Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

HUBUNGAN ANTARA FILSAFAT DAN ILMU


Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Usul Fiqih
Dosen Pengampu :
Bapak Muhammad Manar

Disusun Oleh :
1. Atika Febriani (1860101222110)
2. Rahma Rizky Ani (1860101222121)
3. Muhammad Awaludin Faza (1860101222117)

HES 2E
PRODI HUKUM EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS SYARI’AH DAN ILMU HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SAYYID ALI RAHMATULLAH
TULUNGAGUNG
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “IJMA’ DAN
QIYAS” ini dengan lancar. Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada
Nabi Muhammad SAW, yang telah membimbing umatnya ke jalan yang diridhai.
Pada penyusun makalah ini, tidak lupa penulis menyampaikan terima kasih
kepada :
1. Prof. Dr. Maftukhin, M.Ag selaku rektor Universitas Islam Negeri Sayyid
Ali Rahmatullah Tulungagung.
2. Dr. H.Nur Efandi, M. Ag selaku Dekan Fakultas Syariah dan Ilmu Hukum
Universitas Islam Negeri Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung.
3. Bapak Abd Khair Wattimena, MH selaku ketua Prodi Hukum Keluarga
Islam Universitas Islam Negeri Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung
4. Bapak Muhammad Manar selaku dosen pengampu mata kuliah Filsafat
umum yang selalu membimbing penulis sehingga dapat menyelesaikan
makalah ini.
Penulis berharap semoga makalah ini akan memberikan manfaat dan dapat
menambah wawasan serta pengetahuan bagi penulis dan para pembaca.

Tulungagung, 30 April 2023

Penulis

II
DAFTAR ISI

COVER .............................................................................................................. I
KATA PENGANTAR ...................................................................................... II
DAFTAR ISI ................................................................................................... III
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...................................................................................... 2
B. Rumusan Masalah ................................................................................. 3
BAB II PEMBAHASAN
1. Pengertian filsafat ilmu .................................................................. 2
2. Sejarah Filsafat Ilmu ...................................................................... 4
3. Objek material dan formal filsafat ilmu ......................................... 6
4. Tujuan Filsafat ilmu ....................................................................... 8
5. Hubungan Filsafat dan ilmu ........................................................... 9
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ......................................................................................... 15
B. Saran ................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA

III
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Filsafat merupakan ilmu pengetahuan yang paling luas cakupannya, bahkankebanyakan
ilmuwan menyebutnya sebagai induk dari segala ilmu pengetahuan.Secara etimologis istilah
filsafat berasal bahasa Yunani yaitu philosophia. Philo berarti cinta atau kawan sedangkan
sophia berarti kebijaksanaan. Jadi, filsafat berarti cinta kebijaksanaan atau kebenaran.
Filosofis merupakan orang yangmencintai kebenaran sehingga berupaya memperoleh dan
memilikinya. Seseorangyang mempelajari filsafat diharapkan dapat berpikir komprehensif,
yaitu berpikirsecara menyeluruh dan radikal atau mendalam sampai ke akar masalah.
Karenafilsafat berusaha memikirkan masalah-masalah yang ada secara mendalam
denganalasan yang benar dan teliti.

Dalam hubungannya dengan ilmu, kedua kata ini saling terkait baik secarasubstansial maupun
historis, karena kelahiran ilmu tidak lepas dari perananfilsafat. Filsafat telah berhasil
mengubah pola pemikiran bangsa Yunani dan bangsa lain pada zamannya dari pandangan
mitosentris menjadi logosentris.Awalnya bangsa Yunani dan bangsa lain beranggapan bahwa
semua kejadian dialam ini dipengaruhi oleh para dewa. Karenanya para dewa harus
ditakutisekaligus dihormati kemudian disembah.Perubahan besar ini membawa implikasi
yang tidak kecil.

Perubahan yang mendasar adalah ditemukannya hukum-hukum alam dan teori-teori ilmiah
yangmenjelaskan perubahan yang terjadi, baik di alam jagad raya (makrokosmos)maupun
alam manusia (mikrokosmos). Dari penelitian alam jagat ini muncullahilmu astronomi,
kosmologi, fisika, kimia dan sebagainya, sedangkan dari manusiamuncul ilmu biologi,
psikologi, sosiologi dan sebagainya.Ilmu-ilmu tersebutkemudian menjadi lebih terspesialisasi
dalam bentuk yang lebih kecil dan sekaligus semakin aplikatif dan terasa manfaatnya.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pengertian filsafat ilmu?
2. Bagaimana Sejarah Filsafat Ilmu?
3. Apa Objek material dan formal filsafat ilmu ?
4. Bagaimana Tujuan Filsafat ilmu ?

1
5. Bagaimana hubungan filsafat dan ilmu ?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetauhi pengertian filsafat ilmu
2. Untuk mengetauhi sejarah Filsafat ilmu
3. Untuk mengetauhi objek material dan formal filsafat ilmu
4. Untuk mengetauhi tujuan filsafat ilmu
5. Untuk hubungan filsafat dan ilmu

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN FILSAFAT ILMU


Cabang filsafat yang membahas masalah ilmu adalah filsafat ilmu.Tujuanya mengadakan
analisis mengenai ilmu pengetauhan dan cara bagaimana pengetauhan ilmiah itu
diperoleh.Jadi Filsafat ilmu adalah penyeledikan tentang ciri ciri pengetauhan ilmiah dan
cara untuk memperolehnya.Istilah lain dari filsafat ilmu adalah theory of science ( teori ilmu
) ,matascince (Adi-ilmu) dan science of science ( ilmu tentang ilmu ) Namun sebenarnya
berbicara mengenai filsafat ilmu sulit untuk memberikan sautu Batasan yang positif.Banyak
pendapat yang memiliki makna serta penekanan yang berbeda tentang filsafat ilmu .4 titik
pandangan didalam ilmu filsafat sebagai berikut :
1. Pandangan yang menyebutkan bahwa filsafat ilmu adalah perumusan world-views yang
konsisten dengan dan beberapa pengertian didasarkan atas teori-teori ilmiah yang
penting.Menurut pandangan ini,merupakan tugas dari filsuf ilmu untuk mengelaboriskan
implikasi yang lebih luas dari ilmu.
2. Pandangan yang mengemukakan bahwa filsafat ilmu adalah ilmu suatu eksposisi dari
presuppositions dan predispostions dari para ilmuan.Filsuf ilmu mungkin mengemukakan
bahwa para ilmuawan menduga ( presuppose) alam tidak berubahubah .dan terdapat suatu
keteraturan di alam sehingga gejala alam yang tidak begitu kompleks cukup didapat oleh
peneliti.
3. Pandangan yang mengemukakan bahwa filsafat ilmu adalah suatu disiplin yang di
dalamnya konsep dan teori tentang ilmu dianalisis dan diklasifikasikan.Hal ini berate
memberikan kejelasan tentang makna dari berbagai konsep seperti
partikel,gelombang,potensial,dan kompleks di dalam pemanfaatan ilmiahnya.
4. Pandangan yang menyebutkan bahwa filsafat ilmu merupakan suatu tokan tingkat kedua (
second -order-criteriology). Adapun The Liang Gier mendefinisikan filsafat ilmu adalah
segenap pemikiran reflektif terhadap persoalan mengenai segala hal yang menyangkut
landasan ilmu maupun hubungan ilmu dengan segala segi dari kehidupan manusia Filsafat
ilmu dapat dibedakan menjadi dua ,yaitu sebagai berikut :
a. Filsafat ilmu dalam arti luas : menampung permasalahan yang menyangkut hubungan ke
luar dari kegiatan ilmiah ,seperti :
1). Implikasi ontologik-metafisik dari citra dunia yang bersifat ilmiah
2). Tata Susila yang menjadi pegangan penyelenggara ilmu
3). Konsekuensi pragmatik-etik penyelenggara ilmu dan sebagainya

3
b. Filsafat ilmu dalam arti sempit : menampung permasalan yang bersangkutan dengan
hubungan ke dalam yang terdapat di dalam ilmu ,yaitu yang menyangkut sifat pengetauhan
ilmiah,dan cara-cara mengusahakan serta mecapai pengetauhan ilmiah . Untuk mendapat
gambaran singkat tentang pengertian filsafat ilmu dapat kiranya di rangkum tiga medan
telaah yan tercakup di dalam filsafat ilmu.Ketiganya itu adalah sebagai berikut:
1. Filsafat ilmu adalah suatu telaah ktitis terhadap metode yang digunakan oleh ilmu
tertentu,terhadap lambing yang digunakan dan terhadap struktur penalaran tentang system
lambing yang digunakan.Telaah kritis ini dapat diarahkan untuk mengkaji ilmu empiris dan
juga ilmu rasional,juga untuk membahas studi bidang etika dan estetika,studi
kesejarahan,antropologi,geologi,dan sebagainya.Dalam hubungan ini terutama sekali
ditelaah adalah ihwal penalaran dan teorinya
2. Filsafat ilmu adalah upaya untuk mencari kejelasan mengenai dasar-dasar konsep.sangka
wacana ,dan posulat mengenai ilmu dan upaya untuk membuka tabir dasar -dasar
keempirisan,kerasionalan,dan kepragmatisan.Aspek filsafat ini erat hubunganya dengan
hal ihwal yang logis dan epistemologis.Jadi peran filsafat ilmu disini berganda.Pada sisi
pertama , Filsafat ilmu mencakup analisis kritis terhadap anggapan dasar,seperti
kuantitas,kualitas,waktu,ruang,dan hukum.Pada sisi yang lain filsafat hukum mencakup
studi mengenai keyakinan tertentu,seperti keyakinan dunia ‘sana’,keyakinan mengenai
kesrupaan di dalam alam semesta,dan keyakinan mengenai kenalaran proses-proses alami.1
3. Filsafat ilmu adalah studi gabungan yang terdiri atas beberapa studi yang beraneka macam
yang ditujukan untuk menetapkan batas yang tegas mengenai ilmu tertentu.

B. SEJARAH FILSAFAT ILMU

Perkembangan historis filsafat ilmu dapat disusun tahapan sebagai berikut :

1. Filsafat Ilmu Periode Klasik dan Abad Pertengahan


Ditandai” Permulaan Filsafat Alam”.Pada periode awal ini,persoalan-persoalan ilmu
focus pengkajianya diseputar metode dan substansi apa yang dinamakan filsafat alam.
Usaha pertama yang melampaui mitologi-mitologi tradisional menuju penjelasan
rasional atas alam,dimulai oleh para filsuf lonia dan italia selatan 600 tahun sebelum
masehi. Pada puncak abad pertangahan ,pemikiran intelektual filsafat alam Sebagian
besar mulai ditinggalkan. Jaminan ilmiah tidak lag terletak pada metodologinya
melainkan merupakan berkat Allah/Tuhan.Dalam penafsiran ini,manusia tidak

1
Drs.Surajiyo “Filsafat ilmu dan perkembanganya di Indonesia” PT Bumi Aksara,Jakarta,hlm45.
4
mempunyai jalur langsung untuk memasuki alam.satu-satunya jalan menuju
pengetauhan adalah melalui pikiran Ilahi.Dengan demikian semua persoalan utama
dalam “ Filsafat Ilmu” dinyatakan sebagai persoalan teologis,sebagai persoalan
teologis,sebagai persoalan diseputar kemahatuhanan (omnipotence) Allah/tuhan dengan
pengetauhan manusia yang lebih terbatasSebagi contoh di abad ke -13 seorang sarjana
Oxford terkemuka menekankan bahwa persoalan pokok ilmu focus pada menyelidiki
implikasi-implikasi teologisnya ilmu ketimbang muatan fisiknya.
2. Filsafat Ilmu Abad Ke-17 dan ke-18: Dari Manifesto Hingga kritik
Munculnya intelektual Renaisans disertai dengan sekularisasi pembelajaran,yang
memindahkan pusat perdebatan filosofis dan ilmiah dari biara-biara ke dalam univesitas
bahkan di salon-salon pertemuan secara teratur dikalangan penulis,artis-artis,namun
hubungan antara filsafat abad ke-16 dan abad ke17 belum terputus sama sekali dengan
teologi. Argumen-argumen Francis Bacon dan rene Descartes benar-benar merupakan
manifestor,keduanya menwarkan progamprogam intelektualbagi ilmu alam menawarkan
progam-progam intelektual bagi ilmu alam yang hendak dibangun,kemudian Galileo dan
Newton,dan banyak ilmuawann lain benar-benar Menyusun ilmu fisika yang dianjurkan
oleh para filsuf.Contohnya teori Gerakan dan gravitasi principa Newton sebenarnya
dipengaruhi oleh filsafat dari Descartes. Pada tahun 1740 berakhirlah bagi manifesto dan
memasuki abad ke-18 muncul tiga kubu.terbagi atas: Emperisme, Rasionalisme,
Kantianisme.
3. Filsafat Ilmu Abad ke-19 sampai Perang Dunia 1: Filsafat Fisika Klasik
Para filsuf ilmu pada tahun 1880 dengan cara yang berbeda-beda,seperti Ernest
Mach,Fenomenalis Austria dan Henrich Hertz,perintis gelombang
elektromagnetik,keduanya melanjutkan persolan-persoalan yang dibukakan oleh
Imanuel Kant tentang konsep-konsep yang bermuara pada pembentukan dan penafsiran
pengalaman empiris dan penyusunan teori.Ilmu-ilmu empiris mendominasi
perkembangan ilmu.Dibidang ekonomi dan sosial muncul aliran baru yang dipelopori
oleh Karl Marx dan Frederich Enggel (1848) didasarkan oleh filsafat “ historis
materialisme” dengan metode dialetika,dikenal sebagai aliran “ Materialisme” atau”
Marxisme” . Secara ringkas pandangan dan ajaran “Marxisme” tersusun didalam
Manifesto Communist.Dibidang hukum,ajaran Karl Marx dan Frederich Enggel
melahirkan “ Teori Hukum “ yang oleh hans kelsen dipaparkan dalam bukunya berjudul
“ Teori Hukum Komunis”
4. Filsafat Ilmu Abad ke-20

5
Terutama pada pertengahan abad ke-20,perdebatan dalam filsafat ilmu menjadi semakin
mendalam,rumit,dan kritis sehingga “Filsafat Ilmu” mendapat status sebagai suatu
disiplin profesional yang mantap.Ada tiga teori dibidang fisika yang berkembang di abad
ke -20 yang sempat menggelisahkan kalangan ilmuwan yaitu : “Teori Relativitas”,
“Teori Quantum”, dan “Teori Elektris”tentang materi. Kegelisahan para ilmuwan
terhadap tiga teori itu , karena dalam penerapanya membuahkan teknologi persenjataan
perang seperti “ Bom Atom” yang dipergunakan dalam perang dunia II dan telah
membinasakan manusia. Herman Koningselvd dalam bukunya berjudul “ Het
Verschjsel” menulis “ Filsafat ilmu” sebagai suatu disiplin yang madiri.Kelahiran
“Filsafat ilmu”sebagai displin ilmu yang mandiri didorong oleh minat besar untuk
merefleksi ilmu secara kritis karema di pemgaruhi oleh perkembangan kehidupan
manusia abad ke-20 yang bercirikan antara lain pesatnya kemajuan ilmu dan
penerapanya yaitu teknologi yang menimbulkan ekses-ekses negative di samping
kegunaanya.2

C. OBJEK MATERIAL DAN FORMAL FILSAFAT ILMU

Filsafat ilmu sebagaimana halnya dengan bidang-bidang ilmu yang lain, juga memiliki
objek material dan objek formal tersendiri. Objek material dan pokok bahasan filsafat
ilmu adalah ilmu pengetahuan itu sendiri, yaitu pengetahuan yang telah disusun secara
sistematis dengan metode ilmiah tertentu, sehingga dapat dipertanggungjawabkan
kebenarannya secara umum. Di sini terlihat jelas perbedaan yang hakiki antara
pengetahuan dengan ilmu pengetahuan. Pengetahuan itu lebih bersifat umum dan
didasarkan alas pengalaman sehari-hari, sedangkan ilmu pengetahuan adalah
pengetahuan yang bersifat khusus dengan ciri-ciri: sistematis. metode ilmiah tertentu,
serta dapat diuji kebenarannya.3

Semua manusia terlibat dengan pengetahuan sejauh ia hidup secara normal dengan
perangkat indrawi yang dimilikinya, namun tidak semua orang terlibat dalam aktivitas
ilmiah, karena ada prasyarat yang harus dimiliki seorang ilmuwan. Prasyarat-prasyarat
itu meliputi antara lain sebagai berikut.

2
Prof.Dr.I Dewa Gede.SH.,MS. “Filsafat Ilmu “Citra intan selaras,Malang,hlm8-9
3
Mohammad Anas dan Ilhamudin Nukman, Filsafat Ilmu Orientasi Ontologis, Epistemologis, dan Aksiologis Keilmuan, (
Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2018 ) hal. 67-69

6
1. Prosedur ilmiah yang harus dipenuhi agar hasil kerja ilmiah itu diakui oleh para
ilmuwan lainnya.

2 Metode ilmiah yang dipergunakan, sehingga kesimpulan atau hasil temuan ilmiah itu
bisa diterima-entah sementara atau seterusnya- oleh para ilmuwan, terutama bidang
ilmu yang sejenis.

3. Diakui secara akademis karena gelar atau pendidikan formal yang ditempuhnya.

4. Ilmuwan harus memiliki kejujuran ilmiah sehingga tidak mengklain hasil temuan
ilmuwan lain sebagai miliknya.

5. Ilmuwan yang baik juga harus mempunyai rasa ingin tahu (curiosity) yang besar,
sehingga senantiasa tertarik pada perkembangan ilmu yang terbaru dalam rangka
mendukung profesionalitas keilmuannya.

Objek formal filsafat ilmu adalah hakikat (esensi) ilmu penge- tahuan, artinya filsafat
ilmu lebih menaruh perhatian terhadap problem- problem mendasar ilmu pengetahuan
seperti: apa hakikat ilmu itu sesungguhnya? Bagaimana cara memperoleh kebenaran
ilmiah? Apa fungsi ilmu pengetahuan itu bagi manusia? Problem-problem inilah yang
dibicarakan dalam landasan pengembangan ilmu pengetahuan, yakni landasan ontologis,
epistemologi, dan aksiologis.

Landasan ontologis pengembangan ilmu artinya titik tolak penelaahan ilmu pengetahuan
didasarkan atas sikap dan pendirian filosofis yang dimiliki oleh seorang ilmuwan. Sikap
atau pendirian filosofis secara garis besar dapat dibedakan ke dalam dua mainstream
aliran besar yang sangat memengaruhi perkembangan ilmu pengetahuan, yaitu
materialisme dan spiritualisme.

Materialisme merupakan suatu pandangan metafisika yang meng- anggap bahwa tidak
ada hal yang nyata selain materi. Bahkan pikiran dan kesadaran hanyalah penjelmaan dan
materi dan dapat dikembalikan pada unsur-unsur fisik. Materi adalah sesuatu hal yang
kelihatan. dapat diraba, berbentuk, menempati ruang.Sementara spiritualisme adalah
suatu pandangan metafisika yang menganggap kenyataan yang terdalam adalah roh yang
mengisi dan mendasari seluruh alam (Bakker. 1992: 27-28). Pengembangan ilmu
berdasarkan pada materialisme cenderung pada ilmu-ilmu kealaman
(natuurwissenschaften) dan menganggap bidang ilmunya sebagai induk bagi
pengembangan ilmu-ilmu lain.

7
Dalam perkembangan ilmu modern, aliran spiritualisme ini disuarakan oleh Positivisme
Sementara spiritualisme cenderung pada amu-ilmu kerohanian (geisteswissenschaften)
dan menganggap bidang ilmunya sebagai wadah utama bagi titik tolak pengembangan
bidang- bidang ilmu lain.

Jadi landasan ontologis ilmu pengetahuan sangat tergantung pada cara pandang ilmuwan
terhadap realitas. Jika realitas yang dimaksud adalah materi, maka lebih mengarah pada
ilmu-ilmu empiris, sedangkan jika realitas yang dimaksud adalah spirit, maka hal ini lebih
mengarah pada ilmu sosial-humaniora.

Landasan epistemologi pengembangan ilmu berarti titik tolak penelaahan ilmu


pengetahuan didasarkan alas cara dan prosedur dalam memperoleh kebenaran. Dalam hal
ini yang dimaksud adalah metode ilmiah. Metode ilmiah secara garis besar dibedakan ke
dalam dua kelompok, yaitu siklus empirik untuk ilmu-ilmu kealaman, dan metode linier
untuk ilmu-ilmu sosial-humaniora.

Cara kerja metode siklus empirik meliputi observasi penerapan metode induksi,
melakukan eksperimentasi (percobaan), verifikasi atau pengujian ulang terhadap
hipotesis yang diajukan, sehingga melahirkan sebuah teori. Sedangkan cara kerja metode
linier meliputi langkah-langkah antara lain: persepsi, yaitu penangkap indrawi terhadap
realitas yang diamati, kemudian disusun sebuah pengertian (konsepsi), dan akhirnya
dilakukan prediksi atau peramalan tentang kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi
di masa depan. Sementara dalam ilmu-ilmu agama sangat terkait dengan teks, yakni teks-
teks keagamaan yang dibutuhkan metode interpretasi untuk memahaminya.

Landasan aksiologis pengembangan ilmu merupakan sikap etis yang harus


dikembangkan oleh seorang ilmuwan, terutama dalam kaitannya dengan nilai-nilai yang
diyakini kebenarannya, sehingga suatu aktivitas ilmiah senantiasa dikaitkan dengan
kepercayaan, ideologi yang dianut oleh masyarakat atau bangsa, dan tempat ilmu itu
dikembangkan.4

4
Mohammad Anas dan Ilhamudin Nukman, Filsafat Ilmu Orientasi Ontologis, Epistemologis, dan Aksiologis Keilmuan, (
Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2018 ) hal. 67-69

8
D. TUJUAN FILSAFAT
Tujuan filsafat ilmu adalah:
1. Memperdalam unsur-unsur dasar pengetahuan, sehingga kita dapat memahami secara
komprehensif sumber, hakikat dan tujuan pengetahuan
2. Memahami sejarah pertumbuhan, perkembangan, dan kemajuan ilmu di berbagai
bidang, sehingga kita mendapat gambaran tentang proses ilmu kontemporer secara
historis5
3. Menjadi pedoman bagi para dosen dan mahasiswa dalam mendalami studi di perguruan
tinggi, terutama untuk membedakan persoalan yang ilmiah dan nonilmiah.
4. Mendorong pada calon ilmuwan dan iluman untuk konsisten dalam mendalami ilmu
dan mengembangkannya
5. Mempertegas bahwa dalam persoalan sumber dan tujuan antara ilmu dan agama tidak
ada pertentangan.

E. HUBUNGAN FILSAFAT DAN ILMU


Filsafat sering disebut sebagai "induk" atau "ibu" dari ilmu pengetahuan atau mater
scientiarum. Ilmu-ilmu khusus (psikologi, biologi, astronomi, dsb) menjadi anak asuh
atau bagian dari filsafat.Perkembangan berikutnya, Obyek material filsafat sangat umum,
yaitu seluruh kenyataan. Ilmu-ilmu berkembang membutuhkan obyek khusus. Ilmu-ilmu
mulai berpisah dengan filsafat. Kekhususan ilmu memberikan batasan-batasan yang tegas
antarilmu (psikologi berbeda dengan sosiologi, dsb)

Setiap ilmu memiliki dua macam objek yaitu objek material dan objek formal. Objek
material adalah sesuatu yang dijadikan sasaran penyelidikan, seperti tubuh manusia
adalah objek material ilmu kedokteran. Sedangkan objek formalnya adalah metode untuk
memahami objek material tersebut, seperti pendekatan induktif dan deduktif. Filsafat
sebagai proses berpikir yang sistematis dan radikal juga memiliki objek material dan
objek formal. Objek material filsafat adalah segala yang ada. Sebagian filosof membagi
objek material filsafat atas tiga bagian, yaitu yang ada dalam alam empiris, yang ada
dalam pikiran, dan yang ada dalam kemungkinan. Adapun objek formal filsafat adalah
sudut pandang yang menyeluruh, radikal, dan rasional tentang segala yang ada.

5
Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu, (Jakarta: Rajawalipers, 2014) hal. 20

9
Cakupan objek filsafat lebih luas dibandingkan dengan ilmu, karena ilmu hanya terbatas
pada persoalan yang empiris saja, sedangkan fisafat mencakup yang empiris dan non-
empiris. Objck ilmu terkait dengan filsafat pada objek empiris. Di samping itu. secara
historis ilmu berasal dari kajian filsafat karena awalnya filsafatlah yang melakukan
pembahasan tentang segala yang ada ini secara sistematis, rasional, dan logis. Setelah
berjalan beberapa lama kajian yang terkait dengan hal yang empiris semakin bercabang
dan berkembang, sehingga menimbulkan spesialisasi dan menampakkan kegunaan yang
praktis. Inilah proses terbentuknya ilmu secara berkesinambungan. Setelah itu, ilmu
berkembang sesuai dengan spesialisasi masing-masing.6

6
Sugiaryo, Hubungan Antara Ilmu dan Filsafat, Widya Wacana, Vol. 7, No. 3, 2011. hal.3
10
BAB III
PENUTUPAN

A. Kesimpulan
1. Filsafat ilmu merupakan cabang filsafat yang membahas masalah ilmu dan
tujuannya adalah untuk mengadakan analisis mengenai ciri-ciri pengetahuan
ilmiah dan cara memperolehnya. Studi dalam filsafat ilmu mencakup kritik
terhadap metode, konsep dasar, dan upaya mencari kejelasan tentang dasar-dasar
keempirisan, kerasionalan, dan kepragmatisan ilmu yang menjadi fokus inti
penelitian.
2. perkembangan historis filsafat ilmu melalui beberapa tahap. Tahapan tersebut
meliputi periode klasik dan Abad Pertengahan di mana fokus filsafat ilmu adalah
metode dan substansi filsafat alam. Kemudian, pada Abad Ke-17 dan Ke-18,
terjadi pergeseran ke universitas dan pemikiran masih terkait dengan teologi. Abad
Ke-19 hingga Perang Dunia 1 ditandai oleh dominasi ilmu-ilmu empiris dan
munculnya aliran seperti materialisme sejarah. Pada Abad Ke-20, filsafat ilmu
menjadi disiplin profesional yang mendalam dan kritis, dengan perdebatan tentang
teori relativitas, teori kuantum, dan teori elektris. Kesimpulannya, filsafat ilmu
telah mengalami perkembangan dan pergeseran yang signifikan seiring dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan perubahan dalam pandangan dan pemikiran
manusia.
3. Filsafat ilmu memiliki objek material dan formal. Objek materialnya adalah ilmu
pengetahuan yang disusun secara sistematis dengan metode ilmiah dan dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya. Objek formalnya adalah hakikat ilmu
pengetahuan, meliputi pertanyaan tentang hakikat ilmu, cara memperoleh
kebenaran, dan fungsi ilmu bagi manusia. Prasyarat menjadi ilmuwan termasuk
prosedur ilmiah, penggunaan metode ilmiah, pengakuan akademis, kejujuran, dan
rasa ingin tahu. Landasan ontologis terkait pandangan materialisme dan
spiritualisme. Landasan epistemologi melibatkan metode ilmiah seperti siklus
empirik dan metode linier. Landasan aksiologis berkaitan dengan sikap etis dan
nilai-nilai dalam aktivitas ilmiah. Filsafat ilmu membantu memahami hakikat ilmu,
metode ilmiah, dan nilai-nilai ilmu pengetahuan.
4. ujuan filsafat ilmu adalah memperdalam pemahaman tentang unsur-unsur dasar
pengetahuan, memahami sejarah dan perkembangan ilmu, memberikan pedoman
11
dalam studi akademik, mendorong konsistensi dalam pendalaman ilmu, dan
menyatukan ilmu dan agama. Filsafat ilmu bertujuan untuk mengembangkan
pemahaman yang lebih komprehensif tentang pengetahuan dan proses ilmiah serta
mencapai keselarasan antara sains dan agama dalam konteks sumber dan tujuan.
5. Secara umum, filsafat dan ilmu memiliki hubungan yang erat karena filsafat
merupakan "induk" atau "ibu" dari ilmu pengetahuan. Ilmu-ilmu khusus seperti
psikologi, biologi, dan astronomi, menjadi bagian dari filsafat. Namun,
perkembangan waktu mengubah hal ini. Ilmu mulai berpisah dengan filsafat dan
memiliki objek material dan formal yang lebih spesifik. Meskipun demikian, ada
hubungan antara objek material filsafat dan objek empiris ilmu. Filsafat
jugamencakup yang non-empiris dan memiliki sudut pandang yang menyeluruh,
radikal, dan rasional tentang segala yang ada. Sejarah mencatat bahwa ilmu
berasaldari kajian filsafat sebelum berkembang secara spesifik.

B. Saran
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,oleh karena
itu makalah ini masih perlu perbaikan dan penyempurnaan,Penyempurnaan melalui
kritikan dan masukan bermanfaat dari pembaca sekalian. Semoga makalah ini dapat
memberi manfaat bagi kita semua amiin.

12
DAFTAR PUSTAKA

Drs.Surajiyo. Filsafat ilmu dan perkembanganya di Indonesia.Jakarta: PT Bumi Aksara,h.45

Prof.Dr.I Dewa Gede.SH.,MS. Filsafat Ilmu.Malang: Citra intan selaras,h.8-9

Mohammad Anas dan Ilhamudin Nukman, Filsafat Ilmu Orientasi Ontologis, Epistemologis, dan Aksiologis
Keilmuan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2018 h.67-69

Mohammad Anas dan Ilhamudin Nukman, Filsafat Ilmu Orientasi Ontologis, Epistemologis, dan Aksiologis
Keilmuan.Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2018 h.67-69

Bakhtiar,Amasal.Filsafat Ilmu.Jakarta: Rajawalipers, 2014 h.20

Sugiaryo. Hubungan Antara Ilmu dan Filsafat.Widya Wacana, Vol. 7, No. 3, 2011. h.3

13
14

Anda mungkin juga menyukai