Anda di halaman 1dari 17

SEJARAH PERKEMBANGAN RETORIKA

Makalah

Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Retorika Dakwah

Dosen Pembimbing

H. HASBU MARZUKI, M.Pd.

Oleh:

RICKY WIJAYA KUSUMA


AZZAMAKHSYARI ATBA
PAULY DEMANDA

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM (TARBIYAH)


DAN HUKUM KELUARGA (SYARIAH)
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM DARUNNAJAH
AJARAN 2019 / 2020

i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT Tuhan semesta alam yang telah
memberikan nikamat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga saya dapat
menyusun tugas penulisan makalah ini tanpa adanya suatu halangan yang sangat
berarti.

Shalawat serta salam semoga selalu terlimpah curahkan kepada Nabi besar
kita, Rasulullah SAW, yakni Nabi Muhammad SAW. Yang telah membawa
umatnya dari zaman jahiliah sampai zaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan
seperti saat ini.

Kami selaku penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan dan pembuatan


makalah ini pastinya masih banyak terjadinya kekurangan dan kesalahan. Oleh
karena itu, kami sangat mengharapkan kritikan dan masukan dari para pembaca
umumnya, dan dari dosen yang bersangkutan khususnya, agar dalam pembuatan
makalah yang selanjutnya dapat menjadi lebih baik dari sebelumnya.

Akhirnya, kami ucapkan banyak terima kasih kepada para pembaca yang
telah berkenan membaca dan menelaah serta memahami sekaligus mengoreksi hasil
tulisan ini. Semoga apa yang tertulis di dalam makalah ini dapat bermanfaat dalam
kehidupan kita sehari-hari.

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .............................................................................................................. ii
BAB I .................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN ................................................................................................................... 4
A. Latar Belakang ......................................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah .................................................................................................. 5
C. Tujuan Penulisan ..................................................................................................... 5
BAB II ................................................................................................................................... 6
PEMBAHASAN ..................................................................................................................... 6
A. Pengertian Retorika ................................................................................................ 6
B. Sejarah dan Perkembangan Retorika Dari Zaman Klasik Sampai Sekarang
...................................................................................................................................... 10
Zaman Yunani Kuno .................................................................................................. 10
Zaman Romawi Kuno ................................................................................................ 11
Abad Pertengahan .................................................................................................... 12
Zaman Renaisans dan Humanisme ........................................................................... 13
Zaman Modern ......................................................................................................... 13
BAB III ................................................................................................................................ 16
Kesimpulan ................................................................................................................... 16
Daftar Pustaka................................................................................................................... 17

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

“Hanya orang yang pandai bicara adalah sungguh-sungguh manusia”, kata


Quintilianus seorang ahli retorika Romawi. Apa yang dikatakan Quintilianus ini
tidaklah berlebihan, karena memang dengan berbicara kualitas seseorang dapat
dinilai. Orang yang tutur katanya teratur, jelas dan mudah dimengerti menunjukkan
jalan pikirannya yang jernih dan teratur. Sebaliknya orang yang suka berbicara
berbelit-belit atau tidak dapat mengungkapkan hal yang dimaksudnya,
menunjukkan jalan pikiran yang kacau pula.
Banyak orang dikagumi karena kemampuan bicaranya. Mantan presiden pertama
RI salah satunya. Ir. Soekarno (alm) terkenal sebagai orator yang ulung.
Kemampuan merangkai kata membuat siapa saja akan terpesona dan tidak ingin
melewatkan setiap kata yang diucapkannya. Kepiawaian beliau dikenal tidak di
Indonesia saja, bahkan seluruh dunia mengakuinya. Sebagai penghargaan terhadap
kemampuan pidatonya, setiap tanggal 1 Juni diperingati sebagai hari pidato Bung
Karno. Kemampuan yang dimilikinya adalah ilmu retorika. Retorika dakwah Islam
berkembang berjalan seiring dengan perkernbangan dakwah Islam. Aktifitas
dakwah sendiri sudah ada sejak adanya Islam karena memang Islam adalah agama
dakwah, yaitu agama yang memberikan nasihat untuk membenarkan dan
mengimani apa yang difirmankan Allah SWT serta membenarkan dan
melaksanakan perintah yang dikatakan nabi-nabi Allah, juga nasihat untuk orang
banyak agar saling tolong menolong serta saling mengingatkan.
Dalam merealisasikan fungsinya Islam sebagai agama dakwah, Allah
mengutus nabi dan rasul-Nya sebagai orator-orator yang akan mengatur,
membimbing dan mengajak semua yang ada di muka bumi untuk taat dan takut
pada Allah. Dakwah tersebut dimulai dari Nabi Adam AS hingga kurun sekarang
ini. Supaya berhasil dalam aktifitas dakwahnya, para nabi dan rasul dibekali Allah

4
dengan ilmu yang tidak bisa terlepas dari aktifitas dakwah tersebut, yaitu ilmu
Retorika. Hal ini bertujuan agar agama Islam dapat disiarkan dengan benar dan
tanpa ada unsur paksaan. Retorika pada dakwah belum begitu nampak, karena pada
waktu itu dakwah dalam lingkup keluarga. Retorika dakwah baru berkembang dan
mulai menampakkan perannya sejak masa Nabi Nuh dakwah yang dilakukan tidak
hanya ditujukan keluarganya saja, melainkan juga untuk umatnya.
Pada makalah ini akan membahas lebih lanjut tentang pengertian retorika,
sejarah retorika dan perkembangan retorika dari zaman klasik sampai zaman
modern.

B. Rumusan Masalah
Berdasar dari latar belakang diatas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut
:
1. Apa pengertian retorika ?
2. Bagaimana sejarah dan perkembangan retorika dari zaman klasik sampai
sekarang?
3. Bagaimana sejarah dan perkembangan retorika di Indonesia?

C. Tujuan Penulisan

1. Memahami pengertian retorika


2. Mengerti bagaimana sejarah dan perkembangan retorika dari zaman klasik
sampai sekarang
3. Menetahui bagaimana sejarah dan perkembangan retorika di Indonesia

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Retorika
Retorika berasal dari bahasa Inggris “rhetoric” dan bersumber dari
perkataan Latin “rhetorica” yang berarti ilmu bicara. Retorika sebagai suatu ilmu
memiliki sifat- sifat rasional, empiris, umum dan akumu-latif (Harsoyo dalam
Susanto, 1988:73-74). Rasional, apa yang disampaikan oleh seorang pembicara
harus tersusun secara sistematis dan logis. Empiris berarti menyajikan fakta-fakta
yang dapat diverifikasi oleh pancaindra. Umum artinya kebenaran yang
disampaikan tidak bersifat rahasia dan tidak dirahasiakan karena memiliki nilai
sosial. Akumulatif merupakan perkembangan dari ilmu yang sudah ada
sebelumnya, yaitu penggunaan bahasa secara lisan maupun tulisan. Retorika secara
sistematis dan metodologis telah dipelajari, diteliti, dan dipraktekkan oleh Sokrates
dan penerusnya. Ada juga yang memberi pengertian retorika sebagai seni
penggunaan bahasa yang efektif. Yang lain mengatakan retorika sebagai public
speaking atau berbicara di depan umum. Pengertian retorika secara sempit adalah
hanya mengenai bicara, sedang secara luas tentang penggunaan bahasa lisan dan
tulisan.1
Menurut Sunarjo(1983:49-52) Retorika dapat diartikan sebagai seni
berpidato atau mengarang/membuat naskah dengan baik. Dalam Webster's World
College Dictionary disebutkan bahwa retorika adalah "the art of speaking or
writing with correctness, clearness and strength", yakni seni berpidato atau
mengarang dengan benar, teliti, jelas, dan kuat. Retorika juga diartikan sebagai
kesenian untuk berbicara baik, yang dicapai berdasarkan bakat alam (talenta) dan
keterampilan teknis (arts, techne). Seni dan kepandaian berbicara dibutuhkan dalarn
banyak medan kehidupan manusia dalam hubungannya dengan lain. Mulai dari

1 http://ailenrossananda.blogspot.co.id/2011/07/retorika-dari-masa-ke-masa.html (diunduh pada Kamis, 27


Oktober 2016 pukul 22.35)

6
seorang pengacara, jaksa, hakim, pedagang sampai kepada negawaran, semuanya
membutuhkan retorika. Dewasa ini retorika diartikan sebagai kesenian untuk
berbicara baik, yang dipergunakan dalam proses komunikasi antar manusia.
Kesenian berbicara ini bukan hanya berarti lancar tanpa jalan pikiran yang jelas dan
tanpa isi, suatu kemampuan untuk berbicara dan berpidato jelas, padat dan
mengesankan.2
Pengertian retorika dapat dilihat dari tinjauan filosofis dan tinjauan ilmu
komunikasi.Secara filosofis, retorika dapat dirunut dari nilai-nilai yang terkandung
di dalamnya.Filsuf Aristoteles mempertegas bahwa emosi manusia bervariasi dan
ini dapat digunakan oleh seorang orator atau pembicara untuk mempengaruhi
audiensnya. Aristoteles memberikan pengertian bahwa retorika sebagai seni yang
memiliki nilai-nilai tertentu. Nilai itu adalah kebenaran dan keadilan yang
mempunyai kekuasaan dan kekuatan dalam masyarakat. Bagi Aristoteles, retorika
memiliki beberapa fungsi, yaitu pengetahuan yang mendalam tentang retorika dan
latihan-latihan yang dilakukan bisa mencegah retorika. digunakan sebagai alat
penipuan retorika sangat berguna sebagai sarana untuk menyampaikan instruksi.
retorika sama halnya dengan dialektik yang dapat memaksa orang untuk berpikir
dan mengajukan pertanyaan.
Dalam ilmu komunikasi, retorika dan public speaking tidak terlalu dibedakan
pengertiannya. Beberapa pendapat dikemukakan sebagai berikut.
a. Public speaking atau retorika adalah suatu komunikasi tempat komunikator
berhadapan langsung dengan massa atau berhadapan dengan komunikan
atau audiens. Public speakingatau retorika dibedakan dengan komunikasi
massa. Alasannya komunikasi massa adalah jenis komunikasi yang
menggunakan media massa, sedang public speaking atau retorika adalah
komunikasi langsung dengan massa.
b. Public speaking atau retorika digolongkan pada komunikasi massa.
Alasannya bahwa public speaking atau retorika harus dibedakan dengan

2 file:///C:/e:JOURNAL/ABDULLAH%2520RETORIKA%2520DAN%2520DAKWAH%2520ISLAM.pdf
(diunduh pada Kamis, 27 Oktober 2016 pukul 22.35)

7
pidato-pidato lain. Public speaking adalah bentuk komunikasi berupa
pembicaraan yangd iucapkan seseorang di depan orang banyak atau massa
mengenai sesuatu masalah sosial. Public speaking atau retorika mempunyai
ciri-ciri khusus, yakni public speaking harus diucapkan di depan orang
banyak atau massa yang menjadi topik dalam pembicaraan adalah
menyangkut orang banyak, menyangkut masalah sosial. Public speaking
atau retorika tidak mungkin membicarakan masalah perorangan kecuali
masalah tersebut menyangkut orang banyak. Pada dasarnya, terdapat
perbedaan antara pidato-pidato yang diucapkan di depan kelompok kecil
atau kelompok yang terbatas dengan public speaking atau retorika. Pidato
di depan kelompok kecil/terbatas sudah mempunyai nama sendiri-sendiri,
misalnya ceramah, kuliah,briefing,dan sebagainya.
c. Tujuan public speaking atau retorika digunakan untuk menyadarkan dan
mem-bangkitkan orang banyak atau mengenai masalah sosial sehingga
tidak perlu igunakan suatu uraian ilmiah rasional.Tujuan retorika terutama
berusaha mem-pengaruhi audiens atau komunikan. Yang perlu diperhatikan
ialah retorika merupakan teknik pemakaian bahasa secara efektif yang
berarti keterampilan atau kemahiran dalam memilih kata-kata yang dapat
mempengaruhi komunikan sesuai dengan kondisi dan situasi komunikan
tersebut.
d. Retorika dan pidato dibedakan sebagai berikut. Pertama, retorika
diidentikkan dengan public speaking,yakni salah satu bentuk komunikasi
dengan audiens yang cukup banyak, bahkan ada yang menggolongkan
retorika sebagai komunikasi massa. Kedua, pidato dapat terjadi dalam suatu
group communication (komunikasi kelompok kecil misal nyaceramah
dalam kelas) atau large group communication( komunikasi kelompokyang
cukup besar, misalnya pada waktu seseorang memberi informasi sebelum
ada pertunjukan sandiwara di alun-alun). Ketiga, retorika dan seni pidato
tidak ada perbedaan yang mendasar.Pengertian retorika pun berkembang
sesuai dengan zamannya. Pengertian retorika dewasa ini mencakup
beberapa hal (Aly, 1994: 5), yaitu: prinsip-prinsip mengenai komposisi

8
yang persuasif dan efektif serta ketrampilan yang harus dimiliki oleh
seorang ahli pidato (orator); prinsip-prinsip mengenai komposisi prosa pada
umumnya (secara lisan atau tertulis dan fiktif atau ilmiah) kumpulan ajaran
teoretis mengenai seni komposisi verbal (prosa atau puisi) beserta cara-cara
yang dipergunakan dalam prosa atau puisi. Menurut orator Richard
Crable,retorika bisa dipandang sebagai suatu yang bombastis, suatu
konotasi ketidak jujuran, retorika dapat diperluas dalam ‘teks
book’mengenai penggunaan bahasa dan komposisi,dipandang sebagai seni
dan atau ilmu pengetahuan pemakaian bahasa untuk mempengaruhi orang
lain. Sementara itu, Hendrikus (2000:14)3 memberi pengertian sebagai
berikut.
1. Retorika sebagai kesenian untuk berbicara baik yang dipergunakan
dalam proses komunikasi antar manusia.Kesenian berbicara baik ini
bukan berarti berbicara lancar tanpa pikiran yang jelas dan berisi
melainkan kemampuan untuk berbicara dan berpidato secara
singkat,jelas, padat, dan mengesankan.
2. Retorika modern adalah gabungan yang serasi antara pengetahuan,
pikiran,kesenian, dan kesanggupan berbicara.Retorika modern
mencakup ingatan yang kuat, daya kreasi dan fantasi yang tinggi,
teknik pengungkapan yang tepat,dan daya pembuktian serta
penilaian yang tepat.
3. Dalam bahasa percakapan atau popular, retorika berarti pada tempat
yangtepat, atas cara yang lebih efektif, mengucapkan kata-kata yang
tepat, benar, dan mengesankan. Artinya, orang harus dapat berbicara
jelas, singkat, dan efektif. Jelas supaya mudah dimengerti, singkat
untuk menghemat waktu, dan efektif memiliki pengaruh atau efek
pada khalayak.

3 Moede,Nogarsyah, Buku Pintar dakwah, 2002. Ladang Pustaka.Jakarta.

9
B. Sejarah dan Perkembangan Retorika Dari Zaman Klasik Sampai
Sekarang
Ilmu retorika pertama kali dikembangkan di Yunani. Saat itu kepandaian
berbicara di sebut techne rhetorike yang berarti ilmu tentang seni berbicara. Berikut
akan diuraikan perkembangan ilmu retorika sejak zaman yunani kuno hingga saat
ini dan perkembangan retorika di Indonesia.

Zaman Yunani Kuno

Sejak abad ke- 7 sampai ke- 5 sebelum Masehi ilmu retorika telah
dikenal di Yunani. Telah banyak ahli-ahli pidato saat itu. Alhi-ahli yang
dicatat sejarah saat itu diantaranya Solon (640-560); Peisistratos (600-527);
Thenustokles (525-460). Perikles (500-429). Karena kemahirannya
berpidato penggemarnya mengatakan bahwa dewi-dewi seni berbicara yang
memiliki daya tarik memukau dan bertahta di atas lidahnya.
Pada mulanya para ahli pidato di Yunani hanya berbicara dalam
ruang persidangan. Tetapi setelah memperhatikan bahwa kepandaian
berbicara berguna untuk memimpin negara, maka orang mulai
menyusunnya dan disebut retorika, sehingga mudah dipelajari. Usaha ini
dijalankan pertama-tama di daerah koloni Yunani di Sisilia dimana
kebebasan berbicara mulai djunjung tinggi. Usaha yang sama juga
dikembangkan di kota Athena dan di seluruh kerajaan Yunani. Sejak abad
ke-5 mulai didirikan sekolah-sekolah retorika di wilayah-wilayah yang
berkebudayaan helenistis. Retorika menjadi salah satu bidang ilmu yang
diajarkan kepada generasi muda yang dipersiapkan untuk memimpin
negara. Retorika pada abad ini menjadi salah satu bidang ilmu yang
menyaingi filsafat. Beberapa ahli pidato muncul saat itu diantaranya
Gorgias (485-380); Protagoras (480-410) dan Thrasymchus (300-200).
Selain itu muncul juga ahli pidato lain yang terkenal seperti Socrates.
Menurut Socrates retorika adalah seni untuk membawakan dan
menyampaikan pengetahuan yang sudah ada secara meyakinkan. Retorika
harus menyampaikan kebenaran bukan kata-kata kosong. Pendapat ini

10
dilanjutkan muridnya yang sangat terkenal Aristoteles. Aristoteles menulis
buku yang berjudul “rhetoric”. Pada bagian awal bukunya ahli ini
menekankan bahwa retorika adalah suatu pokok persoalan atau subjek yang
dapat digambarkan secara sistematis seperti ilmu-ilmu lain. Melanjutkan
perjuangan gurunya Aristoteles menyatakan bahwa retorika menggariskan
prinsip-prnsip filosofi ilmiah untuk mempersuasikan kebenaran kepada
pendengarnya. Setelah Yunani dikuasai bangsa Makedonia dan Romawi,
maka berakhirlah masa kejayaan ilmu retorika Yunani Kuno. Retorika
hanya merupakan ilmu yang dipelajari di bangku sekolah.

Zaman Romawi Kuno

Setelah kerajaan Romawi menguasai Yunani terjadilah kontak


antara kaum cendekiawan Romawi dan Yunani. Orang-orang Romawi
mempelajari kebudayaan bangsa Yunani terutama ilmu kepandaian
berbicara. Ilmu retorika mulai diberikan di sekolah-sekolah. Apabila ada
murid yang berbakat berpidato, setelah mereka dibekali pengetahuan
teoretis tentang retorika, mereka disuruh mengunjungi tempat-tempat
pengadilan, mereka menyaksikan pidato dibawakan di pengadilan dan di
depan publik. Berdasarkan pengalaman praktis itu, para murid melengkapi
petunjuk yang diberikan gurunya disekolah.
Terdapat ahli-ahli pidato terkenal di Romawi saat itu, diantaranya
Cato Senior (234-149) yang terkenal lewat pidatonya yang berjudul
“Carthago delegenda est” yang mengajar rakyat Romawi membinasakan
kota Cartago di Afrika Utara. Ahli pidato lainnya adalah Marcus Tullius
Cicero (106-44). Cicero menulis mengenai teori pidato, yang sampai saat
ini masih digunakan.
Ahli pidato lainnya yaitu Gaius Junius Caesar (100-44). Caesar
terkenal sebagai seorang diktator. Ia seorang yang pandai berpidato dan
berperang. Selanjutnya ada Quintilianus (35-100) yang merupakan seorang
guru retorika. Tahun 1970 Quntilianus menerima pengakuan resmi dari
Kaisar Vespasianus sebagai profesor resmi ilmu retorika. Ia berkecimpung

11
selama kurang lebih 20 tahun dan telah menulis 12 buku sebagai pengantar
ilmu retorika.

Abad Pertengahan

Abad ini ditandai dengan wejangan-wejangan religius seperti


khobah. Tersebutlah seorang yang bernama Yesus dari Nazaret yang hidup
sekitar tahun 7 sebelum Masehi sampai 30 sesudah Masehi. Ia seorang
pewarta yang memiliki daya tarik dan daya sugesti yang mempesona.
Dalam usaha menyebarluaskan ajaran Yesus, para pengikutnya ikut
mengembangkan kepadaian berbicara lewat khotbah-khotbah yang
dibawakannya. Paulus dari Tarsus (5-64M) adalah seorang warga Romawi
yang menguasai pengetahuan klasik dan memperluas ajaran Yesus melalui
khotbah-khotbahnya.
Pada abad-abad berikutnya ketika kristianisasi mulai meluas banyak
muncul pembicara terkenal yang mengembangkan ilmu kepandaian
berbicara melalui khotbah. Beberapa nama terkenal seperti Tertulianus
(150-230), Lactantius (260-320) yang digelari Ciceronya orang kristen,
Victorianus, Aurelius Agustinus (354-430) Hironimus (348-420), Yohanes
(344-407) yang dijuluki mulut emas. Menurut Yohanes seni berbicara
adalah medium untuk merebut hati pendengar dan mempengaruhi jiwanya.
Pada golongan muslim di daerah Timur muncul peradaban baru.
Seorang nabi menyampaikan firman Tuhan, “Berilah mereka nasihat dan
berbicaralah kepada mereka dengan pembicaraan menyentuh jiwa
mereka”(Al-Quran 2:63). Muhammad saw bersabda untuk memperteguh
firman Tuhan tersebut, “Sesungguhnya dalam kemampuan berbicara yang
baik itu ada sihirnya”.
Beliau sendiri adalah seorang pembicara yang fasih dengan kata-
kata yang singkat dan mengandung makna yang padat. Para sahabat
bercerita bahwa ucapan beliau sering menyebabkan pendengar berguncang
hatinya dan berlinangan air matanya. Beliau tidak hanya menyentuh hati
umatnya, tetapi menghimbau akal para pengikutnya. Salah seorang sahabat

12
yang paling dikasihi nabi Ali bin Abi Thalib, mewarisi ilmnya dalam
berbicara. Pada diri Ali bin Abi Thalib kefasihan dan kenegarawanan
bergabung kembali. Khotbah-khotbahnya dikumpulkan dengan cermat oleh
para pengikutnya dan diberi judul Nahjal-Balaghah (jalan Balaghah).
Balaghah menjadi disiplin ilmu yang menduduki status yang mulia dalam
peradaban islam. Kaum muslim menggunakan balaghah sebagai pengganti
retorika.

Zaman Renaisans dan Humanisme

Abad ke-14 dan 16 berkembanglah Renaisans di Italia. Sejalan


dengan perkembangan ini, muncul juga pemahaman baru terhadap zaman
Romawi dan Yunani kuno, sehingga ilmu retorika dikembangkan kembali.
Karya-karya tulis berkembang pesat. Ahli-ahli pidato membawakan
ceramah dimana-mana, menyiapkan pidato, menulis surat, mengadakan
diskusi dan debat, mengajar anak-anak sekolah tentang tekhnik berbicara
dan menulis buku. Pada zaman ini juga diterbitkan buku-buku mengenai
ilmu retorika, dialektika, seni sastra, filsafat dan pendidikan.
Para ahli yang terkenal di zaman ini diantaranya Poggio Bracciolini
(1380-1459) seorang philolog dan pengumpul karya tulis zaman kuno.
Tokoh lainnya Valla (1407-1457) seorang profesor retorika di kota Pavila
yang berjasa menghidupkan kembali peranan ilmu retorika seperti zaman
kuno. Juga terdapat ahli lain seperti Philip Melanchthon (1497-1560),
Ulrich Von Hutten (1488-1523), Ignatius (1491-1556), Pertrus Kanisius
(1521-1597) dan Abraham (1644-1709).

Zaman Modern

Negara-negara yang berjasa mengembangkan ilmu retorika pada


zaman modern adalah Perancis, Inggris, Amerika dan Jerman Barat. Berikut
ini diuraikan perkembangan di masing-masing negara tersebut.
a. Perancis

13
Gerakan humanisme melahirkan penyair-penyair,
pengarang, moralis dan pengkhotbah terkenal di Perancis.
Sampai pada saat revolusi Perancis kepandaian berbicara hanya
berkembang di rumah-rumah biara. Setelah revolusi Perancis
ilmu retorika mulai meluas dan tersebar juga di kaum awam.
Tokoh tokoh terkenal dari Perancis diantaranya Miabeaus
(1749-1791) yang menguasai teknik berdebat, memiliki suara
yang jelas dan mimik yang menarik; pengungkapan yang tajam
dan logis. Selain itu terdapat Napoleon Bonaparte (1769-1821)
seorang diktator yang memiliki banyak bakat dan mengenal jiwa
manusia secara teliti. Napoleon seorang ahli pidato yang luar
biasa. Selain Napoleon ada pula seorang Jendral yang bernama
Charles de Gaulle(1890-1970) ang mengangkat suara dari
tempat pengasingannya di London untuk mendorong rakyat
Perancis supaya bertahan dalam tantangan. Ia adalah seorang
alhi pidato yang bersifat kepahlawanan. Saat itu Charles de
Gaulle telah memanfaatkan televisi sebagai media.
b. Inggris
Ketika di daratan Eropa khususnya di Jerman, orang
berkecimpung dalam bidang puisi dan filsafat, orang Inggris
mempelajari ilmu retorika secara sistematis dan
mengembangkannya dengan karakter tersendiri. Sebagaimana
bangsa Romawi, bangsa Inggris yakin bahwa kata-kata yang
diucapkan memiliki data untuk mempengaruhi dan menguasai
manusia. Oleh karena itu, ilmu retorika dipergunakan dalam
usaha memperluas kekuasaan kerajaan Inggris. Secara alamiah
orang Inggris adalah manusia pendiam, dalam arti bahasa dan
gerak motoris tubuhnya kurang dinamis. Para pemimpin Inggris
mempelajari ilmu retorika secara teliti dan melatih diri secara
intensif dalam seni berbicara.

14
c. Amerika Serikat
Kira-kira dua ratus tahun yang lalu Amerika telah memiliki
tradisi retoris. Nenek moyang bangsa Amerika adalah orang-
orang yang pandai berbicara. Tanpa modal kepandaian berbicara
ini, mereka tidak akan dapat mempersatukan bangsa Amerika
untuk membebaskan diri dari kekuasaan penjajahan Inggris.4

4 Rahmat, Jalaluddin, Retorika Modern, 1996. Rosdakarya.Bandung

15
BAB III

Kesimpulan
Retorika berasal dari bahasa Inggris “rhetoric” dan bersumber dari
perkataan Latin “rhetorica” yang berarti ilmu bicara. Retorika diartikan sebagai
seni berpidato atau mengarang/membuat naskah dengan baik. Retorika juga
diartikan sebagai kesenian untuk berbicara baik, yang dicapai berdasarkan bakat
alam (talenta) dan keterampilan teknis (arts, techne).
Untuk memperoleh gambaran tentang Retorika Dakwah yang efisien dan
efektif seorang muballigh haruslah mengenal mempelajari ilmu-ilmu pembantu
da'wah, diantaranya adalah ilmu retorika yang merupakan studi pendekatan da'wah
dalam upaya mencari bentuk alternatif methode da'wah. Pengenalan retorika dalam
da'wah merupakan keharusan seorang muballigh sebagai obyek penelaahan
methode da'wah wal mau'idhatil hasanati wa jaadilhum hiya ahsan dalam
korelasinya secara menyeluruh dan sesuai dengan tujuan. Retorika merupakan
applikasi dari keseluruhan methode billisan yang dapat dijadikan fenomena yang
kongkrit dari telaah materi. Dengan demikian besar retorika sebagai pengantar
media da'wah maupun media lainya untuk mencari dukungan atau kesamaan
pendapat komunikator dengan komunikan sebagai saran da'wah.

16
Daftar Pustaka
DAFTAR PUSTAKA

1. http://ailenrossananda.blogspot.co.id/2011/07/retorika-dari-masa-ke-
masa.html (diunduh pada Kamis, 27 Oktober 2016 pukul 22.35)

2. file:///C:/e:JOURNAL/ABDULLAH%2520RETORIKA%2520DAN%252
0DAKWAH%2520ISLAM.pdf (diunduh pada Kamis, 27 Oktober 2016
pukul 22.35)

3. Moede,Nogarsyah, Buku Pintar dakwah, 2002. Ladang Pustaka.Jakarta.

4. Rahmat, Jalaluddin, Retorika Modern, 1996. Rosdakarya.Bandung

17

Anda mungkin juga menyukai