Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

RETORIKA

“SEJARAH DAN PERKEMBANGAN RETORIKA”

DISUSUN OLEH :

ADE ERDIN (1921402006)

BIMBINGAN PENYULUHAN ISLAM


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM YPIQ
BAUBAU
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberi
kesempatan serta ridho-Nya sehingga penulisan makalah ini berjalan dengan
lancar. Penulisan makalah ini bertujuan untuk menunaikan tugas mata kuliah Ilmu
Retorika.
Kami sebagai tim penyusun menyatakan bahwa makalah ini sangat penting
dan perlu untuk mahasiswa pelajari. Materi makalah ini dapat digunakan pembaca
maupun mahasiswa untuk belajar secara mandiri mengenai Sejarah retorika dari
masa ke masa. Atas dasar kebutuhan dan materi yang kami emban, maka judul
makalah ini ialah “Sejarah dan Perkembangan Retorika”.
Kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak dan sumber yang
telah mendukung kesuksesan dari penyusunan hingga selesainya penulisan
makalah ini. Mengingat penyajian materi yang masih dirasa kurang lengkap, maka
kami mengharapkan kritik dan saran.

Baubau, 11 Oktober 2019

Penyusun.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i


DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1


A. Latar Belakang ............................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan ........................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 3


A. Pengertian Retorika ....................................................................................... 3
B. Sejarah dan Perkembangan Retorika Dari Zaman Klasik Sampai Sekarang 5
C. Sejarah dan Perkembangan Retorika di Indonesia ........................................ 9

BAB III PENUTUP .............................................................................................. 11


A. Kesimpulan .................................................................................................. 11
B. Saran ............................................................................................................ 11

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

“Hanya orang yang pandai bicara adalah sungguh-sungguh manusia”, kata


Quintilianus seorang ahli retorika Romawi. Apa yang dikatakan Quintilianus ini
tidaklah berlebihan, karena memang dengan berbicara kualitas seseorang dapat
dinilai. Orang yang tutur katanya teratur, jelas dan mudah dimengerti
menunjukkan jalan pikirannya yang jernih dan teratur. Sebaliknya orang yang
suka berbicara berbelit-belit atau tidak dapat mengungkapkan hal yang
dimaksudnya, menunjukkan jalan pikiran yang kacau pula.
Banyak orang dikagumi karena kemampuan bicaranya. Mantan presiden pertama
RI salah satunya. Ir. Soekarno (alm) terkenal sebagai orator yang ulung.
Kemampuan merangkai kata membuat siapa saja akan terpesona dan tidak ingin
melewatkan setiap kata yang diucapkannya. Kepiawaian beliau dikenal tidak di
Indonesia saja, bahkan seluruh dunia mengakuinya. Sebagai penghargaan
terhadap kemampuan pidatonya, setiap tanggal 1 Juni diperingati sebagai hari
pidato Bung Karno. Kemampuan yang dimilikinya adalah ilmu retorika. Retorika
dakwah Islam berkembang berjalan seiring dengan perkernbangan dakwah Islam.
Aktifitas dakwah sendiri sudah ada sejak adanya Islam karena memang Islam
adalah agama dakwah, yaitu agama yang memberikan nasihat untuk
membenarkan dan mengimani apa yang difirmankan Allah SWT serta
membenarkan dan melaksanakan perintah yang dikatakan nabi-nabi Allah, juga
nasihat untuk orang banyak agar saling tolong menolong serta saling
mengingatkan.
Dalam merealisasikan fungsinya Islam sebagai agama dakwah, Allah
mengutus nabi dan rasul-Nya sebagai orator-orator yang akan mengatur,
membimbing dan mengajak semua yang ada di muka bumi untuk taat dan takut
pada Allah. Dakwah tersebut dimulai dari Nabi Adam AS hingga kurun sekarang
ini. Supaya berhasil dalam aktifitas dakwahnya, para nabi dan rasul dibekali Allah
dengan ilmu yang tidak bisa terlepas dari aktifitas dakwah tersebut, yaitu ilmu
Retorika. Hal ini bertujuan agar agama Islam dapat disiarkan dengan benar dan
tanpa ada unsur paksaan. Retorika pada dakwah belum begitu nampak, karena
pada waktu itu dakwah dalam lingkup keluarga. Retorika dakwah baru
berkembang dan mulai menampakkan perannya sejak masa Nabi Nuh dakwah
yang dilakukan tidak hanya ditujukan keluarganya saja, melainkan juga untuk
umatnya.
Pada makalah ini akan membahas lebih lanjut tentang pengertian retorika,
sejarah retorika dan perkembangan retorika dari zaman klasik sampai zaman
modern.

1
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas penulis menemukan beberapa masalah


yang dirumuskan sebagai berikut :

1. Apa pengertian retorika ?


2. Bagaimana sejarah dan perkembangan retorika dari zaman klasik sampai
sekarang?
3. Bagaimana sejarah dan perkembangan retorika di Indonesia?

C. Tujuan Penulisan

Penulisan makalah ini tentunya memiliki maksud dan tujuan tertentu,


adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk memenuhi beban tugas mata kuliah retorika;


2. Sebagai media pembelajaran dalam mata kuliah retorika;
3. Untuk mengetahui pengertian retorika;
4. Untuk mengetahui sejarah dan perkembangan retorika.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Retorika

Retorika berasal dari bahasa Inggris “rhetoric” dan bersumber dari


perkataan Latin “rhetorica” yang berarti ilmu bicara. Retorika sebagai suatu ilmu
memiliki sifat- sifat rasional, empiris, umum dan akumu-latif (Harsoyo dalam
Susanto, 1988:73-74).Rasional, apa yang disampaikan oleh seorang pembicara
harus tersusun secara sistematis dan logis. Empiris berarti menyajikan fakta-fakta
yang dapat diverifikasi oleh pancaindra. Umum artinya kebenaran yang
disampaikan tidak bersifat rahasia dan tidak dirahasiakankarena memiliki nilai
sosial. Akumulatif merupakan perkembangan dari ilmu yang sudah ada
sebelumnya, yaitu penggunaan bahasa secara lisan maupun tulisan.
Retorika secara sistematis dan metodologis telah dipelajari, diteliti, dan
dipraktekkan oleh Sokrates dan penerusnya. Ada juga yang memberi pengertian
retorika sebagai seni penggunaan bahasa yang efektif. Yang lain mengatakan
retorika sebagai public speaking atau berbicara di depan umum.
Pengertian retorika secara sempit adalah hanya mengenai bicara, sedang secara
luas tentang penggunaan bahasa lisan dan tulisan.[1]
Menurut Sunarjo(1983:49-52) Retorika dapat diartikan sebagai seni
berpidato atau mengarang/membuat naskah dengan baik. Dalam Webster's World
College Dictionary disebutkan bahwa retorika adalah "the art of speaking or
writing with correctness, clearness and strength", yakni seni berpidato atau
mengarang dengan benar, teliti, jelas, dan kuat. Retorika juga diartikan sebagai
kesenian untuk berbicara baik, yang dicapai berdasarkan bakat alam (talenta) dan
keterampilan teknis (arts, techne). Seni dan kepandaian berbicara dibutuhkan
dalarn banyak medan kehidupan manusia dalam hubungannya dengan lain. Mulai
dari seorang pengacara, jaksa, hakim, pedagang sampai kepada negawaran,
semuanya membutuhkan retorika. Dewasa ini retorika diartikan sebagai kesenian
untuk berbicara baik, yang dipergunakan dalam proses komunikasi antar manusia.
Kesenian berbicara ini bukan hanya berarti lancar tanpa jalan pikiran yang jelas
dan tanpa isi, suatu kemampuan untuk berbicara dan berpidato jelas, padat dan
mengesankan.[2]
Pengertian retorika dapat dilihat dari tinjauan filosofis dan tinjauan
ilmu komunikasi.Secara filosofis, retorika dapat dirunut dari nilai-nilai yang
terkandung di dalamnya.Filsuf Aristoteles mempertegas bahwa emosi manusia
bervariasi dan ini dapat digunakan oleh seorang orator atau pembicara
untuk mempengaruhi audiensnya. Aristoteles memberikan pengertian bahwa
retorika sebagai seni yang memiliki nilai-nilai tertentu. Nilai itu adalah kebenaran
dan keadilan yang mempunyai kekuasaan dan kekuatan dalam masyarakat. Bagi
Aristoteles, retorika memiliki beberapa fungsi, yaitu pengetahuan yang mendalam
tentang retorika dan latihan-latihan yang dilakukan bisa mencegah retorika.

3
digunakan sebagai alat penipuan retorika sangat berguna sebagai sarana untuk
menyampaikan instruksi. retorika sama halnya dengan dialektik yang dapat
memaksa orang untuk berpikir dan mengajukan pertanyaan.
Dalam ilmu komunikasi, retorika dan public speaking tidak terlalu dibedakan
pengertiannya. Beberapa pendapat dikemukakan sebagai berikut.

1. Publik speaking atau retorika adalah suatu komunikasi tempat komunikator


berhadapan langsung dengan massa atau berhadapan dengan komunikan
atau audiens. Public speakingatau retorika dibedakan dengan komunikasi
massa. Alasannya komunikasi massa adalah jenis komunikasi yang
menggunakan media massa, sedang public speaking atau retorika adalah
komunikasi langsung dengan massa.
2. Public speaking atau retorika digolongkan pada komunikasi massa.
Alasannya bahwa public speaking atau retorika harus dibedakan dengan
pidato-pidato lain. Public speaking adalah bentuk komunikasi berupa
pembicaraan yangd iucapkan seseorang di depan orang banyak atau massa
mengenai sesuatu masalah sosial. Public speaking atau retorika mempunyai
ciri-ciri khusus, yakni public speaking harus diucapkan di depan orang
banyak atau massa yang menjadi topik dalam pembicaraan adalah
menyangkut orang banyak, menyangkut masalah sosial. Public speaking
atau retorika tidak mungkin membicarakan masalah perorangan kecuali
masalah tersebut menyangkut orang banyak. Pada dasarnya, terdapat
perbedaan antara pidato-pidato yang diucapkan di depan kelompok kecil
atau kelompok yang terbatas dengan public speaking atau retorika. Pidato
di depan kelompok kecil/terbatas sudah mempunyai nama sendiri-sendiri,
misalnya ceramah, kuliah,briefing,dan sebagainya.
3. Tujuan public speaking atau retorika digunakan untuk menyadarkan dan
mem-bangkitkan orang banyak atau mengenai masalah sosial sehingga
tidak perlu igunakan suatu uraian ilmiah rasional.Tujuan retorika terutama
berusaha mem-pengaruhi audiens atau komunikan. Yang perlu diperhatikan
ialah retorika merupakan teknik pemakaian bahasa secara efektif yang
berarti keterampilan atau kemahiran dalam memilih kata-kata yang dapat
mempengaruhi komunikan sesuai dengan kondisi dan situasi komunikan
tersebut.
4. Retorika dan pidato dibedakan sebagai berikut. Pertama, retorika
diidentikkan dengan public speaking,yakni salah satu bentuk komunikasi
dengan audiens yang cukup banyak, bahkan ada yang menggolongkan
retorika sebagai komunikasi massa. Kedua, pidato dapat terjadi dalam suatu
group communication (komunikasi kelompok kecil misal nyaceramah
dalam kelas) atau large group communication( komunikasi kelompokyang
cukup besar, misalnya pada waktu seseorang memberi informasi sebelum
ada pertunjukan sandiwara di alun-alun). Ketiga, retorika dan seni pidato
tidak ada perbedaan yang mendasar.Pengertian retorika pun berkembang

4
sesuai dengan zamannya. Pengertian retorika dewasa ini mencakup
beberapa hal (Aly, 1994: 5), yaitu: prinsip-prinsip mengenai komposisi
yang persuasif dan efektif serta ketrampilan yang harus dimiliki oleh
seorang ahli pidato (orator); prinsip-prinsip mengenai komposisi prosa pada
umumnya (secara lisan atau tertulis dan fiktif atau ilmiah) kumpulan ajaran
teoretis mengenai seni komposisi verbal (prosa atau puisi) beserta cara-cara
yang dipergunakan dalam prosa atau puisi. Menurut orator Richard
Crable,retorika bisa dipandang sebagai suatu yangbombastis, suatu
konotasi ketidakjujuran,retorika dapat diperluas dalam ‘teks
book’mengenai penggunaan bahasa dan komposisi,dipandang sebagai seni
dan atau ilmu pengetahuan pemakaian bahasa untukmempengaruhi orang
lain. Sementara itu,Hendrikus (2000:14)[3] memberi pengertian sebagai
berikut.
a. Retorika sebagai kesenian untuk berbicara baik yang dipergunakan
dalam proses komunikasi antar manusia.Kesenian berbicara baik ini
bukan berarti berbicara lancar tanpa pikiran yang jelas dan berisi
melainkan kemampuan untuk berbicara dan berpidato secara
singkat,jelas, padat, dan mengesankan.
b. Retorika modern adalah gabungan yang serasi antara pengetahuan,
pikiran,kesenian, dan kesanggupan berbicara. Retorika modern
mencakup ingatan yang kuat, daya kreasi dan fantasi yang tinggi,
teknik pengungkapan yang tepat,dan daya pembuktian serta penilaian
yang tepat.
c. Dalam bahasa percakapan atau popular, retorika berarti pada tempat
yangtepat, atas cara yang lebih efektif, mengucapkan kata-kata yang
tepat, benar, dan mengesankan. Artinya, orang harus dapat berbicara
jelas, singkat, dan efektif. Jelas supaya mudah dimengerti, singkat
untuk menghemat waktu, dan efektif memiliki pengaruh atau efek pada
khalayak.

B. Sejarah dan Perkembangan Retorika Dari Zaman Klasik Sampai


Sekarang

Ilmu retorika pertama kali dikembangkan di Yunani. Saat itu kepandaian


berbicara di sebut techne rhetorike yang berarti ilmu tentang seni berbicara.
Berikut akan diuraikan perkembangan ilmu retorika sejak zaman yunani kuno
hingga saat ini dan perkembangan retorika di Indonesia.

1. Zaman Yunani Kuno


Sejak abad ke- 7 sampai ke- 5 sebelum Masehi ilmu retorika telah dikenal
di Yunani. Telah banyak ahli-ahli pidato saat itu. Alhi-ahli yang dicatat sejarah
saat itu diantaranya Solon (640-560); Peisistratos (600-527); Thenustokles (525-

5
460). Perikles (500-429). Karena kemahirannya berpidato penggemarnya
mengatakan bahwa dewi-dewi seni berbicara yang memiliki daya tarik memukau
dan bertahta di atas lidahnya.
Pada mulanya para ahli pidato di Yunani hanya berbicara dalam ruang
persidangan. Tetapi setelah memperhatikan bahwa kepandaian berbicara berguna
untuk memimpin negara, maka orang mulai menyusunnya dan disebut retorika,
sehingga mudah dipelajari. Usaha ini dijalankan pertama-tama di daerah koloni
Yunani di Sisilia dimana kebebasan berbicara mulai djunjung tinggi. Usaha yang
sama juga dikembangkan di kota Athena dan di seluruh kerajaan Yunani. Sejak
abad ke-5 mulai didirikan sekolah-sekolah retorika di wilayah-wilayah yang
berkebudayaan helenistis. Retorika menjadi salah satu bidang ilmu yang diajarkan
kepada generasi muda yang dipersiapkan untuk memimpin negara. Retorika pada
abad ini menjadi salah satu bidang ilmu yang menyaingi filsafat. Beberapa ahli
pidato muncul saat itu diantaranya Gorgias (485-380); Protagoras (480-410) dan
Thrasymchus (300-200). Selain itu muncul juga ahli pidato lain yang terkenal
seperti Socrates.
Menurut Socrates retorika adalah seni untuk membawakan dan
menyampaikan pengetahuan yang sudah ada secara meyakinkan. Retorika harus
menyampaikan kebenaran bukan kata-kata kosong. Pendapat ini dilanjutkan
muridnya yang sangat terkenal Aristoteles. Aristoteles menulis buku yang
berjudul “rhetoric”. Pada bagian awal bukunya ahli ini menekankan bahwa
retorika adalah suatu pokok persoalan atau subjek yang dapat digambarkan secara
sistematis seperti ilmu-ilmu lain. Melanjutkan perjuangan gurunya Aristoteles
menyatakan bahwa retorika menggariskan prinsip-prnsip filosofi ilmiah untuk
mempersuasikan kebenaran kepada pendengarnya. Setelah Yunani dikuasai
bangsa Makedonia dan Romawi, maka berakhirlah masa kejayaan ilmu retorika
Yunani Kuno. Retorika hanya merupakan ilmu yang dipelajari di bangku sekolah.

2. Zaman Romawi Kuno


Setelah kerajaan Romawi menguasai Yunani terjadilah kontak antara
kaum cendekiawan Romawi dan Yunani. Orang-orang Romawi mempelajari
kebudayaan bangsa Yunani terutama ilmu kepandaian berbicara. Ilmu retorika
mulai diberikan di sekolah-sekolah. Apabila ada murid yang berbakat berpidato,
setelah mereka dibekali pengetahuan teoretis tentang retorika, mereka disuruh
mengunjungi tempat-tempat pengadilan, mereka menyaksikan pidato dibawakan
di pengadilan dan di depan publik. Berdasarkan pengalaman praktis itu, para
murid melengkapi petunjuk yang diberikan gurunya disekolah.
Terdapat ahli-ahli pidato terkenal di Romawi saat itu, diantaranya Cato
Senior (234-149) yang terkenal lewat pidatonya yang berjudul “Carthago
delegenda est” yang mengajar rakyat Romawi membinasakan kota Cartago di
Afrika Utara. Ahli pidato lainnya adalah Marcus Tullius Cicero (106-44). Cicero
menulis mengenai teori pidato, yang sampai saat ini masih digunakan.

6
Ahli pidato lainnya yaitu Gaius Junius Caesar (100-44). Caesar terkenal
sebagai seorang diktator. Ia seorang yang pandai berpidato dan berperang.
Selanjutnya ada Quintilianus (35-100) yang merupakan seorang guru retorika.
Tahun 1970 Quntilianus menerima pengakuan resmi dari Kaisar Vespasianus
sebagai profesor resmi ilmu retorika. Ia berkecimpung selama kurang lebih 20
tahun dan telah menulis 12 buku sebagai pengantar ilmu retorika.

3. Abad Pertengahan
Abad ini ditandai dengan wejangan-wejangan religius seperti
khobah. Tersebutlah seorang yang bernama Yesus dari Nazaret yang hidup
sekitar tahun 7 sebelum Masehi sampai 30 sesudah Masehi. Ia seorang pewarta
yang memiliki daya tarik dan daya sugesti yang mempesona. Dalam usaha
menyebarluaskan ajaran Yesus, para pengikutnya ikut mengembangkan kepadaian
berbicara lewat khotbah-khotbah yang dibawakannya. Paulus dari Tarsus (5-64M)
adalah seorang warga Romawi yang menguasai pengetahuan klasik dan
memperluas ajaran Yesus melalui khotbah-khotbahnya.
Pada abad-abad berikutnya ketika kristianisasi mulai meluas banyak
muncul pembicara terkenal yang mengembangkan ilmu kepandaian berbicara
melalui khotbah. Beberapa nama terkenal seperti Tertulianus (150-230),
Lactantius (260-320) yang digelari Ciceronya orang kristen, Victorianus, Aurelius
Agustinus (354-430) Hironimus (348-420), Yohanes (344-407) yang dijuluki
mulut emas. Menurut Yohanes seni berbicara adalah medium untuk merebut hati
pendengar dan mempengaruhi jiwanya.
Pada golongan muslim di daerah Timur muncul peradaban baru. Seorang
nabi menyampaikan firman Tuhan, “Berilah mereka nasihat dan berbicaralah
kepada mereka dengan pembicaraan menyentuh jiwa mereka”(Al-Quran 2:63).
Muhammad saw bersabda untuk memperteguh firman Tuhan tersebut,
“Sesungguhnya dalam kemampuan berbicara yang baik itu ada sihirnya”.
Beliau sendiri adalah seorang pembicara yang fasih dengan kata-kata yang
singkat dan mengandung makna yang padat. Para sahabat bercerita bahwa ucapan
beliau sering menyebabkan pendengar berguncang hatinya dan berlinangan air
matanya. Beliau tidak hanya menyentuh hati umatnya, tetapi menghimbau akal
para pengikutnya. Salah seorang sahabat yang paling dikasihi nabi Ali bin Abi
Thalib, mewarisi ilmnya dalam berbicara. Pada diri Ali bin Abi Thalib kefasihan
dan kenegarawanan bergabung kembali. Khotbah-khotbahnya dikumpulkan
dengan cermat oleh para pengikutnya dan diberi judul Nahjal-Balaghah(jalan
Balaghah). Balaghah menjadi disiplin ilmu yang menduduki status yang mulia
dalam peradaban islam. Kaum muslim menggunakan balaghah sebagai pengganti
retorika.

4. Zaman Renaisans dan Humanisme


Abad ke-14 dan 16 berkembanglah Renaisans di Italia. Sejalan dengan
perkembangan ini, muncul juga pemahaman baru terhadap zaman Romawi dan

7
Yunani kuno, sehingga ilmu retorika dikembangkan kembali. Karya-karya tulis
berkembang pesat. Ahli-ahli pidato membawakan ceramah dimana-mana,
menyiapkan pidato, menulis surat, mengadakan diskusi dan debat, mengajar anak-
anak sekolah tentang tekhnik berbicara dan menulis buku. Pada zaman ini juga
diterbitkan buku-buku mengenai ilmu retorika, dialektika, seni sastra, filsafat dan
pendidikan.
Para ahli yang terkenal di zaman ini diantaranya Poggio Bracciolini (1380-
1459) seorang philolog dan pengumpul karya tulis zaman kuno. Tokoh lainnya
Valla (1407-1457) seorang profesor retorika di kota Pavila yang berjasa
menghidupkan kembali peranan ilmu retorika seperti zaman kuno. Juga terdapat
ahli lain seperti Philip Melanchthon (1497-1560), Ulrich Von Hutten (1488-
1523), Ignatius (1491-1556), Pertrus Kanisius (1521-1597) dan Abraham (1644-
1709).

5. Zaman Modern
Negara-negara yang berjasa mengembangkan ilmu retorika pada zaman
modern adalah Perancis, Inggris, Amerika dan Jerman Barat. Berikut ini diuraikan
perkembangan di masing-masing negara tersebut.
a. Perancis
Gerakan humanisme melahirkan penyair-penyair, pengarang, moralis dan
pengkhotbah terkenal di Perancis. Sampai pada saat revolusi Perancis kepandaian
berbicara hanya berkembang di rumah-rumah biara. Setelah revolusi Perancis
ilmu retorika mulai meluas dan tersebar juga di kaum awam.
Tokoh tokoh terkenal dari Perancis diantaranya Miabeaus (1749-1791)
yang menguasai teknik berdebat, memiliki suara yang jelas dan mimik yang
menarik; pengungkapan yang tajam dan logis. Selain itu terdapat Napoleon
Bonaparte (1769-1821) seorang diktator yang memiliki banyak bakat dan
mengenal jiwa manusia secara teliti. Napoleon seorang ahli pidato yang luar biasa.
Selain Napoleon ada pula seorang Jendral yang bernama Charles de Gaulle(1890-
1970) ang mengangkat suara dari tempat pengasingannya di London untuk
mendorong rakyat Perancis supaya bertahan dalam tantangan. Ia adalah seorang
alhi pidato yang bersifat kepahlawanan. Saat itu Charles de Gaulle telah
memanfaatkan televisi sebagai media.
b. Inggris
Ketika di daratan Eropa khususnya di Jerman, orang berkecimpung dalam
bidang puisi dan filsafat, orang Inggris mempelajari ilmu retorika secara
sistematis dan mengembangkannya dengan karakter tersendiri. Sebagaimana
bangsa Romawi, bangsa Inggris yakin bahwa kata-kata yang diucapkan memiliki
data untuk mempengaruhi dan menguasai manusia. Oleh karena itu, ilmu retorika
dipergunakan dalam usaha memperluas kekuasaan kerajaan Inggris. Secara
alamiah orang Inggris adalah manusia pendiam, dalam arti bahasa dan gerak
motoris tubuhnya kurang dinamis. Para pemimpin Inggris mempelajari ilmu
retorika secara teliti dan melatih diri secara intensif dalam seni berbicara.

8
c. Amerika Serikat
Kira-kira dua ratus tahun yang lalu Amerika telah memiliki tradisi retoris.
Nenek moyang bangsa Amerika adalah orang-orang yang pandai berbicara. Tanpa
modal kepandaian berbicara ini, mereka tidak akan dapat mempersatukan bangsa
Amerika untuk membebaskan diri dari kekuasaan penjajahan Inggris.[4]

C. Sejarah dan Perkembangan Retorika di Indonesia

Sejarah perkembangan retorika di Indonesia tidak terlepas dari sejarah


Indonesia itu sendiri. Sejak abad ke-16 masa penjajahan Belanda terdapat tokoh-
tokoh retorika Indonesia yang menjadi delegasi-delegasi pada konferensi. Sebagai
wakil Indonesia tentu saja delegasi itu memiliki kemampuan berunding. Disitulah
ilmu retorika terpakai.
Perkembangan retorika saat ini bukan hanya sedekar alat atau sarana komunikasi
agar sampai pada arah dan maksud tujuan, namun ilmu yang dikembangkan oleh
filsuf terkenal dimasa Yunani kuno ini telah menjadi tuntutan profesi syarat utama
kepemimpinan dan bahkan menjadi sebuah profesi tunggal seperti jubir (juru
bicara), moderator, pembawa acara, dan sebagainya. Bila ditelaah dengan budaya
kebangsaan kita, kebesaran negara ini juga diisi oleh orang yang memahami ilmu
Retorika ini seperti tokoh-tokoh kemerdekaan, tokoh-tokoh kependidikan, dan
tokoh-tokoh pengisi kemerdekaan.
Tercatat beberapa tokoh yang terkenal dengan kemampuan berbahasanya.
Tokoh itu antara lain H. Agus Salim yang berasal dari Sumatera Barat. H.Agus
Salim adalah manusia yang serba bisa, penerjemah, ahli syiar, sastrawan,
diplomat, filsuf dan ulama. Agus Salim dikenal di kalangan cendikiawan luar
negeri sebagai jenius di bidang bahasa yang mampu menulis dan berbicara dalam
banyak bahasa asing. Meskipun beliau mahir berbahasa asing, Agus Salim justru
menunjukkan kecintaannya terhadap bahasa Indonesia di sidang Dewan rakyat
(volksraad) sehingga menggegerkan Belanda.
Ahli pidato Indonesia yang sangat terkenal adalah seperti yang diungkapkan
dalam awal tulisan ini yaitu Ir. Soekarno. Ir. Soekarno di kenal di seluruh dunia.
Memang suatu anugrah Tuhan kepada beliau. Kemampuan pidato yang luar biasa
dimilikinya. Suasan hening tercipta karena orang tidak ingin melewatkan setiap
yang diucapkannya. Ketika berpidato Bung Karno tidak pernah membaca naskah.
Pidato beliau bisa membuat pendengarnya terpengaruh dan terbiasa mengikuti apa
yang beliau sampaikan. Salah satu pidato beliau yang terkenal yang berjudul
“nawaksara”.
Ahli retorika Indonesia yang lainnya adalah Buya HAMKA (1908-1981). Seorang
ulama, aktivis politik dan seorang penulis terkenal. Kemampuan menulis yang
didapatnya secara otodidak telah mengharumkan namnya sampai ke dunia
internasional. Otodidaknya tidak saja di bidang tulis menulis, tetapi juga di
berbagai ilmu seperti filsafat, sastra, sejarah, sosial dan politik. Kelebihan lain
yang dimiliki adalah mahir berbahasa Arab. Selain itu beliau juga mahir

9
berpidato. Untuk mengasah kemampuan pidato beliau bertukar pikiran dengan
HOS Cokroaminoto, Raden Mas Suryoparonoto.
Seorang orator yang terkenal dengan ketajaman kata-katanya adalah Bung
Tomo (1920-1981). Pahlawan asal Surabaya ini membangkitkan semangat rakyat
Surabaya yang diserang habis-habisan oleh tentara NICA. Sutomo dikenal karena
seruan-seruan pembukanya dalam siaran radio yang berapi-api. Tahun 1970 ia
kembali berbeda pendapat dengan pemerintahan orde baru. Ia berbicara keras
terhadap pemerintahan Soeharto. Akhirnya ia ditahan karena kritiknya yang pedas
itu.
Cikal bakal ilmu komunkasi di Indonesia saat ini adalah ilmu retorika.
Retorika telah diajarkan di perguran tinggi. Bahkan saat ini telah ada jurusan ilmu
komunikasi. Selain perkembangannya sebagai ilmu komunikasi, retorika juga
diajarkan di pesantren-pesantren. Telah banyak pesantren di Indonesia yang
mencetak pendakwah terkenal yang mempunyai banyak massa. Di pesantren itu
dipelajari latihan berpidato atau memberi khotbah. Ustad yang terkenal dengan
dakwahnya yang menyentuh antara lain Abdullah Gymnastiar, KH. Zainuddin
MZ, Yusuf Masyur, dan lain-lain.[5]

10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Retorika berasal dari bahasa Inggris “rhetoric” dan bersumber dari


perkataan Latin “rhetorica” yang berarti ilmu bicara. Retorika diartikan sebagai
seni berpidato atau mengarang/membuat naskah dengan baik. Retorika juga
diartikan sebagai kesenian untuk berbicara baik, yang dicapai berdasarkan bakat
alam (talenta) dan keterampilan teknis (arts, techne).
Untuk memperoleh gambaran tentang Retorika Dakwah yang efisien dan
efektif seorang muballigh haruslah mengenal mempelajari ilmu-ilmu pembantu
da'wah, diantaranya adalah ilmu retorika yang merupakan studi pendekatan
da'wah dalam upaya mencari bentuk alternatif methode da'wah. Pengenalan
retorika dalam da'wah merupakan keharusan seorang muballigh sebagai obyek
penelaahan methode da'wah wal mau'idhatil hasanati wa jaadilhum hiya ahsan
dalam korelasinya secara menyeluruh dan sesuai dengan tujuan. Retorika
merupakan applikasi dari keseluruhan methode billisan yang dapat dijadikan
fenomena yang kongkrit dari telaah materi. Dengan demikian besar retorika
sebagai pengantar media da'wah maupun media lainya untuk mencari dukungan
atau kesamaan pendapat komunikator dengan komunikan sebagai saran da'wah.

B. Saran

Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan di atas penulis dapat


mengemukakan saran agar pentingnya kita sebagai mahasiswa mengetahui sejarah
perkembangan retorikan dan juga mempelajari cabang ilmu di dalamnya agar kita
mampu berkomunikasi dan juga menyampaikan suatu ilmu dengan baik kepada
khalayak atau lawan bicara.

11
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, 2016. Retorika Dakwah.


file:///C:/e:JOURNAL/ABDULLAH%2520RETORIKA%2520DAN%2520
DAKWAH%2520ISLAM.pdf (diunduh pada Kamis, 13 Oktober 2019
pukul 22.35)
Ananda, Ailen Rosa, 2011. Retorika dari Masa ke Masa
http://ailenrossananda.blogspot.co.id/2011/07/retorika-dari-masa-ke-
masa.html (diunduh pada Kamis, 27 Oktober 2016 pukul 22.35)
Moede,Nogarsyah, Buku Pintar dakwah, 2002. Ladang Pustaka.Jakarta.
Rahmat, Jalaluddin, Retorika Modern, 1996. Rosdakarya.Bandung

[1] Jalaluddin Rahmat, Retorika Modem, (Bandung: Rosdakarya 1996), hlm 12


[2] Ir. Nogarsyah Moede, Buku Pintar dakwah, (Jakarta: Ladang Pustaka 2002)
hlm 38
[3] file:///C:/e:JOURNAL/ABDULLAH%2520RETORIKA%2520DAN%2520D
AKWAH%2520ISLAM.pdf (diunduh pada Kamis, 27 Oktober 2016 pukul 22.35)
[4] http://ailenrossananda.blogspot.co.id/2011/07/retorika-dari-masa-ke-
masa.html (diunduh pada Kamis, 27 Oktober 2016 pukul 22.35)
[5] Jalaluddin Rahmat, Retorika Modem, (Bandung: Rosdakarya 1996), hlm 16

Anda mungkin juga menyukai