Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH RETORIKA DAN TEKHNIK KHITOBAH

FAKULTAS DAKWAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI KH AHMAD SHIDDIQ JEMBER
SEPTEMBER 2022
MAKALAH
SEJARAH DAN PERKEMBANGAN
RETORIKA
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Retorika dan Tekhnik Khitobah
Dosen Pengampu :
Dr. Ainul Churria Almalachim, S.Ud., M.Ag

Disusun oleh:
Mokhammad Nur Farid Fadhilah (222103040008)
FAKULTAS DAKWAH
PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI KH. ACHMAD SIDDIQ
JEMBER
JL. Mataram No 1, Karang Miuwo, Mangli, Kec. Kaliwates, Kab. Jember
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Sejarah dan Perkembangan Retorika”
tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari
ibu Ilma pada mata kuliah Retorika dan Teknik Khitobah. Selain itu, makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan tentang Retorika bagi para pembaca dan juga penulis.

Kami mengucapkan terimakasih kepada ibu Ilma selaku pengampu dosen mata kuliah
Retorika dan Tekhnik Khitobah yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni. Kami juga mengucapkan
terimakasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan
makalah ini.

Pasuruan, 27 Februari 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................................................................................ ii
BAB I.......................................................................................................................................................................... iii
(PENDAHULUAN) .................................................................................................................................................... iii
A. LATAR BELAKANG ....................................................................................................................................... iii
B. RUMUSAN MASALAH .................................................................................................................................... iv
BAB II ......................................................................................................................................................................... 5
(PEMBAHASAN) ........................................................................................................................................................ 5
1. Sejarah Singkat Perkembangan Retorika ............................................................................................................... 5
2. Retorika Pada Masa Yunani Kuno ........................................................................................................................ 5
3. Teori Retorika Pada Masa Romawi Kuno ............................................................................................................. 8
4. Retorika Abad Pertengahan................................................................................................................................... 9
5. Retorika Abad Modern ........................................................................................................................................11
BAB III .......................................................................................................................................................................13
(PENUTUP) ................................................................................................................................................................13
A. Kesimpulan.........................................................................................................................................................13
B. Saran...................................................................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................................................................14

ii
BAB I

(PENDAHULUAN)

A. LATAR BELAKANG

Retorika merupakan ilmu yang membahas tentang cara berbicara yang baik didepan public.
Istilah retorika sendiri berasal dari bahasa inggris “rhetoric” yang juga bersumber dari kata lain
“rhetorica” yang berarti ilmu bicara. Kemampuan berbicara merupakan sebuah kemampuan
berkomunikasi yang sangat mendasar bagi seorang manusia.
Sejak lahir seorang bayi manusia sudah mampu untuk berkomunikasi dengan caranya
tersendiri contohnya adalah dengan menangis, seiring berjalannya hari dan terus berputarnya waktu,
kemampuan komunikasinya semakin meningkat. Ilmu Retorika ini secara sistematis dan metodologis
telah dipelajari, diteliti, dan di praktekan oleh para filsuf beberapa diantaranya adalah Aristoteles,
Socrates, dan para penerusnya.
Ada juga beberapa tokoh yang memberi pengertian retorika sebagai seni penggunaan bahasa
yang efektif, yang lain juga mengatakan bahwasanya retorika sebagai public speaking atau berbicara
di depan umum. Secara sempit pengertian retorika adalah seni berbicara, sedangkan secara luas bisa
di artikan sebagai penggunaan bahasa lisan dan tulisan.
Menurut salah satu tokoh Sunarjo didalam bukunya menjelaskan pengertian retorika bisa
dilihat dari tinjauan filosofis dan tinjauan ilmu komunikasi. Pengertian retorika pun berkembang
sesuai dengan zamannya. Pengertian retorika dewasa ini mencakup banyak hal salah satunya adalah
prinsip-prinsip mengenai komposisi yang persuasif dan efektif serta keterampilan yang harus di
miliki seseorang ahli pidato (orator).
Ilmu retorika ini telah melalui dan melewati banyak sejarah yang Panjang. Dimulai dari masa
Yunani Kuno, Romawi Kuno, Abad Pertengahan, Hingga pada yang terakhir pada masa modern ini.

iii
B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang diatas, maka pokok-pokok yang akan dibahas makalah ini
adalah:
1. Sejarah Singkat Retorika
2. Retorika masa Yunani Kuno
3. Retorika masa Romawi Kuno
4. Retorika masa Abad Pertengahan
5. Retorika masa Modern

C. TUJUAN

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka penulisan makalah ini


dimaksudkan untuk mendeksripsikan hal-hal berikut:

1. Untuk mengetahui sejarah singkat Retorika


2. Untuk mengetahui perkembangan Retorika masa Yunani Kuno
3. Untuk mengetahui perkembangan Retorika masa Romawi Kuno
4. Untuk mengetahui perkembangan Retorika masa Abad Pertengahan
5. Untuk mengetahui Retorika masa modern

iv
BAB II

(PEMBAHASAN)

1. Sejarah Singkat Perkembangan Retorika


Retorika sudah ada semenjak manusia dilahirkan. Namun, sebagai salah satu seni yang sudah
dipelajari mulai abad ke 5 sebelum Masehi ketika sebagian golongan kaum sofis di Yunani pada saat
itu mengembara dari satu tempat ke tempat lain. Tujuannya adalah untuk mengajarkan ilmu
pengetahuan tentang politik dan pemerintahan dengan penekanan terutama pada kemampuan
berpidato.
Para pemerintah seharusnya perlu usaha membujuk rakyat demi kemenangan dalam sebuah
pemilihan. Pada saat itu juga, berkembanglah seni pidato yang membenarkan pemutarbalikan
kenyataan demi tercapainya suatu tujuan. Khalayak umum bisa tertarik dan terbujuk dengan apa yang
telah disampaikannya.
Retorika dipelajari, diawali, dan dilaksanakan di negara-negara yang menganut demokrasi
langsung, yakni salah satunya adalah Yunani dan Romawi. Pada waktu itu, retorika memiliki
beberapa fungsi (Sunarjo, 1983:55), salah satunya adalah untuk mencapai kebenaran/kemenangan
bagi seseorang atau golongan dalam masyarakat, untuk meraih kekuasaan, yakni mencapai
kemenangan seseorang atau kelompok dengan pemeo ‘siapa yang menang dialah yang berkuasa,
sebagai alat persuasi yang digunakan untuk mempengaruhi manusia lain. Dan masih banyak lagi
beberapa fungsi dari perkembangan retorika.

2. Retorika Pada Masa Yunani Kuno

Retorika berkembang pada era Yunani Kuno. Seperti dijelaskan oleh Aly didalam bukunya
yang menyebutkan pada masa inilah retorika mengalami puncak kejayan. Ini terkait dengan sejarah
awal keberadaan orang Yunani sebagai perantau yang memiliki jiwa kepetualangan.
Mereka merantau dikarenakan kondisi geografis negara Yunani yang terletak di
Semenanjung Balkan tidak memiliki tanah yang subur dan sedikit sekali untuk bisa memberikan
hasil bagi para penduduknya, Akhirnya mereka merantau ke tanah asing dan mendirikan suatu negara
baru di sekitar pesisir laut Egia dan pantai Asia Kecil. Di tanah rantau inilah, orang Yunani

5
mengalami perbaikan ekonomi dan mampu membeli budak untuk mengurus pekerjaan mereka
sehari-hari sehingga mereka mempunyai banyak sekali waktu luang.
Waktu senggang ini mereka manfaatkan untuk memperkuat keilmuan hidup dengan seni dan
buah pikiran. Ilmu pengetahuan mereka pun berkembang yang ditujukan untuk mencari kebenaran
sehingga lahirlah filsafat. Orang Yunani hidup berkelompok dalam sistem kemasyarakatan yang
teratur yang disebut dengan Polis atau negara kota.
Polis sendiri merupakan sebuah lembaga politik yang meliputi kekuasaan secara otonomi,
swasembada dan kemerdekaan. Beberapa faktor inilah yang melatarbelakangi kebebasan berpikir
yang membantu munculnya filsafat.
Bahasa merupakan alat untuk mengungkapkan hal hal yang abstrak secara jernih dan jelas.
Konsep tentang masyarakat dan politik adalah abstrak, yakni suatu hal yang menyangkut tujuan
didirikannya suatu negara, sistem pemerintahan, dan kepemimpinan.
Kemampuan menggunakan bahasa menjadi incaran bagi orang yang ingin masuk dalam
jajaran elit politik Yunani. Keterampilan menggunakan bahasa ini mendapatkan beberapa perhatian
khusus dari para penguasa pada masa itu untuk merebut kekuasaan dan melebarkan pengaruhnya.
Bahkan, para penguasa itu menyewa agitator untuk memperkuat pengaruh mereka di mata
masyarakat. Para agitator ini mempengaruhi pendapat umum dengan menggunakan alasan-alasan
keagamaan dalam pernyataannya. Karena mereka dibayar, Perkembangan para agitator ini
mempelajari seni berbicara untuk meningkatkan penghasilannya.
Ada beberapa tokoh yang menyebutkan bahwasanya agitator ini sebagai kaum sophist yang
artinya mereka adalah orang yang menipu orang lain dengan menggunakan argumen-argumen
mereka yang tidak sah. Para sophist ini berkeliling dari satu tempat ke tempat lain sambil berbicara
di depan umum. Jika diruntut dari asal katanya, sophist berawalan dari kata sophos yang artinya
cerdik pandai karena ahli dalam berbagai ilmu, baik politik, bahasa, dan filsafat.
Perkembangannya menjadi ejekan atau sebutan bagi mereka yang pandai bersilat lidah dan
memainkan kata-kata dalam berbicara. Representasinya adalah agitator yang dibayar sehingga
muncul konotasi yang negatif. Sebagian dari warga polis kritis terhadap apa yang disampaikan kaum
sophis ini. Akhirnya mereka mendiskusikan dan mendirikan tempat-tempat pertemuan untuk
membicarakannya. Tempat pertemuan ini disebut agora, dimana tempat tersebut adalah tempat
segala peristiwa yang menyangkut perhatian dan kepentingan umum dibicarakan.

6
Aristoteles terkenal dengan karyanya Rhetorica. Tulisan-tulisan di dalam buku ini sampai
sekarang menjadi acuan dan rujukan secara teoretis maupun untuk teknis pidato. Karyanya ini ditulis
secara sistematis mendasarkan pada logika formal, yakni dasar yang tepatbagi pidato yang jujur dan
efektif dalam dewan legislatif maupun di pengadilan. Aristoteles membagi pidato menjadi 3 jenis
sesuai dengan karakteristik pendengarnya.
1. Pidato yudisial (legal) atau forensik, yakni pidato mengenai perkara di pengadilan, apa
yang telah terjadi dan tidak pernah terjadi. Pendengarnya adalah para hakim atau yuri dalam makalah
pengadilan.
2. Pidato deliberatif atau politik (suasoria) yaitu pidato yang berisi nasihat yang disampaikan.
Pendengarnya anggota badan legislatif atau eksekutif.
3. Pidato epideitik atau pidato demonstratif yaitu pidato-pidato untuk pementasan, upacara-
upacara ibadah, maupun bukan, yang berisi kecaman atau pujian mengenai hal-hal yang terjadi
sekarang.

Dasar-dasar Retorika menurut Aristoteles adalah sebagai berikut.


1. Retorika erat hubungannya dengan moral karena harus mengemukakan sesuatu yang
benar. Kebenaran menjadi landasan retorika yang sejati. Moral dalam perkembangannya
mempelajari psikologi.
2. Metode retorikanya mendasarkan diri pada analitika yakni meneliti berbagai argumentasi
dari proposisi yang benar dan dialektika yaitu meneliti argumentasi dari proposisi yang diragukan
kebenarannya. Analitika dan dialektika ini pada perkembangannya disebut dengan logika. Inti dari
logika adalah silogisme yaitu cara memperoleh kesimpulan dari proposisi untuk meraih kebenaran.
Metode ini juga dipakai bagi pengembangan semua ilmu pengetahuan.
3. Retorika sebagai sesuatu yang inheren yang diresapi semua orang. Dalam upaya mencari
kebenaran dialog menjadi tekniknya.
4. Totalitas suatu pidato mencakup faktor ethos, pathos, dan logos.
Ethos merupakan sumber kredibilitas komunikator atau kesadaran orator yang tampil sebagai
pribadi yang dapat dipercaya oleh pendengar. Pathos merupakan segi emosional pembicara yang
mendasar dan secara implisit terkandung di dalam isi pidato.

7
Logos mencakup himbauan berdasarkan argumen yang logis. Aristoteles meninggalkan
warisan sejumlah enam buah buku yang terhimpun dalam to Organon yang artinya alat.
Buku buku tersebut adalah sebagai berikut.
1. Categoriae, isinya menguraikan tentang pengertian suatu yang ada.
2. De interpretatione, membahas tentang keputusan.
3. Analytica priora, membahas tentang silogisme.
4. Analytica posteriora, menguraikan tentang pengertian suatu yang ada.
5. Topica, memberi contoh uraian argumentasi atau cara berdebat.
6. De sophisticis elenchis, membahas tentang kesesatan dan kekeliruan berpikir.

3. Teori Retorika Pada Masa Romawi Kuno


Teori retorika pada masa Yunani sangat sistematis dan komprehensif. Pada satu sisi retorika
telah memperoleh dasar yang kokoh, namun pada sisi lain uraiannya yang lengkap dan persuasif
telah menyebabkan para ahli retorika sesudahnya tidak menghasilkan karya yang bagus tentang
retorika.
Orang Romawi selama 200 tahun setelah buku Aristoteles yang berjudul De Arte Rhetorica
tidak menambahkan apa-apa yang berarti bagi perkembangan retorika. Buku Ad Herrenium yang
ditulis dalam bahasa Latin kira-kira sekitar 100 SM hanya mensistematisasikan dengan cara Romawi
warisan retorika gaya Yunani.
Orang-orang Romawi hanya mengambil segi-segi praktisnya saja. Walaupun begitu,
kekaisaran Romawi bukan saja subur Retorika 28 dengan sekolah-sekolah retorika, tetapi juga kaya
dengan orator-orator ulung seperti Antonius, Crassus, Rufus, Hortensius. Kemampuan Hortensius
disempurnakan oleh Cicero. Karena dibesarkan dalam keluarga kaya dan menikah dengan istri yang
memberinya kehormatan dan uang, Cicero muncul sebagai negarawan dan cendekiawan.
Pernah hanya dalam dua tahun (45-44 SM) ia menulis banyak buku filsafat dan lima buah
buku retorika. Dalam teori, ia tidak banyak banyak menampilkan penemuan baru. Ia banyak
mengambil gagasan dari Isocrates. Ia percaya bahwa efek pidato akan baik bila yang berpidato adalah
orang baik juga, atau dalam bahasa Inggris disebut “the good man speaks well”.
Dalam praktek, Cicero betul-betul orator yang sangat berpengaruh. Caesar, penguasa
Romawi yang ditakuti, memuji Cicero dengan mengatakan “Anda telah menemukan semua khazanah
8
retorika, dan Andalah orang pertama yang menggunakan semuanya. Anda telah memperoleh
kemenangan yang lebih disukai dari kemenangan para jenderal. Karena sesungguhnya lebih agung
memperluas batas-batas kecerdasan manusia daripada memperluas batasbatas kerajaan Romawi”.
Dari tulisan-tulisannya yang dapat dibaca sampai sekarang, dapat diketahui bahwa Cicero sangat
terampil dalam menyederhanakan pembicaraan yang sulit. Bahasa Latinnya mudah dibaca. Melalui
penanya, bahasa mengalir deras tapi indah.
Cicero merupakan orator ulung pertama dari kalangan bangsa Romawi dengan bukunya yang
berjudul “De Oratore”. Ia mempunyai suara berat mengalun, pada suatu saat menggema, pada waktu
yang lain halus merayu dan terkadang disertai dengan cucuran air mata. Jika Cicero 29 Retorika
berpidato, ia telah benar-benar mempelajarinya dengan baik, tentang isi dan cara membawakannya.
Buku yang ditulisnya memberi penekanan pada keindahan komposisi dan penyampaian. Inti pidato
harus mencerminkan kebenaran dan kesusilaan, seorang orator harus bisa meyakinkan
pendengarnya. Untuk mencapai semua di atas, ia menyarankan bahwa seorang orator harus mencari
bahanbahan yang akan dibahas, menyusun dengan sistematis, mencoba menghafal isinya, dan
menyampaikan dengan baik.
Teknik yang digunakan oleh Cicero biasa digunakan oleh orang-orang Yunani Kuno yaitu
dengan dialog dan drama. Cicero juga percaya bahwa efek pidato akan baik jika yang berpidato orang
baik juga, atau dikenal dengan istilah “good man speaks well”. Pengalaman Cicero dalam bidang
politik adalah ia pernah menjadi konsul dan mencegah perebutan kekuasaan yang dilakukan oleh
Catilina. Pada tahun 60 SM, ia bertentangan dengan tiga serangkai, yaitu Pompeyus, Caesar, dan
Crassus, yang menyebabkan dirinya dibuang. Karena tindakannya yang selalu menentang akhirnya
ia dibunuh. Pidato-pidatonya yang terpenting ialah In Verrem yaitu pidato yang ditujukan kepada
Verres yang melakukan pemerasan, In Catilinam yang ditujukan kepada Catilina dengan maksud
untuk menentangnya, Philippica yaitu pidato yang ditujukan untuk menentang Antonius. Puluhan
tahun sepeninggal Cicero, Quintilianus mendirikan sekolah retorika. Ia sangat mengagumi Cicero
dan berusaha merumuskan teori-teori retorika dari pidato dan tulisan Cicero dalam buku yang
berjudul Institutio Oratoria.

4. Retorika Abad Pertengahan


Abad Pertengahan berlangsung selama sekitar seribu tahun (400-1400). Di Eropa, selama
periode panjang tersebut, warisan peradaban Yunani diabaikan. Sejak zaman Yunani sampai
Romawi, retorika selalu berkaitan dengan kenegarawanan. Para orator umumnya terlibat dalam
9
kegiatan politik. Ada dua cara untuk memperoleh kemenangan politik: talk it out (membicarakan
sampai tuntas) atau shoot it out (menembak sampai habis).
Retorika subur pada cara pertama, cara demokrasi. Ketika demokrasi Romawi mengalami
kemunduran, dan kaisar demi kaisaar memegang pemerintahan, demokrasi berganti menjadi
kekerasan. Retorika tersingkir ke belakang panggung. Para kaisar tidak senang mendengar orang
yang pandai berbicara.
Abad pertengahan disebut juga abad kegelapan, termasuk bagi perkembangan retorika.
Ketika agama Kristen berkuasa, retorika dianggap sebagai kesenian jahiliah. Banyak beberapa orang
Kristen pada saat itu melarang mempelajari retorika yang dirumuskan oleh orang-orang Yunani dan
Romawi, para penyembah berhala.
Bila orang memeluk agama Kristen, secara otomatis ia akan mampu menyampaikan
kebenaran. St. Agustinus, yang telah mempelajari retorika sebelum masuk Kristen sekitar tahun 386,
adalah kekecualian pada masa itu. Dalam buku On Christian Doctrine (426) ia menjelaskan bahwa
para pengkhotbah harus sanggup mengajar, menggembirakan, dan menggerakkan yang oleh Cicero
disebut sebagai kewajiban orator.
Untuk mencapai tujuan agama Kristen, yakni mengungkapkan kebenaran, kita harus mempelajari
teknik penyampaian pesan. Satu abad kemudian, di Timur muncul peradaban baru. Seorang Nabi
menyampaikan firman Tuhan, “Berilah mereka nasihat dan berbicaralah kepada mereka dengan
pembicaraan yang 31 Retorika menyentuh jiwa mereka” (Al Qur’an 4:63).
Nabi Muhammad saw bersabda, memperteguh firman Tuhan ini, “Sesungguhnya dalam
kemampuan berbicara yang baik itu ada sihirnya”. Ia sendiri seorang pembicara yang fasih, dengan
kata kata singkat yang mengandung makna yang padat. Para sahabat bercerita bahwa ucapannya
sering menyebabkan pendengar berguncang hatinya dan berlinang air matanya. Tetapi ia tidak hanya
menyentuh hati, ia juga mengimbau akal sehat pendengarnya. Ia sangat memperhatikan orang orang
yang dihadapinya, dan menyesuaikan pesannya dengan keadaan mereka.
Ada ulama yang mengumpulkan khusus pidatonya dan menamainya Madinat al-Balaghah
(Kota Balaghah). Salah seorang sahabat yang paling dikasihinya, yaitu Ali bin Abi Thalib, mewarisi
ilmunya dalam berbicara. Pada Ali bin Abi Thalib, kefasihan dan kenegarawanan berpadu. Khotbah-
khotbahnya dikumpulkan dengan cermat oleh pengikutnya dan diberi judul Nahj alBalaghah (Jalan
Balaghah). Balaghah menjadi disiplin ilmu yang menduduki status yang mulia dalam peradaban
Islam.

10
Kaum Muslim menggunakan balaghah sebagai pengganti retorika. Tetapi warisan retorika
Yunani, yang dicampakkan di Eropa pada Abad Pertengahan, dikaji dengan tekun oleh para ahli
balaghah. Sayangnya masih kurang studi tentang kontribusi balaghah pada retorika modern.
Balaghah masih hanya dipelajari di pesantren-pesantren tradisional.
Pada abad pertengahan, retorika semakin tereduksi dan semakin kerdil. Retorika hanya
dikaitkan dngan gaya bahasa dan penyajian saja. Hal ini memunculkan aliran baru yang disebut
dengan Manerisme (Mannerism). Aliran ini sangat mengutamakan gaya bahasa. Keindahan gaya
bahasa itu diperoleh melalui permainan bunyi dan irama. Demikian pentingnya bunyi dan irama bagi
aliran baru ini, hingga melahirkan gaya bahasa yang aneh-aneh.

5. Retorika Abad Modern


Salah seorang pemikir Renaissance yang menarik kembali minat orang pada retorika adalah
Peter Ramus. Ia membagi retorika pada dua bagian; invention dan disposition dimasukkan ke bagian
logika. Sedangkan retorika hanya berkaitan dengan elocution dan pronuntiation saja. Pembagian ini
berlangsung selama beberapa generasi.
Renaissance mengantarkan kita kepada retorika modern, yang menghubungkan Renaissance
dengan retorika modern adalah Roger Bacon sekitar tahun (1214-1219). Ia bukan saja
memperkenalkan metode eksperimental, tetapi juga pentingnya pengetahuan tentang proses
psikologis dalam studi retorika.
Rasio, imajinasi, kemauan adalah fakultas-fakultas psikologis yang kelak akan menjadi
kajian utama retorika modern. Ada tiga aliran dalam retorika modern, yaitu:
a. Epistemologis adalah aliran pertama dalam retorika modern yang menekankan pada proses
psikologis. Epistemologi membahas “teori pengetahuan”; asal-usul, sifat, metode, dan batas-batas
pengetahuan manusia. Para pemikir epistemologis berusaha mengkaji retorika klasik 33 Retorika
dalam sorotan perkembangan psikologi kognitif, yang membahas proses mental.
b. Aliran kedua dikenal dengan belles lettres (Bahasa Perancis yang berarti tulisan yang
indah). Retorika belletris sangat mengutamakan keindahan bahasa, segisegi estetis pesan, kadang-
kadang dengan mengabaikan segi informatifnya. Hugh Blair (1718-1800) menulis Lectures on
Rhetoric and Belles Lettres. Ia menjelaskan hubungan antara retorika, sastra, dan kritik. Ia
memperkenalkan fakultas cita rasa (taste), yaitu kemampuan untuk memperoleh kenikmatan dari
pertemuan dengan apapun yang indah. Cita rasa, menurut Blair, mencapai kesempurnaan ketika
kenikmatan inderawi dipadukan dengan rasio—ketika rasio dapat menjelaskan sumber-sumber
11
kenikmatan. Aliran epistemologi dan belles lettres terutama memusatkan perhatian pada persiapan
pidato; pada penyusunan pesan dan penggunaan bahasa.
c. Aliran ketiga disebut gerakan elokusionis, menekankan pada teknik penyampaian pidato.
Misalnya Gilbert Austin memberikan petunjuk praktis penyampaian pidato, seperti mengenai
bagaimana pembicara mengarahkan kontak mata kepada pendengar, bagaimana pembicara mengatur
suaranya. James Burgh menjelaskan 71 emosi dan cara mengungkapkannya. Dalam
perkembangannya, gerakan elokusionis dikritik karena terlalu memusatkan perhatian kepada teknik.
Ketika mengikuti kaum elokusionis, pembicara tidak lagi berbicara dan bergerak secara alami,
namun menjadi artifisial. Walau demikian, kaum elokusionis telah berhasil melakukan penelitian
empiris sebelum merumuskan “resep-resep” penyampaian pidato. Retorika 34 Retorika kini tidak
lagi ilmu berdasarkan semata-mata “otak-atik-otak” atau hasil perenungan rasional saja, namun
dirumuskan dari hasil penelitian empiris. Pada abad ke-20 retorika mengambil manfaat dari
perkembangan ilmu pengetahuan modern, khususnya ilmu perilaku seperti psikologi dan sosiologi.
Istilah retorika pun mulai digeser oleh istilah-istilah lainnya seperti speech, speech communication,
atau public speaking. Sebagian tokoh retorika modern antara lain adalah James A Winans, Charles
Henry Woolbert, William Noorwood Brigance, dan Alan H Monroe. Monroe banyak meneliti proses
motivasi (motivating process). Kontribusinya yang terbesar adalah dalam hal cara organisasi pesan.
Menurut Monroe, pesan harus disusun berdasarkan proses berpikir manusia yang disebutnya
motivated sequence. Dewasa ini retorika sebagai public speaking, oral communication, atau speech
communication diajarkan dan diteliti secara ilmiah di lingkungan akademis. Di masa mendatang ilmu
retorika juga mungkin akan diajarkan kepada mahasiswa di luar ilmu sosial. Dr. Charles Hurst
melakukan penelitian tentang pengaruh speech course terhadap prestasi akademik mahasiswa. Hasil
penelitian itu membuktikan bahwa pengaruh itu cukup berarti. Mahasiswa yang memperoleh
pelajaran speech mendapat skor yang lebih tinggi dalam tes belajar dan berpikir, lebih terampil dalam
studi dan lebih baik dalam hasil akademisnya dibandingkan mahasiswa yang tidak mendapatkan
pelajaran itu. Hal ini menunjukkan pentingnya retorika dalam kehidupan.

12
BAB III

(PENUTUP)

A. Kesimpulan

Retorika merupakan sebuah ilmu yang membahas tentang cara kita berbicara yang baik dan
benar di hadapan umum (Publik). Seiring berkembangnya zaman retorika memiliki beberapa
pengaruh perubahan naik turun yang luar biasa di mulai dari zaman Yunani Kuno hinggan Zaman
Modern ini. Pada zaman Yunani Kuno ilmu retorika memiliki puncak kejayaan karena sebagian ilmu
tersebut dipergunakan untuk kepentingan politik atau kerajaan.
Pada zaman Romawi Kuno ilmu retortika ini hanya sedikit mengalami perkembangan
karena orang-orang Romawi hanya mengambil segi-segi praktisnya saja. Walaupun begitu,
kekaisaran Romawi bukan saja subur Retorika 28 dengan sekolah-sekolah retorika, tetapi juga kaya
dengan orator-orator ulung seperti Antonius, Crassus, Rufus, Hortensius.
Di zaman abad pertengahan ilmu retorika ini mengandung banyak ancaman karena adanya
agama Kristen, dimana ilmu tersebut dikira ilmu jahiliyah atau pembodohan Ketika agama Kristen
berkuasa, retorika dianggap sebagai kesenian jahiliah. Banyak beberapa orang Kristen pada saat itu
melarang mempelajari retorika yang dirumuskan oleh orang-orang Yunani dan Romawi.
Terakhir pada zaman modern ilmu retorika mengalami kebangkitan kembali Salah seorang
pemikir Renaissance yang menarik kembali minat orang pada retorika yaitu Peter Ramus.

B. Saran
Demikian makalah yang bisa saya buat, jika ada salah dalam pengertian, maupun pembahasan
yang kurang di pahami, saya selaku pembuat makalah mohon maaf yang sebesar-besarnya. Saran
dan kritik para pembaca sangat kami terima dengan upaya untuk memperbaiki proses pembuatan
makalah ini.

13
DAFTAR PUSTAKA
Tubbs, Stewart L & Moss, Sylvia. 2000. Human Communication : Konteks-konteks Komunikasi,
Remaja Rosdakarya, Bandung.
Rajiyem, 2005. Sejarah dan Perkembangan Retorika, Humaniora, Vol 17, Hal 142-153.
DeVito, Joseph A. 1997. Komunikasi Antar Manusia: Kuliah Dasar. Professional Books, Jakarta.
Rakhmat, Jalaluddin, 2007. Retorika Modern : Pendekatan Praktis, Vol 11, Remaja Rosdakarya,
Bandung.
Aly, Bacthiar. 1994. Modul : Retorika. Jakarta: Universitas Terbuka.
Hendrikus, Dori Duwur. 1999. Retorika : Terampil berpidato, berdiskusi, berargumentasi,
bernegoisasi. Yogyakarta : Kanisius.
Al-Qur’an Surah An-Nisa’ ayat 63

14
15
16

Anda mungkin juga menyukai