Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

LOGIKA FILSAFAT
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Umum
Dosen Pengampu: Muhammad Ardiansyah, M.Ag.

DI SUSUN OLEH :
1. Mokhammad Nur Farid Fadhilah (222103040008)
2. Muhammad Rifqi Sabilillah (222103040009)
3. Hafilul Hasan (22110304002)
4. Diana Susilowati (221103040016)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH


FAKULTAS DAKWAH
UNIVERSTITAS ISLAM NEGERI KH. ACHMAD SIDDIQ JEMBER
September,2022

1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Robbil Alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah
memberikan rahmat, kesehatan serta kesempatan sehingga dapat menyelesaikan tugas
makalah dengan judul " LOGIKA FILSAFAT " dengan tepat waktu. Sholawat serta salam
tak lupa kami haturkan kepada baginda nabi besar Muhammad SAW yang syafaat-Nya
di nantikan di akhirat kelak.

Kami ucapkan terimakasih kepada bapak Muhammad Ardiansyah, M.Ag.


selaku dosen pada mata kuliah FILSAFAT UMUM yang telah membimbing serta
memberikan kesempatan untuk membuat makalah ini.

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas Muhammad Ardiansyah, M.Ag.


pada bidang FILSAFAT UMUM di Universitas KH. Achmad Siddiq Jember. Kami
berharap makalah ini dapat menambah wawasan pembaca.

Demikian makalah ini kami susun, semoga bermanfaat bagi semua pihak. Kami
menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran
kami harapkan untuk menyempurnakan laporan ini.

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...................................................................... 2
DAFTAR ISI..................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN ................................................................. 4
A. Latar belakang ......................................................................... 4
B. Rumusan masalah .................................................................... 5
C. Tujuan pembahasan ................................................................. 5
BAB II PEMBAHASAN .................................................................. 6
A. Pengertian logika ...................................................................... 6
B. Sejarah dan perkembangan logika ............................................ 7
C. Objek logika ............................................................................ 8
D. Macam-macam logika .............................................................. 9
E. Logika sebagai cabang filsafat................................................ 12
F. Manfaat logika ....................................................................... 12
BAB III PENUTUP ...................................................................... 14
Kesimpulan ................................................................................. 14
Saran ........................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................... 15

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Alasan kita perlu mempelajari filsafat dan logika adalah karena filsafat ilmu
mendorong orang untuk mengembangkan cara berkemampuan berpikir tanpa
mengandalkan hafalan. Alasan yang kedua adalah memberikan pertobatan dimana
menunjukan ke jalan yang benar atau kembali ke nenek moyang kita.
Filsafat adalah studi tentang seluruh fenomena kehidupan, dan pemikiran manusia
secara kritis dan dijabarkan dalam konsep mendasar. Filsafat tidak di dalami dengan
melakukan eksperimen – eksperimen, dan percobaan – percobaan, tetapi dengan
mengutarakan masalah secara persis, mencari solusi untuk itu, memberikan argumentasi,
dan alasan yang tepat untuk solusi tertentu. Akhir dari proses – proeses itu dimasukkan
ke dalam sebuah proses dialektika. Untuk studi filsafat, mutlak diperlukan logika berpikir,
dan logika bahasa.
Filsafat menggiring manusia kepengertian yang terang dan pemahaman yang
jelas. Kemudian, filsafat itu juga menuntun manusia ketindakan dan perbuatan yang
konkret berdasarkan pengertian yang terang dan pemahaman yang jelas. Secara umum
manfaat filsafat adalah filsafat membantu kita memahami bahwa sesuatu tindak selalu
tampak seperti apa adanya filsafat membantu kita mengerti tentang diri kita sendiri dan
dunia kita, karena filsafat mengajarkan bagaimana kita bergulat dengan pertanyaan
mendasar dan filsafat membuat kita lebih kritis. Secara khusus manfaat filsafat ilmu ialah
sebagai alat mencari kebenaran dari segala fenomena yang ada mempertahankan,
menunjang, dan melawan atau berdiri netral terhadap filsafat lainnya memberikan
pengertian tentang cara hidup, pandangan hidup, dan pandangan dunia dan memberikan
ajaran tentang moral dan etika yang berguna dalam kehidupan. Dengan kata lain, disadari
atau tidak, filsafat digunakan oleh manusia untuk menyelesaikan masalah yang
dihadapinya. Jika orang menyadarinya, lebih banyak lagi manfaat berpikir filosofis yang
dapat diperoleh. Dengan berpikir filosofis, orang dapat berpikir mendalam dan mendasar.
Orang juga dapat memperoleh kemampuan analisis, berpikir kritis dan logis sehingga ia
mampu juga berpikir secara luas dan menyeluruh. Berpikir filosofis juga membuat orang
dapat berpikir sistematis dalam mengumpulkan pengetahuan sebanyak mungkin secara

4
tertata. Berpikir filosofis juga membantu orang untuk menjajaki kemungkinan baru
sehingga dapat memperoleh pengetahuan baru.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari penulisan makalah ini yaitu :
1. Apa itu logika ?
2. Bagaimana sejarah dan perkembangan logika ?
3. Apa saja objek logika ?
4. Apa saja macam-macam logika?
5. Bagaimana hubungan logika dengan filsafat?
6. Apa saja manfaat logika?
C. Tujuan Pembahasan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu :
1. Mengetahui pengertian logika.
2. Mengetahui sejarah dan perkembangan logika.
3. Mengetahui objek-objek logika.
4. Mengetahui macam macam logika.
5. Mengetahui hubungan antara logika dengan filsafat.
6. Mengetahui manfaat logika.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Logika
Logika merupakan salah satu cabang dari filsafat. Secara etimologis, logika
berasal dari kata Yunani yaitu ‘logos’ yang digunakan dalam beberapa arti seperti ucapan,
kata, pengertian, pikiran dan ilmu pengetahuan (Luce, 1958). Dari sejarah filsafat kita
mengenal Aristoteles sebagai filsuf yang pertama kali menjelaskan logika secara
komprehensif. Sebelumnya memang ada beberapa filsuf Yunani Kuno yang sudah
mengemukakan prinsip-prinsip berpikir dan pemerolehan pengetahuan, seperti
Parmenides, Zeno, dan Pythagoras. Akan tetapi, penjelasan khusus dan menyeluruh
tentang bagaimana pikiran manusia bekerja dan dapat memperoleh pengetahuan yang
benar ditulis secara sistematis oleh Aristoteles (Hadinata, Putri, & Takwin, 2015).
Sebagai ilmu, logika juga disebut dengan logika episteme (Latin: logica scientia) atau
ilmu logika (ilmu pengetahuan) yang mempelajari kecakapan untuk berpikir secara lurus,
tepat, dan teratur, (Rapar, Jon Hendrik 1978). Ilmu disini mengacu pada kecakapan
rasional untuk mengetahui kecakapan yang mengacu pada kesanggupan akal budi untuk
mewujudkan pengetahuan kedalam tindakan.
Aristoteles sendiri menggunakan istilah analitika untuk merujuk kepada
penyelidikan terhadap argumentasi-argumentasi yang bertitik tolak dari putusan-putusan
yang sudah dipastikan kebenarannya, serta dialektika untuk penyelidikan terhadap
argumentasi-argumentasi yang bertitik tolak dari putusan-putusan yang belum pasti
kebenarannya (Luce, 1958). Pengertian logika yang dikenal lebih mengacu kepada
Alexander Aphrodisias, sekitar permulaan abad ke-3 M. Dia menyebutnya sebagai
cabang filsafat yang mengkaji prinsip, aturan, dan metode berpikir yang benar.
Dalam konteks tersebut Penalaran merupakan aktivitas , logika adalah suatu studi
tentang metode-metode dan prinsip-prinsip yang digunakan untuk membedakan antara
penalaran yang tepat dan penalaran yang keliru.pikiran yang bertujuan memperoleh
pengetahuan. Aktivitas pikiran itu melibatkan proses penarikan kesimpulan berdasarkan
alasan-alasan yang relevan. Dalam logika dikaji bagaimana berlangsungnya proses
penarikan kesimpulan yang meliputi unsur-unsur, langkah-langkah, serta prinsip-prinsip
dari proses tersebut. Pada akhirnya, melalui logika kita dapat membedakan antara

6
penalaran yang tepat dan penalaran yang keliru. Oleh karena itu, logika sebagai suatu
studi bukan hanya tentang pengetahuan, tetapi juga keterampilan. Artinya, logika
memberikan seseorang pengetahuan dan keterampilan untuk menguji ketepatan dari suatu
penalaran secara kritis serta menghindari melakukan bentuk-bentuk penalaran yang
keliru.

B. Sejarah dan Perkembangan Logika


Logika dimulai sejak Thales (624 SM – 548 SM), filsuf Yunani pertama yang
meninggalkan segala dongeng, takhayul, dan cerita-cerita isapan jempol dan berpaling
kepada akal budi untuk memecahkan rahasia alam semesta. Thales mengatakan bahwa
air adalah arkhe (Yunani) yang berarti prinsip atau asas utama alam semesta. Saat itu
Thales telah mengenalkan logika induktif.
Aristoteles kemudian mengenalkan logika sebagai ilmu, yang kemudian disebut
logica scientica. Aristoteles mengatakan bahwa Thales menarik kesimpulan bahwa air
adalah arkhe alam semesta dengan alasan bahwa air adalah jiwa dari segala sesuatu. Sejak
saat Thales sang filsuf mengenalkan pernyataannya, logika telah mulai dikembangkan.
Kaum Sofis beserta Plato (427 SM-347 SM) juga telah merintis dan memberikan saran-
saran dalam bidang ini.
Pada masa Aristoteles logika masih disebut dengan analitica, yang secara khusus
meneliti berbagai argumentasi yang berangkat dari proposisi yang benar, dan dialektika
yang secara khusus meneliti argumentasi yang berangkat dari proposisi yang masih
diragukan kebenarannya. Inti dari logika Aristoteles adalah silogisme.
Pada 370 SM – 288 SM Theophrastus, murid Aristoteles yang menjadi pemimpin
Lyceum, melanjutkan pengembangn logika. Istilah logika untuk pertama kalinya
dikenalkan oleh Zeno dari Citium (334 SM – 226 SM) pelopor Kaum Stoa. Sistematisasi
logika terjadi pada masa Galenus (130 M – 201 M) dan Sextus Empiricus (200 M) dua
orang dokter medis yang mengembangkan logika dengan menerapkan metode geometri.
Pada abad XIII sampai dengan abad XV muncul Petrus Hispanus, Roger Bacon,
Raymundus Lullus, Wilhelm Ocham menyusun logika yang sangat berbeda dengan
logika Aristoteles yang kemudian kita kenal sebagai logika modern. Raymundus Lullus
mengembangkan metoda Ars Magna, semacam al-jabar, dengan maksud membuktikan
kebenaran -kebenaran tertinggi. Francis Bacon mengembangkan metode induktif dalam

7
bukunya Novum Organum Scientiarum. W.Leibniz menyusun logika al-jabar untuk
menyederhanakan pekerjaan akal serta memberi kepastian. Emanuel Kant menemukan
Logika Transendental yaitu logika yang menyelediki bentuk-bentuk pemikiran yang
mengatasi batas pengalaman. Selain itu George Boole (yang mengembangkan aljabar
Boolean), Bertrand Russel, dan G.Frege tercatat sebagai tokoh-tokoh yang berjasa dalam
mengembangkan Logika Modern.
Pengembangan dan penggunaan logika Aristoteles secara murni diteruskan oleh
Thomas Hobbes (1588 – 1679) dengan karyanya Leviatan dan John Locke (1632- 1704)
dalam An Essay Concrning Human Understanding. Francis Bacon (1561 – 1626)
mengembangkan logika induktif yang diperkenalkan dalam bukunya Novum Organum
Scientiarum. J.S. Mills (1806 – 1873) melanjutkan logika yang menekankan pada
pemikiran induksi dalam bukunya System of Logic.
C. Objek Logika
Segala sesuatu yang ada senantiasa memiliki materidan bentuk. Aristoteles
menyebut materiitu dengan kata hyle dan bentuk dengan kata eidos atau morphe.Materi
yang sama atau satu materi, dapat memiliki bentuk yang berbeda-beda. Misalnya kayu
sebagai materi dapat dibuat menjadi bentuk patung, atau dapat dibuat menjadi bentuk
meja, kursi, tiang, pintu, dan sebagainya. Dapat pula bentuknya sama, tapi materinya
berbeda, misalnya tiga buah patung kuda serupa, yang satu materialnya dari kayu, yang
kedua materialnya dari tanah liat, sedangkan yang ketiga materialnya dari batu. Dengan
demikian, jelas bahwa materi harus senantiasa memiliki bentuk, dan tidak mungkin ada
bentuk tanpa materi.
Pikiran yang digunakan dalam penalaran danyang diungkapkan lewat bahasa juga
memiliki materi dan bentuk. Contohnya kalau kita mengatakan bundar, materialnya ialah
isi dan arti kata itu sendiri, sedangkan bentuknya adalah positif. Akan tetapi jika kita
mengatakan tidak bundar, bentuknya adalah negatif. Apabila kita mengatakan semua bola
adalah bundar, materinya adalah isi atau arti dari kalimat itu, sedangkan bentuknya
disebut universal afirmatif.
Bentuk dapat benar atau salah, demikian pula materi. Contohnya semua manusia
adalah pohon. Dari segi bentuk proposisi kalimat tersebut benar. Bentuknya disebut
universal afirmatif. Akan tetapi materinya tidak benar karena tidak seorang pun manusia
adalah pohon.

8
Untuk melihat suatu objek secara jelas, kita tidak hanya melihat isi (material)
objek melainkan juga bentuknya. Kita dapat melihat pohon karena materi pohon dalam
bentuk pohon. Setiap ilmu pengetahuan selalu memiliki objek formal (bentuk) dan objek
material. Begitu juga dengan logika, untuk memahami logika kita perlu juga melihat
objek material logika yakni kegiatan berpikir atau bernalar. Sementara objek formalnya
adalah ketepatan bernalar.
D. Macam-macam Logika
Setelah mempelajari tentang filsafat ilmu lebih mendalam, ternyata didalamnya
terdapat banyak sekali materi yang disajikan. Salah satunya adalah tentang logika, dan
logika sendiri dapat dibedakan menjadi kriteria tertentu, yaitu :
1) Dilihat dari segi kemampuan untuk berlogika
a. Logika kodratiah
Logika kodratiah adalah kemampuan berlogika yang sudah ada pada setiap
manusia sebagai makhluk yang berakal budi. Tanpa belajar logika setiap orang sudah
memiliki kemampuan berlogika kodratiah.
b. Logika ilmiah
Logika ilmiah adalah kemampuan berlogika yang didapatkan dengan belajar
secara khusus. Contohnya seperti dengan membaca buku, maka mendapatkan
kemampuan logika ilmiah.
2) Dilihat dari sejarah dan penggunaan lambang atau simbol
a. Logika klasik / tradisional
Logika yang diperkenalkan oleh Aristoteles pada sekitar abad ke-5 sebelum
masehi; menggunakanlambang bahasa; disebut juga logika aristotelian atau logika
tradisional.
b. Logika modern
Logika yang dikembangkan di zaman modern oleh tokoh-tokoh seperti A. de
Morgan (1809-1871), George Boole (1815-1864), Bertrand Russel (1872-1970);
menggunakan lambang non bahasa. Logika ini menerapkan prinsip-prinsip
matematika pada logika modern; sering disebut juga logika matematika atau logika
simbolik.

9
3) Dilihat dari segi bentuk dan isi argumen
a. Logika formal (bentuk)
Logika formal adalah logika yang membahas kebenaransebuah argumen
dilihat dari segi bentuk. Kebenaran bentuk adalah kebenaran yang dimiliki sebuah
argumen. Di sini, logika formal berurusan dengan proses penalarannya terkait
bagaimana dari premis-premis ke kesimpulan dalam suatu argumentasi tepat atau
tidak tepat. Dalam konteks ini, apabila proses penalarannya tepat, maka kesimpulan
yang dihasilkan pastilah tepat pula. Bentuk argumentasi dengan proses penalaran
yang tepat itu dalam logika formal disebut sahih (valid). Dengan demikian, suatu
bentuk argumentasi dapat dikatakan sahih hanya jika proses penalaran tesebut tepat
jika kesimpulan yang dihasilkan merupakan implikasi logis dari premis-premisnya.
Sebaliknya, jika proses penalarannya tidak tepat, dapat dikatakan argumentasi
tersebut tidak sahih (invalid).
b. Logika material (isi)
Logika material adalah logika yang membahas kebenaran sebuah argumen
dilihat dari segi isinya Sebuah argumen dinyatakan benar dari segi isi jika pernyataan
yang terdapat dalam argumen sesuai dengan kenyataan. Logika material lebih berfokus
pada benar-tidaknya dari konten suatu argumentasi. Di sini, apa yang dimaksud dengan
benar-tidaknya proposisi-proposisi tersebut ditentukan dengan kesesuaiannya
(korespondensinya) dengan kenyataan. Oleh karena itu, suatu argumentasi hanya dapat
dikatakan benar (true), jika semua proposisinya benar, dalam arti, semua proposisi
tersebut bersesuaian dengan kenyataan. Jika salah satu saja proposisi-proposisi yang
membangun argumentasi itu salah, dalam pengertian tidak bersesuai dengan kenyataan,
argumentasi itu dinyatakan salah dari segi kontennya.
4) Dilihat dari segi cara menarik kesimpulan
Louis Kattsoff, seorang pengarang buku pengantar filsafat menulis bahwa logika
terbagi dalam dua cabang pokok, yaitu induktif dan deduktif.
a. Logika induktif
Logika induktif adalah bentuk penalaran yang berdasarkan kebenaran-
kebenaran tunggal yang ditarik menjadi satu kesimpulan umum, biasa dikenal sebagai
metode induktif. Logika induktif sangat bertumpu pada observasi empiris. Oleh
karena itu, pengetahuan yang dihasilkan merupakan generalisasi yang didasarkan
pada pengamatan atas kasus-kasus yang dinilai mempunyai persamaan. Dengan

10
begitu, logika induktif menghasilkan kesimpulan yang bentuk sintetis atau
penggabungan dari kasus-kasus yang digunakan sebagai titik tolak penalaran.
Selain itu, dikarenakan titik tolak penalarannya merupakan hasil pengamatan
indera, logika induktif bersifat a posteriori. Atas dasar itulah logika induktif memiliki
tiga ciri berikut:
1. Sintetis, di mana kesimpulan ditarik dengan jalan menggabungkan kasus-kasus
yang dinilai mempunyai persamaan;
2. General, di mana kesimpuylan yang dihasilkan selalu meliputi kasus yang lebih
banyak atau lebih umum sifatnya daripada jumlah kasus yang terhimpun sebagai
titik tolak penalaran;
3. a posteriori, di mana kesimplan didasarkan pada kasus-kasus yang teramati secara
pengalaman indera.
Atas dasar itu pula, logika induktif tidak memberikan suatu kepastian mutlak,
tetapi dinilai dengan probabilitas yang diberikan oleh premis-premis kepada
kesimpulannya.
b. Logika Deduktif
Logika deduktif adalah suatu ragam logika yang mempelajari asas-asas
penalaran yang bersifat deduktif, yaitu penalaran yang berdasarkan kebenaran umum
(atau yang sudah ada) ditarik satu kesimpulan untuk hal yang khusus (kebenaran
baru). Secara umum, logika deduktif terwujud dalam suatu bentuk logis yang disebut
silogisme. Silogisme merupakan suatu bentuk argumentasi yang terdiri dari tiga
proposisi. Dalam konteks ini, proposisi pertama dan kedua merupakan landasan
penalaran, sedang proposisi ketiga merupakan hasil dari penalaran tersebut.
Hubungan antarproposisi ini adalah hubungan yang tidak terpisahkan. Oleh karena
itu, dalam logika deduktif tepat atau tidak tepatnya hubungan tersebut. Contoh:
Semua manusia adalah makhluk berakal budi. Sokrates adalah manusia. Dari kedua
proposisi tersebut, kita dapat menyimpulkan bahwa “Sokrates adalah makhluk
berakal budi”. Kesimpulan itu dihasilkan hanya melalui analisis terhadap dua
proposisi tersebut tanpa bersandar pada observasi empiris terhadap Sokrates. Oleh
karena itu, dapat dikatakan pengetahuan yang dihasilkan dari logika deduktif bersifat
a priori. Selain itu, kita mengetahui bahwa kesimpulan “Sokrates adalah makluk

11
berakal budi” merupakan konsekuensi yang sudah langsung terkandung di dalam dua
proposisi di atas. Dengan demikian, logika deduktif memiliki tiga ciri, yaitu
1. Analitis, di mana kesimpulan hanya ditarik dengan menganalisis proposisi-
proposisi yang sudah ada
2. Tautologis, di mana kesimpulan yang ditarik sesungguhnya secara implisit sudah
terkandung dari premis-premisnya
3. Apriori, di mana kesimpulan ditarik tanpa bersandar pada observasi empiris atau
pengalaman indera.
E. Logika Sebagai Cabang Filsafat
Filsafat adalah kegiatan / hasil pemikiran /perenungan yang menyelidiki sekaligus
mendasari segala sesuatu yang berfokus pada makna dibalik kenyataan atau teori yang
ada untuk disusun dalam sebuah sistem pengetahuan rasional. Logika adalah sebuah
cabang filsafat yang praktis. Praktis disini berarti logika dapat dipraktekkan dalam
kehidupan sehari-hari.Logika digunakan untuk melakukan pembuktian. Logika
mengatakan yang bentuk inferensi yang berlaku dan yang tidak. Secara tradisional, logika
dipelajari sebagai cabang filsafat, tetapi juga bisa dianggap sebagai cabang matematika.
Logika sebagai cabang filsafat adalah cabang filsafat tentang berpikir. Logika
membicarakan tentang aturan-aturan berpikir agar dengan aturan-aturan tersebut dapat
mengambil kesimpulan yang benar. Dengan mengetahui cara atau aturan-aturan tersebut
dapat menghindarkan diri dari kesalahan dalam mengambil keputusan. Menurut Louis O.
Kattsoff, logika membicarakan teknik-teknik untuk memperolehkesimpulan dari suatu
perangkat bahan tertentu dan kadang-kadang logika didefinisikan sebagai ilmu
pengetahuan tentang penarikan kesimpulan.
F. Manfaat Logika
Logika membantu manusia berpikir lurus, efisien, tepat, dan teratur untuk
mendapatkan kebenaran dan menghindari kekeliruan. Dalam segala aktivitas berpikir dan
bertindak, manusia mendasarkan diri atas prinsip ini. Logika menyampaikan kepada
berpikir benar, lepas dari berbagai prasangka emosi dan keyakinan seseoranng, karena itu
ia mendidik manusia bersikap obyektif, tegas, dan berani, suatu sikap yang dibutuhkan
dalam segala suasana dan tempat.

12
Selain hubungannya erat dengan filsafat dan matematik, logika dewasa ini juga
telah mengembangkan berbagai metode logis (logical methods) yang banyak sekali
pemakaiannya dalam ilmu-ilmu.
Selain itu logika modern (terutama logika perlambang) dengan berbagai
pengertian yang cermat, lambang yang abstrak dan aturan-aturan yang diformalkan untuk
keperluan penalaran yang betul tidak saja dapat menangani perbincangan perbincangan
yang rumit dalam suatu bidang ilmu, melainkan ternyata juga mempunyai penerapan.
Misalnya dalam penyusunan program komputer dan pengaturan arus listrik, yang tidak
bersangkutan dengan argumen.
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa kegunaan logika adalah sebagai
berikut:
1. Membantu setiap orang mempelajari logika untuk berpikir secara rasional, kritis,
lurus, tetap, tertib, metodis, dan koheren atau untuk menjaga kita supaya selalu
berpikir benar.
2. Meningkatkan kemampuan berpikir secara abstrak, cermat, dan objektif.
3. Menambah kecerdasan dan meningkatkan kemampuan berpikir secara tajam dan
mandiri.
4. Memaksa dan mendorong orang untuk berpikir sendiri dengan menggunakan asas
sistematis.
5. Meningkatkan cinta akan kebenaran dan menghindari kesalahan-kesalahan berpikir
kekeliruan serta kesesatan.
6. Mampu melakukan analisis terhadap suatu kejadian.
7. Sebagai ilmu alat dalam mempelajari ilmu apapun, termasuk filsafat.

13
BAB III
PENUTUP
kesimpulan
Pada akhirnya melalui logika kita dapat membedakan antara penalaran yang tepat
dan penalaran yang keliru. Oleh karna itu logika sebagai suatu studi bukan hanya
pengetahuan dan keterampilan untuk menguji ketetapan dari suatu penalaran secara kritis
serta menghindari bentuk-bentuk penalaran yang keliru, logika dimulai dari 624 SM -548
SM. Filsuf Yunani yang pertama yang meninggalkan, dongeng, takhayul, dan cerita-
cerita isapan jempol, dan berpaling kepada akal Budi untuk memecahkan rahasia alam
semesta.
Dalam logika terdapat suatu materi dan satu materi terdapat bentuk yang berbeda-
beda, dan untuk mengetahui sebuah objek kita tidak hanya melihat material, melainkan
kita juga melihat dari segi bentuknya, tertera ada beberapa macam logika, Logika
kodratiah, logika ilmiah, logika klasik/tradisional, logika modern, logika formal, logika
material, logika induktif, logika deduktif, diliat dari segi bentuk yang berbeda-beda,
manfaat nya logika adalah sebuah cabang filsafat yang praktis, dapat dipraktekkan
didalam kehidupan sehari-hari, Logika juga membantu manusia berfikir lurus, efisien,
tepat, dan teratur untuk mendapatkan kebenaran dan menghindari kekeliruan.

Saran
Berdasarkan hasil pembahasan, kami selaku penulis menyadari bahwa masih
banyak sekali kekurangan dalam pembuatan makalah ini. Sehingga, kami pembuat
makalah sangat mengharapkan kritik dan saran. Kami juga berharap makalah ini
bermanfaat untuk kami, terutama para pembaca dan manusia.

14
DAFTAR PUSTAKA

I Gusti Bagus, R. 2013. Filsafat Ilmu dan Logika, Badung: Universitas Dhayana Pura

Louis O. Kattsoff, Pengantar Filsafat, terj. Soejono Soemargono (Yogyakarta: Tiara


Wacana, 1987).

Rapar, Hendrik, J. 1996. Pengantar Filsafat,Yogyakarta: Kanisius

Russell, Bertrand, History of Western Philosophy, London: George Allen & Unwin, 1974.
Takwin, Bagus, Finoza, Lamuddin, dan Mubarak Zakky. 2011. Filsafat, Logika, Etika,
dan Kekuatan dan Keutamaan Karakter. Jakarta: Penerbit FEUI.

Takwin, B., Hadinata, F., dan Putri, S. 2013. Kekuatan dan Keutamaan Karakter,
Filsafat, Logika, dan Etika. Depok : Universitas Indonesia

15

Anda mungkin juga menyukai