Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

SEJARAH PERKEMBANGAN RETORIKA

DAN TOKOH - TOKOHNYA

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah : Retorika Dakwah


Dosen Pengampu : Nova Saha Fasadena,S.Kom.I. M.Sos.

Oleh :

Zainul Mazidi NIM (2209662225)

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM


FAKULTAS DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM AL-QODIRI JEMBER
MARET 2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat-Nya untuk kita

semua sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat waktu, meskipun masih jauh dari

kesempurnaan. Tapi kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya

bagi yang membacanya.

Shalawat bertangkaikan salam semoga tetap tercurah limpahkan atas baginda kita

Nabi Muhammad Saw, kehadirannya penghilang dahaga, sentuhan syariatnya janjikan

bahagia, dan perilakunya menyisakan tauladan yang sempurna.

Dengan dibuatnya makalah ini, kami berharap dapat memberikan pengetahuan

tentang sejarah perkembangan retorika dan tokoh-tokohnya. Semoga makalah ini dapat

bermanfaat bagi pembaca.

Jember, 01 Maret 2024

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL....................................................................... i
KATA PENGANTAR...................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................ 2
C. Tujuan................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Retorika .............................................................. 3
B. Retorika Attic ....................................................................... 4
C. Retorika Sophisme ............................................................... 5
D. Retorika Tradisional ............................................................. 7
E. Retorika Zaman Romawi ..................................................... 14
F. Retorika Zaman Modern ...................................................... 17
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan. ......................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................... 22
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Retorika seringkali dikaitkan dengan Public Speaking, namun retorika


merupakan sebuah seni berbicara atau berpidato yang dapat meyakinkan banyak
orang. Seringkali retorika juga disebut juga sebagai seni mengarang dengan dasar atau
keilmuan yang kuat. Berhasil atau tidaknya penyampaian sebuah pesan tergantung
retorika dari seorang da‟i. Da‟i yang menyampaikan sebuah pesan dakwah
menggunakan bahasa baku atau monoton akan sulit dipahami oleh para pendengar,
sebab pembahan yang akan disampaikan tanpa adanya retorika akan kurang menarik
bagi para pendengar, sehingga dampak yang ditimbukan pendengar akan lebih cepat
bosan, sehingga mengabaikan pesan yang disampaikan.1

Orang-orang yang mendalami retorika mempunyai keterampilan teknis


dalam berbicara di depan umum. Keterampilan ini sangat dibutuhkan dalam
menunjang aktivitas keseharian manusia. Lebih tepatnya hubungan manusia dengan
manusia, utamanya dalam bidang komunikasi baik itu pengacara, jaksa, hakim dan
pedagang, semua menggunakan retorika. Maka dari itu belajar ilmu retorika sangatlah
penting, terkhusus bagi generasi milenial pada masa sekarang, mengingat manfaatnya
bukan hanya pada keterampilan public speaking saja, melainkan dapat memudahkan
kita dalam mencari jaringan atau lapangan pekerjaan. 2

Dalam sebuah retorika terdapat kegiatan yang ada di dalamnya yaitu kegitan
dakwah. Dakwah sangat penting bagi kehidupan manusia, karena menyangkut tentang
kehidupan di dunia dan di akhirat. Banyak metode yang digunakan dalam
melaksanakan dakwah, baik secara langsung maupun tidak langsung. Kegiatan
dakwah sendiri tidak bisa terlepas dengan yang namanya retorika. hal ini sangat
penting mengingat retorika adalah seni berbicara di hadapan orang banyak. Selain itu
penyampaian retorika harus didukung oleh beberapa unsur meliputi bahasa etika, nilai
moral, nalar yang baik, serta pengetahuan yang luas. Dari beberapa sifat dan unsur

1
Riza Zahrial falah dan Siti Hidayati, „Retorika Dakwah (Studi Retorika Dakwah Lulung Mumtazah)‟, Jurnal Komunikasi Penyiaran Islam,
8.2 (2021), 314.
2
Abdullah, „Retorika Dan Dakwah Islam‟, Jurnal Dakwah, X.1 (2009), 109.
tersebut dikemas sehingga menghasilkan retorika dakwah yang dapat diterima oleh
mad‟u atau audiens secara baik.3

B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang maka diperoleh rumusan masalah yaitu:
1. Pengertian Retorika
2. Retorika Attic
3. Retorika Sophisme
4. Retorika Tradisional
5. Retorika Zaman Romawi
6. Retorika Zaman Modern

C. Tujuan Penulisan
1. Menjelaskan Pengertian Retorika
2. Menjelaskan Retorika Attic
3. Menjelaskan Retorika Sophisme
4. Menjelaskan Retorika Tradisional
5. Menjelakan Retorika Zaman Romawi
6. Menjelaskan Retoeika Zaman Modern

3
Riza Zahrial falah danSiti Hidayati, „Retorika Dakwah (Studi Retorika Dakwah Lulung Mumtazah)‟, Jurnal Komunikasi Penyiaran Islam,
8.2 (2021), 313-314.
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN RETORIKA
Retorika Adalah Ilmu Dan Seni Dalam Berbicara, Mengatur Komposisi Kata,
Menyampaikan Atau Mengajak Orang Lain Sehingga Mudah Dipahami Dan Diterima
Pendengar Serta Terkesan Atas Apa Yang Diucapkannya. Retorika Dalam Bahasa Inggris
Disebut Rhetoric, Dalam Bahasa Latin Rethorika Dan Dalam Bahasa Yunani
Yakni Rethor Yang Artinya Ilmu Berbicara, Seni Bicara Atau Mahir Berbicara.4
Retorika Merupakan Bentuk Komunikasi Di Mana Seseorang Menyampaikan
Buah Pikirannya Baik Lisan Maupun Tertulis Kepada Hadirin Yang Relatif Banyak
Dengan Pelbagai Gaya Dan Cara Bertutur, Serta Selalu Dalam Situasi Tatap Muka (Face
To Face) Baik Langsung Maupun Tidak Langsung.5

Menurut Aristoteles Retorika Adalah The Facult Of Seeing In Any Situation


The Available Means Of Persuasion Yang Artinya Kemampuan Untuk Melihat Perangkat
Alat Yang Tersedia Untuk Mempersuasi. Sedangkan Menurut Plato, Retorika Merupakan
Seni Bertutur Untuk Memaparkan Kebenaran, Retorika Yang Tidak Memandang
Kemanfaatan Dan Kebenaran Bukanlah Retorika.6

 Berikut Ini Merupakan Pengertian Retorika Dari Beberapa Sumber Buku: Menurut
Rahmat (2001:10), Retorika Adalah Ilmu Yang Mempelajari Cara Mengatur
Komposisi Kata-Kata Agar Timbul Kesan Yang Telah Dikehendaki-Nya Pada Diri
Khalayak. Retorika Adalah Pemekaran Bakat-Bakat Tertinggi Manusia, Yakni Rasio
Dan Cita Rasa Lewat Bahasa Selaku Kemampuan Untuk Berkomunikasi Dalam
Medan Pikiran.
 Menurut Keraf (1994:3), Retorika Adalah Sebuah Telaah Atau Studi Yang Simpatik
Mengenai Oratoria Atau Seni Berpidato. Kemampuan Dan Kemahiran Berbahasa
Waktu Itu Diabdikan Untuk Menyampaikan Pikiran Dan Gagasan Melalui Pidato-

4
Sunarjo, Djunaisih, S. 1983. Komunkasi, Persuasi Dan Retorika. Yogyakarta: Liberty.
5
Suhandang, Kustadi. 2009. Retorika: Strategi Teknik dan Taktik Pidato. Bandung: Nuansa.
6
Syafi’ie, I. 1988. Retorika dalam Menulis. Jakarta: Depdikbud.
Pidato Kepada Kelompok-Kelompok Massa Tertentu Guna Mencapai Tujuan
Tertentu.
 Menurut Saputra (2006:2), Retorika Adalah Ilmu Yang Mempelajari Tentang
Bagaimana Bertutur Kata Di Hadapan Orang Lain Dengan Sistematis Dan Logis
Untuk Memberikan Pemahaman Dan Meyakinkan Orang Lain.
 Menurut Gusti Ngurah Oka, Retorika Adalah Ilmu Yang Mengajarkan Tindak Dan
Usaha Efektif Dalam Persuasi Penataan Dan Penampilan Tutur Untuk Membina
Saling Mengerti Dan Kerja-Sama Kedamaian Dalam Kehidupan Masyarakat.7
B. RETORIKA ATTIC
Studi retorika pertama kali terjadi pada sekitar abad ke 5 sebelum Masehi di
Sirakus ibukota Sicilia yang termasuk daerah keuasaan Yunani. Retorikus yang pertama
kali mempelajarinya adalah Coraz dan Tissias (muridnya). Mereka menulis sebuah buku
tentang retorika yang berjudul Techne.
Pada awal pertumbuhan retorika di daerah Sirakusa (Syracuse), daerah ini baru
saja mengalami pergantian pemerintahan dan timbul masalah perebutan hak milik di
pengadilan. Tanah yang semula dirampas oleh kelompok tiran sekarang berhak diambil
kembali asa cukup bukti dan kuat argumentasi. Seringkali terjadi, orang kehilangan
miliknya hanya karena ia tidak pandai berbicara8.
Corax yang hidup kira-kira tahun 500 sebelum Masehi juga meletakkan dasar-
dasar retorika dengan membagi pidato ke dalam lima bagian: Pengantar, uraian,
argumen, penjelasan tambahan dan kesimpulan9.
Karena retorika Coraz dan Tessias ini keraudian sangat populer di Semenanjung
Attic (Yunani) maka masa ini dikenal dengan Masa Retorika Attic.

C. RETORIKA SOPHISME

Dalam Studi Retoris, Sofisme Mengacu Pada Strategi Argumentatif Yang


Dipraktikkan Dan Diajarkan Oleh Kaum Sofis .
Secara Etimologi
7
Hendrikus, P.Dori Wuwur. 1991. Retorika; Terampil berpidato, Berdiskusi, Berargumentsi, dan Bernegosiasi. Yogyakarta: Kanisius.
8
Jalalluddin Rahmat, Op. Cit., hlm. 3
9
Ibid.,
Dari Bahasa Yunani, "Bijaksana, Pintar"
Contoh Dan Pengamatan:
 "Ketika Argumen Yang Salah Terlihat Seperti Argumen Yang Benar, Maka
Hal Itu Dengan Tepat Disebut Sebagai Sofisme Atau Fallacy."
(Isaac Watts, Logika, Atau Penggunaan Alasan Yang Benar Dalam
Penyelidikan Setelah Kebenaran , 1724)
 "Terlalu Sering Sofisme Disalahartikan Sebagai Kepalsuan Belaka, Atau
Bahkan Lebih Menjengkelkan, Sebagai Paradoks ... Ketika Kesalahan
Logis ... Ditujukan Untuk Menipu, Kita Berhadapan Dengan Sofisme.10
1) Sofisme Di Yunani Kuno
 “Karena Kemampuan Mereka Yang Berkembang Untuk Berdebat Di Kedua
Sisi Suatu Kasus, Para Siswa Sofis Adalah Kontestan Yang Kuat Dalam
Kontes Debat Populer Pada Zaman Mereka, Dan Juga Merupakan Advokat
Yang Sangat Sukses Di Pengadilan. Metode Dialektik Digunakan Sebagian
Karena Kaum Sofis Menerimanya. Gagasan Dissoi Logoi Atau Argumen
Yang Kontradiktif. Artinya, Kaum Sofis Percaya Bahwa Argumen Yang
Kuat Dapat Dihasilkan Untuk Atau Melawan Klaim Apa Pun. . . . Kaum
Sofis Seperti Protagoras Dan Gorgias Dalam Menjalankan Urusannya Yang
Sebenarnya Daripada Yang Disarankan Oleh Plato Untuk Mencari
Kebenaran Melalui Penyelidikan Filosofis." (James A. Herrick,Sejarah Dan
Teori Retorika . Allyn Dan Bacon, 2001)
 " Sofisme Bukanlah Aliran Pemikiran. Para Pemikir Yang Kemudian
Disebut Sofis Memiliki Berbagai Macam Pandangan Tentang Sebagian Besar
Mata Pelajaran. Bahkan Ketika Kita Menemukan Beberapa Elemen Umum
Dalam Sofisme Secara Umum, Ada Pengecualian Untuk Sebagian Besar
Generalisasi Ini.11
2) Sofisme Kontemporer
 Apa Yang Kita Temukan Baik Dalam Sofisme Kuno
Maupun Retorika Sofistik Kontemporer Adalah Keyakinan Dasar Dalam
Humanisme Sipil Dan Pendekatan Pragmatis Terhadap Kehidupan Sipil.
[Jasper] Neel, Dalam Aristoteles's Voice [1994], Bagaimanapun,

10
Henri Wald, Pengantar Logika Dialektis . John Benjamins, 1975
11
Don E. Marietta, Pengantar Filsafat Kuno . ME Sharpe, 1998
Menunjukkan Bahwa Gerakan Sofistik Kontemporer Adalah Tidak
Bergantung Pada Apa Yang Mungkin Atau Mungkin Tidak Dipercayai Atau
Diajarkan Oleh Kaum Sofis Kuno. Sebaliknya, Menurut Neel, Sofisme
Kontemporer Harus 'Menghuni Wacana (Manusia)Bahwa Plato Dan
Aristoteles Dikecualikan Dengan Nama Sophistry, Terlepas Dari Apakah
Wacana Yang Dikecualikan Dan Direndahkan Itu Dengan Benar
Mereproduksi Apa Yang Mungkin Dianjurkan Oleh Orang Lain Di Athena
Kuno' (190). Dengan Kata Lain, Misi Sofisme Kontemporer Bukanlah Untuk
Mengetahui Apa Yang Diyakini Dan Dipraktikkan Oleh Kaum Sofis Kuno,
Melainkan Untuk Mengembangkan Konsep-Konsep Yang Memungkinkan
Kita Untuk Berpaling Dari Absolutisme Filsafat Barat.
 "Sofisme Kontemporer, Bagaimanapun, Sebagian Besar Telah Disibukkan
Dengan Pemulihan Historis Kepercayaan Dan Praktik Sofistik,
Menggunakan Konsep Dari Postmodernisme Untuk Menambal Dan
Menyempurnakan Perspektif Sofistik Yang Koheren." (Richard D. Johnson-
Sheehan, "Sophistic Retoric." Komposisi Teori: Buku Sumber Kritis Teori
Dan Beasiswa Dalam Studi Komposisi Kontemporer , Ed. Oleh Mary Lynch
Kennedy. IAP, 1998)
 - "Dalam Menggunakan Istilah 'Sofisme' Dalam Judul Saya, Saya Tidak
Sedang Menghina. Baik Derrida Dan Foucault Berpendapat Dalam Tulisan
Mereka Tentang Filsafat Dan Budaya Bahwa Sofisme Kuno Adalah Strategi
Kritis Yang Lebih Signifikan Melawan Platonisme, Inti Tersembunyi Di
Keduanya. Pandangan-Pandangan Untuk Impuls-Impuls Filosofis, Daripada
Yang Sepenuhnya Dihargai Oleh Para Akademisi Tradisional. Tetapi, Yang
Lebih Penting, Masing-Masing Mengajukan Banding Ke Strategi-Strategi
Canggih Dalam Tulisannya Sendiri.12
3) Sofisme Malas: Determinisme
 Saya Kenal Seorang Lelaki Tua Yang Pernah Menjadi Perwira Dalam Perang
Dunia Pertama. Dia Mengatakan Kepada Saya Bahwa Salah Satu
Masalahnya Adalah Membuat Orang-Orang Memakai Helm Mereka Ketika
Mereka Menghadapi Risiko Tembakan Musuh. Argumen Mereka Adalah
Dalam Hal Peluru 'Memiliki Nomor Anda Di Atasnya.' Jika Peluru Memiliki

12
Robert D'Amico, Filsafat Kontinental Kontemporer . Westview Press, 1999
Nomor Anda Di Atasnya, Maka Tidak Ada Gunanya Mengambil Tindakan
Pencegahan, Karena Itu Akan Membunuh Anda. Di Sisi Lain, Jika Tidak
Ada Peluru Yang Mencantumkan Nomor Anda, Maka Anda Aman Untuk
Hari Lain, Dan Melakukannya Tidak Perlu Memakai Helm Yang Ribet Dan
Tidak Nyaman.
 "Argumen Itu Kadang-Kadang Disebut ' Sofisme Malas .' . . .
 "Tidak Melakukan Apa-Apa—Gagal Mengenakan Helm, Mengenakan
Selendang Oranye Dan Berkata 'Om'—Merupakan Sebuah Pilihan. Membuat
Modul Pilihan Anda Diatur Oleh Sofisme Malas Berarti Mengarah Pada
Pilihan Semacam Ini.13
D. RETORIKA TRADISIONAL
1. Tradisi Retorika
Kata Retorika Berasal Dari Kata Latin Rhetorica Yang Berarti Ilmu Berbicara
Atau Berbicara. Pengetahuan Meningkatkan Kemampuan Berbicara, Penutur Disebut
Sebagai Penutur. Tradisi Retoris Adalah Seni Praktis Berbicara. Tradisi Ini
Menunjukkan Minat Dalam Pidato Dan Berbicara. Teori Retoris Membantu Untuk
Memahami Efek Bahasa Dan Menghasilkan Efektivitas Bahasa. Selain Itu, Tradisi Ini
Memungkinkan Kita Untuk Menghargai Perspektif Orang Lain Sebelum Membentuk
Perspektif Kita Sendiri.
Tradisi Ini Dicirikan Oleh Enam Ciri:
A. Keyakinan Kalau Bahasa Memisahkan Manusia Dari Fauna
B. Berbicara Di Depan Universal Dalam Forum Demokrasi Dikira Selaku
Metode Yang Lebih Efisien Buat Menuntaskan Permasalahan Politik.
C. Retorika Merupakan Taktik Di Mana Seseorang Pembicara Berupaya Buat
Pengaruhi Audiens Yang Besar Dengan Berdialog Secara Jelas Serta
Persuasif. Berdialog Di Depan Universal Pada Dasarnya Merupakan
Komunikasi Satu Arah.
D. Pelatihan Berdialog Di Depan Universal Merupakan Bawah Dari Pelatihan
Manajemen. Pemimpin Wajib Dapat Berdebat Dengan Lantang Serta
Setelah Itu Berdialog
E. Berdayakan Kekuatan Serta Keelokan Kata-Kata Buat Menggerakkan
Orang Serta Memusatkan Mereka Buat Berperan

13
Simon Blackburn, Pikirkan: Pengantar Filsafat yang Menarik . Oxford University Press, 1999
F. Wanita Mempunyai Peluang Buat Mengekspresikan Diri Cuma Pada Abad
Ke-19. Dengan Demikian, Retorika Merupakan Zona Di Mana Gerakan
Wanita Amerika Berupaya Buat Mengekspresikan Opini Publik.

Littlejohn Dan Foss Mengemukakan, Ada Lima Elemen Penting Dalam Membuat
Pidato, Yaitu: Penemuan, Penyusunan, Gaya, Penyampaian Dan Daya Ingat.

A. Penemuan/Penciptaan Adalah Suatu Konsep; Proses Pendefinisian Makna


Simbol Melalui Interpretasi, Yaitu Respon Terhadap Fakta Yang Tidak
Mudah Kita Temukan Pada Benda-Benda Yang Sudah Ada, Melainkan
Tercipta Melalui Interpretasi Terhadap Kategori-Kategori Yang Kita
Gunakan.
B. Permutasi/Susunan Adalah Susunan Simbol; Atur Informasi Tentang
Orang, Simbol, Dan Konteks Yang Relevan. • Ketaatan Menjadi
Perwujudan Simbol Dalam Bentuk Fisik, Termasuk Pilihan Lisan, Tertulis
Dan Non-Verbal Untuk Menyampaikan Informasi.
C. Memori Mengacu Pada Proses Kognitif Yang Mempengaruhi Bagaimana
Informasi Disimpan Dan Diproses. Tujuan Sebenarnya Dari Retorika
Adalah Untuk Menunjukkan Pentingnya Pidato Atau Mengungkap
Buktinya. Logika Retorika Hanya Dapat Membangkitkan Emosi Sementara,
Meskipun Lebih Efektif Daripada Silogisme. Saran Tentang Logika Dan
Retorika Valid Saat Diuji Secara Logis. Demikianlah Aristoteles
Selanjutnya Mengatakan Bahwa Keindahan Bahasa Hanya Berlaku Pada
Empat Hal, Yaitu: A. Membenarkan (Corrective) B. Memerintah
(Instructive) C. Mendorong (Suggestive)
D. Mempertahankan (Devensive) Pemimpin Hebat Tahu Bagaimana
Menyampaikan Pesan Mereka, Mengingat Retorika Dan Tujuan Media
Yang Jelas. Selain Itu, Pesan Yang Disampaikan Harus Memiliki Tujuan
Yang Baik Dan Harus Menuju Ke Arah Yang Benar.
2.Tradisi Semiotik
Semiotika (Perindikasi) Adalah Bagian Berdasarkan Kehidupan &
Mempunyai Makna Tertentu (Richard: 2017). Makna Termediasi Dicapai Saat Kita
Memakai Bahasa Yg Sama Lantaran Pada Proses Komunikasi Kita Mengembangkan
Fakta Mengenai Pengalaman Hidup. 14
Misalnya, Seseorang Anak Yg Tertawa & Berlari Merupakan Perindikasi
Bermain, Cincin Pada Jari Cantik Kiri Merupakan Perindikasi Pernikahan, &
Tangisan Orang Dewasa Pada Tempat Tinggal Sedih Merupakan Perindikasi
Kesedihan. Gagasan Utama Dari Tradisi Ini Adalah Konsep Dasar Interpretasi Tanda,
Yang Ditafsirkan Sebagai Motif Untuk Menunjukkan Situasi Yang Berbeda. Misalnya,
Ketika Kita Melihat Asap, Itu Berarti Api. Simbol Ini Bisa Berupa Simbol, Kode,
Atau Indeks. Beberapa Sarjana Membuat Perbedaan Yang Jelas Antara Tanda Dan
Tanda.
Simbol Jelas Merujuk Pada Sesuatu Yang Nyata, Tetapi Simbol Tidak Dan
Bergantung Pada Praktik Lokal Tertentu. Setiap Simbol Memiliki Arti Yang Berbeda
Dalam Komunikasi Manusia. Dengan Fokusnya Pada Tanda Dan Tanda, Semiotika
Menyatukan Berbagai Teori Yang Sangat Luas Tentang Bahasa, Wacana, Dan Perilaku
Nonverbal.15
3.Fenomenologi
Fenomenologi Pada Mulanya Merupakan Kajian Filsafat Dan Sosiologi
(Dony; 2016). Pemrakarsa Edmund Husserl Berharap Fenomenologi Akan
Menghasilkan Pengetahuan Yang Lebih Berguna Bagi Kehidupan Masyarakat, Semua
Pada Saat Sains Berada Dalam Krisis Dan Disfungsi. Husserl Mengajak Kita Untuk
Kembali Ke Apa Yang Diberikan Langsung Ke Kesadaran. Dengan Demikian,
Fenomenologi Meminggirkan Model Deduktif Akuisisi Pengetahuan. Informasi
Diambil Secara Harfiah Dan Intuitif, Tanpa Pemrosesan Logis Atau Informasi
Perantara.
Fenomenologi Harus Sepenuhnya Memperhatikan Apa Yang Merupakan
Pengalaman Murni Fenomenologi Berasal Dari Bahasa Yunani Phaeneshai, Yang
Berarti Manifestasi Dari Diri Sendiri. Istilah Lain Dalam Fenomenologi Adalah
Pachynomen. Ini Berarti Seperti Apa Bentuknya Karena Kilap. Fenomenologi, Seperti
Namanya, Adalah Ilmu Logos (Pemikiran). Oleh Karena Itu, Setiap Studi Atau Studi
Dikaitkan Dengan Munculnya Pengalaman Subjek. Oleh Karena Itu, Fenomenologi
Dapat Diartikan Sebagai Pendekatan Filosofis Yang Berfokus Pada Analisis
Manifestasi Kesadaran Manusia.

14
Doni Gahral Adian, Januari 2022, Pengantar Fenomologi, Koekoesan, Jawa Barat.Michael Jibrael Rorong, 2020, Fenomologi, Deepublish. Yogyakarta
15
Suyanto, Muhammad Ghazali Bagus Ani Putra, Ike Hardiana, Ilham Nur Alfian, 2012
Fenomenologi Menekankan Perlunya Filsafat Untuk Memutuskan Semua
Ikatan Sejarah. Apakah Itu Tradisi Metafisiologis Atau Ilmiah.
Program Utama Fenomenologi Adalah Mengembalikan Filsafat Ke Penilaian
Sehari-Hari Dari Objek Pengetahuan, Mengembalikan Kekayaan Pengalaman
Manusia Yang Spesifik, Berakar Dan Berpengalaman, Yang Kekayaannya Sebenarnya
Telah Berkurang Dengan Model Filosofis Sebelumnya. Selain Itu, Fenomenologi Juga
Menolak Klaim Catatan Epistemologis Modern, Yang Dimaksudkan Untuk
Menafsirkan Pengetahuan Sebagai Versi Internal Dari Sesuatu Yang Eksternal Bagi
Pikiran Manusia, Bahwa Pikiran Adalah Cermin Dunia.
Fenomenologi Juga Bertujuan Untuk Menemukan Makna Dalam Pengalaman.
Arti Dari Apa Yang Anda Alami Tergantung Pada Bagaimana Anda Bereaksi
Terhadapnya.
Tetapi Bagi Brouwer, Fenomenologi Bukanlah Ilmu, Tetapi Cara Berpikir
(Cara Memandang Sesuatu). Fenomenologi Tidak Memiliki Teori, Tidak Ada
Hipotesis, Tidak Ada Sistem. 16
Fenomenologi Juga Berusaha Menemukan Makna Dalam Pengalaman. Arti
Dari Apa Yang Kita Alami Tergantung Pada Reaksi Kita Terhadapnya. Menurut
Littlejohn Dan Foss, Fenomenologi Menyangkut Penampilan Objek, Peristiwa, Atau
Situasi Dalam Persepsi Kita. Pengetahuan Yang Kita Pahami Berasal Dari
Pengalaman Sadar. Di Sisi Lain, Makna Muncul Karena Adanya Interaksi Antara
Objek Dan Peristiwa Yang Dialaminya. Pada Dasarnya Ada Dua Hal Yang Menjadi
Pusat Penelitian Fenomenologis, Yaitu:
A.) Deskripsi Tekstual: Subjek Mempelajari Apa Fenomena Itu. Yang Dialami
Adalah Sisi Objektif, Data Riil, Yang Terjadi Secara Empiris.
B.) Deskripsi Struktural: Bagaimana Subjek Mengalami Pengalamannya Dan
Memberi Makna Pada Pengalaman Tersebut. Ada Aspek Subjektif Dari Penjelasan
Ini. Aspek Ini Mengacu Pada Pendapat, Penilaian, Perasaan, Harapan, Dan Reaksi
Subjektif Peserta Penelitian Lainnya Terhadap Pengalaman Mereka.
Mengemukakan 3 Dasar Prinsip Fenomologi, Yaitu:
A. Pengetahuan Diekspresikan Secara Langsung Dalam Pengalaman Sadar
(Kita Mengetahui Dunia Saat Kita Bersentuhan Dengannya).

16
Suyanto, Muhammad Ghazali Bagus Ani Putra, Ike Hardiana, Ilham Nur Alfian, 2012.
B. Makna Sesuatu Adalah Kekuatan Sesuatu Dalam Kehidupan Seseorang,
Dengan Kata Lain Bagaimana Anda Memikirkan Sesuatu Menentukan Maknanya
Bagi Anda
C. Bahasa Adalah Instrumen Makna, Artinya Kita Memahami Dunia Melalui
Bahasa Yang Digunakan Untuk Mendefinisikan Dan Mengungkapkan Dunia.
4. Psikologi Sosial
Menurut Birhom Dan Kasim, Psikologi Sosial Adalah Studi Ilmiah Tentang
Bagaimana Individu Berpikir, Merasakan, Menginginkan, Dan Bertindak Dalam
Situasi Sosial Definisi Ini Dapat Diartikan Sebagai Psikologi Sosial Menjadi Studi
Ilmiah Tentang Bagaimana Individu Berpikir, Merasakan, Berhasrat Dan Bertindak
Dalam Situasi Sosial. Sebagai Kajian Ilmiah, Psikologi Sosial Mempelajari Perilaku
Yang Bervariasi Dalam Lingkungan Yang Berbeda. Ciri Terpenting Psikologi Sosial
Sebagai Ilmu Mencakup Tiga Hal, Yaitu: Cara Pandang Yang Luas, Fokus Lebih Dari
Pada Individu, Dan Biasanya Menggunakan Metode Eksperimen. Oleh Karena Itu,
Dapat Disimpulkan Bahwa Psikologi Sosial Adalah Studi Ilmiah Yang Membahas
Bagaimana Orang Berpikir, Merasakan, Dan Bertindak Dalam Situasi Sosial. Objek
Penelitian Adalah Pikiran, Perasaan, Dan Tindakan Seseorang Dalam Masyarakat.17
Ruang Lingkup Psikologi Sosial Menurut Myers: Pemikiran Sosial, Termasuk
Bagaimana Individu Melihat Diri Mereka Sendiri Dan Orang Lain, Apa Yang
Mereka Yakini, Penilaian Yang Dibuat Individu Dan Sikap Mereka.
A. Pengaruh Sosial, Termasuk Budaya, Tekanan Untuk Menyesuaikan Diri,
Kepercayaan Dan Kelompok Social
B. Hubungan Sosial, Termasuk Prasangka, Agresi, Minat, Kedekatan, Dan Dukungan
Menurut Shaw Dan Constanzo:
A. Menyelidiki Pengaruh Masyarakat Terhadap Proses Individu Seperti Kognisi,
Motivasi, Proses Belajar Dan Karakteristik.
B. Pelajari Proses Individu Umum Seperti Bahasa, Sikap Sosial, Perilaku Meniru,
Dan Lain-Lain.
C. Interaksi Kelompok Belajar Seperti Kepemimpinan, Komunikasi, Hubungan
Kekuasaan, Kerjasama, Persaingan Dan Konflik. Tujuan Psikososial Yaitu
Memberikan Solusi Ketika Konflik Muncul Dalam Kelompok Sosial. Dan
Berfungsi Sebagai Panduan Bagi Masyarakat Untuk Menghadapi Perbedaan
Individu Dalam Masyarakat.
17
Jibrael Rorong, 2020, Fenomologi, Deepublish. Yogyakarta.
5. Sibernatik

Kata Cybernetics Atau Cybernetics Pada Bahasa Inggris Berasal Dari Istilah
Yunani Kuno Kybernetes Serta Berarti Navigator, Juru Mudi, Pelayan Atau Penguasa,
Asal Akar Yang Sama Dengan Pemerintah. Lebih Lanjut, Para Pakar Di Bidangnya
Percaya Bahwa Sibernetika Bisa Diklasifikasikan Menjadi Ilmu Yang Berkaitan
Dengan Pemrosesan Info, Pengambilan Keputusan, Pembelajaran, Adaptasi, Serta
Organisasi Di Individu, Grup, Organisasi, Alam Semesta, Serta Mesin. Cybernetics
Dipergunakan Untuk Menjelaskan Bagaimana Umpan Balik Mengaktifkan Proses
Komunikasi. Sibernetika Ialah Teori Sistem Kontrol Yg Berdasarkan Pada Transfer
Info Atau Komunikasi Antara Sistem Dan Lingkungan Dan Antar Sistem. Proses
Berpikir Sibernatik. Sibernetika Dimulai Oleh Beberapa Orang, Termasuk Lev N.
Landa. Tinggal Di Landa Berspesialisasi Dalam Psikologi Dunia Maya. Menurut
Landa, Ada Dua Jenis Proses Berpikir, Yaitu Proses Berpikir Algoritmik Dan Proses
Berpikir Heuristik.

a. Proses Pemikiran Komputasi, Yaitu. H. Proses Berpikir Sistematis, Bertahap,


Linier, Konvergen Dan Langsung Yang Ditujukan Pada Tujuan Tertentu.
b. Proses Berpikir Heuristik, Yaitu Cara Berpikir Divergen Yang Mengarah Pada
Beberapa Tujuan Sekaligus. Keunggulan Cyber Reasoning Menurut Husama Dan
Pantiwat Keunggulan Pembelajaran Berdasarkan Teori Cyber Learning Adalah
Sebagai Berikut.
c. Pemikiran Berorientasi Proses Berada Di Latar Depan,
d. Penyajian Informasi Memenuhi Dimensi Ekonomi,Ketidakmampuan Belajar
Dapat Disajikan Secara Keseluruhan,
e. Semua Kegiatan Pembelajaran Selaras Dengan Tujuan Yang Ingin Dicapai. D.
Terjadi Transfer Pembelajaran Ke Dalam Lingkungan Nyata,
f. Manajemen Pembelajaran Memungkinkan Pembelajaran Dengan Kecepatan
Masing-Masing Individu,
g. Umpan Balik Data Memberikan Indikasi Yang Jelas Tentang Tingkat Kinerja
Yang Dicapai Dibandingkan Dengan Kinerja Yang Diharapkan Sosiokultural Ide,
Kebiasaan, Keterampilan, Seni, Dan Alat Yang Menjadi Ciri Sekelompok Orang
Pada Waktu Tertentu. Ini Juga Mengatur Perilaku Dalam Kelompok Dan
Membuat Seseorang Peka Terhadap Posisi. Unsur Sosial Budaya Juga Membantu
Seseorang Untuk Mengetahui Apa Yang Diharapkan Orang Lain Dari Dirinya
Dan Apa Yang Akan Terjadi Jika Harapannya Tidak Terpenuhi. Sosiokultural
Membantu Seseorang Untuk Memahami Perannya Sebagai Individu Dan
Tanggung Jawabnya Terhadap Kelompok.

Implementasi Sosial Budaya Dalam Pendidikan Menurut Sosiologi Dalam


Implementasi Pendidikan Karakter Di Sekolah Dasar Oleh Choirun Nisak, Indonesia
Merupakan Negara Dengan Sosial Budaya Yang Beragam. Setiap Daerah Bahkan Memiliki
Sosial Budaya Yang Berbeda, Pendidikan Indonesia Seringkali Menerapkan Sosial Budaya
Untuk Mempelajari Karakter Peserta Didiknya. Ini Merupakan Salah Satu Upaya Untuk
Mengurangi Pengaruh Budaya Asing Yang Sulit Dihindari. Realisasi Pembelajaran Sosial
Budaya Dalam Pendidikan Dapat Diwujudkan Dengan Mengenal Budaya Lokal Indonesia
Dan Langsung Mendekatinya, Sehingga Siswa Merasakan Keragaman Budaya Indonesia Dan
Menumbuhkan Rasa Memiliki Dan Cinta Budaya Indonesia.

6. Teori Tradisi Kritis

Tradisi Ini Berangkat Dari Premis Teori Kritis, Yg Berfokus Di Adanya Defisit Sosial.
Proses Komunikasi Dipertanyakan. Di Sisi Lain, Hubungan Ini Ditandai Menggunakan
Penguasaan Grup Kuat Atas Grup Sosial Yg Lemah. Aktivitas Komunikasi, Pada Sisi Lain,
Harus Menjadi Proses Yg Mengartikulasikan Kepentingan Grup Yg Kurang Beruntung
Dalam Masyarakat. Tradisi Ini Dapat Menjelaskan Berbagai Komunikasi Interpersonal Dan
Media. Tradisi Ini Tampaknya Melindungi Yang Lemah. Komunikasi Harus Mempengaruhi
18
Proses Perubahan Dalam Masyarakat Yang Rentan.

Dalam Teori Kritis, Masyarakat Kontemporer Memiliki Tiga Karakteristik:

A. Penguasaan Bahasa Untuk Mempertahankan Ketidakseimbangan Yang Kuat

B. Peran Media Massa Dalam Mengurangi Kerentanan Terhadap Penindasan.

C. Nilai Bebas Antara Kemandirian Dan Kesetaraan Serta Pentingnya Diskusi Tradisi
Retoris Adalah Seni Praktis Berbicara, Tradisi Itu Menunjukkan Minat Individu Dalam
Berbicara Dan Bagaimana Dia Berbicara Di Depan Umum, Sedangkan Teori Retoris
Membantu Untuk Memahami Efek Ucapan Dan Penciptaan Efek Ucapan. Tujuan Sebenarnya
Dari Retorika Adalah Untuk Membuktikan Makna Pidato Atau Mengungkapkan Buktinya.

Semiotika Merupakan Ilmu Yg Menyelidiki Indikasi-Indikasi Menggunakan Makna


Eksklusif. Fenomenologi Ialah Pengalaman Yg Dialami Seseorang Pada Hidupnya. Psikologi
18
Intan Rahmawati, 2022, Pengantar Psikologi Sosial, Bumi Aksara, Jakarta.
Sosial Ialah Studi Ilmiah Perihal Bagaimana Individu Berpikir, Merasakan, Menginginkan,
Serta Bertindak Pada Situasi Sosial, Dengan Tujuan Mencari Solusi Saat Permasalahan Ada
Dalam Grup Sosial. Sibernetika Ialah Ilmu Pemrosesan Info, Pengambilan Keputusan,
Pembelajaran, Adaptasi, Dll. Sosiokultural Merupakan Pemikiran, Norma, Keterampilan,
Seni, Serta Alat Yg Menjadi Karakteristik Sekelompok Orang Di Saat Tertentu. Teori Tradisi
Kritis Ialah Suatu Syarat Yg Mempertimbangkan Perpecahan Social.19

E. RETORIKA ZAMAN ROMAWI


Dalam Kenyataan Sejarah, Perhatian Orang Romawi Terhadap Bahasa Sangat
Dipengaruhi Bahkan Meneruskan Pemikiran-Pemikiran Para Filsuf Yunani. Dengan
Demikian Dapat Dipastikan Bahwa Pemikiran-Pemikiran Filsuf Yunani Sangat Mewarnai
Konsep-Konsep Orang Romawi. Buku Ad Herrenium, Yang Ditulis Dalam Bahasa Latin
Kira-Kira 100 SM, Hanya Mensistematisasikan Dengan Cara Romawi Warisan Retorika
Gaya Yunani. Orang-Orang Romawi Bahkan Hanya Mengambil Segi-Segi Praktisnya Saja.
Walaupun Begitu, Kekaisaran Romawi Bukan Saja Subur Dengan Sekolah-Sekolah Retorika;
Tetapi Juga Kaya Dengan Orator-Orator Ulung: Antonius, Crassus, Rufus, Hortensius. Yang
Disebut Terakhir Terkenal Begitu Piawai Dalam Berpidato Sehingga Para Artis Berusaha
Mempelajari Gerakan Dan Cara Penyampaiannya.20

Kemampuan Hortensius Disempurnakan Oleh Cicero. Karena Dibesarkan Dalam


Keluarga Kaya Dan Menikah Dengan Istri Yang Memberinya Kehormatan Dan Uang, Cicero
Muncul Sebagai Negarawan Dan Cendekiawan. Pernah Hanya Dalam Dua Tahun (45-44
SM), Ia Menulis Banyak Buku Filsafat Dan Lima Buah Buku Retorika. Dalam Teori, Ia
Tidak Banyak Menampilkan Penemuan Baru. Ia Banyak Mengambil Gagasan Dari Isocrates.
Ia Percaya Bahwa Efek Pidato Akan Baik, Bila Yang Berpidato Adalah Orang Baik Juga. The
Good Man Speaks Well. Dalam Praktek, Cicero Betul-Betul Orator Yang Sangat
Berpengaruh.
Caesar, Penguasa Romawi Yang Ditakuti, Memuji Cicero, "Anda Telah Menemukan
Semua Khazanah Retorika, Dan Andalah Orang Pertama Yang Menggunakan Semuanya.
Anda Telah Memperoleh Kemenangan Yang Lebih Disukai Dari Kemenangan Para Jenderal.
Karena Sesungguhnya Lebih Agung Memperluas Batas-Batas Kecerdasan Manusia Daripada
Memperluas Batas-Batas Kerajaan Romawi".

19
Doni Gahral Adian, Januari 2022, Pengantar Fenomologi, Koekoesan, Jawa Barat.Michael
20
Buku Filsafat Bahasa, Masalah dan Perkembangannya karya Drs. Kaelan, M.S
Ira-Kira 57 Buah Pidatonya Sampai Kepada Kita Sekarang Ini. Will Durant
Menyimpulkan Kepada Kita Gaya Pidatonya.21
Pidatonya Mempunyai Kelebihan Dalam Menyajikan Secara Bergelora Satu Sisi
Masalah Atau Karakter; Dalam Menghibur Khalayak Dengan Humor Dan Anekdot; Dalam
Menyentuh Kebanggaan, Prasangka, Perasaan, Patriotisme Dan Kesalehan; Dalam
Mengungkapkan Secara Keras Kelemahan Lawan - Yang Sebenarnya Atau Yang
Diberitakan, Yang Tersembunyi Atau Yang Terbuka; Dalam Mengalihkan Perhatian Secara
Terampil Dari Pokok-Pokok Pembicaraan Yang Kurang Menguntungkan; Dalam
Memberondong Pertanyaan Retoris Yang Sulit Dijawab; Dalam Menghimpun Serangan-
Serangan, Dengan Kalimat-Kalimat Periodik Yang Anak-Anaknya Seperti Cambukan Dan
Yang Badainya Membahana.
Dari Tulisan-Tulisannya Yang Sampai Sekarang Bisa Dibaca, Kita Mengetahui
Bahwa Cicero Sangat Terampil Dalam Menyederhanakan Pembicaraan Yang Sulit. Bahasa
Latinnya Mudah Dibaca. Melalui Penanya, Bahasa Mengalir Dengan Deras Tetapi Indah.

Marcus Tulius Cicero, Ia Begitu Termasyhur Karena Bukunya Berjudul “De Oratore” Dan
Karena Penampilannya Sebagai Seorang Orator. Cicero Mempunyai Suara Yang Bervolume
Berat Dan Berirama Mengun, Pada Suatu Saat Keras Menggema Di Saat Lain Halus
Memelas, Kadang Disertai Cucuran Air Mata.

Buku De Oratore Yang Telah Ditulis Cicero Terdiri Atas Tiga Jilid. Jilid I
Menguraikan Pelajaran Yang Diperlukan Oleh Seorang Orator, Jilid II Menjelaskan Hal
Pengaruh, Dan Jilid III Menerangkan Bentuk-Bentuk Pidatonya. Sebagai Pemuka Retorika,
Cicero Mengembangkan Kecakapan Retorika Menjadi Ilmu. Menurutnya, Sistematika
Retorika Mencakup Dua Tujuan Pokok Yang Bersifat “Suasio” (Anjuran) Dan “Dissuasio”
(Penolakan).
Panduan Dari Kedua Sifat Itu Seringkali Dijumpai Dalam Pidato-Pidato Peradilan Di
Muka Senat Romawi Di Roma. Pada Saat Itu Tujuan Pidato Di Hadapan Pengadilan Adalah
Untuk Menyadarkan Public Tentang Hal-Hal Yang Menyangkut Keentingan Rakyat.
Perundang-Undangan Negara, Dan Keputusan-Keputusan Yang Akan Diambil. Hali Ini,
Menurut Cicero Hanya Dapat Dicapai Dengan Menggunakan Teknik Dissuasio, Apabila

21
Buku Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek karya Prof. Drs. Onong Uchjana, M.A.
Terdapat Kekeliruan Atau Pelanggaran Dalam Hubungannya Dengan Undang-Undang. Atau
Suasio Jika Akan Mengajak Masyarakat Untuk Mematuhi Undang-Undang Dan Keadilan.22
Orator Termasyhur Itu Menyatakan Bahwa Ketika Mempengaruhi Khalayak Seorang Orator
Harus Meyakinkan Mereka Dengan Mencerminkan Kebenaran Dan Kesusilaan. Retorika
Gaya Cicero Meliputi Tahap-Tahap Sebagai Berikut:
A. Investio
Investio Berarti Mencari Bahan Dan Tema Yang Akan Dibahas. Bahan Yang Telah
Diperoleh Disertai Bukti-Bukti Pada Tahap Ini Dibahas Secara Singkat Dengan Menjurus
Kepada Upaya-Upaya :
1) Mendidik
2) Membangkitkan Kepercayaan
3) Menggerakkan Perasaan

B. Ordo Collocatio
Ordo Collocatio, Berarti Penyusunan Pidato. Disini Sang Orator Dituntut Kecakapan
Mengolah Kata-Kata Mengenai Aspek-Aspek Tertentu Berdasarkan Pilihan Mana Yang
Terpenting, Penting, Kurang Penting Dan Tidak Penting. Dalam Hubungan Ini Susunan
Pidato Secara Sistematis Terbagi Menjadi :
1) Exordium (Pendahuluan)
2) Narration (Peneguhan)
3) Conformatio (Peneguhan)
4) Reputatio (Pertimbangan)
5) Peroratio (Penutup)

Puluhan Tahun Sepeninggal Cicero, Quintillianus Mendirikan Sekolah Retorika. Ia


Sangat Mengagumi Cicero Dan Berusaha Merumuskan Teori-Teori Retorika Dari Pidato Dan
Tulisannya. Apa Yang Dapat Kita Pelajari Dari Quintillianus? Banyak. Secara Singkat, Will
Durant Menceritakan Kuliah Retorika Quantillianus, Yang Dituliskannya Dalam
Buku Institutio Oratoria:
Ia Mendefinisikan Retorika Sebagai Ilmu Berbicara Yang Baik. Pendidikan Orator
Harus Dimulai Sebelum Dia Lahir: Ia Sebaiknya Berasal Dari Keluarga Terdidik, Sehingga
Ia Bisa Menerima Ajaran Yang Benar Dan Akhlak Yang Baik Sejak Napas Yang Ia Hirup
Pertama Kalinya. Tidak Mungkin Menjadi Terpelajar Dan Terhormat Hanya Dalam Satu
22
Buku Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi karya Prof. Drs. Onong Uchjana, M.A.
Generasi. Calon Orator Harus Mempelajari Musik Supaya Ia Mempunyai Telinga Yang
Dapat Mendengarkan Harmoni; Tarian, Supaya Ia Memiliki Keanggunan Dan Ritma; Drama,
Untuk Menghidupkan Kefasihannya Dengan Gerakan Dan Tindakan; Gimnastik, Untuk
Memberinya Kesehatan Dan Kekuatan; Sastra, Untuk Membenhik Gaya Dan Melatih
Memorinya, Dan Memperlengkapinya Dengan Pemikiran-Pemikiran Besar; Sains, Untuk
Memperkenalkan Dia Dengan Pemahaman Mengenai Alam; Dan Filsafat, Untuk Membentuk
Karakternya Berdasarkan Petunjuk Akal Dan Bimbingan Orang Bijak. Karena Semua
Persiapan Tidak Ada Manfaatnya Jika Integritas Akhlak Dan Kemuliaan Rohani Tidak
Melahirkan Ketulusan Bicara Yang Tak Dapat Ditolak. Kemudian, Pelajar Retorika Harus
Menulis Sebanyak Dan Secermat Mungkin.23

F. RETORIKA ZAMAN MODERN

a. Pengertian Retorika Modern


Retorika Modern Diartikan Sebagai Seni Berbicara Atau Kemampuan Untuk
Berbicara Dan Berkhotbah Sehingga Efektivitas Penyampaian Pesan Dalam Retorika
Sangat Dipengaruhi Oleh Teknik Atau Keterampilan Berbicara Komunikator.

Retorika Modern Harus Disampaikan Secara Efektif Dan Efisien Dan Lebih
Ditekankan Kepada Berbahasa Secara Tertulis, Dengan Tidak Mengabaikan Kemampuan
Secara Lisan. Berbahasa Secara Efektif Diarahkan Kepada Hasil Yang Akan Dicapai
Penulis Dan Pembaca, Bahwa Amanat Yang Ingin Disampaikan Dapat Diterima Dan Utuh.
Sedangkan Secara Efisien Dimaksudkan Bahwa Alat Atau Cara Yang Dipergunakan
Untuk Menyampaikan Suatu Amanat Dapat Membawa Hasil Yang Besar, Sehingga Penulis
Dan Pembicara Tidak Perlu Mengulang Dan Berlebihan Dalam Penyampaian. Sehingga
Retorika Modern Lebih Mengedepankan Bahasa Tertulis Tanpa Mengesampingkan Bahasa
Lisan.
b. Sejarah Retorika Modern
Pertemuan Orang Eropa Dengan Islam Dalam Perang Salib Menimbulkan Renaissance.
Renaissance Mengantarkan Kita Kepada Retorika Modern. Yang Membangun Jembatan,
Menghubungkan Renaissance Dengan Retorika Modern Adalah Roger Bacon (1214-1219).
Ia Bukan Saja Memperkenalkan Metode Eksperimental, Tetapi Juga Pentingnya Pengetahuan
Tentang Proses Psikologis Dalam Studi Retorika.
23
Tinambunan, jamilin. 2007. Ketrampilan Menulis. Pekanbaru: UIR.
Ia Menyatakan, Kewajiban Retorika Ialah Menggunakan Rasio Dan Imajinasi Untuk
Menggerakkan Kemauan Secara Lebih Baik. Rasio, Imajinasi, Kemauan Adalah Fakultas-
Fakultas Psikologis Yang Kelak Menjadi Kajian Utama Ahli Retorika Modern. Aliran
Pertama Retorika Dalam Masa Modern, Yang Menekankan Proses Psikologis, Dikenal
Sebagai Aliran Epistemologis. Epistemologi Membahas “Teori Pengetahuan” Asal-Usul,
Sifat, Metode, Dan Batas-Batas Pengetahuan Manusia. Para Pemikir Epistemologis Berusaha
Mengkaji Retorika Klasik Dalam Sorotan Perkembangan Psikologi Kognitif (Yakni, Yang
Membahas Proses Mental).
Aliran Retorika Modern Kedua Dikenal Sebagai Gerakan Belles Lettres (Bahasa
Prancis: Tulisan Yang Indah). Retorika Belletris Sangat Mengutamakan Keindahan Bahasa,
Segi-Segi Estetis Pesan, Kadang-Kadang Dengan Mengabaikan Segi Informatifnya. Hugh
Blair (1718-1800) Menulis Lectures On Rhetoric And Belles Lettres. Di Sini Ia Menjelaskan
Hubungan Antara Retorika, Sastra, Dan Kritik. Ia Memperkenalkan Fakultas Citarasa (Taste),
Yaitu Kemampuan Untuk Memperoleh Kenikmatan Dari Pertemuan Dengan Apa Pun Yang
Indah. Karena Memiliki Fakultas Citarasa, Anda Senang Mendengarkan Musik Yang Indah,
Membaca Tulisan Yang Indah, Melihat Pemandangan Yang Indah, Atau Mencamkan Pidato
Yang Indah. Citarasa, Kata Blair, Mencapai Kesempurnaan Ketika Kenikmatan Inderawi
Dipadukan Dengan Rasio, Ketika Rasio Dapat Menjelaskan Sumber-Sumber Kenikmatan.24
Aliran Pertama (Epistemologi) Dan Kedua (Belles Lettres) Terutama Memusatkan
Perhatian Mereka Pada Persiapan Pidato Pada Penyusunan Pesan Dan Penggunaan Bahasa.
Aliran Ketiga Disebut Gerakan Elokusionis Justru Menekankan Teknik Penyampaian Pidato.
Gilbert Austin, Misalnya Memberikan Petunjuk Praktis Penyampaian Pidato, Pembicara
Tidak Boleh Melihat Melantur. Ia Harus Mengarahkan Matanya Langsung Kepada
Pendengar, Dan Menjaga Ketenangannya. Ia Tidak Boleh Segera Melepaskan Seluruh
Suaranya, Tetapi Mulailah Dengan Nada Yang Paling Rendah, Dan Mengeluarkan Suaranya
Sedikit Saja; Jika Ia Ingin Mendiamkan Gumaman Orang Dan Mencengkeram Perhatian
Mereka”. James Burgh, Misal Yang Lain, Menjelaskan 71 Emosi Dan Cara
Mengungkapkannya.
Dalam Perkembangan, Gerakan Elokusionis Dikritik Karena Perhatian Dan Kesetiaan
Yang Berlebihan Pada Teknik. Ketika Mengikuti Kaum Elokusionis, Pembicara Tidak Lagi
Berbicara Dan Bergerak Secara Spontan. Gerakannya Menjadi Artifisial. Walaupun Begitu,
Kaum Elokusionis Telah Berjaya Dalam Melakukan Penelitian Empiris Sebelum

24
Guntur tarigan, henry. 2005. Menulis Sebagai Suatu Ketrampilan Berbahasa. Bandung: angkasa.
Merumuskan “Resep-Resep” Penyampaian Pidato. Retorika Kini Tidak Lagi Ilmu
Berdasarkan Semata-Mata Otak-Atik Otak Atau Hasil Perenungan Rasional Saja.
Retorika, Seperti Disiplin Yang Lain, Dirumuskan Dari Hasil Penelitian Empiris.
Pada Abad Kedua Puluh, Retorika Mengambil Manfaat Dari Perkembangan Ilmu
Pengetahuan Modern Khususnya Ilmu-Ilmu Perilaku Seperti Psikologi Dan Sosiologi. Istilah
Retorika Pun Mulai Digeser Oleh Speech, Speech Communication, Atau Oral
Communication, Atau Public Speaking.
c. Prinsip – Prinsip Dasar Retorika Modern
Adapun Prinsip-Prinsip Dasar Retorika Modern Antara Lain Sebagai Berikut :
1. Penguasaan Secara Aktif Sejumlah Besar Kosa Kata Bahasa Yang Dikuasainya.
Semakin Besar Jumlah Kosa Kata Yang Dikuasai Secara Aktif, Semakin Mampu
Memilih Kata-Kata Yang Tepat Untuk Menyampaikan Pikiran.
2. Penguasaan Secara Aktif Kaidah-Kaidah Ketatabahasaan Yang Memungkinkan
Penulis Mempergunakan Bermacam-Macam Bentuk Kata Dengan Nuansa Dan
Konotasi Yang Berbeda-Beda. Kaidah-Kaidah Ini Meliputi Bidang Fonologi,
Morfologi, Dan Sintaksis.
3. Mengenal Dan Menguasai Bermacam-Macam Gaya Bahasa, Dan Mampu
Menciptakan Gaya Yang Hidup Dan Baru Untuk Lebih Memudahkan
Penyampaian Pikiran Penulis.
4. Memiliki Kemampuan Penalaran Yang Baik, Sehingga Pikiran Penulis Dapat
Disajikan Dalam Suatu Urutan Yang Teratur Dan Logis.
5. Mengenal Ketentuan-Ketentuan Teknis Penyusunan Komposisi Tertulis,
Sehingga Mudah Dibaca Dan Dipahami, Disamping Bentuknya Dapat Menarik
Pembaca. Ketentuan Teknis Disini Dimaksudkan Dengan: Masalah Pengetikan/
Pencetakan, Cara Penyusunan Bibliografi, Cara Mengutip, Dan Sebagainya.
6. Dengan Demikian Pencorakan Komposisi Dalam Retorika Modern Akan
Meliputi Bentuk Karangan Yang Disebut: Eksposisi, Argumentasi, Deskripsi,
Dan Narasi.
7. Eksposisi Adalah Suatu Bentuk Retorika Yang Tujuannya Adalah Memperluas
Pengetahuan Pembaca, Agar Pembaca Tahu Mengenai Apa Yang Diuraikan.
8. Argumentasi Merupakan Teknik Untuk Berusaha Mengubah Dan Mempengaruhi
Sikap Pembaca.
9. Deskripsi Menggambarkan Obyek Uraian Sedemikian Rupa Sehingga Barang
Atau Hal Tersebut Seolah-Olah Berada Di Depan Mata Pembaca.
10. Narasi Merupakan Teknik Retorika Untuk Mengisahkan Kejadian –Kejadian
Yang Ingin Disampaikan Penulis Sedemikian Rupa, Sehingga Pembaca
Merasakan Seolah-Olah Ia Sendiri Yang Mengalami Peristiwa Tersebut.

D. Tokoh – Tokoh Retorika Modern

Di Bawah Ini Diperkenalkan Sebagian Dari Tokoh-Tokoh Retorika Modern :


1. James A Winans
Ia Adalah Perintis Penggunaan Psikologi Modern Dalam Pidatonya. Bukunya,
Public Speaking, Terbit Tahun 1917 Mempergunakan Teori Psikologi Dari William
James Dan E.B Tichener. Sesuai Dengan Teori James Bahwa Tindakan Ditentukan
Oleh Perhatian, Winans, Mendefinisikan Persuasi Sebagai “Proses Menumbuhkan
Perhatian Yang Memadai Baik Dan Tidak Terbagi Terhadap Proposisi-Proposisi”. Ia
Menerangkan Pentingnya Membangkitkan Emosi Melalui Motif-Motif Psikologis
Seperti Kepentingan Pribadi, Kewajiban Sosial Dan Kewajiban Agama. Cara Berpidato
Yang Bersifat Percakapan (Conversation) Dan Teknik-Teknik Penyampaian Pidato
Merupakan Pembahasan Yang Amat Berharga. Winans Adalah Pendiri Speech
Communication Association Of America (1950).
2. Charles Henry Woolbert
Ia Pun Termasuk Pendiri The Speech Communication Association Of America. Kali
Ini Psikologi Yang Amat Mempengaruhinya Adalah Behaviorisme Dari John B. Watson.
Tidak Heran Kalau Woolbert Memandang “Speech Communication” Sebagai Ilmu
Tingkah Laku. Baginya, Proses Penyusunan Pidato Adalah Kegiatan Seluruh Organisme.
Pidato Merupakan Ungkapan Kepribadian. Logika Adalah Dasar Utama Persuasi. Dalam
Penyusunan Persiapan Pidato, Menurut Woolbert Harus Diperhatikan Hal-Hal Berikut:
(1) Teliti Tujuannya, (2) Ketahui Khalayak Dan Situasinya, (3) Tentukan Proposisi Yang
Cocok Dengan Khalayak Dan Situasi Tersebut, (4) Pilih Kalimat-Kalimat Yang
Dipertalikan Secara Logis. Bukunya Yang Terkenal Adalah The Fundamental Of
Speech.
3. William Noorwood Brigance
Berbeda Dengan Woolbert Yang Menitikberatkan Logika, Brigance Menekankan
Faktor Keinginan (Desire) Sebagai Dasar Persuasi. “Keyakinan”, Ujar Brigance, “Jarang
Merupakan Hasil Pemikiran. Kita Cenderung Mempercayai Apa Yang Membangkitkan
Keinginan Kita, Ketakutan Kita Dan Emosi Kita”. Persuasi Meliputi Empat Unsur: (1)
Rebut Perhatian Pendengar, (2) Usahakan Pendengar Untuk Mempercayai Kemampuan
Dan Karakter Anda, (3) Dasarkanlah Pemikiran Pada Keinginan, Dan (4) Kembangkan
Setiap Gagasan Sesuai Dengan Sikap Pendengar.
4. Alan H. Monroe
Bukunya, Principles And Types Of Speech, Banyak Kita Pergunakan Dalam
Buku Ini. Dimulai Pada Pertengahan Tahun 20-An Monroe Beserta Stafnya Meneliti
Proses Motivasi (Motivating Process). Jasa Monroe Yang Terbesar Adalah Cara
Organisasi Pesan. Menurut Monroe, Pesan Harus Disusun Berdasarkan Proses Berpikir
ManusiaYangDisebutnyaMotivatedSequence.
Beberapa Sarjana Retorika Modern Lainnya Yang Patut Kita Sebut Antara Lain
A.E. Philips (Effective Speaking, 1908), Brembeck Dan Howell (Persuasion: A Means
Of Social Control, 1952), R.T. Oliver (Psychology Of Persuasive Speech, 1942). Di
Jerman, Selain Tokoh “Notorious” Hitler, Dengan Bukunya Mein Kampf, Maka
Naumann (Die Kunst Der Rede, 1941), Dessoir (Die Rede Als Kunst, 1984) Dan
Damachke (Volkstumliche Redekunst, 1918) Adalah Pelopor Retorika Modern Juga.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Dengan memahami sejarah perkembangan retorika dan tokoh-tokohnya, kita dapat


melihat bagaimana retorika telah menjadi bagian penting dalam membentuk budaya dan
masyarakat di berbagai zaman. Dari kebijaksanaan para filsuf Yunani kuno hingga strategi
berbicara politik yang digunakan dalam zaman modern, retorika terus berperan dalam
mempengaruhi pemikiran dan tindakan manusia.
Melalui retorika, manusia belajar untuk tidak hanya menyampaikan informasi, tetapi juga
untuk membangun hubungan, mempengaruhi pemikiran orang lain, dan menginspirasi
perubahan. Retorika memainkan peran kunci dalam proses komunikasi yang efektif, baik
dalam lingkungan akademis, profesional, maupun sosial.
Dengan demikian, pengetahuan tentang retorika dan sejarah perkembangannya tidak
hanya relevan untuk bidang studi tertentu, tetapi juga penting bagi siapa saja yang ingin
mengembangkan kemampuan komunikasi mereka. Melalui pemahaman yang lebih dalam
tentang retorika, kita dapat menjadi pembicara yang lebih efektif, pemimpin yang lebih kuat,
dan pembuat perubahan yang lebih baik dalam masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA

Riza Zahrial falah danSiti Hidayati, Retorika Dakwah (Studi Retorika Dakwah Lulung
Mumtazah) Jurnal Komunikasi Penyiaran Islam, 8.2 (2021)

Sunarjo, Djunaisih, S. 1983. Komunkasi, Persuasi Dan Retorika. Yogyakarta: Liberty.

Suhandang, Kustadi. 2009. Retorika: Strategi Teknik dan Taktik Pidato. Bandung: Nuansa.

Syafi’ie, I. 1988. Retorika dalam Menulis. Jakarta: Depdikbud.

Hendrikus, P.Dori Wuwur. 1991. Retorika; Terampil berpidato, Berdiskusi, Berargumentsi,


dan Bernegosiasi. Yogyakarta: Kanisius.

Jalalluddin Rahmat, Op. Cit Ibid

https://repository.uinsa.ac.id/id/eprint/1376/

Henri Wald, Pengantar Logika Dialektis . John Benjamins, 1975

Don E. Marietta, Pengantar Filsafat Kuno . ME Sharpe, 1998

Robert D'Amico, Filsafat Kontinental Kontemporer . Westview Press, 1999


Simon Blackburn, Pikirkan: Pengantar Filsafat yang Menarik . Oxford University Press,
1999

Doni Gahral Adian, Januari 2022, Pengantar Fenomologi, Koekoesan, Jawa Barat.Michael

Suyanto, Muhammad Ghazali Bagus Ani Putra, Ike Hardiana, Ilham Nur Alfian, 2012

Jibrael Rorong, 2020, Fenomologi, Deepublish. Yogyakarta.

Intan Rahmawati, 2022, Pengantar Psikologi Sosial, Bumi Aksara, Jakarta.

Buku Filsafat Bahasa, Masalah dan Perkembangannya karya Drs. Kaelan, M.S

Buku Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek karya Prof. Drs. Onong Uchjana, M.A.

Buku Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi karya Prof. Drs. Onong Uchjana, M.A.

Tinambunan, jamilin. 2007. Ketrampilan Menulis. Pekanbaru: UIR.

Guntur tarigan, henry. 2005. Menulis Sebagai Suatu Ketrampilan Berbahasa. Bandung:
angkasa.

Anda mungkin juga menyukai