Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH MENGENAL FILSAFAT ILMU

Makalah ini diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Filsafat Ilmu

Disusun Oleh :
KELOMPOK 1
Nadra Husna Harahap : (0404212027)
Najwa El-Khoir Hasibuan : (0404212017)
Elga Irawan : (0404213019)

Dosen Pengampu : Khairul Huda S.ag

PEMIKIRAN POLITIK ISLAM


FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDY ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SUMATERA UTARA MEDAN
2022 M/ 1443
i

Kata pengantar

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang di berikan
kepada kami,Sholawat bertangkaikan salam marilah kita hadiahkan kepada baginda
nabi kita Muhammad SAW. Semoga kita mendapat syafaat beliau di yaumil mahsyar
kelak. Amin ya rabbal „Alamin.

Adapun tujuan utama penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
kelompok kami untuk mata kuliah Filsafat Ilmu, dengan judul: “Mengenal Filsafat
Ilmu”

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna,oleh karena itu kami megharapkan segala bentuk saran serta masukan
bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak. Dan kami berharap semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Medan,17 Maret 2022

Penulis
ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………….………………………………………………..i
DAFTAR ISI……………….…………………………………………………………ii
BAB IPENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang……………….……………………………………………………1
1.2 Tujuan……………….…………………………………………………………….1
1.3 Rumusan Masalah……………….………………………………………………...2
BAB IIPEMBAHASAN
2.1Mengena lFilsafat Ilmu……………….……………………………………………3
A. Pengertian dan Ruang Lingkup Kajian (Objek) Filsafat……………………....3
B. Filsafat Ilmu sebagai Cabang Filsafat………………………………………….5
C. Dasar Perumusan Filsafat Ilmu; Perpaduan Rasionalisme
dan Empirisme (Francis Bacon)………………………………………………..8
D. Tujuan dan manfaat Filsafat Ilmu…………………………………………….10
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan……………….……………………………………………………...14
DAFTAR PUSTAKA ……………….……………………………………………...15
1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Posisi filsafat dan ilmu meskipun pada tinjauan historisnya sukar dipisahkan
karena filsafat yang merupakan induk dari segala ilmu pengetahuan, akan tetapi
dalam perkembangan antara filsafat dan ilmu perlu dibedakan sacara definisi.
Pemetaan definisi antara filsafat dan ilmu bukan berarti mecoba untuk memalingkan
keberadaan filsafat sebagi induk dari segala pengetahuan. Melainkan pemetaaan
definisi ilmu dan filsafat dimaksudkan untuk menegaskan kembali terkait eksistensi
filsafat dan ilmu. Dalam perkembangan tradisi filsafat dan ilmu pengetahuan di dunia
Barat mengalami perkembangan pesat sejak terlepas dari filsafat skolatik yang
didominasi oleh elit gereja. Masa ini dimulai dengan kelahiran filsafat Barat modern
dalam renaisans. Sementara itu, filasafat dan ilmu pengetahuan dalam Islam tetap
berada dalam dominasi pemikiran salaf dengan tradisi skolatiknya sendiri. Dua tradisi
besar filasafat dan ilmu pengetahuan ini mengambil jalanya sendiri, walaupun
keduanya tetap berada dalam panduan tradisi filsafat yang sama yaitu filsafat Yunani.
Konteks teologi ilmu pengetahuanpun merupakan ciri yang membedakan
antara makhluk manusia dengan makhluk lainnya. Penciptaan manusia yang berilmu
pengetahuanlah membuat kondisi “kosmik” malaikat terguncang, terjadi kondisi
“chaotik” dengan pertanyaan mendasar malaikat: “Mengapa engkau Engkau hendak
menjadikan di Bumi itu orang-orang yang akan membuat kerusakan padanya dan
menumpahkan darah, pada hal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan
mensucikan Engkau?” Tuhan menunjukan bahwa rencanaNya tidak keliru dengan
membuktikan bahwa ciptaanNya yang berupa Adam sebagai simbolisasi manusia
memiliki kelebihan dibandingkan makhluk lain yakni beri
lmu, sehingga semua tunduk kecuali Iblis.

1.2 Tujuan
1. Untuk Mengetahui Pengertian dan Ruang Lingkup Kajian (Objek) Filsafat
2.Untuk Mengetahui Filsafat Ilmu sebagai Cabang Filsafat
3. Untuk Mengetahui Dasar Perumusan Filsafat Ilmu; Perpaduan Rasionalisme
dan Empirisme (Francis Bacon)
4. Untuk Mengetahui Tujuan dan manfaat Filsafat Ilmu
2

1.3 Rumusan Masalah


1. Jelaskan Pengertian dan Ruang Lingkup Kajian (Objek) Filsafat?
2. Jelaskan Filsafat Ilmu sebagai Cabang Filsafat?
3. Jelaskan Dasar Perumusan Filsafat Ilmu; Perpaduan Rasionalisme
dan Empirisme (Francis Bacon)?
4. Jelaskan Tujuan dan manfaat Filsafat Ilmu?
3

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Mengenal Filsafat Ilmu


A.Pengertian dan Ruang Lingkup Kajian (Objek) Filsafat
Jika berbicara mengenai filsafat ilmu, kita sulit untuk memberikan batasan
yang positif. Banyak pendapat yang memilki makna serta penekanan yang berbeda
tentang filsafat ilmu. Sebagai contoh ialah perbedaan pendapat antara Stephen
Toulmin dengan Ernest Nagel tentang apakah filsafat ilmu merupakan suatu studi
tentang masalah-masalah mengenai penjelasan (problems of explanaton). Untuk
menetapkan dasar pemahaman tentang filsafat ilmu sangat bermanfaat untuk
menyimak tiga titik pandangan (view points) di dalam filsafat. Pandangan pertama
menyebutkan filsafat ilmu adalah perumusan world-views yang kosisten dengan, dan
pada beberapa pengertian didasarkan atas, teori-teori ilmiah yang penting. Menurut
pandangan ini, merupakan tugas dari filsuf ilmu (philosopher of science) untuk
mengkolaborasikan implikasi yang lebih luas dari ilmu. Pandangan kedua
mengemukakan bahwa filsafat ilmu adalah suatu eksposisi dari presuppositions dan
predispositions dari para ilmuwan. Filsuf ilmu mungkin mengemukakan bahwa para
ilmuwan menduga (presuppose) alam tidak berubah-ubah, dan terdapat suatu
keteraturan di alam sehingga gejala-gejala alam yang tidak begitu kompleks cukup
didapat oleh peniliti. Sebagai tambahan, peneliti mungkin tidak menutup keinginan-
keinginan deterministik para ilmuwan lebih daripada hukumhukum statistik, atau
pandangan mekanistik lebih daripada penjelasan teleologis.
Pandangan ini cenderung mengasimilasikan filsafat ilmu dengan sosiologi.
Pandangan ketiga mengemukakan bahwa filsafat ilmu itu adalah suatu disiplin yang
di dalamnya konsep-konsep dan teori-teori tentang ilmu yang dianalisis dan
diklasifikasikan. Hal ini berarti memberikan kejelasan tentang makna dari berbagai
konsep seperti partikel, gelombang, potensial, dan komplek di dalam pemanfaatan
ilmiahnya. Akan tetapi, Gilbert Ryle telah menunjukan terdapat sesuatu yang
pretensius (pretentious) tentang pandangan ini mengenai filsafat ilmu sehingga para
ilmuwan memerlukan filsafat ilmu untuk menjelaskan kepada mereka makna dari
konsep-konsep ilmiah.
Oleh karena itu, ada dua kemungkinan. Apakah para ilmuwan benar-benar
mengerti suatu konsep yang digunakannya sehingga dalam kasus ini tidak lagi
memerlukan klasifikasi, atau ilmuwan itu tidak tahu makna konsep tersebut sehingga
4

mereka harus mencari (inquiry) hubungan konsep itu dengan konsep-konsep lain dan
dengan operasi pengukuran. Inkuiri tersebut merupakan suatu kegiatan ilmiah yang
tipikal. Tak seorang pun akan menuntut bahwa setiap kali seorang ilmuwan inkuari
itu, ia sedang mempraktekan flsafat ilmu. Demikian juga , tidak setiap analisis
konsep-konsep ilmiah dikualifikasikan sebagai filsafat ilmu. Akan tetapi, tipe analisis
konseptual yang tertentu hendaknya diklasifikasikan sebagai bagian dari filsafat ilmu.
Karena kompleksnya ilmu pengetahuan dalam tradisi manusia, maka cakupan
filsafat ilmu dengan sendirinya sangat luas dan mencakup persoalan konsep yang erat
kaitannya dengan ilmu itu sendiri, sehingga pemecahannya dapat dipandang sebagai
suatu sumbangan kepada ilmu pengetahuan. Pada dasarnya, ilmu memiliki dua
macam obyek penelaahannya, yaitu obyek material dan obyek formal. Objek material
adalah sesuatu yang dijadikan sasaran penyelidikan, seperti tubuh manusia adalah
obyek material ilmu kedokteran. Adapun obyek formal adalah metode untuk
memahami obyek material tesebut, seperti penekanan induktif dan deduktif. Di astu
sisi, filsafat juga memilki obyek material dan obyek formal. Obyek material filsafat
adalah segala yang ada. Segala yang ada mencakup ada yang tampak dan ada yang
tidak tampak. Ada yang tampak adalah dunia emperis, sedangkan ada yang tidak
nampak adalah alam metafisik. Sebagian filosof membagi obyek material filsafat atas
tiga bagian, yaitu yang ada dalam emperis, yang ada dalam pikiran, dan yang ada
dalam kemungkin.
Adapun obyek formal filsafat adalah sudut pandang yang menyeluruh, radikal,
dan rasional tentang segala yang ada (Amsal Bakhtiar, 2013). Cakupan obyek filsafat
lebih luas dibandingkan ilmu, karena ilmu hanya terbatas pada persoalan empiris saja,
sedangakn filsafat mencakup yang empiris dan yang non empiris. Tidak bisa
dipungkiri, bahwa secara historis ilmu berasal dari kajian filsafat karena awalnya
filsafatlah yang melakukan pembahasan dari segala yang ada ini dengan sistematis,
rasional dan logis, termaksud hal yang empiris. Sehingga filsafat dalam pandangan
para filosof adalah induk dari segala ilmu. Sebab, dari 169 filsafatlah, ilmu modern
dan kontemporer berkembang, dan akhirnya generasi manusia pada masa sekarang
maupun yang akan datang dapat menikmati buahnya, seperti teknologi dan lain
sebagainya (Amsal Bakhtiar, 2013).
Menurut hemat penulis, sebagai penegasannya ada beberapa muatan penting
terkait dengan obyek telaah filsafat ilmu, antara lain: Pertama, obyek telaah Filsafat
ilmu, hakikatnya menekankan pada persoalan obyek materi dan formal. Obyek materi
yang adalah proses penyelidikan fakta empiris, sedangkan obyek formalnya
5

menegaskan pada persoalan upaya atau cara untuk memahami hal-hal yang sifatnya
materi. Kedua, meskipun filsafat dan ilmu, obyek telaahnya kendati muatanya sama,
akan tetapi terdapat perbedaan pada cakupan keluasannya. Misalkan filsafat pada
obyek materinya mekankan dua hal yang mendasar meliputi empiris dan non empiris.
Sedangkan dalam ilmu, obyek materinya hanya memenuhi aspek empiris. Ketiga,
rentetan perkembangan bidang-bidang ilmu pengetahuan yang semakin lama semakin
terspealisasi, mengindikasikan bahwa obyek penelaahan filsafat ilmu bersifat
komleks dan bukan sesuatu yang mutlak, dengan kata lain tidak kata final dalam
mengkaji dan mengembangkan keilmuan.

B. Filsafat Ilmu sebagai Cabang Filsafat


1. Cabang-Cabang Filsafat
Menurut The Liang Gie pembagian filsafat berdasarkan pada struktur
pengetahuan filsafat yang berkembang sekarang ini, terbagi menjadi tiga bidang,
yaitu filsafat sistematis, filsafat khusus, dan filsafat keilmuan.
1.Filsafat sistematis, terdiri dari :
a. Metafisika
b. Epistemologi
c. Metodologi
d. Logika
e. Etika
f. Estetika.
2.Filsafat khusus, terdiri dari :
a.Filsafat seni
b.Filsafat kebudayaan
c.Filsafat pendidikan
d.Filsafat sejarah
e.Filsafat bahasa
f.Filsafat hukum
g.Filsafat budi
h.Filsafat politik
i.Filsafat agama
j.Filsafat kehidupan
k.Filsafat nilai
3.Filsafat keilmuan, terdiri dari :
6

a.Filsafat matematikab.
b.Filsafat ilmu-ilmu fisikc.
c.Filsafat biologid.
d.Filsafat linguistike.
e.Filsafat psikologi
f.Filsafat ilmu-ilmu sosial

Dalam studi filsafat untuk memahaminya secara baik paling tidak kitaharus
mempelajari lima bidang pokok, yaitu : Metafisika, Epistemologi,Logika, Etika, dan
Sejarah Filsafat
Metafisika merupakan cabang filsafat yang memuat suatu bagian dari persoalan
filsafat yang :
 Membicarakan tentang prinsip-prinsip yang paling universal
 Membicarakan sesuatu yang bersifat keluarbiasaan
 Membicarakan karakteristik hal-hal yang sangat mendasar, yang beradadiluar
pengalaman manusia
 Berupaya menyajikan suatu pandangan yang komprehensif tentangsegala
sesuatu.
 Mebicarakan persoalan-persoalan seperti : hubungan akal dengan
benda,hakikat perubahan pengertian tentang kemerdekaan, wujud Tuhan,
kehidupan setelah mati dan lainnya.

Metafisika ini suatu cabang filsafat yang paling sulit dipahami, terutamabagi
pemuda belajar filsafat. Pada umumya filsafat kontemporer yang orientasinya pada
pengetahuan ilmiah, terdapat metafisika lebih skeptis. Cabang utama metafisika
adalah ontologi.
A. Pengertian ontologi
Secara etimologis, istilah ontologi berasal dari bahasa yunani, yang terdiri dari
dua kata ontos yang berarti ada atau keberadaan dan logos yang berarti studi atau
ilmu tentang. Jadi secara sederhana, ontologiberarti ilmu atau studi tentang
keberadaan atau ada. Sedangkan dalamkamus Oxsford, ontologi (ontology)
merupakan sebuah cabang filsafatyang berhubungan dengan inti keberadaan.
Sementara itu, secara terminologis dalam kajian filsafat terdapat sejumlah
pengertian umum tentang ontologi,yakni :
7

1) Studi tentang ciri-ciri ensensial dari yang ada dalam dirinya sendiri yang
berada dari studi tentang hal-hal yang ada secara khusus.
2) Cabang filsafat yang menggeluti tata dan struktur riaritas dalam artiseluas
mungkin, yang menggunakan kategori-kategori seperti ada /menjadi, nyata /
tampak, perubahan, waktu, ketergantungan pada dirisendiri, hal mencukupi
diri sendiri, hal-hal terakhir dan dasar.
Jadi sebenarnya, ontologi merupakan sebuah studi yang mempelajarihakikat
keberadaan sesuatu, dari yang berbentuk kongkret sampai yangberbentuk abstrak,
tentang sesuatu yang tampak sampai sesuatu yangtidak tampak, mengenai eksitensi
dunia nyata maupun eksitensi dunia dan eksitensi gaib. Ini salah satu makna ontologi
yang ditekankan oleh Sidi Gazalba.
Bagi Sidi Gazalba,ontologi mempersoalkan sifat dan keadaanterakhir dari
pada kenyataan. Karena itu iya disebut ilmu hakikat yang bergantung pada
pengetahuan. Ilmu alam atau fisika memikirkan yangnyata, tanpa mempersoalkan
hakikatnya. Ilmu hakikat justru mempersoalkan hakikat itu, dengan memisahkan
secara tajam subjekdan objek. Dalam agama, ontologi memikirkan tentang Tuhan.
dengan alasan itulah, karna begitu luasnya kajian ontologi, terdapatbertbagai aliran
ontologi dalam menguraikan hakikat pernyataan.Dibawah ini kita akan
mengeksplorasi sejumlah aliran-aliran ontologi yang sangat populer.

B. Aliran-aliran ontologi
Beberapa aliran ontologi terkenal yang berupaya menjelaskan hakikatrealitas
antara lain:
 Monisme
Istilah monisme berasal dari bahasa Yunani, Monos yang berarti tunggal (sendiri).
Dari istilah tersebut, terdapat beberapa pengertian tentang monisme :
1) Teori yang menyatakan bahwa segala hal dalam alam semestadapat dijabarkan
pada kegiatan satu unsur dasriah. Misalnya,Allah, materi, pikiran, energi,
bentuk;
2) Teori yang menyatakan bahwa segala hal bersal dari satu sumberterakhir
tunggal;
3) Keyakinan bahwa realitas adalah satu, dan segala sesuatu lainnya adalah ilusi.
Berbeda dengan Dualisme dan Pluralisme; dan
8

4) Ajaran yang mempertahankan bahwa dasar pokok seluruh eksitensi adalah


satu sumber. Jadi monisme berpandangan bahwarealitas secara mendasar
adalah satu dari segi proses, sturuktur, substansi, atau landasannya.

C. Dasar Perumusan Filsafat Ilmu; Perpaduan Rasionalisme dan Empirisme


(Francis Bacon)
Rasionalisme secara etimologis berasal dari bahasa Inggris rationalism dan
kata ini berakar dari bahasa Latin yaitu ratio artinya “akal”. Kemudian secara
terminologis ialah aliran yang memiliki paham dan berpegang pada prinsip bahwa
akal merupakan sumber utama ilmu pengetahuan yang benar. Akal menduduki posisi
unggul dan bebas atau terlepas dari pengamatan inderawi, pengalaman hanya dipakai
untuk mempertegas pengetahuan yang diperoleh akal, dengan demikian paham
rasionalisme ialah berpusat pada akal . Salah satu tokoh rasionalisme modern adalah
Rene Descartes (1596- 1650). Ia dijuluki sebagai bapak filsafat modern, Descartes
berusaha memberi dasar metodis yang baru dalam filsafat, dengan metode tersebut
Descartes memahaminya sebagai atauran-aturan yang dapat dipakai untuk
menemukan kepastian dasar dan kebenaran yang kokoh (fundamentum certum et
inconcussum veritatis). Metode itu disebutnya “le doute methodique” (metode
kesangsian). Jadi, berfilsafat bagi Descartes berarti melontarkan persoalan metafisis
untuk menemukan sebuah fundamen yang pasti . Untuk menemukan titik kepastian
itu
Descartes mulai dengan sebuah kesangsian atas segala sesuatu. Dia mulai
menyangsikan berbagai pandangan metafisis yang berlaku tentang dunia materi dan
dunia nonmateri itu bukanlah tipuan belaka dari semacam iblis yang sangat licik, lalu
apakah yang menjadi pegangan? Menurut Descartes, sekurang-kurangnya “aku yang
menyangsikan” alam ini bukanlah hasil tipuan, semakin menyangsikan segala
sesuatu, maka kesangsianlah yang membuktikan kepada diri kita bahwa alam ini
nyata.
Keragu-raguan atau kesangsian Descartes hanyalah sebuah metode, bukanlah
ragu-ragu skeptis atau ragu-ragu sungguhan. Keraguan untuk mencapai kepastian,
hanya rasio yang dapat membawa orang kepada kebenaran Mengenai apa dan siapa
yang menjamin, idea itu benar adalah Tuhan itu sendiri, idea ialah pemberian Tuhan.
Sebab tak mungkin Tuhan memberi pedoman yang salah. Maka dari itu rasiolah alat
pencari dan pengukur pengetahuan, itulah sebabnya maka aliran ini disebut
Rasionalisme.
9

Kata empirisme secara etimologis dari bahasa Inggris empiricism dan


experience, kata ini berakar dari bahasa Yunani empeiria dan experietia yang artinya
“berpengalaman dalam”. Kemudian secara terminologis pengertian empirisme ialah
dokrin atau paham yang meyakini bahwa sumber seluruh pengetahuan harus
berdasarkan pengalaman indera, ide hanya abstraksi yang dibentuk terhadap apa yang
dialami, dan pengalaman inderawi ialah satu-satunya sumber pengetahuan.
Dalam teori empiris terdapat dua aspek pokok yaitu, pertama ialah yang
mengetahui (subjek) dan yang diketahui (objek) di antara keduanya terdapat alam
nyata seperti fakta yang dapat diungkap. Kedua, pengujian kebenaran dari fakta
didasarkan kepada pengalaman manusia, maka pernyataan ada atau tidak sesuatu
haruslah memenuhi persyaratan pengujian pengematan publik. Selanjutnya dari
pemaparan ini kita dapat memahami bahwa ada enam ajaran empirisme yaitu:
pertema, semua ide ialah abstraksi yang dibentuk oleh pengalaman, kedua
pengelaman inderawi ialah satu-satunya sumber pengetahuan, ketiga semua yang
diketahui bergantung pada data inderawi, keempat semua pengetahuan turun dan
disimpulkan data inderawi kecuali kebenaran defisional metematika dan logika,
kelima akal tidak dapat memberikan pengetahuan tanpa bantuan indera, dan keenam
empirisme sebagai filsafat pengalaman.
Pada zaman sekarang empirisme menjadi sikap dasar segala bentuk penelitian
ilmiah. Pengetahuan harus didasarkan pada observasi empiris, dengan maksud untuk
mengembalikan pengetahuan pada pengalaman dan berusaha membebaskan diri dari
berbagai bentuk spekulasi spiritual dan cara berfikir tradisional. Dengan cara itu juga
kaum empiris berusaha memisahkan filsafat dari teologi. Mereka berdalil bahwa tidak
beralasan untuk mencari pengetahuan mutlak dan mencakup semua sisi, kaum
empiris cukup puas dengan mengembangkan sebuah sistem pengetahuan yang
mempunyai peluang yang besar untuk benar, meskipun pengetahuan mutlak tidak
pernah dapat dijamin.
Aliran empirisme berkembang pesat pada masa renaisance yaiu sekitar abad
ke-17 dan 18 di negara Inggris dan sekiatrnya. Aliran ini dirintis oleh tokoh filsuf
Inggris yaitu Francis Bacon De Verulam (1561- 1626) dan dilanjutkan oleh filsuf-
filsuf lainya seperti John Locke, George Barkeley, Thomas Hobes dan David Hume.
Salah satu gagasan dari mereka yaitu David Hume (1711-1776) mengatakan
pemikiran empirisnya tersimpul dalam satu ungkapan yang singkat yaitu “I never
catch my self at anytime without a perception” artinya (saya selalu memiliki persepsi
10

pada setiap yang saya alami), dari ungkapan ini David Hume menyampaikan bahwa
seluruh pengalaman dan pemikiran tersusun dari rangkaian kesan (impression).
Pada dasarnya aliran ini muncul karena ada anggapan bahwa kaum rasionalis
tidak cukup mampu menstrukturkan kerangka pengetahuan berasal dari akal saja dan
mereka berpendapat akal itu bersifat polos dan ia akan terisi apabila diisi dengan
bantuan indera sebagai alat untuk mendapatkan pengalaman. Namun aliran ini tetap
memiliki kelemahan seperti pada pengalaman inderawi yang sifatnya terbatas dan
objek bisa saja menipu seperti ilusi. Pada dasarnya fungsi dari kedua aliran tersebut
tidak lepas hanya sebagai alat untuk mempertanggungjawabkan suatu ilmu dan
pengetahuan yang diajukan oleh seorang ilmuan kepada khalayak umum baik berupa
teori baru, hasil rekonstruksi, gagasan-gagasan, dan ide sebagai hasil pikiran. Dengan
demikian ilmu dan pengetahuan bisa dicapai secara benar menurut akal dan dapat
dibuktikan dengan pengamatan.

D. Tujuan dan Manfaat Filsafat Ilmu


A. Tujuan
 Filsafat ilmu sebagai sarana pengujian penalaran ilmiah, sehingga orang
menjadi kritis dan cermat terhadap kegiatan ilmiah. Maksudnya seorang
ilmuwan harus memiliki sikap kritis terhadap bidang ilmunya sendiri,
sehingga dapat menghindarkan diri dari sikap solipsistik, menganggap bahwa
hanya pendapatnya yang paling benar.
 Filsafat ilmu merupakan usaha merefleksi, menguji, mengkritik asumsi dan
metode keilmuan. Sebab kecenderungan yang terjadi di kalangan ilmuwan
modern adalah menerapkan suatu metode ilmiah tanpa memperhatikan
struktur ilmu pengetahuan itu sendiri. Satu sikap yang diperlukan disini adalah
menerapkan metode ilmiah yang sesuai atau cocok dengan struktur ilmu
pengetahuan, bukan sebaliknya. Metode hanya saran berpikir, bukan
merupakan hakikat ilmu pengetahuan.
 Filsafat ilmu memberikan pendasaran logis terhadap metode keilmuan. Setiap
metode ilmiah yang dikembangkan harus dapat dipertanggungjawabkan
secara logis-rasional, agar dapat dipahami dan dipergunakan secara umum.
Semakin luas penerimaan dan penggunaan metode ilmiah, maka semakin
valid metode tersebut. Pembahasan mengenai hal ini dibicarakan dalam
metodologi, yaitu ilmu yang mempelajari tentang cara-cara untuk memperoleh
kebenaran.
11

 Mendalami unsur-unsur pokok ilmu, sehingga secara menyeluruh kita bisa


memahami, sumber, hakekat, dan tujuan ilmu.
 Memahami sejarah pertumbuhan, perkembangan dan kemajuan ilmu di
berbagai bidang, sehingga kita mendapat gambaran tentang proses ilmu
kontemporer secra historis.
 Menjadi pedoman bagi para dosen dan mahasiswa dalam mendalami studi di
perguruan tinggi, terutama untuk membedakan persoalan yang ilmiah dan non
ilmiah.
 Mendorong pada calon ilmuwan dan iluman untuk konsisten dalam
mendalami ilmu dan mengembangkannya.
 Mempertegas bahwa dalam persoalan sumber dan tujuan antara ilmu dan
agama tidak ada pertentangan.
 Memahami dampak kegiatan ilmiah (penelitian) yang berupa teknologi ilmu
(misalnya alat yang digunakan oleh bidang medis, teknik, komputer) dengan
masyarakat yaitu berupa tanggung jawab dan implikasi etis. Contoh dampak
tersebut misalnya masalaheuthanasia dalam dunia kedokteran masih sangat
dilematis dan problematik, penjebolan terhadap sistem sekuriti komputer,
pemalsuan terhadap hak atas kekayaaan intelektual (HAKI) , plagiarisme
dalam karya ilmiah.

B.Manfaat
Adapun manfaat dari mempelajari filsafat ilmu, yaitu :
1. Menyadarkan seorang ilmuwan agar tidak terjebak ke dalam pola pikir
“menara gading”yakni hanya berpikir murni dalam bidangnya tanpa
mengaitkannya dengan kenyataan yang ada di luar dirinya. Padahal setiap
aktivitas keilmuwan nyarisnyaris tidak dapat dilepaskan dalam konteks
kehidupan sosial kemasyarakatan. Jadi filsafat ilmu diperlukan kehadirannya
di tengah perkembangan IPTEK yang ditandai semakin menajamnya
spesialisasi ilmu pengetahuan. Sebab dengan mempelajari filsafat ilmumaka
para ilmuwan akan menyadari keterbatasan dirinya dan tidak terperangkap ke
dalam sikap arogansi intelektual. Hal yang diperlukan adalah sikap
keterbukaan diri di kalangan ilmuwan sehingga mereka dapat saling menyapa
dan mengarahkan seluruh potensi keilmuan yang dimilikinya untuk
kepentingan umat manusia.
12

2. Mengembangkan ilmu, teknologi dan perindustrian dalam batasan nilai


ontologis. Melalui paradigma ontologism diharapkan dapat mendorong
pertumbuhan wawasan spiritual keilmuan yang mampu mengatasi bahaya
sekularisme segala ilmu.
3. Mengembangkan ilmu, teknologi dan pertindustrian dalam batasan nilai
epistemologis. Melalaui paradigma epistemologis diharapkan akan
mendorong pertumbuhan wawasan intelektual keilmuan yang mampu
membentuk sikap ilmiah.
4. Mengembangkan ilmu, teknologi dan perindustrian dalam batasan akiologi.
Melalui paradigma aksiologis diharapkan dapat menumbuhkembangkan nilai-
nilai etis, serta mendorong perilaku adil dan membentuk moral tanggung
jawab. Segala macam ilmu dan teknologi dipertanggung jawabkan bukan
unntuk kepentingan manusia, namun juga untuk kepentingan obyek semua
sebagai sumber kehidupan.
5. Menambah pandangan dan cakrawala yang lebih luas agar tidak berpikir dan
bersikap sempit dan tertutup.
6. Menjadikan diri bersifat dinamis dan terbuka dalam menghadapi berbagai
problem.
7. Menyadari akan kedudukan manusia baik sebagai pribadimaupun dalam
hubungannya dengan orang lain, alam sekitar,dan Tuhan YME.
8. Filsafat ilmu bermanfaat untuk menjelaskan keberadaan manusia di dalam
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang merupakan alat untuk
membuat hidup menjadi lebih baik
9. Filsafat ilmu bermanfaat untuk membangun diri kita sendiri dengan berpikir
secara radikal (berpikir sampai ke akar-akarnya), kita mengalami dan
menyadari keberadaan kita.
10. Filsafat ilmu memberikan kebiasaan dan kebijaksanaan untuk memandang
dan memecahkan persoalan-persoalan dalam kehidupan sehari-hari. Orang
yang hidup secara dangkal saja, tidak mudah melihat persoalan-persoalan,
apalagi melihat pemecahannya.
11. Filsafat ilmu memberikan pandangan yang luas, sehingga dapat membendung
egoisme dan ego-sentrisme (dalam segala hal hanya melihat dan
mementingkan kepentingan dan kesenangan diri sendiri).
12. Filsafat ilmu mengajak untuk berpikir secara radikal, holistik dan sistematis,
hingga kita tidak hanya ikut-ikutan saja, mengikuti pada pandangan umum,
13

percaya akan setiap semboyan dalam surat-surat kabar, tetapi secara kritis
menyelidiki apa yang dikemukakan orang, mempunyai pendapat sendiri,
dengan cita-cita mencari kebenaran.
13. Filsafat ilmu memberikan dasar-dasar, baik untuk hidup kita sendiri (terutama
dalam etika) maupun untuk ilmu-ilmu pengetahuan dan lainnya, seperti
sosiologi, ilmu jiwa, ilmu mendidik, dan sebagainya.
14. Filsafat ilmu bermanfaat sebagai pembebas. Filsafat bukan hanya sekedar
mendobrak pintu penjara tradisi dan kebiasaan yang penuh dengan berbagai
mitos dan mite, melainkan juga merenggut manusia keluar dari penjara itu.
Filsafat ilmu membebaskan manusia dari belenggu cara berpikir yang mistis
dan dogma.
15. Filsafat ilmu membantu agar seseorang mampu membedakan persoalan yang
ilmiah dengan yang tidak ilmiah.
16. Filsafat ilmu memberikan landasan historis-filosofis bagi setiap kajian disiplin
ilmu yang ditekuni.
17. Filsafat ilmu memberikan nilai dan orientasi yang jelas bagi setiap disiplin
ilmu.
18. Filsafat ilmu memberikan petunjuk dengan metode pemikiran reflektif dan
penelitian penalaran supaya manusia dapat menyerasikan antara logika, rasio,
pengalaman, dan agama dalam usaha mereka dalam pemenuhan kebutuhannya
untuk mencapai hidup yang sejahtera.
19. Filsafat ilmu memberikan pendasaran logis terhadap metode keilmuan. Setiap
metode ilmiah yang dikembangkan harus dapat dipertanggungjawabkan
secara logis-rasional, agar dapat dipahami dan dipergunakan secara umum.
20. Menghindarkan diri dari memutlakan kebenaran ilmiah, dan menganggap
bahwa ilmu sebagai satu-satunya cara memperoleh kebenaran
21. Menghidarkan diri dari egoisme ilmiah, yakni tidak menghargai sudut
pandang lain di luar bidang ilmunya.
14

BAB III
PENUTUP
3.1Kesimpulan
Kompleksnya ilmu pengetahuan dalam tradisi manusia, maka cakupan filsafat
ilmu dengan sendirinya sangat luas dan mencakup persoalan konsep yang erat
kaitannya dengan ilmu itu sendiri, sehingga pemecahannya dapat dipandang sebagai
suatu sumbangan kepada ilmu pengetahuan. Pada dasarnya, ilmu memiliki dua
macam obyek penelaahannya, yaitu obyek material dan obyek formal. Objek material
adalah sesuatu yang dijadikan sasaran penyelidikan, seperti tubuh manusia adalah
obyek material ilmu kedokteran. Adapun obyek formal adalah metode untuk
memahami obyek material tesebut, seperti penekanan induktif dan deduktif. Di astu
sisi, filsafat juga memilki obyek material dan obyek formal. Obyek material filsafat
adalah segala yang ada.
pembagian filsafat berdasarkan pada struktur pengetahuan filsafat yang
berkembang sekarang ini, terbagi menjadi tigabidang, yaitu filsafat sistematis, filsafat
khusus, dan filsafat keilmuan.
Rasionalisme secara etimologis berasal dari bahasa Inggris rationalism dan kata
ini berakar dari bahasa Latin yaitu ratio artinya “akal”. Kemudian secara terminologis
ialah aliran yang memiliki paham dan berpegang pada prinsip bahwa akal merupakan
sumber utama ilmu pengetahuan yang benar. Akal menduduki posisi unggul dan
bebas atau terlepas dari pengamatan inderawi, pengalaman hanya dipakai untuk
mempertegas pengetahuan yang diperoleh akal, dengan demikian paham rasionalisme
ialah berpusat pada akal .
15

DAFTAR PUSTAKA

Afid burhanuddin. 2014. Ruang Lingkup Filsafat. Yogyakarta.


Bakhtiar, Amsal. 2013. Filsafat Ilmu. Jakarta: PT Rajagrafindo persada.
Hamdani Ali,1987.Filsafat Pendidikan.Yogyakarta:ANDI
Putrawan, I. Made dkk. 1999. Dimensi Kreatif Dalam Filsafat ilmu. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Zubair,Achmad Chariss.2002.Dimensi Etik dan Estetika Ilmu Pengetahuan Manusia
Kajian Filsafat Ilmu.Yogyakarta:LESFI.
Hamdani Ali,1987.Filsafat Pendidikan.Yogyakarta:ANDI

Anda mungkin juga menyukai