Anda di halaman 1dari 11

Makalah Teologi Islam

Aliran Qadariyah

Oleh:

1. Faruq Shofihara Jazuli (1895114028)


2. Vicky Anisa Sari (1895114080)

Fakultas Teknologi Informasi

Universitas Hasyim Asy’ari

2018

i
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Penyusunan makalah ini untuk memenuhi
salah satu tugas mata kuliah Teologi Islam. Kami berharap dapat menambah wawasan dan
pengetahuan khususnya dalam bidang ilmu kalam, teologi islam dan sejenisnya. Dan pembaca
dapat mengetahui tentang Aliran Qadariyah.

Menyadari banyaknya kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Kami sangat


mengharap kritikan dan saran dari para pembaca untuk melengkapi segala kekurangan dan
kesalahan dalam makalah ini.

Kami juga berterimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam proses
penyusunan makalah ini.

ii
Daftar isi

COVER.........................................................................................................................................................i
Kata Pengantar...........................................................................................................................................ii
Daftar isi....................................................................................................................................................iii
BAB I...........................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..........................................................................................................................................1
1. Latar Belakang................................................................................................................................1
2. Rumusan Masalah..........................................................................................................................2
3. Tujuan............................................................................................................................................2
BAB II..........................................................................................................................................................3
PEMBAHASAN............................................................................................................................................3
1. Latar Belakang Kemunculan Qadariyah..........................................................................................3
2. Doktrin Pokok Kalam Qadariyah.....................................................................................................4
3. Tokoh-tokoh Aliran Qadariyah.......................................................................................................5
BAB III.........................................................................................................................................................6
PENUTUP....................................................................................................................................................6
Kesimpulan.............................................................................................................................................6
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................................................7

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Islam sebagaimana dijumpai dalam sejarah, ternyata tidak sesempit yang dipahami pada
umumnya. Dalam sejarah pemikiran Islam, terdapat lebih dari satu aliran yang berkembang. Hal
ini dikarenakan adanya perbedaan pendapat dikalangan ulama-ulama kalam dalam memahami
ayat-ayat al-Quran. Ada ayat-ayat yang menunjukkan bahwa manusia bertanggung jawab atas
perbuatannya sendiri dan ada pula ayat yang menunjukkan bahwa segala yang terjadi itu
ditentukan oleh Allah, bukan kewenangan manusia . Dari perbedaan pendapat inilah lahir aliran
Qadaryiah dan Jabariyah serta aliran-aliran lainya.

Aliran Qadariyah berpendapat bahwa manusia mempunyai kebebasan dan kekuatan sendiri
untuk mewujudkan perbuatan-perbuatannya. Dengan kata lain manusia mempunyai qudrah
(kekuatan untuk melaksanakan kehendak atau perbuatannya). Dan bukan berasal dari pengertian
bahwa manusia harus tunduk pada qadar Tuhan.

Sejarah lahirnya aliran Qadariyah tidak dapat diketahui secara pasti dan masih merupakan
sebuah perdebatan. Akan tetepi menurut Ahmad Amin, ada sebagian pakar teologi yang
mengatakan bahwa Qadariyah pertama kali dimunculkan oleh Ma’bad al-Jauhani dan Ghilan ad-
Dimasyqi sekitar tahun 70 H/689M. Ibnu Nabatah menjelaskan dalam kitabnya, sebagaimana
yang dikemukakan oleh Ahmad Amin, aliran Qadariyah pertama kali dimunculkan oleh orang
Irak yang pada mulanya beragama Kristen, kemudian masuk Islam dan kembali lagi ke agama
Kristen. Namanya adalah Susan, demikian juga pendapat Muhammad Ibnu Syu’ib. Sementara
W. Montgomery Watt menemukan dokumen lain yang menyatakan bahwa paham Qadariyah
terdapat dalam kitab ar-Risalah dan ditulis untuk Khalifah Abdul Malik oleh Hasan al-Basri
sekitar tahun 700M.

1
2. Rumusan Masalah

a. Apa pengertian dari paham Qadariyah


b. Ajaran-ajaran apa saja dalam paham Qadariyah
c. Bagaimana sejarah kemunculan paham Qadariyah dan ruang lingkupnya

3. Tujuan

a. Untuk mengetahui pengertian dari paham Qadariyah


b. Untuk mengetahui ajaran-ajaran dalam paham Qadariyah
c. Untuk mengetahui sejarah kemunculan paham Qadariyah dan ruang lingkupnya.

2
BAB II

PEMBAHASAN

1. Latar Belakang Kemunculan Qadariyah

Qadariyah berasal dari bahasa Arab Qadara, yang artinya kemampuan dan kekuatan.
Menurut pengertian terminologi, Qadariyah adalah aliran yang percaya bahwa segala tindakan
manusia tidak diintervensi tangan Tuhan. Aliran ini berpendapat bahwa tiap-tiap orang adalah
pencipta bagi segala perbuatannya, ia dapat berbuat sesuatu atau meninggalkannya atas
kehendaknya sendiri. Berdasarkan pengertian tersebut, dapat dipahami bahwa Qadariyah
digunakan untuk nama aliran yang memberi penekanan atas kebebasandan kekuatan manusia
dalam mewujudkan perbuatan-perbuatannya. Dalam hal ini, Harun Nasution turut menegaskan
bahwa kaum Qadariyah berasal dari pengertian bahwa manusia mempunyai qudroh atau
kekuatan untuk melaksanakan kehendaknya dan, bukan berasal dari pengertian bahwa manusia
terpaksa tunduk pada qadar Tuhan.

Seharusnya sebutan Qadariyah diberikan pada aliran yang berpendapat bahwa qadar
telah menentukan segala tingkah laku manusia, baik yang bagus maupun yang jahat. Sebutan
tersebut telah melekat pada aliran yang percaya bahwa manusia mempunyai kebebasan
berkehendak. Demikianlah pemahaman kaum Sunni pada umumnya. Menurut Ahmad Amin,
sebutan ini diberikan kepada para pengikut paham qadar oleh lawan mereka dengan merujuk
pada hadits yang membuat negative nama Qadariyah. Hadits itu berbunyi:
Artinya:
‫القدرية مجوس هذه ألمة‬
“Kaum Qadariyah adalah majusinya umat ini”

Kapan Qadariyah muncul dan siapa tokoh-tokohnya merupakan dua tema yang masih
diperdebatkan. Menurut Ahmad Amin, ada para ahli teologi yang mengatakan bahwa Qadariyah
pertama dimunculkan oleh Ma’bad Al-Jauhani dan Ghailan Ad-Dimasyqy. Ma’bad adalah
seorang taba’I yang dapat dipercaya dan pernah berguru kepada Hasan Al-Bisri. Sementara,
Ghailan adalah seorang orator berasal dari Damaskus dan ayahnya menjadi muala Utsman bin
Affan.

3
Berkaitan dengan persoalan pertama kali Qadariyah muncul, penting untuk melirik
kembali pendapat Ahmad Amin yang menyatakan kesulitan untuk menentukannya. Para ahli
sebelumnya pun belum sepakat mengenal ini karena ketika itu penganut Qadariyah sangat
banyak. Sebagian terdapat di Irak dengan bukti bahwa gerakan ini terjadi pada pengajian Hasan
Al-Basri. Pendapat pertama tentang masalah ini adalah seorang Ma’bad dan Ghailan. Sebagian
yang lain berpendapat bahwa paham ini muncul di Damaskus disebabkan oleh pengaruh orang-
orang Kristen yang banyak dipekerjakan di istana-istana khalifah.
Paham Qadariyah mendapat tantangan keras dari umat islam ketika itu. Ada beberapa
hal yang mengakibatkan terjadinya reaksi keras terhadap paham Qadariyah. Pertama, seperti
pendapat Harun Nasution, karena masyarakat Arab sebelum Islam dipengaruhi oleh paham
fatalis. Kehidupan bangsa Arab ketika itu serba sederhana dan jauh dari pengetahuan. Mereka
selalu terpaksa mengalah pada keganasan alam panas, yang menyengat serta tanah dan
gunungnya yang gundul. Mereka merasa dirinya lemah dan tidak mampu menghadapi kesukaran
hidup yang ditimbulkan oleh alas an sekelilinnya. Paham itu terus dianut meskipun mereka sudah
beragama Islam. Oleh karena itu, ketika paham Qadariyah dianggap bertentangan dengan doktrin
Islam.
Kedua, tantangan dari pemerintah. Tantangan ini sangat mungkin terjadi karena para
pejabat pemerintahan ketika itu menganut paham Jabariyah. Ada kemungkinan juga pejabat
pemerintah menganggap gerakan paham Qadariyah merupakan suatu usaha menyebarkan paham
dinamis dan daya kritis rakyat, yang mampu mengkritik kebijakan-kebijakan mereka yang
dianggap tidak sesuai, bahkan dapat menggulingkan mereka dari tahta kerajaan.

2. Doktrin Pokok Kalam Qadariyah

Dalam kitab Al-Milal wa An-Nihal, pembahasan mengenai qadariyah disatukan dengan


doktrin-doktrin Mu’tazilah. Sehingga perbedaan antara kedua aliran ini kurang begitu jelas.
Doktrin Qadariyah lebih luas di bahas lebih luas di kupas oleh kalangan Mu’tazilah sebab faham
ini percaya bahwa manusia mempunyai kemampuan untuk mewujudkan tindakan tanpa campur
tangan Tuhan.
Harun Nasution menjelaskan pendapat Ghailan tentang doktrin Qadariyah bahwa
manusia berkuasa atas perbuatan-perbuatannya. Manusia sendirilah yang melakukan baik atas
kehendak dan kekuasaannya dan manusia sendiri pula yang melakukan atau menjauhi perbuatan

4
jahat atas kemauan dan dayanya sendiri. An-Nazzam mengemukakan bahwa manusia hidup
mempunyai daya. Selagi hidup manusia mempunyai daya, ia berkuasa atas segala perbuatannya.

Dapat dipahami bahwa paham Qadariyah pada dasarnya menyatakan bahwa segala
tingkah laku manusia dilakukan atas kehendaknya sendiri, baik berbuat baik maupun perbuatan
yang jahat. Makanya, ia berhak mendapatkan pahala atas kebaiakan yang dilakukannya dan juga
berhak pula memperoleh hukuman atas kejahatan yang diperbuatnya.

Faham takdir dalam pandangan Qadariyahadalah ketentuan Allah yang diciptakannya


bagi alam semesta beserta seluruh isinya, sejak Azali, yaitu hokum yang dalam Al-quran adalah
Sunnatullah.
Secara alamiah, sesungguhnya manusia telah memiliki takdir yang tidak dapat diubah.
Manusia dalam dimensi fisiknya tidak dapat berbuat lainnya,kecuali mengikuti hokum alam.
Misalnya manusia di takdirkan oleh tuhan tidak mempunyai sirip seperti ikan yang mampu
berenang dilautan lepas. Akan tetapi manusia ditakdirkan mempunyai daya fikir yang kreatif.
Dengan daya fikir yang kreatif dan anggota tubuh yang dapat dilatih sehingga dapat membuat
sesuatu. Disinilah terlihat semakin besar wilayah kebebasan yang dimiliki manusia.

Dengan pemahaman seperti ini, kaum Qadariyah berpendapat bahwa tidak ada alasan
yang tepat menyandarkan segala perbuatan manusia pada perbuatan Tuhan. Doktrin-doktrin ini
mempunyai tempat pijakan dalam doktrin islam. Banyak ayat Al-quran yang dapat mendukung
pendapat ini, misalnya dalam surat Al-Kahf ayat 29.
“Dan katakanlah (Muhammad), ‘Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu, barang siapa
menghendaki (beriman) hendaklah dia beriman dan barang siapa menghendaki (kafir) biarlah dia
kafir…”

Dalam surat Ali ‘Imran ayat 165.


“…Dan mengapa kamu (heran) ketika dirinya musibah (kekalahan pada Perang Uhud), padahal
kamu telah menimpakan musibah dua kali lipat (kepada musuh-musuhmu pada Perang Badar)
kamu berkata. ‘Dari mana datangnya (kekalahan) ini?’ Katakanlah, ‘Itu dari (kesalahan) dirimu
sendiri…”

Dalam surat Ar-Rad ayat 11.


“…Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah
keadaan diri mereka sendiri…”

5
Dalam surat An-Nisa ayat 111 disebutkan:
“Dan barang siapa berbuat dosa, maka sesungguhnya dia mengerjakannya untuk (kesulitan)
dirinya sendiri…”

3. Tokoh-tokoh Aliran Qadariyah.

1. Ma’bad Al-Jauhani (Ma’bad adalah seorang taba’I yang dapat dipercaya dan pernah
berguru pada Hasan Al-Basri)
2. Ghailan Ad-Dimasyqy (Ghailan adalah seorang orator berasal dari Damaskus dan
ayahnya menjadi maula Usman bin Affan).

6
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Qadariyah merupakan faham yang percaya bahwa tindakan manusia tidak diintervensi
dengan Tuhan Faham ini percaya bahwa manusia mampu menciptakan perbuatannya sendiri
tanpa campur tangan Tuhan dan meninggalkan perbuatannya sendiri. Manusia mempunyai
kewenangan untuk melakukan segala perbuatan atas kehendaknya sendiri, baik perbuatan yang
baik maupun perbuatan yang buruk. Manusia berhak mendapatkan pahala atas kebaikan yang
dilakukannya dan dia berhak mendapatkan hukuman atas apa yang dilanggarnya.

7
DAFTAR PUSTAKA

Rozak, Abdul. Dan Anwar, Rosihon. Ilmu Kalam. Bandung: Pustaka Setia. 2011.
Rozak, Abdul. Ilmu Kalam edisi revisi.Bandung:Pustaka Setia:2014.

Anda mungkin juga menyukai