Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

CABANG-CABANG ILMU FILSAFAT DAN OBYEK ILMU


FILSAFAT

Makalah Ini Di Tujukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Filsafat Ilmu

Dosen Pegampu :

Fitriatul Masruroh

Di Susun Oleh Kelompok 1/PAI 2C

Marisa Thutdhakiya (2023390101767)

Hamidatul Muyassaroh (2023390101833)

Lilis Setyawati (2023390101764)

Alvian Aziz Al Habib (2023390101734)

M.Imam Mujaddi (2023390101842)

Moch.Mustajib Billah (2023390101846)

FAKULTAS TARBIYAH
PROGAM STUDI PENDIDIKAN AGAM ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM IBRAHIMY
GENTENG-BANYUWANGI
MARET 2024
KATA PENGATAR
Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah kami yang
berjudul tentang "Cabang-Cabang Ilmu Filsafat, Obyek Ilmu Filsafat Pengetahuan dan
Ilmu Pengetahuan”

Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
turut memberikan kontribusi dalam penyusunan makalah ini.khususnya kepada dosen
pengampu mata kuliah Pancasila Bapak “Fitriatul Masruroh” Tentunya, tidak akan bisa
maksimal jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.
Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari
penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam karya ilmiah ini. Oleh karena itu,
kami dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki makalah ini

Banyuwangi,20 Maret 2024

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tujuan studi dari cabang-cabang filsafat adalah mengantar
seseorang kedalam dunia filsafat, sehingga minimal dia dapat
mengetahui apa-apa saja bagian dari cabang-cabang filsafat.

Dalam filsafat ini perlu ditegaskan bahwa dalam menguraikan


beberapa tema filsafat, seperti cabang-cabang filsafat. Kajiannya secara
ketat bercorak filsafat dan ilmu pengetahuan juga diberikan fakta-fakta
dan kebenaran tentang ilmu-ilmu empiris formal dan ilmu-ilmu lainnya.
Yang memfokuskan pembahasan mengenai filsafat disini akan diuraikan
pembahasan tentang sesuatu tertentu karena filsafat bertanya dengan
kenyataan. Selain itu, dalam menguraikan materi cabang-cabang filsafat
makalah ini menggunakan bahasa yang sangat sederhana dan
komunikatif sehingga dapat diterima dengan baik oleh mahasiswa. Tentu
saja ada sejumlah istilah-istilah teknik filosofis yang tidak bisa
dideskripsikan apa adanya yang kadang kala cukup sulit bagi orang yang
baru pertama kali belajar wacana filsafat.

Cabang-cabang filsafat adalah bidang-bidang studi filsafat. Ia


merupakan cabang-cabang penyelidikan yang ada didalam filsafat.
Namun pembagian ini adalah skema yang paling klasik dan paling umum
diterima, sasaran cabang-cabang filsafat ini adalah untuk membentuk
sikap dan perilaku yang akan mampu membuat manusia untuk bertindak
dalam pengetahuan dan mempunyai pemikiran yang krisis.

Dalam menganut ilmu-ilmu filsafat itu perlu karena kini kita


semakin dewasa. Setiap ilmuwan mampu menempatkan posisi masing-
masing ilmu sesuai dengan situasi dan kondisinya. Untuk itu, filsafat pun
menjadi pembelajaran yang diperlukan oleh mahasiswa unuk
memperkuat argumen-argumen mereka dalam berfilsafat. Yang bertujuan
untuk menemukan jawaban-jawaban yang masih menjadi permasalahan
dibidang mata kuliah lainnya

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas yang menjadi rumusan masalah
adalah sebagai berikut:

1. Pembagian cabang-cabang ilmu filsafat ?


2. Apa saja obyek ilmu filsafat pengetahuan ?

3. Pengertian pengetahuan dan ilmu pengetahuan ?


C. Tujuan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah di atas yang menjadi tujuan masalah
adalah sebagai berikut :

1. Untuk memahami cabang-cabang ilmu filsafat


2. Untuk memahami obyek ilmu filsafat

3. Untuk memahami pengetahuan dan ilmu pengetahuan


DAFTAR ISI

Daftar Isi

Halaman Judul ...............................................................................................i

Kata Pengantar ..............................................................................................ii

Daftar Isi ........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ..........................................................................................

B. Rumusan Masalah .....................................................................................

C. Tujuan Masalah ........................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

A. Pembagian cabang-cabang ilmu filsafat ………………………………………………

B. Apa saja obyek ilmu filsafat pengetahuan................................................

C. Pengertian pengetahuan dan ilmu pengetahuan ....................................

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ...............................................................................................

Daftar Pustaka.................................................................................
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pembagian cabang-cabang ilmu filsafat


Saat ini, cabang-cabang filsafat dapat dibagi menjadi enam cabang pokok
metafisika, epistemologi, logika, aksiologi, etika, estetika. Penjelasannya ialah
sebagai berikut
1. Metafisika
Metafisika istilah ini berasal dari bahasa Yunani meta ta phifisika yang berarti
“hal-hal yang terdapat sesudah fisika”. Sebagai ilmu pengetahuan mengenai yang ada
misalnya dengan yang ada sebagai yang digerakkan atau sebagai yang dijumlahkan.
Metafisika merupakan cabang filsafat yang memuat suatu bagian dari persoalan yang
ada:
a. Membicarakan tentang prinsip-prinsip yang paling universal.
b. Membicarakan sesuatu yang bersifat keluar biasaan.
c. Membicarakan karakteristik hal-hal yang sangat mendasar, yang berada diluar
pengalaman manusia.
d. Berupaya menyajikan suatu pandangnan yang komprehensif tentang segala
sesuatu.
e. Membicarakan persoalan-persoalan seperti: hubungan akal dengan benda, hakikat
perubahan pengertian tentang kemerdekaan wujud Tuhan, kehidupan, setelah mati
dan lainnya
Metafisika studi mengenai kategorasi benda-benda di alam dan hubungan antara
satu dengan yang lainnya sebagai contoh, bukankah menjual buku mengenai
ontologi, melainkan lebih kepada buku-buku mengenai ilmu gaib atau sihir,
pengobatan alternative, dan hal-hal sejenisnya
Metafisika ini suatu cabang filsafat yang paling sulit dipelajari, terutama bagi pemuda
yang baru belajar filsafat. Metafisika sering disebut juga sebagai “filsafat pertama”
maksudnya ialah ilmu yang menyelidiki apa hakikat dibalik alam nyata ini, sering
juga disebut sebagai “filsafat tentang hal yang ada” persoalannya adalah menyelidiki
hakikat dari segala sesuatu dari alam nyata dengan tidak terbatas pada apa yang dapat
ditangkap oleh panca indra saja
Istilah pertama tidak berarti bahwa bagian filsafat ini harus ditempatkan didepan,
tetapi menunjukkan kedudukan atau pentingnya. Filsafat ini pertama menyelidiki
pengandaian-pengandaian paling mendalam dan paling akhir dalam pengetahuan
manusiawi yang mendasari segala macam pengetahuan lainnya. Metafisika dibagi
Lagi menjadi dua bagian yaitu: metafisika umum dan metafisika khusus
1. Metafisika umum (Yang Disebut Ontologi)
Ontologi merupakan cabang dari metafisika yang membicarakan eksistensi dan
ragam-ragam dari suatu kenyataan. Jenis ontologi ini, dari satu pihak menarik.
Karena disini ditemukan kemungkinan untuk menterjemahkan isitilah-istilah falsafi
dengan jawaban-jawaban yang diberikan atau pertanyaan-pertanyaan yang
dirumuskan dalam ontologi mengungkapkan suatu kepercayaan. Jenis kepercayaan
ontologi ada empat:
a. Ateisme (Yunani: a- ‘bukan’, theos ‘Allah’) mengajarkan bahwa allah itu tidak ada
dan manusia sendirian dalam kosmos.
b. Agnostitsme (Yunani: a- ‘bukan’, gnosis ‘pengetahuan’) mengajarkan bahwa tidak
dapat diketahui apakah Allah itu tidak ada atau tidak, sehingga pertanyaan tentang
Allah selalu terbuka.
c. Panteisme (Yunani: pan ‘segala sesuatu’, theos ‘Allah’) mengajarkan bahwa
seluruh kosmos sama dengan Allah, sehingga tidak ada perbedaan antara pencipta
dan ciptaannya.
d. Tisme mengajarkan bhwa Allah itu ada, ada perbedaan antara Allah dan
penciptaannya
2. Metafisika Khusus (Yang Disebut Kosmologi)
Metafisika khusus (kosmologi) adalah ilmu pengetahuan tentang struktur alam
semesta yang membicarakan tentang ruang, waktu, dan gerakan. Kosmologi berarti
ilmu tentang dunia dan ketertiban yang paling fundamental dari seluruh realitas.
Karena cabang filsafat ini menyelidiki apa yang dapat dikatakan tentang adanya
Allah, lepas dari agama, lepas dari wahyu. Metafisika khusus lainnya adalah filsafat
antropologi. Filsafat antropologi merupakan cabang-cabang filsafat yang berbicara
tentang manusia
Kosmologi juga merupakan cabang dari metafisika khusus. Secara etismologis, istilah
kosmologi yang kita kenal saat ini berasal dari dua kata Yunani kosmos dan logos.
Kata kosmos berarti dunia atau ketertiban, sedangkan kata logos berarti kata,
percakapan atau ilmu. Jadi kosmologi berarti percakapan tentang dunia atau alam dan
ketertiban yang paling fundamental. Cabang filsafat ini memandang alam sebagai
suatu totalitas dari fenomena dan berupaya untuk memadukan spekulasi metafisik
dengan evidensi ilmiah di dalam suatu kerangka yang koheren. Dalam
perkembangannya, cabang filsafat ini banyak memberi bantuan bagi ilmu-ilmu alam.
Adapun bagian filsafat terbagi menjadi dua, yaitu:
a. Antropologi, Setiap filsafat mengandung eksplisit ataupun implisit suatu
pandangan tentang manusia, tentang tempatnya dalam kosmos, tentang hubungannya
dengan dunia, dengan sesama. Manusia adalah sekaligus materi dan hidup, badan dan
jiwa mempunyai kehendak dan pengertian. Sekitar tahun 1500 manusia betul-betul
menjadi titik pusat dari filsafat. Sejak zaman renaisme manusia dipandang sebagai
pusat sejarah, pusat pemikiran, pusat kehendak, kebebasan, dan dunia.
b. Kosmologi, merupakan rangka umum yang dimana hasil-hasil dari ilmu alam dapat
dipasang. Teori-teori umum tentang alam sebagai kesatuan yang berfungsi sebagai
rangka umum. Kosmologi sekarang memandang alam sebagai suatu proses.
Kosmologi itu bukan sistem tetap dan tak terhingga melainkan suatu proses
perkembangan
2. Epistemologi
Epistemogi lazimnya disebut teori pengetahuan yang secara umum
membicarakan mengenai sumber-sumber, karakter, dan kebenaran pengetahuan.
Persoalan epistemologi sebagai pertanyaan-pertanyaan tentang kemungkinan
pengetahuan, tentang batasan-batasan pengetahuan, tentang asal pengetahuan yang
dibicarakan dalam epistomogi.
Kata epistimologi berarti “pengetahuan (Yunani:logia) tentang asal pengetahuan
(epiteme)”. Epistomologi disebut “teori pengetahuan”. Secara etismologis, istilah
epistemology berasal dari bahasa Yunani, yang terdiri dari kata episteme dan logos.
Kata episteme berarti pengetahuan sedangkan kata logos berarti kata, pikiran,
percakapan, atau ilmu. Jadi, epistomologi berarti kata, pikiran, percakapan, ilmu
tentang pengetahuan.
Epistomogi adalah cabang filsafat yang bersangkut paut dengan teori pengetahuan. Ia
menyelidiki asal mula, susunan, metode-metode dan sahnya pengetahuan yang secara
umum membicarakan mengenai sumber-sumber, karakteristik, dan kebenaran
pengetahuan.
Dalam epistemologi, pertanyaan-pertanyaan tentang kemungkinan-kemungkinan
pengetahuan yang dibicarakan. Sehingga dalam epistemologi muncul beberapa aliran
berpikir, yaitu:
a. Empiris, yaitu pengalaman dimana pengetahuan manusia diperoleh dari
pengalaman inderawi.
b. Rasionalisme, yaitu: tanpa menolak besarnya manfaat pengalaman indera dalam
kehidupan manusia, namun persepsi inderawi hanya digunakan untuk merangsang
kerja akal. Jadi akal berada diatas pengalaman inderawi dan menekankan pada
metode deduktif.
c. Positivisme, merupakan sistesis dari empirisme dan rasionalisme. Dengan
mengambil titik tolak dari empirisme, namun harus dipertajam dengan eksperimen,
yang mampu secara objektif menentukan validitas dan reabilitas pengetahuan.
d. Intuisionisme. Intuisi tidak sama dengan perasaan, namun merupakan hasil
evolusi pemahaman yang tinggi yang hanya dimiliki manusia. Kemampuan ini yang
dapat memahami kebenaran yang utuh, dan tetap unik
3. Logika
Logika merupakan cabang filsafat yang tidak mengajar apa pun tentang manusia
atau dunia. Ia merupakan suatu teknik atau “seni” yang mementingkan segi formal,
bentuk dari pengetahuan. Logika membicarakan teknik-teknik untuk memperoleh
kesimpulan dari suatu perangkat bahan tertentu. Ia adalah cabang filsafat yang
menyelidiki kesehatan cara berpikir, aturan-aturan mana yang harus dihormati supaya
pernyataan-pernyataan yang kita lontarkan sah.
Istilah logika pertama kali digunakan oleh Zeno dari cina (334-262 SM). Secara
etimologis, istilah logika adalah istilah yang dibentuk dari kata Yunani logikos. Kata
logikos ini berasal dari kata logos yang berarti sesuatu yang diutarakan, suatu
pertimbangan akal (pikiran), kata, percakapan, dan bahasa. Sementara kata logikos
sendiri berarti mengenai susuatu yang diutarakan. Mengenai kata, mengenai
percakapan, atau yang berkenaan dengan bahasa.
Logika dapat dibedakan atas dua macam, yakni logika kodratiah dan logika
ilmiah. Logikah kodratiah logika yang bekerja berdasarkan hukum-hukum logika
ilmiah. Kedua macam logika ini tidak dapat dipisahkan. Karena logika ilmiah
membantu logika kodratiah. Akal budi dapat bekerja menurut hukum-hukum logika
dengan cara yang spontan.
Logika ilmiah memperluas, mempertajam pikiran serta akal budi. Berkat pertolongan
logika ini akal budi dapat bekerja dengan lebih tepat, lebih teliti, lebih mudah dan
lebih aman. Logika dibagi dalam dua cabang utama, yakni logika deduktif dan logika
induktif. Logika deduktif disebut juga logika formal. Logika ini membicarakan
susunan proposisi-proposisi dan penyimpulan yang sifat keharusannya berdasarkan
atas susunannya
Logika induktif mencoba untuk menarik kesimpulan tidak dari susunan proposisi-
proposisi, melainkan dari sifat-sifat seperangkat bahan yang diamati. Ia mencoba
untuk bergerak dari satu perangkat fakta yang diamati secara khusus menuju ke
pernyataan yang bersifat umum mengenai semua fakta yang bercorak demikian, atau
dari suatu perangkat akibat tertentu menuju kepada sebab atau sebab-sebab dari
akibat-akibat tersebut. Dalam logika induktif hukum-hukumnya bersifat probabilitas.
Contoh ketika siswa atau peneliti melakukan metode ilmiah, maka pelaku ilmiah ini
harus melakukan kegiatan ilmiah ini dengan berpikir secara secara logis, mulai dari
saat pelaku ilmiah melakukan pengamatan ,merumuskan masalah, menyusun
hipotesis, melaksnakan penelitian, mengumpulkan data berdasarkan prinsip yang
logis,rasional,dan masuk akal
4. Aksiologi
Aksiologi adalah filsafat nilai. Aspek nilai ini ada kaitannya dengan kategori: (1)
baik dan buruk; (2) indah dan jelek. Kategori nilai yang pertama dibawah kajian
filsafat adalah tingkah laku. Sesuai dengan sifatnya, ia menyelesaikan masalah secara
mendalam dan universal. Penyelesaian masalah secara mendalam artinya ia
menyelesaikan masalah dengan cara pertama-tama mencari penyebab yang paling
awal munculnya masalah. Sedangkan, universal artinya melihat masalah dalam
hubungan yang seluas-luasnya
Aksiologi disamakan dengan value and valuation nilai digunakan sebagai kata benda
abstrak, dalam pengertian yang lebih luas mencangkup sebagai tambahan segala
bentuk kewajiban, kebenaran dan kesucian. Contohnya ketika kita berkata sebuah
nilai atau nilai-nilai. Ia sering dipakai untuk merujuk kepada sesuatu yang bernilai,
seperti nilainya atau nilai dia
5. Etika
Etika adalah cabang filsafat yang berbicara tentang manusiawi, tentang tindakan.
Ia merupakan cabang filsafat yang bersangkutan dengan tanggapan-tanggapan
mengenai tingkah laku yang betul. Etika juga sering disebut sebagai filsafat moral,
karena ia menyelidiki semua norma moral. Istilah estetika berasal dari dua kata dalam
bahasa Yunani ethos dan ethikos. Ethos berarti sifat, watak, kebiasaan, tempat yang
biasa. Sementara ethikos berarti susila, keadaan atau kelakuan dan perbuatan yang
baik. Jadi, etika adalah adalah cabang filsafat yang membahas mengenai baik-buruk
atau benar-tidaknya tingkah laku dan tindakan manusia serta sekaligus menyoroti
kewajiban-kewajiban manusia
Objek material adalah tingkah laku atau perbuatan manusia, sedang objek formal
etika adalah kebaikan atau keburukan, bermoral atau tidak bermoral. Moralitas
manusia adalah objek kajian etika yang berusia sejak lama. Kemudian muncul dua
teori yang menjelaskan bagaimana suatu perilaku dapat diukur secara etis. Teori yang
dimaksud adalah Deontologis dan Teologis.
a. Teori dentologis yaitu menyatakan bahwa baik buruknya suatu perilaku dinilai
dari sudut tindakan itu sendiri, dan bukan akibatnya. Suatu perilaku baik apabila
perilaku itu sesuai norma-norma yang ada.
b. Teori teologis lebih menekankan pada unsur hasil suatu perilaku baik jika buah
dari perilaku itu lebih banyak untung dari pada ruginya.
Beberapa ahli membagi etika kedalam tiga studi, yakni etika deskriptif, etika
normatif, dan meatika. Etika deskriptif adalah etika yang mencoba menguraikan dan
menjelaskan kesadaran dan penerimaan moral secara deskriptif.
Etika normatif kerap kali disebut juga filsafat moral (moral philosophy) atau etika
filsafati. Etika normatif berarti sistem-sistem yang dimaksudkan untuk memberikan
petunjuk dan penuntun dalam mengambil keputusan yang menyangkut baik dan
buruk, benar dan salah, sedangkan meatika menyelidiki dan menetapkan arti serta
makna istilah-istilah normatif yang di ungkapkan lewat pertanyaan-pertanyaan yang
membenarkan atau menyalahkan suatu Tindakan. Contoh : mahasiswa yang
memperoleh nilai gemilang untuk ujian mata kuliah etika, belum tentu dalam
perilakunya akan menempuh tindakan-tindakan yang paling baik menurut etika,
malah bisa terjadi nilai yang bagus itu hanya sekedar hasil menyotek, jadi hasil
perbuatan yang tidak baik
6. Estetika
Estetika disebut juga dengan keindahan (philosophy of beauty), yang berasal dari
kata aisthetis (Yunani) yang artinya hal-hal yang dapat diserap dengan indera.
Estetika membahas hal yang berkaitan dengan refleksi kritis terhadap nilai-nilai atas
sesuatu yang disebut indah atau tidak indah.
Estetika merupakan ilmu pengetahuan tentang keindahan. Secara etismologis, kata
estetika berasal dari kata Yunani easthis yang berarti pengamatan, penserapan
inderawi atau pemahaman intelektual. Estetika merupakan cabang filsafat yang
mempersoalkan seni dan keindahan. Secara sederhana, dapat dikatakan bahwa
keindahan merupakan objek dari estetika. Sebab dalam estetika definisi, susunan, dan
peranan keindahan, khususnya di dalam seni, dibicarakan dalam estetika. Karena
objek estetika adalah keindahan, maka estetika tidak mempersoalkan seorang
seniman. Tapi estetika menyelidiki apa-apa saja yang disebut “indah”, prinsip-prinsip
yang mendasari seni dan keindahan, pengalaman yang berkaitan dengan seni dan
keindahan, seperti pencipta seni, penilaian terhadap seni atau perenungan atas seni
dan keindahan. Dengan kata lain, dalam estetika, hakikat keindahan (seperti
keindahan jasmani, keindahan rohani, keindahan seni dan keindahan alam), dan
diselidiki emosi-emosi manusia sebagai reaksi terhadap yang indah, yang agung,
yang tragis, yang bagus, yang mengharukan dsb dibicarakan
Estetika dibedakan ke dalam dua bagian, yakni estetika deskriptif dan estetika
normatif. Estetika deskriptif menggambarkan gejala-gejala pengalaman yang
keindahan. Ia menguraikan dan melukiskan fenomena keindahan. Sedangkan estetika
normatif mencari dasar pengalaman keindahan. Ia mempersoalkan dan menyelidiki
hakikat, dasar dan ukuran pengalaman keindahan
Contoh, dalam mengamati suatu karya seni, kita menggunakan kelima indra tersebut
untuk mendapatkan kesan yang ditimbulkan dari karya seni yang diamati, baik itu
kesan warna, ruang, tekstur, dan sebagainya sehingga kita dapat merasakan unsure
keindahan
B. Apa saja Obyek ilmu Filsafat
Objek filsafat ilmu adalah suatu bahan yang ditelusuri, diteliti, diselidiki atau
dipelajari, guna untuk memperoleh pengetahuan baru yang diketahui hakikatnya dan
dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya. Objek filsafat ilmu dibedakan menjadi
dua macam, yaitu objek material dan objek formal.

A. Objek Material Filsafat Ilmu


Objek materi adalah suatu bahan yang menjadi tinjauan penilitian atau
pembentukan pengetahuan itu, yang di pandang atau diselidiki oleh disiplin ilmu.
Pengertian objek materi filsafat menurut para ahli:
1) Louis O. Kattsof
Objek material filsafat adalah segala pengetahuan manusia dan segala sesuatu yang
ingin diketahui manusia
2) A. Fuad Ihsan
Objek material filsafat yaitu suatu pengetahuan yang telah disusun secara sistematis
dengan metode ilmiah tertentu, sehingga dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya
secara umum
C. Objek Formal Filsafat Ilmu
Objek formal adalah kedudukan dari mana suatu subjek menganggap suatu
objek
material. Pokok bahasan formal filsafat ilmu adalah hakikat (hakikat) ilmu. Artinya
filsafat ilmu lebih memperhatikan pertanyaan-pertanyaan mendasar ilmu pengetahuan,
seperti apa hakikat ilmu pengetahuan, bagaimana kita mendapatkan kebenaran ilmiah ,
dan apa itu ilmu pengetahuan? Apa peran ilmu bagi manusia? Persoalan ini dibahas
dalam landasan perkembangan ilmu pengetahuan: landasan ontologis, epistemologis,
dan aksiomatik.
1) Landasan Ontologis Perkembangan Ilmu Pengetahuan Landasan ontologis
pengembangan ilmu pengetahuan berarti titik tolak peninjauan ilmu
pengetahuan didasarkan pada sikap dan kedudukan filosofis para ilmuwan, dan
secara garis besar dapat dibagi menjadi dua kecenderungan, yaitu: Hal ini
memberikan pengaruh yang besar terhadap perkembangan ilmu pengetahuan
yaitu materialisme dan spiritualisme.
Materialisme adalah pandangan metafisik yang berasumsi bahwa tidak ada
sesuatu pun yang nyata selain materi. Spiritualisme merupakan pandangan
metafisik yang memandang realitas terdalam sebagai ruh yang mengisi dan
mendasari seluruh alam. Perkembangan ilmu pengetahuan yang berdasarkan
materialisme menitikberatkan pada ilmu-ilmu alam dan cenderung
menganggap bidang ilmu itu sebagai induk bagi perkembangan ilmu – ilmu
lain. Spiritualisme, sebaliknya, cenderung ke arah humaniora dan memandang
bidang ilmu tersebut sebagai wadah utama untuk mengembangkan bidang ilmu
lainnya.
2) Landasan Epistemologis Perkembangan Ilmu Pengetahuan Landasan
epistemologis perkembangan ilmu pengetahuan berarti titik tolak validasi ilmu
pengetahuan didasarkan pada metode dan tata cara untuk memperoleh
kebenaran.
Yang dimaksud di sini adalah metode ilmiah, yang secara garis besar dapat
dibagi menjadi dua kelompok, yaitu metode siklus empiris pada ilmu-ilmu alam
dan metode linier pada ilmu-ilmu sosial dan humaniora.
Metode siklus empiris meliputi observasi, penerapan induksi, pelaksanaan
eksperimen, pengujian atau pengujian ulang hipotesis yang diajukan, dan
dengan demikian munculnya suatu teori.
Mekanisme metode linier meliputi penginderaan realitas yang diamati,
pengembangan pemahaman (gagasan), dan pada akhirnya membuat prediksi
tentang apa yang mungkin terjadi di masa depan.
3) Landasan aksiomatik pengembangan ilmu pengetahuan Landasan aksiomatik
pengembangan ilmu pengetahuan adalah sikap etis yang harus ditumbuhkan
oleh para ilmuwan, terutama mengenai nilai-nilai yang dianggap benar.
Oleh karena itu, kegiatan ilmiah selalu dikaitkan dengan keyakinan dan
ideologi masyarakat dan negara tempat ia berkembang.
Permasalahan filosofis mempunyai ciri-ciri sebagai berikut sebagaimana diuraikan
oleh Ali Mudhofir (1996):
1) Bersifat umum, artinya permasalahan filsafat tidak berkaitan dengan objek
tertentu.Dengan kata lain, sebagian besar masalah filosofis berkaitan dengan
gagasan tentang suatu objek tertentu. Ide besar. Misalnya; filosofi ini tidak
menanyakan pertanyaan, "Berapa banyak uang yang Anda keluarkan dalam
sebulan? " Namun filsafat bertanya, "Apakah kebahagiaan itu?
2) Tidak memuat fakta. Dengan kata lain, pertanyaan filosofis bersifat spekulatif.
Isu-isu yang terlibat berada di luar batas pengetahuan ilmiah.
3) Menangani nilai-nilai. Artinya, pertanyaan-pertanyaan filosofis berkaitan
dengan nilai-nilai, baik nilai moral, estetika, agama, maupun sosial. Nilai dalam
pengetahuan ini merupakan kualitas abstrak yang ada pada sesuatu.
4) Bersifat kritis, filsafat merupakan analisis secara kritis terhadap konsep-konsep
dan arti-arti yang biasanya diterima dengan begitu saja oleh suatu ilmu tanpa
pemeriksaan secara kritis.
5) Bersifat sinopti, artinya persoalan filsafat mencakup struktur kenyataan secara
keseluruhan. Filsafat merupakan ilmu yang membuat susunan kenyataan
sebagai keseluruhan.
6) Bersifat implikatif, kalu sesuatu persoalan filsafat sudah terjawab, maka dari
jawaban tersebut akan memunculkan persoalan baru yang saling berhubungan.
Jawaban yang dikemukakan mengandung akibat-akibat lebih jauh yang
menyentuh kepentingan-kepentingan manusia.
Berfikir kefilsafatan memiliki karakteristik tersendiri yang dapat dibedakan dari
ilmulain. Beberapa ciri berfikir kefilsafatan dapat dikemukakan sebagai berikut:
1) Radikal, artinya berfikir sampai ke akar-akarnya, sehingga sampai hakikat atau
substansi yang dipikirkan.
2) Universal, artinya pemikiran filsafat menyangkut pengalaman umum manusia.
3) Konseptual, artinya merupakan hasil generalisasi dan abstraksi pengalaman
manusia.
4) Koheran dan konsisten. Koheran artinya sesuai kaidah-kaidah berfikir logis.
Konsisten artinya taat asas, tidak mengandung kontradiksi.
5) Sistematis, artinya pendapat yang merupakan uraian kefilsafatan itu harus
saling saling berhubungan secara teratur dan terkandung adanya maksud atau
tujuan tertentu.
6) Komprehensif, artinya mencakup atau menyeluruh. Berfikir secara kafilsafatan
merupakan usaha untuk menjelaskan alam semesta secara keseluruhan.
7) Bebas, artinya sampai batas-batas yang luas, pemikiran filsafati boleh dikatakan
merupakan hasil pemikiran yang bebas, yaitu bebas dari prasangka-prasangka
sosial, historis, kultural, bahkan religius.
8) Bertanggung jawab, artinya seseorang yang berfilsafat adalah orang yang
berfikir sekalugus bertanggung jawab terhadap hasil pemikirannya, paling tidak
terhadap hati nuraninya sendiri .

C. Pengertian Pengetahuan dan ilmu pengetahuan


Filsafat Ilmu Pengetahuan merupakan filsafat khusus yang membahas berbagai
macam hal yang berkenaan dengan ilmu pengetahuan. Sebagai filsafat, Filsafat Ilmu
Pengetahuan berusaha membahas ilmu pengetahuan seba- gai obyeknya secara rasional
(kritis, logis, dan sistematis), menyeluruh dan mendasar. Filsafat Ilmu Pengetahuan berusaha
memperoleh pemahaman tentang ilmu pengeta- huan secara jeas, benar dan lengkap, serta
mendasar untuk dapat menemukan kerangka pokok serta unsur-unsur hakiki yang kiranya
menjadi ciri khas dari ilmu pengeta- huan yang sebenarnya. Sehinga kita dapat menentukan
identitas ilmu pengetahuan dengan benar, dapat menentu- kan mana yang termasuk ilmu
pengetahuan, dan mana yang tidak termasuk dalam lingkup ilmu pengetahuan.
Filsafat dengan pertanyaan-pertanyaannya yang rasional (kritis, logis, sistematis), obyektif,
menyeluruh dan radikal berusaha membongkar pandangan-pandangan yang dikemukan begitu
saja tanpa adanya penjelasan rasional, serta mem- bongkar kebiasaan-kebiasaan yang tidak
memiliki orientasi yang jelas dan dapat dipertanggungjawabkan.
Pemikiran rasional lah yang mampu melepaskan diri manusia dari belenggu-belenggu
tradisional dan mitis, serta membebaskan manusia dari kepicikan, ketidakjelasan,
ketidaktahuan dan kebodohannya. Dengan pemikiran kritisnya, manusia tidak puas terhadap
kebodohannya sendiri serta terhadap ketidakjelasan segala macam.
informasi yang diterimanya. Pemikiran kritis adalah pemi- kiran yang menyadari akan arah
tujuan dari kegiatan berpikir, yaitu mencari kejelasan dan tidak kebenaran. Sehingga orang
yang berpikir kritis tidak puas akan sekedar informasi sebagai penjelasan yang asal saja.
Informasi yang merupakan penjelasan diharapkan merupakan informasi yang relevan dengan
hal yang dijelaskan serta memberikan penjelasan yang terang dan dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya. Demgan demikian orang yang berpikir kritis perlu
dapat membedakan serta memilih penjelasan yang relevan dan benar, daripada penjelasan
yang tidak relevan dan salah. Untuk memperoleh penjelasan yang relevan dan kebenarannya
dapat dipertanggungjawabkan, selain mela- kukan pengamatan dan penelitian secara cermat
dan teliti, orang juga perlu berpikir logis. Berpikir logis adalah pemikiran yang didasarkan
pada kaidah-kaidah penalaran yang mendukung bagi terwujudnya pemahaman, keputus- an,
serta kesimpulan yang kebenarannya dapat dipertang- gungjawabkan. Dengan pemikiran yang
kritis dan disusun secara logis, diharapkan dapat menghasilkan tubuh pengetahuan yang
sistematis, sebagai satu-kesatuan pemahaman yang saling terkait satu sama lain secara
organis, yang masing-masing bagian memiliki kedudukan dan peranan yang memang tak
tergantikan.
Dengan dibongkarnya belenggu-belenggu tradisional dan mitis, manusia dibebaskan dari
ketidaktahuan dan kebodohannya. Filsafat membebaskan manusia dari pema- haman yang
picik , dangkal dan tidak jelas. Filsafat akan membebaskan manusia dari cara berpikir yang
tidak teratur dan tidak jernih. Ringkasnya filsafat akan mem- bebaskan manusia dari segala
jenis “penjara” yang hendak mempersempit ruang gerak akal budi manusia, serta memberi
keleluasaan pada manusia untuk berpikir. Untuk membebaskan manusia dari cara pemahaman
yang picik dan dangkal, filsafat akan membimbing manusia untuk berpikir secara luas
(komprehensif) dan mendalam (radi- kal). Dan filsafat akan membebaskan manusia dari cara
berpikir yang tidak teratur dan tidak jernih dengan
membimbing manusia melakukan pemikiran secara rasional (kritis, logis dan sistematis),
memilahkan mana yang relevan untuk memberikan penjelasannya dan mana yang tidak
relevan, serta dapat memberikan jalan penje- lasan yang dapat dipertanggungjawabkan
kebenarannya.
Selain sedikit penjelasan tentang peranan filsafat sebagai pendobrak, pembebas dan
pembimbing pemikiran manusia dari segala macam belenggu yang mengekang dan
mempersempit aktivitasnya, ada baiknya dijelaskan sedikit tentang pendorong munculnya
pemikiran filsafat. Filsafat ternyata berakar dalam kecenderungan kodrat manusia yang
berakal budi itu. Manusia yang didasari oleh rasa heran dan kagum cenderung bertanya-tanya
tentang ling- kungan alam dan kehidupan yang sedemikian menga- gumkan. Pertanyaan-
pertanyaan yang didorong oleh rasa ingin tahu tersebut menggerakkan manusia untuk
berpikir, menyelidiki dan berusaha memperoleh jawabannya. Jawaban-jawaban yang
diperolehnya sering masih belum jelas, masih diragukan kebenarannya, dan tentu saja
manusia tidak puas terhadap jawaban yang kebenarannya kurang meyakinkan tersebut.
Sehingga manusia terus- menerus bertanya dan bertanya untuk memperoleh jawab- an yang
memang memberikan penjelasan yang meyakinkan dan memuaskan. Hakikat filsafat justru
terletak pada kemampuannya untuk bertanya dan usaha mencari jawabannya; sehingga
berfilsafat terutama berarti menge- mukakan pertanyaan dan bukan mengemukan pernyataan.
Dengan filsafat kita didorong untuk berani mempersoalkan segala macam hal yang kita
hadapi dan berusaha mengungkap rahasia alam semesta dan kehidupan ini.
Dengan demikian Filsafat Ilmu Pengetahuan (sebagai pemikiran filosofis) tentu saja
semestinya juga mengemu- kakan sebanyak mungkin pertanyaan-pertanyaan dan per- soalan-
persoalan tentang segala macam hal yang berke- naan dengan ilmu pengetahuan. Ilmu
pengetahuan tidak hanya dipahami atas dasar kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan serta atas
dasar pandangan-pandangan yang tidak dapat dipertanggungjawabkan, melainkan perlu
dipahami atas dasar pembahasan yang rasional (kritis, logis, dan sistematis), obyektif,
menyeluruh dan mendalam. Filsafat Ilmu Pengetahuan tidak membahas ilmu penge- tahuan
atas perkiraan-perkiraan yang ada pada subyek, melainkan langsung mengarah pada ilmu
pengetahuan itu sendiri sebagai obyeknya. Filsafat Ilmu Pengetahuan tidak membatasi
pembahasannya hanya pada beberapa unsur serta hanya dari satu segi saja, melainkan
berusaha untuk membahasnya secara menyeluruh, sehingga diperoleh pemahaman yang utuh.
Dan Filsafat Ilmu Pengetahuan tidak hanya membahas hal-hal yang secara aksidental nampak
di permukaan, melainkan perlu membahas secara radikal (mendalam) untuk dapat
memperoleh unsur-unsur hakiki yang menjadi ciri khas dari ilmu pengetahuan.

BAB III
KESIMPULAN
Dari pembahasan tentang cabang-cabang filsafat diatas dapat disimpulkan
bahwa cabang-cabang filsafat terdiri dari Metafisika, Epistemologi, Logika, Aksiologi,
Etika, Estetika yang bertanya tentang seluruh kenyataan yang benar dan memberi
petunjuk pedoman bagi tingkah laku manusia yang baik dan sebagaimana mestinya.
Jadi kesimpulannya : Metafisika adalah ilmu pengetahuan mengenai yang
ada. Epistemologi adalah kata, pikiran, percakapan, ilmu pengetahuan. Logika adalah
mengenai sesuatu yang diutarakan. Aksiologi adalah nilai aspek nilai ini ada kaitannya
dengan kategori : baik dan buruk indah dan jelek. Etika adalah cabang filsafat yang
berbicara tentang manusiawi dan tentang tindakan. Dan Estetika adalah keindahan.
Berdasarkan uraian dan penjelasan di atas dapatlah ditemukan dan
diidentifikasikan bahwa ilmu pengetahuan merupakan salah satu jenis kegiatan
mengetahui manusia.Bila dibedakan dengan pengetahuan lainnya, ilmu pengetahuan
memiliki kekhususan dalam hal untuk memperoleh tingkat kualitas pengetahuan yang
lebih daripada pengetahuan biasa sehari-hari. Dalam rangka memperoleh pengetahuan
yang lebih jelas (clearly), lebih rinci (distingly),serta lebih dapat diandalkan
kebenarannya, ilmupengetahuan (pengetahuan ilmiah) berusaha menggunakan
pendekatan, sudut pandang , cara dan langkah-langkah yang jelas dalam menyelidiki
obyek yang mejadi kajiannya,menggunakan akal pikir (rasio) untuk berpikir secara
optimal (rasional), yaitu perlu berpikir kritis (terarah pada kebenaran yang
sesungguhnya), berpikir logis (menggunakan kaidah penalaran yang lurus dan masuk
akal) serta berpikir sistematis (menggunakan kerangka pemikiran yang memiliki
keterkaitan logis satu sama lain). Bila dibandingkan dengan pengetahuan filosofis,
ilmu pengetahuan cenderung mengusahakan pengetahuan terarah pada

DAFTAR PUSTAKA
https://www.perplexity.ai/search/Cabang-cabang-ilmu-
2a9sdujWRjuLqWe2yofhHA
https://pamungkas97.blogspot.com/2016/01/cabang-cabang-filsafat.html?m=1
https://www.gramedia.com/literasi/aliran-filsafat/
buku FILSAFAT ILMU PENGETAHUAN
karangan Drs. Paulus Wahana, Mag.Hum.

Anda mungkin juga menyukai