoh lainnya yang
memandang retorika sebagai suatu seni, Aristoteles memasukannya sebagai bagian dari
filsafat.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Retorika adalah seni persuasi, suatu uraian yang harus singkat, jelas dan
meyakinkan, dengan keindahan bahasa yang disusun untuk hal-hal yang bersifat
memperbaiki (corrective), memerintah (instructive), mendorong (suggestive), dan
mempertahankan (defensive) Dalam bahsa Yunani, rhetor, orator, teacher, retorika
adalah teknik pembujukrayuan secara persuasi untuk menghasilkan bujukan dengan
melalui karakter pembicara, emosional, atau argumen (logo).

Retorika sebagai bagian dari ilmu bina bicara ini mencakup

 Monologika

 Dialogika

 Pembinaan Teknik Bicara

Retorika sudah ada sejak manusia lahir. Namun, sebagai seni yang dipelajari
dimulai abad 5 sebelum Masehi (SM) ketika kaum sofis di Yunani mengembara dari satu
tempat ke tempat lain untuk mengajarkan pengetahuan tentang politik dan pemerintahan

11
dengan penekanan terutama pada kemampuan berpidato. Pada masa inilah retorika
mengalami puncak keemasan. Ini terkait dengan sejarah awal keberadaan orang Yunani
sebagai perantau yang memiliki jiwa petualang.

3.1 Saran

Demikianlah makalah yang kami buat ini, semoga bermanfaat dan menambah
pengetahuan para pembaca. Kami mohon maaf apabila ada kesalahan ejaan dalam
penulisan kata dan kalimat yang kurang jelas, dimengerti, dan lugas. Kami sangat
mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Sekian penutup dari kami semoga dapat diterima di hati dan kami ucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya.

12
DAFTAR PUSTAKA

Bertens, K. (1995). Sejarah Filsafat Yunani: dari Thales ke Aristoteles. Yogyakarta: Kanisius.
Dharmawan, Y. P. (2014). Public Speaking. Tanggerang: Universitas Terbuka.
Effendy, O. U. (1986). Dinamika Komunikasi. Bandung: Remaja Karya.
Mustansyir, R. (1995). Filsafat Analitik: Sejarah. Perkembangan, dan Peranan Para Tokoh.
RajaGrafindo Persada.
Rakhmat, J. (1992). RETORIKA MODERN: PENDEKATAN PRAKTIS. Bandung : Remaja
Rosdakarya.
Sulanjari, Y. (2010). RETORIKA: SENI BERBICARA UNTUK SEMUA. Yogyakarta: Siasat
Pustaka.
Syamsuddin, M. M. (2014). Ruang Lingkup Retorika. 1-39.
Wulandari, T. A. (2017, November 5). Retorika. Diambil kembali dari UNIKOM repository:
https://repository.unikom.ac.id/id/eprint/5922

13

Anda mungkin juga menyukai