Anda di halaman 1dari 13

“TASYRI PADA MASA TAQLID”

Diajukan Sebagai Tugas


Pada Mata Kuliah Tarikh Tasyri
Jurusan Syariah
Prodi Akhwalul Syakhsiyah Semester III (Tiga)
Dosen Pengampu : Munawir Haris, M. S. I

Disusun Oleh:

Achmad Nur Amal

Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (Stain) Sorong

Tahun Akademik 2018/2019

1
Daftar Isi

BAB I ........................................................................................................................................ 3
PENDAHULUAN .................................................................................................................... 3
A. Latar Belakang .............................................................................................................. 3
B. Rumusan Masalah ......................................................................................................... 4
C. Tujuan Penulisan ........................................................................................................... 4
D. Manfaat ......................................................................................................................... 4
BAB II....................................................................................................................................... 5
PEMBAHASAN ....................................................................................................................... 5
A. Faktor Penyebab Terhentinya Ijtihad ............................................................................ 5
B. Masa Taqlid Dan Jumud ............................................................................................... 6
C. Usaha-Usaha Ulama Dalam Mengatasi Taqlid Dan Jumud .......................................... 8
D. Pengaruh Taqlid Dalam Perkembangan Legislasi Islam ............................................ 10
BAB III ................................................................................................................................... 12
PENUTUP .............................................................................................................................. 12
A. Kesimpulan ................................................................................................................. 12
B. Saran ........................................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 13

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Agama islam adalah agama yang sempurna berbagai mengenai hukum


dalam kehidupan dijelaskan dan memiliki sejarah panjang mengenai
pembuatan hukum islam. Masa yang paling lama yaitu cara pengambilan
hukum melalui ijtihad, saat itu terjadi penurunan kegiatan ijtihad dan adanya
beberapa faktor yang melatar belakangi terjadinya penurunan kegiatan
tersebut. Tertutupnya ijtihad ini menandai kemunduran fiqh islam dengan
adanya kemunduran ini menyebabkan munculnya taqlid dan umat Islam hanya
bertaklid kepada mazhab yang telah ada.

Meskipun sebagian orang menyebutkan bahwa fase ini adalah periode


jumud tetapi kenyataannya pada fase ini para fuqaha mendalami, mengkaji,
menganalisa, mengolah dan mengkritik pendapat-pendapat fuqaha
sebelumnya, walaupun pendapatnya itu dicetuskan oleh imam mazhabnya
sendiri.

Periode taqlid ini bermulai sekitar pertengahan abad IV H / X M. Pada


masa ini pula terdapat beberapa faktor, yaitu faktor politk, intelektual, moral,
dan sosial yang mempengaruhi kebangkitan umat islam dan menghalangi
aktivitas mereka dalam pembentukan hukum atau perundang-undangan
hingga terjadinya kemandekan. Gerakan ijtihad dan upaya perumusan undang-
undang sudah berhenti. Semangat kebebasan dan kemerdekaan berpikir para
ulama sudah mati. Mereka tidak lagi menjadikan Alquran dan Sunnah sebagai
sumber utama, akan tetapi justru mereka sudah merasa puas dengan cara
bertaqlid. Semua pengaruh yang mendatang itu menolak kemerdekaan

3
berpikir dan menyeretnya kepada taqlid, menjadi pengikut Abu Hanifah,
pengikut Malik, pengikut asy syafi’i atau pengikut Ahmad saja.

Mereka membatasi diri dalam batas-batas lingkungan madzhab-


madzhab itu. Kesungguhan mereka ditujuan untuk memahami lafad-lafad dan
perkataan imam-imam saja, bukan lagi untuk mmahami nash-nash itu sendiri.
Oleh karenanya berhentillah masa tasyri’ dan bekulah masa pembinaan
hukum, padahal masa selalu terus berputar, setiap detik baru terjadi transisi,
setiap transisi membawa peristiwa yang menimbulkan masalah baru yang
membutuhkan hukum.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian taqlid?
2. Apa faktor terhentinya kegiatan ijtihad?
3. Apa usaha-usaha ulama dalam mengatasi taqlid dan jumud?
4. Apa pengaruh taqlid dalam perkembangan legislasi hukum islam?

C. Tujuan Penulisan
Tujuan pembuatan makalah ini adalah:
1. Menuntaskan tugas mata kuliah Sejarah Hukum Islam
2. Dapat mengetahui tentang masa taqlid
3. Dapat mengetahui pengaruh taqlid dalam legislasi islam
4. Lebih berkompetensi di pelajaran mata kuliah Sejarah Hukum Islam
D. Manfaat

Manfaat dibuatnya makalah ini untuk menambah refrensi sebagai bahan


ajar bagi dosen dan referensi bahan belajar bagi mahasiswa dalam kegiatan
belajar mengajar serta menjadi tambahan wawasan.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Faktor Penyebab Terhentinya Ijtihad


Sebelum membahas mengenai taqlid dan jumud maka perlu
mengetahui terlebih dahulu tentang ijtihad karena taqlid tidak akan ada jika
tidak ada ijtihad dan segala persoalan mengenai taqlid akan lebih mudah
dipahami apabila telah memahami persoalan ijtihad.
Ijtihad adalah mencurahkan tenaga (memeras fikiran) untuk
menentukan hukum agama (syara’) melalui salah satu dalil Syara’. 1 Ini
menjelaskan bahwa ijtihad merupakan pemikiran untuk melakukan sesuatu
sesuai dengan Alquran dan sunah Rasulullah.
Tetapi pada akhir pemerintahan Khilafah Abbasiyyah ijtihad mulai
memudar, kemudian muncul taqlid yang secara berangsur-angsur menyerap
atau diterima umat islam. 2 Maksudnya bahwa memudarnya ijtihad ini
menjadi awal mula munculnya taqlid, adanya kemunduran ini dilatar
belakangi oleh lemahnya ulama dalam berijtihad. Terdapat 4 faktor penting
yang menyebabkan terhentinya kegiatan ijtihad, dan menetapi bertaqlid
kepada para ulama terdahulu3, diantaranya yaitu :

1. Terbaginya daulah Islamiah ke dalam kerajaan-kerajaan yang saling


bermusuhan.
Adanya permusuhan ini menimbulkan adanya peperangan dan
perebutan kekuasaan dan kemenangan sehingga perpecahan atau
permusuhan ini dapat menjadikan pudarnya kegiatan ijtihad saat itu.

1
Ahmad Hanafi, Pengantar dan Sejarah Hukum Islam, hlm 162
2
Abdul Majid Khon, ikhtisar tarikh tasyri’, hlm 143
3
Abdul Wahhab Khallaf, Khulashah Tarikh Tasyri Al-Islami, (Solo:Ramadhani, 1974), hlm 96-99

5
2. Terpecahnya para imam mujtahid menjadi beberapa golongan.
Disini maksudnya bahwa setiap golongan memiliki atau
membentuk aliran hukum lalu setiap aliran hukum ini terdapat kader
atau pemimpin yang mana kader tersebut membela mazhab nya masing-
masing. Dengan adanya perbedaan argumen inilah yang dapat membuat
para ulama menimbulkan pemikiran yang menyimpang dari acuan Al-
Qur’an dan Sunnah.

3. Umat islam mengabaikan sistem kekuasaan perundang-undangan.


Dalam perumusan perundang-undangn perlunya seseorang
yang ahli di bidangnya tetapi disini terjadi krisis yang mana hukum
dibuat oleh seseorang yang bukan ahlinya.

4. Ulama dilanda penyakit iri, egois dan sombong sehingga mereka tidak
dapat sampai pada tingkat mujtahid.
Para ulama terjadi saling menghasut satu sama lain dan
mementingkan diri sendiri yang mana dari mereka selalu menganggap
bahwa mereka benar dan membanggakan ijtihadnya dengan adanya sifat
ini mereka beranggapan bahwa potensi atau kemampuan kawan-
kawannya direndahkan. Sifat seperti ini yang ada dikalangan ulama
menyebabkan kemampuan dan kecerdasan ulama menurun. Sehingga,
mereka hanya bertaqlid pendpat dari ulama terdahulu.

B. Masa Taqlid Dan Jumud


Tidak semua para ulama meninggalkan ijtihad tetapi memudarnya
ijtihad dengan cara berangsur-angsur dan pada abad 7 Hijriah ketika
runtuhnya Abbasiyyah di Baghdad. Lemahnya Abbasiyyah diawali
putusnya ikatan politik, masing-masing kelompok penguasa memusuhi

6
kelompok lain 4 . Di masa itulah para ulama menumbuhkan jiwa taqlid.
Sudah dijelaskan bahawa taqlid merupakan pendapat yang berdasar dari
pendapat orang lain yang mana pendapat tersebut dilakukan tanpa
berdasarkan dalil. Orang yang taklid kepada pendapat seseorang disebut
muqallid. Dengan demikian jika kita mengikuti pendapat seseorang, padahal
pendapatnya itu tidak berdasarkan Al Qur'an dan Sunnah sesuai pemahaman
generasi sahabat, maka kita adalah muqallidnya.5
Sebab tumbuhnya taqlid6, yaitu :

1. Murid-murid yang berkedudukan


Masing-masing murid itu harus mengedepankan paham yang
dikeluarkan para guru. Kemudian sesudah paham-paham itu mendapat
kedudukan istimewa dalam jiwa rakyet, maka akan sulit bagi seorang
mudjaddid mendirikan mazhab di tengah-tengah masyarakat umum
sehingga berkurangnya ijtihad pada masa itu

2. Pengadilan yang berpedoman pada buku mazhab


Masyarakat mulanya memberikan kepercayaan kepada hakim.
Akan tetapi, setelah ada sebagian hakim tidak mengemban kepercayaan,
orang-orang ingin para hakim terikat dengan hukum tertentu.
3. Pembukuan kitab-kitab mazhab
Ditulisnya fiqh islam serta dijadikan rujukan dalam menjawab
semua persoalan yang dihadapi masyarakat sehingga sangat mudah
diketahui dengan cepat. Kemudian hal tersebut membuat para ulama
pada periode ini tidak mempunyai keinginan untuk berijtihad lagi.

4
Abdul Majid Khon, ikhtisar tarikh tasyri’, hlm 144
5
http://www.mail-archive.com/media-dakwah@yahoogroups.com/msg06148.html
6
Ibid, hlm 145

7
4. Pembelaan pengikut mazhab
Para ulama pada masa ini sibuk dengan menyebarkan ajaran mazhab dan
mengajak orang lain untuk berfanatik kepada pendapat fuqaha tertentu.

Kondisi taqlid sesudah runtuhnya kerajaan Abbasiyyah, pada masa ini,


ijtihad mulai memudar dan tidak ada keistimewaan. Beberapa orang
menggabungkan diri kepada imam tertentu dan disebut mujtahid muntasib
dan dari abad 10 sampai sekarang tidak boleh seorang faqih memilih dan
menarjih cukup kitab-kitab yang ada.7

Dijelaskan bahwa fuqaha memiliki pembahasan tetapi terkadang mereka


menyalahi pendapat-pendapat imam.

C. Usaha-Usaha Ulama Dalam Mengatasi Taqlid Dan Jumud


Jumud yang dimaksudkan adalah jumhur ulama. Sudah dibahas
sebelumnya faktor berhentinya ijtihad tidak menyebabkan para ulama
berhenti untuk berfikir dalam melakukan legislasi pada mazhab yang
mereka anut. Dengan ini, maka ulama dikalangan setiap madzhab itu dibagi-
bagi atas beberapa tingkatan :

1. Tingkatan pertama:Ulama’ ahli ijyihad di dalam lingkungan hukum


suatu mazhab
Dalam golongan ini ulama tidak bisa berijtihad untuk
mendapatkan hukum dengan ijtihad mutlak dan ulama pada tingkatan
ini hanya berijtihad dalam beberapa kasus dari pokok-pokok ijtihad
yang telah ditetapkan oleh imam-imam ahli ijtihad sebelumnya.8

7
Muhammad Al-Khudari Bik, Tarikh Al-Tasyri’ Al-Islami, (Semarang: Darul Ihya Indonesia,1980), hlm
365-366
8
Abdul Wahhab Khallaf, Sejarah Legislasi Islam, hlm 135

8
2. Tingkat kedua :Ulama ahli ijtihad dalam masalah-masalah hukum
yang tidak ada riwayatnya dari imam-imam suatu mazhab.
Ulama yang tergolong tingkatan ini, tidak menyalahi imam-
imam mujtahid dalam masalah hukum furu’iyah dan pokok-pokok
ijtihad. Maksudnya bahwa para ulama mengambil kesimpulan hukum
tidak ada riwayatnya disesuaikan dengan pokok-pokok dari Imam
mereka.Golongan ini seperti Al Khashaf, Ath Thahawi dan Al Karakhi
dari golongan Hanafiyah, Ibnul Arabi dan Ibnu Rusydi dari golongan
Malikiyah, Al Ghazali dan Al Isfarayini dari golongan Syafi’iyah dan
Al Baghdadi dan Al Hurawi dari golongan Hanbaliyah.

3. Tingkat ketiga : Ahlu tarjih


Ulama yang tergolong tingkatan ini, mereka berijtihad untuk
mengambil suatu kesimpulan hukum dari masalah-masalah melainkan
karena ulama menguasai kepada pokok-pokok mazhabnya dan sumber
pengambilannya.9
Di antara golongan ini yaitu Al Qaduri dari golongan Hanafiyah.

4. Tingkat keempat : ahlu takhrij


Ulama yang tergolong ke dalam tingkatan ini, mereka hanya
mempertimbangkan ungkapan-ungkapan hukum atau fatwa-fatwa
imam-imam mereka yang berlainan kemudian mereka klasifikasikan
antara ungkapan yang kuat menurut pengertian hukumnya. 10 Ini
maksudnya bahwa golongan ini tidak berijtihad dalam
mengistimbathkan hukum. Mereka hanya membatasi diri dalam

9
Ibid, hlm 135
10
Abdul Wahhab Khallaf, Sejarah Legislasi Islam, hlm 136

9
menafsirkan pendapat yang kurang jelas yang dan mereka tentukan
mana yang dikehendaki dari hukum yang memiliki dua pengertian.
Golongan ini seperti Al Qaduri, Shahibul Hidayah dan ulama ulama
yang serupa dengan mereka di kalangan Mazhab Abu Hanifah ra.

5. Tingkat kelima: ahlu taqlid


Golongan ini ulama hanya dapat melainkan antara riwayat-
riwayat yang jarang dengan riwayat-riwayat yang nyata dan jelas dan
hanya dapat melainkan antara dalil-dalil yang kuat dengan dalil dalil
yang lemah.
Maksudnya bahwa ulama dalam golongan tingkat kelima ini
mempunyai kesanggupan yang membedakan riwayat yang kuat dan
yang lemah.
Ulama ulama yang tergolong dalam tingkatan ini antara lain
adalah ulama-ulama yang memiliki kitab-kitab matan yang lumrah
dikalangan mazhab Imam Abu Hanifah, seperti pengarang kitab al
Kanz dan al-Wiqyah.11

D. Pengaruh Taqlid Dalam Perkembangan Legislasi Islam


Taqlid membawa pengaruh bagi perkembangan legislasi islam yaitu:
1. Pada masa taqlid (imitasi). Di masa inilah merupakan kebalikan masa
sebelumnya, karena kalau masa sebelumnya, ahli hukum mampu
mengerahkan tenaga dan fikirannya untuk mendapatkan hukum dari
hasil kesimpulan teks-teks
2. (nash dan dalil) Kitabullah dan Sunnaturrasul. Tapi dimasa ini, umat
Islam hanya mengekori hasil periode sebelumnya.

11
Ibid, hlm 137

10
3. Adanya fanatisme mazhab
4. Munculnya pemikiran untuk memanfaatkan berbagai pendapat yang
ada di seluruh mazhab sesuai dengan kebutuhan zaman.

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Taqlid merupakan pendapat yang berdasar dari pendapat orang lain


yang mana pendapat tersebut dilakukan tanpa berdasarkan dalil. Orang yang
taklid kepada pendapat seseorang disebut muqallid. Taqlid muncul ketika
kekuasaan Islam sudah pudar, yaitu pada masa kemunduran. Kemunduran ini
dipengaruhi oleh beberapa hal salah satunya tertutupnya ijtihad.

Sesungguhnya ulama sangat tidak setuju dengan taqlid karena taqlid


menyebabkan tidak mau berfikir. Sehingga umat Islam hanya mencukupkan
tentang perkara agamanya itu dengan kitab-kitab karangan para imam ijtihad.
Tapi dalam kalangam umat Islam sendiri tidak ada keharmonisan, hal ini
disebabkan karena masing-masing pengikut mahzab mengklaim bahwa
mahzabnya yang paling benar. Orang yang berpendidikan tinggi dan dianggap
mampu untuk berijtihad sendiri dilarang untuk bertaqlid. Taqlid boleh
dilakukan oleh orang awam tapi dengan syarat bahwa ia harus selalu berusaha
mencari dasar-dasar dalilnya. Dan jika ia telah menemukan dasarnya ia harus
kembali pada dalil tersebut, yaitu Al-Qur’an dan Sunnah Nabi Muhammad
SAW.

B. Saran

Demikian makalah yang dapat kami sajikan, mudah-mudahan dapat


bermanfaat bagi pembaca, kritik dan saran yang konstruktif kami harapkan
untuk penyempurnaan penyusunan makalah ini, kami mohon maaf sebesar-
besarnya.

12
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Hanafi, Pengantar dan Sejarah Hukum Islam

Abdul Majid Khon, ikhtisar tarikh tasyri’

Abdul Wahhab Khallaf, Khulashah Tarikh Tasyri Al-Islami, (Solo:Ramadhani, 1974),

http://www.mail-archive.com/media-dakwah@yahoogroups.com/msg06148.html

Muhammad Al-Khudari Bik, Tarikh Al-Tasyri’ Al-Islami, (Semarang: Darul Ihya


Indonesia,1980),

13

Anda mungkin juga menyukai