Anda di halaman 1dari 21

PENYUSUNAN NASKAH PIDATO

Penyusun:

1. Tio Wahyu Arizki Nanda (B91219131)


2. Faruq Shofihara (B912191)

Dosen Pengampu :

Dr. H.Ahmad Sunarto AS, MEI

KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM


FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
2020
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT. Tuhan semesta alam Atas rahmat, taufik dan hidayahnya
lah kami dapat merampung makalah ini yang Alhamdulillah sudah ditangan pembaca.

Kata terima kasih tak lupa kami ucapkan kepada rekan-rekan mahasiswa dan
mahasiswi, atas bantuan dan partisipasinya untuk menyelesaikan makalah ini. Adapun isi
makalah ini tentang Perencanaan dan Penyusunuan Pidato.

Besar harapan kami agar makalah ini dapat berguna untuk para rekan-rekan sesama
mahasiswa dan mahasiswi dalam proses perkuliahan untuk membantu mahasiswa(i) dalam
mencari informasi yang relavan dan aktual serta menambah dan memperluas wawasan kita.

Akhir kata yang kami ucapkan mohon maaf jika dalam proses penulisan makalah ini
banyak kekurangan disana dan disini. Pikiran kritis dan sumbang saran sangat diharapkan
demi perbaikan makalah ini.

Page | i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................i

DAFTAR ISI...............................................................................................................................ii

BAB I: PENDAHULUAN........................................................................................................3

A. Latar Belakang................................................................................................................3
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................4
C. Tujuan.............................................................................................................................4

BAB II: PEMBAHASAN.........................................................................................................5

A. Jenis Jenis Pidato Retoris................................................................................................5


B. Teknik memilih topik dan judul yang baik.....................................................................7
C. Teknik mengembangkan bahasan..................................................................................10

BAB III: PENUTUP................................................................................................................19

A. Kesimpulan....................................................................................................................19
B. Saran..............................................................................................................................19

Daftar Pustaka............................................................................................................................20

Page | ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Retorika adalah seni berpidato atau mengarang membuat naskah dengan baik.
Retorika juga dapat diartikan sebagai seni untuk berbicara baik maupun yang dicapai
berdasarkan bakat (talenta), dan ketrampilan teknis (Abdullah, 2009:109). Dapat
disimpulkan bahwa retorika sangat dibutuhkan dalam bidang yang berhubungan dengan
ilmu komunikasi, dalam komunikasi kelompok, dimana setiap komunikator mempunyai
andil dalam pembahasan.

Berbicara berarti mengucapkan kata atau kalimat kepada seseorang atau sekelompok
orang, untuk mencapai suatu tujuan tertentu. 1 Retorika (rhetoric, rhetorica) sering
dipahami sebagai ilmu berpidato (the art of oratory). Seni penggunaan bahasa secara
efektif (the art of using language effectively). Seni berbicara dengan baik yang
dicapai berdasarkan bakat alam dan ketrampilan teknis. Retorika merupakan ilmu
dan seni yang mengajar orang untuk terampil menyusun tuturan yang efektif.
Retorika juga merupakan seni untuk “memanipulasi” percakapan (the art of fake
speech).

Retorika adalah salah satu tradisi dalam ilmu komunikasi.Para ilmuwan komunikasi
seharusnya menguasai segi praktis dan teoritik dalam ilmu komunikasi termasuk
dalam bidang retorika-kemampuan berpidato. Karena itu diperlukan kajian dan riset
yang lebih banyak lagi pada bidang retorika. Pesan informatif, persuasif dan pesan-
pesan kreatif yang menjadi domain kajian retorika seharusnya dikuasai mahasiswa
ilmu komunikasi yang mencakup kemampuan berdiskusi, berdebat, bernegosiasi,
presentasi, interview dan seterusnya

1
Dori Wuwur. Hendrikus. 1991. Retorika terampil berpidato, berdiskusi, beragumentasi, bernegosiasi.
Yogyakarta: Kanisius, hal 14

Page | iii
B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari latar belakang diatas sebagai berikut :

1. Apa pengertian pengertian retorika?


2. Bagaimana teknik memilih topik dan judul yang baik?
3. Bagaimana teknik mengembangkan bahasan pidato?
4. Bagaimana menyusun pidato?

c. tujuan masalah

1. Untuk mengetahui pengertian pengertian retorika?


2. Untuk mengetahui teknik memilih topik dan judul yang baik?
3. Untuk mengetahui teknik mengembangkan bahasan pidato?
4. Untuk mengetahui bagaimana menyusun pidato?

BAB II

PEMBAHASAN

Page | iv
A. Jenis – Jenis Pidato Retoris

Retorika sering juga disebut seni persuasi, dan persuasi adalah proses mempengaruhi
pendapat, sikap dan tindakan orang dengan menggunakan manipulasi psikologis sehingga
orang tersebut bertindak seperti atas kehendaknya sendiri. Pendapat, sikap dan tindakan
adalah fenomena kepribadian, karena itu seorang orator (ahli pidato) perlu mengetahui
faktor-faktor yang menentukan kepribadian manusia”2. (Jalaluddin Rakhmat, 2008:102)

Titik tolak Retorika adalah berbicara, yakni mengucapkan kata atau kalimat kepada
seseorang atau sekelompok orang, untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Berbicara
adalah salah satu kemampuan khusus pada manusia. Bahasa dan pembicaraan ini
muncul, ketika manusia mengucapkan dan menyampaikan pikirannya kepada manusia
lain3. Pidato merupakan sebuah cara yang memiliki tujuan untuk menyampaikan sebuah ide
atau gagasan melalui ungkapan kepada siapapun yang hendak menyaksikan. Pidato sendiri
disampaikan dalam bentuk kata-kata, namun yang patut diperhatikan saat berpidato adalah
ekspresi wajah, intonasi suara dan gestur yang kamu tunjukkan harus diperhatikan dengan
baik. 

Orang yang menyaksikan tidak hanya akan mendengarkan suara orang yang berpidato, tetapi
juga melihat secara jelas bagaimana ekspresi wajah dan gerak-gerik yang kita tunjukkan.
Seperti pada saat seseorang berpidato di pemakaman. Untuk menunjukkan empati, seseorang
yang berpidato harus menunjukkan gestur kesedihan dan empati yang mendalam, agar
mereka yang mendengarnya dapat merasakan lebih dalam perasaan keluarga dan kerabat
yang tengah berduka.

Retoris adalah salah satu jenis majas dalam Bahasa Indonesia. Berbeda dengan majas-majas
lain yang berbentuk narasi, majas retoris ini berbentuk kalimat, karenanya ada yang
menyebut kalimat retoris atau kalimat retorik. Retoris adalah majas yang berupa pertanyaan
yang sebenarnya tidak perlu dijawab. Karena jawaban atau maksud si penanya sudah
terkandung dalam pertanyaan tersebut4.

Contoh: “Untuk apa kita berperang, bukankah sebaiknya kita berdamai?.” Dalam kalimat di
atas sudah dapat dijelaskan bahwa sebenarnya opsi yang dipilih dalam keadaan tersebut
adalah opsi damai dan tidak ada opsi lainnya.
2
Rakhmat, Jalaluddin, 2008, Retorika ModernPendekatan Praktis, Bandung: Rosdakarya.
3
Isbandi Sutrisno dan Ida Wiendijarti, “Kajian Retorika Untuk Pengembangan Pengetahuan dan Ketrampilan
Berpidato” Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 12, Nomor 1, Januari- April 2014, halaman 76
4
Retoris Wikipedia bahasa Indonesia, “https://id.wikipedia.org/wiki/Retoris.” (diakses pada 30/04/2021)

Page | v
Kalimat Retoris sering dipakai untuk menegaskan suatu maksud, tanpa mengeliminasi
kondisi yang sedang terjadi. Contoh: “Mengapa kita berenang, apakah tidak lebih cepat
dengan perahu.?” Kalimat tersebut menyatakan bahwa sebenarnya untuk mencapai suatu
tempat tujuan tidak harus dengan berenang melainkan dapat menggunakan perahu karena si
penanya memiliki gagasan bahwa dengan menggunakan perahu tentu akan lebih cepat sampai
tujuan.

 Menurut aristoteles dalam buku Pengantar Teori Komunikasi Richard (2008)5, terdapat tiga
jenis Retorika, yakni:
1). Retorika Forensik, berfokus pada sifat yuridis dan mempersoalkan masa lalu untuk
menentukan benar atau salah.
2). Retorika Demonstratif, berfokus pada Epikdeiktik, berkaitan dengan wacana
pujian dan tuduhan untuk memperkuat sifat baik atau buruk seseorang, lembaga maupun
gagasan. Pidato jenis ini bertujuan memuji, menghormati atau bahkan sebaliknya.
3). Retorika Deliberativ, yang bermaksud untuk menentukan tindakan yang harus
atau tidak boleh dilakukan khalayak. Dapat disimpulkan bahwa pada teori Retorika
klasik, kemampuan retorika lebih banyak dipraktekkan pada bidang hukum serta
kepentingan politik.
 berdasarkan tujuannya, Menurut Ermawati Arief (2001: 68-79) pidato secara garis besar
dibagi menjadi empat, yaitu sebagai berikut6:
1. Pidato Impromtu

Pidato impromtu merupakan jenis pidato yang dilakukan secara tiba-tiba, spontan, tanpa
persiapan sebelumnya.

Impromtu lebih kepada mengungkapkan perasaan pembicara yang sebenarnya, karena


pembicara tidak memikirkan lebih dulu pendapat yang disampaikannya. Bisa juga dibilang
ini merupakan pidato yang jujur.

Gagasan dan pendapat pembawa pidato datang secara spontan, sehingga tampak hidup dan
bikin orang untuk terus berpikir.

2. Pidato Manuskrip

5
Richard, DP. West, 2008, PengantarTeori Komunikasi: Teori dan Aplikasi: Jakarta:Salemba Humanika.
6
Arief, Ermawati. 2001. Retorika (seni berbahasa lisan dan tulisan). Padang: UNP

Page | vi
Pidato manuskrip merupakan teks pidato dengan menggunakan naskah, di mana juru pidato
membacakan naskah pidato yang telah disiapkan dari awal sampai akhir.

Kata-kata dalam pidato manuskrip dapat dipilih dengan baik sehingga juru pidato dapat
menyampaikan arti yang tepat dan pernyataan yang jelas. Pernyataan dapat dihemat, karena
manuskrip dalam bahan pidato dapat disusun kembali. Kefasihan bicara dapat dicapai dan
diatur, karena kata-kata sudah disiapkan sebelumnya. Hal-hal yang menyimpang dapat
dihindari.

3. Pidato Memoriter

Pidato memoriter merupakan pidato yang ditulis dalam bentuk naskah lalu setelahnya
dihafalkan kata demi kata. Pada pidato jenis memoriter seperti ini, yang penting kamu
memiliki kemampuan menghafalkan teks pidato dan mengingat kata-kata yang ada di naskah
pidato dalamnya dengan baik.

4. Pidato Ekstempore

Pidato ekstempore adalah jenis pidato yang paling baik dan paling sering digunakan oleh juru
pidato yang berpengalaman dan mahir. Untuk menyampaikan pidato jenis ekstempore, juru
pidato harus menyiapkan garis-garis besar (outline) dan pokok-pokok bahasan penunjang
yang dibutuhkan (supporting points) saja. 
Tetapi, dalam konteks ini, pembicara tidak berusaha mengingat atau menghafalkan kata demi
kata. Outline hanya merupakan pedoman untuk mengatur gagasan yang ada dalam pikiran
kita. Keuntungan pidato ekstempore ialah komunikasi pendengar dan pembicara lebih baik
karena pembicara berbicara langsung kepada pendengar atau khalayaknya, pesan dapat
fleksibel untuk diubah sesuai dengan kebutuhan dan penyajiannya lebih spontan.

 Berdasarkan isi pesan , pidato dapat dibedakan dalam tiga bentuk, yaitu pidato informatif,
pidato persuasif dan pidato rekreatif7.
1. Pidato informatif
ditujukan untuk menambah pengetahuan pendengar. Komunikan diharapkan
mendapatkan penjelasan, menaruh minat dan memiliki pengertian tentang
persoalan yang dibicarakan.Jenis-jenis pidato informatif:

7
Isbandi Sutrisno dan Ida Wiendijarti, “Kajian Retorika Untuk Pengembangan Pengetahuan dan Ketrampilan
Berpidato” Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 12, Nomor 1, Januari- April 2014, halaman 78

Page | vii
Pidato Informatif Presiden SBY
a. Kuliah, yakni cara menyajikan biasanya dengan membaca teks yang
sudah dipersiapkan
b. Ceramah. Ceramah harus menampilkan disposisi yang jelas, bahasa yang
padat dan berisi.
c. Referat/makalah atau pengantar singkat. Referat dapat dibawakan di
konperensi. Pada dasarnya referat dibatasi uraiannya pada hal-hal yang
esensial, sehingga lebih mengenai budi dan bukan perasaan manusia.
d. Pengajaran, uraian yang di susun secara pedagogis, bentuk penyampaian
bermacam-macam sehingga tidak membosankan.
e. Wejangan Informatif, ceramah santai di depan sekelompok pendengar
dalam jumlah kecil, bentuk penyampaian sering menggunakan slide.
2. Pidato Persuasif
Pidato persuasif merupakan pidato yang bertujuan untuk mempengaruhi
pendengar dengan membujuk pendengar agar mengubah pilihan atau sikapnya. Pidato
ini ditujukan agar orang mempercayai sesuatu, melakukannya dengan rasa
antusias. Keyakinan dan tindakan semangat adalah bentuk reaksi yang diharapkan.

Page | viii
Pidato Persuasif Ir. Soekarno
3. Pidato Rekreatif
Merupakan pidato yang tujuan utamanya adalah menyenangkan atau
menghibur orang lain. Reaksi yang diinginkan adalah terhiburnya pendengar
sehingga muncul suatu kegembiraan. Pidato rekreatif ini biasanya terdapat dalam
jamuan-jamuan, pesta-pesta, dan perayaan-perayaan.

Pidato Rekreatif Barack Obama


Adapun contoh pidato rekreatif adalah pidato Presiden Amerika Serikat Barack
Obama saat berkunjung ke Jakarta. Pidato Barack Obama tersebut sungguh
menghibur dan mampu mengundang tawa pendengar karena saat berpidato, Barack
Obama mengucapkan beberapa kalimat menggunakan bahasa Indonesia

Page | ix
seperti “Selamat pagi, assalamualaikum, salam sejahtera”, “Pulang kampung,
nih.” Selain itu Barack Obama juga menirukan suara saat memanggil tukang
sate yang sering dia lakukan waktu kecil saat bertempat tinggal di Jakarta dulu. Hal
itu pun lantas mengundang kekaguman dan gelak tawa bagi para hadirin di tempat
Barack Obama pidato tersebut.

Dalam prakteknya tidak ada pidato yang murni informatif, hanya persuasif atau
semata-mata rekreatif, sehingga mungkin suatu pidato bersifat informatif sekaligus
persuasif dan seterusnya. Akan tetapi suatu pidato harus mempunyai tekanan
atau tujuan yang khas dari berbagai sifat pidato di atas.

 Jenis-jenis pidato ditentukan oleh beberapa faktor seperti: situasi, tempat, tujuan dan isi
pembicaraan. Faktor-faktor yang menjadi patokan untuk menentukan jenis pidato menurut
Hendrikus (1991: 48-50) yaitu8:
1. Bidang Politik

Dalam dunia politik sering diucapkan pidato yang bertujuan politis. Pendengar pidato politis
pada umumnya adalah massa rakyat. Tujuan pidato politis pada umumnya bukan mengajar,
tetapi mempengaruhi; bukan meyakinkan, tetapi membakar semangat. Oleh karena itu,
pembicara harus menguasai psikologi massa. Di samping itu dia harus menguasai teknik dan
taktik berbicara. Dia juga harus menguasai teknik penampilan, sehingga memberi kesan pasti
dan mengundang kepercayaan pihak pendengar terhadap dirinya. Seorang pembicara politis
yang baik, harus sanggup membimbing massa untuk mengambil keputusan, meskipun hanya
dengan menggunakan suaranya. Kata-katanya tidak boleh hanya menyentuh akal para
pendengar, tetapi juga hati mereka.

Jenis-jenis pidato politis yang lazim dibawakan adalah: pidato kenegaraan, pidato parlemen,
pidato pada perayaan nasional, pidato pada kesempatan demonstrasi, dan pidato kampanye.
Pidato politis pada umumnya panjang dan dapat dibawakan langsung dihadapan massa atau
dapat juga melalui media komunikasi seperti radio dan televisi.

2. Kesempatan Khusus

8
Hendrikus, Dori Wuwur, 1991, Retorika, Terampil berpidato, berdiskusi, berargumentasi, bernegosiasi,
Yogyakarta: Kanisius. Halaman 48-50

Page | x
Ada banyak kesempatan atau pertemuan tidak resmi, di mana orang harus membawakan
pidato. Suasana pertemuan semacam ini umumnya akrab, sebab para peserta sudah saling
mengenal, seperti: pertemuan keluarga, sidang organisasi dan sidang antara para anggota dan
pimpinan perusahaan. Bentuk pidato yang dibawakan biasanya disebut kata sambutan,
lamanya antara 3-5 menit. Pidato ini lebih diarahkan untuk menggerakkan hati dan bukan
pikiran pendengar. Sasaran utamanya adalah perasaan, bukan pengertian.

Jenis-jenis pidato yang dibawakan pada kesempatan ini adalah: pidato ucapan selamat datang,
pidato untuk memberi motivasi, pidato ucapan syukur, pidato pembukaan, dan pidato
penutup.

3. Kesempatan Resmi

Dalam kehidupan bermasyarakat sering diselenggarakan berbagai pertemuan karena alasan-


alasan resmi. Para peserta yang hadir adalah para pejabat, para pembesar atau orang-orang
terkemuka yang datang dalam suasana formal. Bentuk pidato ini juga disebut kata sambutan.
Dalam kesempatan resmi, pidato atau sambutan yang dibawakan seharusnya singkat,
meskipun disampaikan secara bebas. Sasarannya lebih untuk menggerakkan perasaan dan
bukan untuk menanamkan pengertian rational.

Jenis-jenis pidato pada kesempatan seperti ini adalah: pidato hari ulang tahun, pidato
pernikahan, pidato perpisahan, pidato pelantikan, pidato pesta perak dan pesta emas.

4. Pertemuan Informatif

            Dalam hubungan dengan pembinaan, sering diselenggarakan pertemuan-pertemuan


informatif. Maksudnya adalah pertemuan dalam kelompok-kelompok kecil atau besar, baik
dalam dunia pendidikan, maupun dalam bidang kehidupan lain, dengan maksud untuk
memberi dan membagi informasi atau untuk membahas suatu masalah secara ilmiah.

            Pidato yang dibawakan pada kesempatan ini bersifat sungguh-sungguh, ilmiah,


objektif dan rasional. Konsentrasi dan pembeberannya lebih pada penalaran rasional.

Page | xi
B. Teknik Memilih Topik dan Judul yang Baik

Sebuah pidato harus disusun sebaik mungkin, sebagaimana mengolah suatu karya
seni. Untuk membangun dibutuhkan perencanaan, konstruksi, sistematisasi, statistik dan
logik. Jadi suatu pidato yang baik harus memiliki skema atau struktur tertentu. Hal lain
yang secara teoritis juga harus diperhatikan adalah mengenai teknik mempersiapkan pidato.

 Sumber untuk menemukan bahan pidato

Orang yang akan berpidato harus menemukan sumber-sumber dari mana ia dapat
menemukan dan memperdalam tema yang akan dibahas. Sumber informasi itu
diantaranya berasal dari:

- Sumber bahan bacaan.


- Bantuan dari orang yang mempunyai wewenang atau para ahli.
- tempat-tempat yang dikunjungi.
- Daftar literatur.
- Media Informasi Radio dan televisi.
- Media Online\

Dalam konteks ini sebuah pepatah cina mengatakan”, orang yang menembak
banyak, belum tentu seorang penembak yang baik. Orang yang berbicara banyak
tidak selalu berarti seorang yang pandai bicara” (Hendrikus, 1999:7). Keterampilan dan
kesanggupan untuk menguasai seni berbicara ini dapat dicapai dengan mencontoh para atau
tokoh-tokoh yang terkenal dengan mempelajari dan mempergunakan hukum-hukum
Retorika dan dengan melakukan latihan yang teratur.

 Tingkat-tingkat persiapan teknis pidato, Hal tersebut dapat dilakukan dengan


memperhatikan tahapan berikut9.

1) Inventio (penemuan bahan). Pada tahap ini, pembicara menggali topik dan
meneliti khalayak untuk mengetahui metode persuasi yang paling tepat. Tema, judul dan
materi pidato dapat diperoleh dari beberapa sumber. Setelah pokok masalah tergambar dalam
pikiran maka mulailah pembicara mencatat beberapa pendapat, tanggapan, dan lain-lain yang
berhubungan dengan masalah yang akan dipidatokan.

9
Moh, Ali Aziz. “Public Speaking, Gaya dan Teknik Pidato Dakwah”. Kencana:2019. Hlm 75

Page | xii
2) Dispositio, yaitu menyusun atau merangkai bahan. Pada tahap ini pembicara menyusun
pidato atau mengorganisasikan pesan. Aristoteles menyebutnya taxis, yang berarti
pembagian. Pesan harus dibagi ke dalam beberapa bagian yang berkaitan secara logis.
Susunan berikut ini mengikuti kebiasaan berpikir manusia: pengantar, pernyataan,
argumen, dan epilog. Menurut Aristoteles, pengantar berfungsi menarik perhatian,
menumbuhkan kredibilitas (ethos), dan menjelaskan tujuan.

3) Elocutio (gaya). Pada tahap ini, pembicara memilih kata-kata dan menggunakan
bahasa yang tepat untuk “mengemas” pesannya. Aristoteles memberikan nasihat,
“gunakan bahasa yang tepat, benar, dan dapat diterima; pilih kata-kata yang jelas dan
langsung; sampaikan kalimat yang indah, mulia, dan hidup; dan sesuaikan bahasa dengan
pesan, khalayak, dan pembicara.”

4) Pronuntiatio (penyampaian). Pada tahap ini, pembicara menyampaikan pesannya


secara lisan. Di sini, akting sangat berperan. Demosthenes menyebutnya hypocrisis (boleh
jadi dari sini muncul kata hipokrit). Pembicara harus memperhatikan olah suara
(vocis) dan gerakan-gerakan, anggota badan (gestus moderatio cum venustate).

Menurut Hendrikus (1991: 51-54), sebuah pidato dikatakan baik apabila memiliki sembilan
hal yaitu sebagai berikut:

1. Pidato yang Saklik


Pidato itu apabila memiliki objektivitas dan unsur-unsur yang mengandung kebenaran. Saklik
juga berarti bahwa ada hubungan yang serasi antara isi pidato dan formulasinya, sehingga
indah kedengaran, tetapi bukan berarti dihiasi dengan gaya Bahasa yang berlebih-lebihan.
Akhirnya saklik juga berarti ada hubungan yang jelas antara pembeberan masalah dengan
fakta dan pendapat atau penelitian pribadi.
2. Pidato yang jelas
Ketentuan sejak zaman kuno menyatakan bahwa pembicara harus mengungkapkan
pikirannya sedemikian rupa, sehingga tidak hanya sedapat mungkin isinya dapat dimengerti,
tetapi juga jangan sampai ada kemungkinan untuk tidak mengerti. Oleh karena itu pembicara
harus memilih ungkapan dan susunan kalimat yang tepat dan jelas untuk menghindari salah
pengertian.
3. Pidato yang hidup
Sebuah pidato yang baik harus hidup. Untuk menghidupkan pidato dapat dipergunakan
gambar, cerita pendek atau kejadian-kejadian.

Page | xiii
4. Pidato yang Memiliki Tujuan

Setiap pidato harus memiliki tujuan, yaitu apa yang mau dicapai. Tujuan ini harus
dirumuskan dalam satu dua pikiran pokok. Dalam membawakan pidato, tujuan ini hendaknya
sering diulang dalam rumusan yang berbeda, supaya pendengar tidak kehilangan benang
merah selama mendengarkan pidato. Kalimat-kalimat yang merumuskan tujuan dan kalimat-
kalimat pada bagian penutup pidato haruslah dirumuskan secara singkat, jelas tetapi padat.
Dalam suatu pidato tidak boleh disodorkan terlalu banyak tujuan dan pikiran pokok.

5. Pidato yang Memiliki Klimaks

Suatu pidato yang hanya membeberkan kejadian demi kejadian atau kenyataan demi
kenyataan, akan sangat membosankan. Oleh karena itu, sebaiknya kenyataan atau kejadian-
kejadian itu dikemukakan dalam gaya bahasa klimaks. Berusahalah menciptakan titik-titik
puncak dalam pidato untuk memperbesar ketegangan dan rasa ingin tahu pendengar. Klimaks
itu harus muncul secara organis dari dalam pidato itu sendiri dan bukan karena
mengharapkan tepukan tangan yang riuh dari para pendengar. Klimaks yang dirumuskan
memberikan bobot kepada pidato. Usahakan supaya ketegangan dan rasa ingin tahu
pendengar diciptakan diantara pembukaan dan penutup pidato.

6. Pidato yang Memiliki Pengulangan

Pengulangan atau redudans itu penting karena dapat memperkuat isi pidato dan memperjelas
pengertian pendengar. Pengulangan itu juga menyebabkan pokok-pokok pidato tidak segera
dilupakan. Suatu pengulangan isi pesan yang dirumuskan secara baik akan memberi efek
yang besar dalam ingatan para pendengar.

7. Pidato yang Berisi Hal-hal yang Mengejutkan

Sesuatu itu mengejutkan karena mungkin belum pernah ada dan terjadi sebelumnya atau
karena meskipun masalahnya biasa dan terkenal, tetapi ditempatkan di dalam konteks atau
relasi yang baru dan menarik. Memunculkan hal-hal yang mengejutkan dalam pidato berarti
menciptakan hubungan yang baru dan menarik antara kenyataan-kenyataan yang dalam
situasi biasa tidak dapat dilihat. Hal-hal yang mengejutkan itu dapat menimbulkan
ketegangan yang menarik dan rasa ingin tahu yang besar, tetapi tidak dimaksudkan sebagai
sensasi.

8. Pidato yang Dibatasi

Page | xiv
Orang tidak boleh membeberkan segala soal atau masalah dalam suatu pidato. Oleh karena
itu, pidato harus dibatasi pada satu atau dua soal yang tertentu saja. Pidato yang isinya terlalu
luas akan menjadi dangkal. Voltaire mengatakan: “Rahasia membuat pendengar merasa
bosan ialah menyampaikan segala sesuatu dalam satu pidato!” Marthin Luther pernah
memperingatkan para pengkhotbahnya dengan kata-kata: “Naiklah ke mimbar bukalah
mulutmu dan berhentilah segera!” maksud M. Luther supaya orang berbicara singkat tetapi
padat; berarti harus membatasi diri.

9. Pidato yang Mengandung Humor

Humor dalam pidato itu perlu, hanya saja tidak boleh terlalu banyak, sehingga memberi
kesan bahwa pembicara tidak bersungguh-sungguh. Humor itu dapat menghidupkan pidato
dan memberi kesan yang tak terlupakan pada para pendengar. Humor dapat juga
menyegarkan pikiran pendengar, sehingga mencurahkan perhatian yang lebih besar kepada
pidato selanjutnya.

C. Teknik Mengembangkan Bahasa

Setelah kita menentukan topik yang dianggap paling baik untuk disajikan dalam pidato,
maka topik itu haruslah kita kembangkan uraian-uraian penunjang (supporting points) yang
dapat menambah daya tarik dan lebih mempermudah pengertian sehingga pesan pidato itu
mempunyai nilai komunikasi yang efektif. Adapun pengembangan bahasa itu dapat
menggunakan teknik-teknik sebagai berikut10:

1. Penjelasan
Penjelasan merupakan keterangan yang sederhana dan tidak terperinci untuk
mempersiapkan pendengar kepada keterangan penunjang lainnya. Penjelasan dapat
berupa definisi atau alat-alat vital.
2. Contoh
Seringkali gagasan-gagasan yang sulit dimengerti dapat segera dipahami
pendengar dengan mengemukakan contoh-contoh yang konkret mengenai gagasan
tersebut.
3. Analogi
Analogi adalah perbandingan antara dua hal atau lebih untuk menunjukkan
persamaannya atau perbedaannya, berupa perbandingan harfiah atau kiasan, seperti
10
As Sunarto, “Retorika Dakwah”. Jaudar Press, 2014. Hlm 60

Page | xv
analogi dalam Al-Qur'an tentang orang yang beramal di jalan Allah dengan menanam
sebutir benih yang menumbuhkan berlipat-Iipat hasil (AI-Baqarah [2]: 261).
4. Testimoni
Testimoni adalah pemyataan seorang ahli yang kita kutip untuk menunjang
pembicaraan kita. Termasuk testimoni adalah kutipan dari Al-Qur'an dan Hadits,
atau undang-undang untuk memperkuat pembicaraan kita.
5. Statistik
Statistik adalah angka-angka yang dipergunakan untuk perbandingan khusus
dalam jenis tertentu. Statistik di ambil untuk menimbulkan kesan yang kuat,
memperjelas dan menyakinkan. Dalam penggunaan Statistik ini perlu diperhatikan:
a. Gunakanlah bilangan yang bulat. Sebutkanlah lebih dari 3 juta rakyat dan
jangan menyebutkan 3.257.640 orang.
b. Tunjukkan sumber statistik yang jelas.
c. Hubungkan statistik dengan hal-hal yang dapat diketahui khalayak.
Katakan bahwa hilangnya uang negara sebesar 4 milyar benilai sama dengan gaji serang
dosen selama lebih dari 8.000 tahun. Pendeknya, statistik yang baik untuk pidato adalah
sama dengan statistik dalam laporan penelitian, tetapi diolah kembali dalam bentuk yang
mudah dicerna.

Kemudian darimana bahan-bahan atau sumber-sumber untuk mengembangkan bahasa


pidato di atas? Untuk mencari dan menyusun bahan-bahan diatas sangat diperlukan
pemikiran yang mendalam. Persiapan pidato adalah berfikir, merenungkan dan mengingat-
ingat; dan ini adalah berarti memilih serta mencari mutiara-mutiara yang bertebaran yang
tadinya telah hilang atau terlupakan.

Pidato yang baik adalah pidato yang telah dipersiapkan beberapa minggu atau beberapa
bulan sebelumnya dan bukan pidato yang dipersiapkan tiga puluh menit dibelakang
meja, karena bahan-bahan pengembangan pidato masih berserakan di dalam literaut-
Iiteratur dan lapangan kehidupan atau ditempat-tempat lain yang perlu digali dengan penuh
ketekunan.

Page | xvi
D. Teknik Mempersiapkan Pidato

Ada sepuluh langkah dalam mempersiapkan pidato yaitu: mengunpulkan bahan, menyortir
bahan dan menyusunnya, merenungi bahan, rancangan pidato sementara, perbaikan dalam
soal gaya pada bagian utama pidato, menyusun kata pembukaan dan penutup, mengontrol
secara umum, penulisan terakhir dalam kata-kata kunci, penguasaan teks pidato, dan
penguasaan secara retoris dalam berpidato.

a.    Persiapan Umum

Ketentuan umum dalam mempersiapkan pidato yaitu ambillah waktu secukupnya dan
bekerjalah secara sistematis. Hamilton memberikan lima ketentuan umum dalam
mempersiapkan pidato yaitu:

(1) mencari dan menemukan apa yang mau dikatakan/disampaikan,

(2) menyusun bahan yang dikumpulkan, secara benar dan dibubuhi humor,

(3) menghiasi dengan gaya bahasa yang baik,

(4) menguasai pidato yang disiapkan, dan

(5) membawakannya dengan semangat dan penuh rasa harga diri.

b.    Persiapan Khusus

Langkah-langkah persiapan khusus yaitu:

(1) mengumpulkan bahan,

(2) menyortir bahan dan menyusun skema pidato,

(3) merenungi bahan,

(4) rumusan pertama dengan kata-kata kunci,

(5) mengontrol secara umum,

(6) menguasai pidato dengan jalan pikiran yang logis, dan

(7) mencoba berpidato.

c.    Bagian Pendahuluan Pidato

Page | xvii
Pada saat permulaan, pembicara berusaha menarik perhatian pendengar, ia harus membina
kontak dengan pendengarnya, supaya mereka senang dan tergerak untuk mendengarnya.
Tugas bagian pendahuluan pidato adalah pertama-tama menciptakan keserasian pemikiran
antara pembicara dan pendengar, dan menghantar pendengar masuk ke dalam masalah atau
bahan yang akan dibeberkan.

1)      Teknik menjadikan pendahuluan efektif: Memancing perhatian pendengar, Cerita yang


memukau pendengar, Mengemukakan pertanyaan, Langsung ke tema

2)      Sifat-sifat pendahuluan: Tidak terlalu panjang, Jelas dan menyenangkan, Jangan


memulai pidato dengan “kalau” dan “andaikan”, Beberapa petunjuk untuk memulai pidato
(dengan tenang, berpikir positif agar menghilangkan rasa takut, jangan memulai dengan
membaca, jangan terikat pada teks, jangan mulai dengan meminta maaf, mulai dengan nada
positif, berusahalah menarik perhatian pendengar, mulailah berpiadato dengan cara menarik,
bernafaslah sedalam-sedalamnya sebelum mulai berbicara, dan mulailah berbicara jika semua
sudah tenang).

d.   Penutup Pidato

Penutup pidato harus memiliki efektivitas tinggi, artinya satu pikiran yang padat isinya
sehingga mampu meyakinkan dan menguasai pendengar. Penutup yang kurang efektif akan
merusak seluruh isi pidato. Bagi pendengar, penutup pidato itu penting. Sebaiknya penutup
pidato diucapkan secara bebas, jangan membaca teks, dan diucapkan dengan kontak mata
yang sugestif terhadap pendengar. Apabila membaca teks, akan membawa efek yang kurang
meyakinkan.

Page | xviii
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pidato merupakan sebuah cara yang memiliki tujuan untuk menyampaikan sebuah ide atau
gagasan melalui ungkapan kepada siapapun yang hendak menyaksikan. Menurut Ermawati
Arief berdasarkan tujuannya, pidato secara garis besar dibagi menjadi empat. Menurut
Hendrikus (1991: 51-54), sebuah pidato dikatakan baik apabila memiliki sembilan hal.

Sebuah pidato harus disusun sebaik mungkin, sebagaimana mengolah suatu karya seni.
Sebuah rumah yang bagus harus juga dibangun menurut ukuran, skema dan aturan tertentu.
Onggokan batu dan pasir, meskipun banyak belum menjadi satu rumah. Weller mengatakan:
satu onggokan besar batu belum bisa disebut rumah. Untuk membangun dibutuhkan
perencanaan, konstruksi, sistematisasi, statistik dan logik. Pikiran-pikiran yang terpencar-pencar
tanpa hubungan satu sama lain selalu menghasilkan pidato yang buruk, yang tanpa ujung
pangkal. Ada sepuluh langkah dalam mempersiapkan pidato yaitu: mengunpulkan bahan,
menyortir bahan dan menyusunnya, merenungi bahan, rancangan pidato sementara, perbaikan
dalam soal gaya pada bagian utama pidato, menyusun kata pembukaan dan penutup,
mengontrol secara umum, penulisan terakhir dalam kata-kata kunci, penguasaan teks pidato,
dan penguasaan secara retoris dalam berpidato.

B. Saran

Dalam penulisan makalah ini, masih banyak kekurangan kekurangan maka dari itu, penulis
mengharapkan semoga para pembaca bisa memberikan masukan kepada penulis. Semoga
makalah ini dipergunakan sebaik-baiknya.

Page | xix
DAFTAR PUSTAKA

As Sunarto, “Retorika Dakwah”. Jaudar Press, 2014.

Moh, Ali Aziz. “Public Speaking, Gaya dan Teknik Pidato Dakwah”. Kencana:2019.

Dori Wuwur Hendrikus, Retorika terampil berpidato, berdiskusi, beragumentasi,


bernegosiasi, Yogyakarta: Kanisius, 1991.

Rakhmat, Jalaluddin, 2008, Retorika ModernPendekatan Praktis, Bandung: Rosdakarya.

Isbandi Sutrisno, Ida Wiendijarti, “Kajian Retorika Untuk Pengembangan Pengetahuan dan
Ketrampilan Berpidato” Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 12, Nomor 1, Januari- April
2014

Richard, DP. West, 2008, Pengantar Teori Komunikasi: Teori dan Aplikasi. Jakarta:
Salemba Humanika.

Arief, Ermawati. 2001. Retorika (seni berbahasa lisan dan tulisan). Padang: UNP

Retoris Wikipedia bahasa Indonesia, “https://id.wikipedia.org/wiki/Retoris.” (diakses pada


30/04/2021)

Page | xx

Anda mungkin juga menyukai