Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

FILSAFAT PENDIDIKAN

“Ruang Lingkup, Metode, dan Pembagian Filsafat”

Dosen :
Dra. Zuwirna, M. Pd, Ph. D
Elsa Rahmayanti, S. Pd, M.Pd

Kelompok 2

Ariffahmi Ramadhan 19006157

Methania Risvi 18129280

Muhamat Rezan Ginting 19005073

Zuriat Al Arif 18129150

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa dipanjatkan atas rahmat Tuhan yang Maha Esa karena
penulis dapat menyelesaikan karya tulis dengan judul makalah “Ruang Lingkup,
Metode, dan Pembagian Filsafat”. Karya tulis ini dibuat oleh penulis dalam
rangka memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Pendidikan dibawah bimbingan
dosen Dra. Zuwirna, M. Pd, Ph. D dan Elsa Rahmayanti, S. Pd, M.Pd.

Penulis sangat menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan dan kelemahan untuk itu kami sangat mengharapkan adanya
masukan dan kritikan yang bersifat membangun untuk membuat makalah ini
menjadi lebih baik.

Akhir kata semoga makalah ini bisa memberikan ilmu yang bermanfaat terkait
dengan ruang lingkup, metode, dan pembagian filsafat. Izinkan penulis mengutip
sebuah kalimat “Teruslah membuat karya, karena karya itulah yang akan
berbicara ketika penulisnya sudah tiada”.

Padang, Februari 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

BAB I.................................................................................................................................1

PENDAHULUAN.............................................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah..................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah...............................................................................................2

C. Tujuan Pembahasan............................................................................................ 2

BAB II............................................................................................................................... 3

PEMBAHASAN................................................................................................................3

A. Ruang Lingkup Filsafat...................................................................................... 3

B. Metode Filsafat................................................................................................... 3

C. Pembagian Filsafat..............................................................................................7

D. Perbedaan Filsafat dengan Ilmu dan Agama.................................................... 14

BAB III............................................................................................................................16

KESIMPULAN............................................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................17

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Filsafat merupakan ilmu pengetahan yang menyelidiki hakikat segala


sesuatu untuk memperoleh kebenaran. Filsafat dan ilmu adalah dua kata yang saling
berkaitan, baik secara subtansial maupun historis, hal itu dikarenakan bahwa
kelahiran ilmu tidak lepas dari sebuah peranan dari filsafat dan sebaliknya
perkembangan ilmulah yang memperkuat keberadaan dari filsafat itu sendiri.

Kelahiran filsafat di Yunani mengubah pola pikir bangsa Yunani dari


pandangan yang mitos menjadi rasio. Dengan filsafat pula pola pikir yang selalu
tergantung pada yang ghaib diubah menjadi pola pikir yang tergantung pada rasio.
Perubahan dari pola pikir mitos ke rasio membawa implikasi yang tidak kecil.
Alam dengan segala gejalanya yang selama itu ditakuti sekarang didekati dan
bahkan bisa dikuasai. Perubahan yang mendasar adalah ditemukannya hukum-
hukum alam dan teori-teori ilmiah yang mejelaskan perubahan yang terjadi, baik
alam semesta maupun pada manusia itu sendiri.

Filsafat ilmu merupakan penerus dalam pengembangan filsafat pengetahuan,


itu disebabkan pengetahuan tidak lain adalah tingkatan yang paling tinggi dalam
perangkat pengetahuan manusia. Oleh karena itu mempelajari ilmu filsafat
membuka candela ilmu pengetauan untuk lebih mengerti, memahami dan dapat
memanfaatkan ilmu untuk kebaikan diri sendiri, orang lain, alam semesta terutama
untuk Allah SWT. Berdasarkan hal di atas, maka makalah ini akan menguraikan
Ruang lingkup filsafat, metode beserta pembagian filsafat.

1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat dibuat rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa sajakah yang menjadi ruang lingkup filsafat?
2. Apa saja metode-metode yang ada pada filsafat ?
3. Bagaimana pembagian dari filsafat itu sendiri?
4. Apa perbedaan filsafat dengan ilmu dan agama?

C. Tujuan Pembahasan
Adapan tujuan dari makalah ini berdasarkan pada rumusan masalah yaitu:
1. Untuk mengetahui dan memahami ruang lingkup filsafat.
2. Untuk mengetahui dan memahami metode-metode yang ada di filsafat.
3. Untuk mengetahui pembagian-pembagian yang ada di filsafat.
4. Untuk mengetahui perbedaan filsafat dengan ilmu dan agama.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Ruang Lingkup Filsafat


Filsafat merupakan induk dari segala ilmu yang mencakup ilmu-ilmu khusus.
Dalam perkembangannya ilmu-ilmu khusus itu satu demi satu memisahkan diri dari
induknya yakni filsafat. Ternyata filsafat tidak mati tetapi hidup dengan corak
tersendiri yakni sebagai ilmu yang memecahkan masalah yang tidak terpecahkan
oleh ilmu-ilmu khusus. Filsafat merupakan sekumpulan sikap dan kepercayaan
terhadap kehidupan dan alam yang biasanya diterima secara kritis atau pemikiran
terhadap kepercayaan dan sikap terhadap kepercayaan dan sikap yang sangat kita
junjung tinggi. Adapun menurut para ahli tentang ruang lingkup filsafat, yaitu :

1. Tentang hal mengerti, syarat-syaratnya dan metode-metodenya

2. Tentang ada dan tidak ada

3. Tentang dunia, alam dan seisinya

4. Menentukan apa yang baik dan apa yang buruk

5. Hakikat manusia dan hubungannya dengan sesama makhluk lainnya

6. Tuhan tidak dikecualikan

Adapun ruang lingkup filsafat adalah segala sesuatu lapangan pikiran manusia
yang amat luas. Segala sesuatu yang mungkin ada dan benar, benar ada (nyata),
baik material konkrit maupun nonmaterial abstrak (tidak terlihat). Jadi objek filsafat
itu tidak terbatas. Objek pemikiran filsafat yaitu dalam ruang lingkup yang
menjangkau permasalahan kehidupan manusia, alam semesta dan alam sekitarnya
adalah juga objek pemikiran filsafat pendidikan. (Zelhendri, 2014: 21-22)

B. Metode Filsafat

Adapun metode filsafat sebagai disiplin ilmu dan pendidikan mempunyai


metode tertentu misalnya (Surya Sumantri, 1994):

3
1. Contemplative (perenungan)

Merenung adalah memikirkan sesuatu atau segala sesuatu, tanpa


keharusan adanya kontak langsung dengan objeknya, misalnya makna hidup,
kebenaran, keadilan, keindahan, dan sebagainya. Merenung adalah suatu cara
yang sesuai dengan watak filsafat, yaitu memikirkan segala sesuatu sedalam-
dalamnya, dalam keadaan tenang, hening dan sungguh-sungguh dalam
kesendirian atau kapan dan dimanapun.

2. Spekulatif

Spekulatif juga bagian dari perenungan atau merenung, karena melalui


perenungan dengan pemikiran yang tenang kritis, pemikiran umum cenderung
menganalisis, meghubungkan antara masalah berulang-ulang sampai pada tujuan.

3. Deduktif

Filsafat menggunakan metode deduktif karena filsafat berusaha mencari


kebenaran hakiki sebenarnya filsafat menggunakan semua metode agar saling
komplimentasi, selain melengkapi.

Metode lain filsafat, diantaranya:

a) Metode historis atau sejarah, Metode ini baik karena dengan demikian
pertumbuhan filsafat itu dapat diikuti dari jumlahnya.

Metode historis digunakan bila para pelajar mengkaji filsafat dengan


mengikuti sejarahnya. Ini dapat dilakukan dengan cara membicarakan tokoh
demi tokoh menurut kedudukannya dalam sejarah. Sebagai contoh, jika kita
ingin membicarakan riwayat hidupnya, pokok ajarannya, baik dalam teori
pengetahuan, teori hakikat, maupun dalam teori nilai. Kemudian dilanjutkan
dengan membicarakan Anaximandros, Socrates, Rousseau, Imannuel Kant dan
seterusnya sampai pada tokoh-tokoh filsafat ini memang sangat perlu karena
ajarannya biasanya berkaitan erat dengan lingkungan, pendidikan, dan
kepentingannya.

4
Cara lain untuk mempelajari filsafat dengan menggunakan metode
historis ini adalah dengan cara membagi babakan atau periode filsafat sejarah.
Misalnya mula-mula yang dipelajari adalah filsafat kuno, kemudian filsafat
pertengahan, dan selanjutnya adalah filsafat abad modern. Variasi cara
mempelajari filsafat dengan menggunakan metode historis ini cukup banyak.
Yang penting, mempelajari filsafat dengan metode historis berarti mempelajari
filsafat secara kronologis. Dan metode ini cocok bagi pelajar pemula.

b) Metode ikhtisar, Metode ini membentuk soal-soal yang dibicarakan dalam


filsafat dan menguraikan jawaban.

c) Metode sistematis, Metode ini mencari arti atau maksud dari kodrat manusia
yaitu bagaimana manusia, karena kodratnya akan penyelidikan yang biasanya
disebut filsafat itu, lalu dicari akibat-akibatnya.

Dengan menggunakan metode sistematis, para pelajar akan mengahadapi


karya-karya filsafat, misalnya mempelajari tentang teori-teori pengetahuan yang
terdiri atas beberapa cabang filasafat. Setelah itu ia mempelajari teori hakikat
yang merupakan cabang ilmu lainnya, kemudian ia akan mempelajari teori nilai
atau filsafat nilai. Ketika para pelajar membahas setiap cabang atau subcabang
filsafat, maka aliran-aliran filsafat pun akan terbahas. Maka dengan mempelajari
filsafat melalui metode sistematis ini perhatiannya akan terfokus pada isi filsafat,
bukan pada tokoh ataupun pada zaman, serta periodenya.

d) Metode kombinasi, Metode ini adalah kombinasi dari cara-cara tersebut yaitu
sistematis, tetapi tidak lepas dari sejarah dan dengan memperhatikan soal-soal
terpenting yang timbul bagi setiap manusia yang hidup sadar dan mampu
menggunakan pikirannya.

e) Metode Kritis

Adapun metode kritis digunakan oleh mereka yang mempelajari filsafat


tingkat intensif. Dimana para pelajar haruslah telah memiliki bekal pengetahuan
tentang filsafat secara memadai. Dalam metode ini pengajaran filsafat dapat
menggunakan metode sistematis atau historis.

5
Beberapa pokok pikiran metode kritis Sokrates antara lain:

1) Metode kritis merupakan analisis istilah dan pendapat dalam proses dialog
dalam kehidupan sehari-hari, baik menyangkut fenomena sosial atau
fenomena alam.

2) Metode kritis merupakan hermeneutika, yang menjelaskan keyakinan, dan


memperlihatkan pertentangan dalam dialog. Dengan jalan bertanya atau
berdialog secara kritis, seseorang dapat membedakan, membersihkan,
menyisihkan dan menolak sesuatu dan akhirnya ditemukan hakikat dari
sesuatu.

3) Disebut metode kritis karena manusia dituntut untuk terus


mempertanyatakan (mengkritisi) segala sesuatu yang disaksikan, dirasakan
dengan bertanya dan berdialog antar individu dalam proses kehidupannya.

4) Sokrates, mengajarkan agar manusia selalu mengajukan pertanyaan baru


tentang segala sesuatu, ketika muncul jawaban dari pertanyaan tersebut,
maka harus terus dimunculkan pertanyaan lagi dari jawaban yang ada
(proses dialektika), demikian seterusnya. Jadi, dialektika itu menjadi suatu
pemeriksaan teliti, semacam cross examination, dengan membandingkan
jawaban dalam dialog.

5) Menurut Sokrates, dengan terus menanyakan, membandingkan,


menyisihkan, dan menolak informasi atau data yang tidak relevan,
seseorang akan membuat rumusan, definisi dan generalisasi. Seseorang
akan memperoleh pengertian (definisi) sejati tentang hakikat kenyataan.

6) Bagi Sokrates, hakikat ‘kebijaksanaan’ adalah kesanggupan seseorang


terus bertanya dan berdialog untuk membuka hati-pikiran agar tetap
mampu menerima pengetahuan sejati, yaitu pengetahuan mengenai
kebaikan susila atau ‘kebijaksanaan’ (sophrosyne). Kebijaksanaan itu
bukan diperoleh melalui hapalan dari diktat, melainkan melalui proses
pencarian pribadi dan pengalaman pribadi. Oleh karena itu manusia
menjadi “angry with himself and gentle to others”.

6
Sedangkan beberapa pokok pikiran metode kritis dari filosof Plato antara
lain:

1) Metode filosofis paling utama adalah dialog, dan kemampuan berdialog


merupakan seni manusiawi yang paling tinggi. Sebenarnya metode Plato
merupakan perluasan atau penyempurnaan metode kritis gurunya yaitu
Sokrates.

2) Plato memperkenalkan dialog-dialog dengan menyebut ‘dialog tengah’


atau ‘metode hipotesis’.

3) Menurut Plato, kebenaran umum (definisi) itu bukan dibuat dengan cara
dialog yang induktif (seperti pendapat Sokrates), pengertian umum
(definisi) itu sudah tersedia di ‘sana’ yaitu di ‘alam idea’

4) Hakikat esensi itu mempunyai realitas, dan realitas itu di ‘alam idea’ itu.
Jadi, kebenaran umum itu bukan dibuat tetapi sudah ada di alam idea.
Sebenarnya baik Plato maupun gurunya yaitu Sokrates sama-sama
mengakui kekuatan akal (reason) dan kekuatan hati (rasa dan larsa)

Selain dengan beberapa metode diatas, dalam ilmu filsafat dikenal juga
metode empiris, seperti yang dipahami oleh Thomas Hobbes, John Locke, dan
David Hume. Menurut mereka hanya pengalamanlah yang dapat menyajikan
pengertian benar. Masih banyak metode-metode lainnya yang semua lahir
dikarenakan keyakinan dan pengalaman mereka dalam memahami filsafat secara
sungguh-sungguh sehingga menghasilkan bentuk metode yang berbeda-beda
tersebut. (Susanto, 2010: 13-15).

C. Pembagian Filsafat

Sidi Gazalba (1973) mengemukakan bidang permasalahan filsafat terdiri atas:

1. Metafisika, dengan pokok-pokok masalah: filsafat hakikat atau ontologi,


filsafat alam atau kosmologi, filsafat manusia, dan filsafat ketuhanan atau
teodyce.

7
2. Teori pengetahuan atau epistemologi, yang mempersoalkan: hakikat
pengetahuan, dari mana asal atau sumber pengetahuan, bagaimana membentuk
pengetahuan yang tepat dan yang benar, apa yang dikatakan pengetahuan yang
benar, mungkinkah manusia mencapai pengetahuan yang benar dan apakah
dapat diketahui manusia, serta sampai di mana batas pengetahuan manusia.

3. Filsafat nilai atau aksiologi yang membicarakan: hakikat nilai, di mana letak
nilai, apakah pada bendanya atau pada perbuatannya atau pada manusia yang
menilainya; mengapa terjadi perbedaan nilai antara seseorang dengan orang
lain, siapakah yang menentukan nilai, mengapa perbedaan ruang dan waktu
membawa perbedaan penilaian

Louis O. Kattsoff (1987: 74-82) membagi cabang-cabang filsafat menjadi dua


bagian besar, yaitu cabang filsafat yang memuat materi ajar tentang alat dan cabang
filsafat yang memuat tentang isi atau bahan-bahan dan informasi. Cabang filsafat
yang merupakan alat adalah Logika, termasuk di dalamnya Metodologi. Sedangkan
cabang filsafat yang merupakan isi adalah: Metafisika, Epistemologi, Biologi
Kefilsafatan, Psikologi Kefilsafatan, Antropologi Kefilsafatan, Sosiologi
Kefilsafatan, Etika, Estetika, Filsafat Agama.

1) Logika

Logika membicarakan teknik-teknik untuk memperoleh kesimpulan dari


suatu perangkat bahan tertentu. Kadang-kadang Logika didefinisikan sebagai
ilmu pengetahuan tentang penarikan kesimpulan. Logika dibagi dalam dua
cabang utama, yakni logika deduktif dan logika induktif.

Logika deduktif berusaha menemukan aturan-aturan yang dapat


dipergunakan untuk menarik kesimpulan-kesimpulan yang bersifat keharusan
dari satu premis tertentu atau lebih. Memperoleh kesimpulan yang bersifat
keharusan itu yang paling mudah ialah bila didasarkan atas susunan
proposisi proposisi dan akan lebih sulit bila yang diperhatikan ialah isi
proposisi proposisi tersebut. Logika yang membicarakan susunan-susunan
proposisi dan penyimpulan yang sifat keharusannya berdasarkan atas
susunannya, dikenal sebagai logika deduktif atau logika formal.

8
Logika induktif mencoba untuk menarik kesimpulan tidak dari susunan
proposisi-proposisi, melainkan dari sifat-sifat seperangkat bahan yang diamati.
Logika induktif mencoba untuk bergerak dari suatu perangkat fakta yang diamati
secara khusus menuju ke pernyataan yang bersifat umum mengenai semua fakta
yang bercorak demikian, atau dari suatu perangkat akibat tertentu menuju
kepada sebab atau sebab-sebab dari akibat-akibat tersebut.

Bagi logika deduktif ada suatu perangkat aturan yang dapat dikatakan
hampir-hampir otomatis; bagi logika induktif tidak ada aturan-aturan yang
demikian itu, kecuali hukum-hukum probabilitas. Yang termasuk
pertanyaan pertanyaan terpokok di dalam logika ialah:

a. Apakah aturan-aturan bagi penyimpulan yang sah?

b. Apakah ukuran-ukurannya bagi hipotesis yang baik?

c. Apakah corak-corak penalaran yang logis itu?

d. Apakah yang menyebabkan tersusunnya sebuah definisi yang baik.

2) Metodologi

Metodologi ialah ilmu pengetahuan tentang metode dan khususnya


metode ilmiah. Tampaknya semua metode yang berharga dalam menemukan
pengetahuan mempunyai garis-garis besar umum yang sama. Metodologi
membicarakan hal-hal seperti sifat observasi, hipotesis, hukum, teori, susunan
eksperimen dan sebagainya.

3) Metafisika

Metafisika adalah cabang filsafat mengenai yang ada. Aristoteles


mendefinisikan metafisika sebagai ilmu mengenai yang ada sebagai yang ada,
yang dilawankan dengan yang ada sebagai yang digerakkan dan yang ada
sebagai yang dijumlahkan. Istilah metafisika sejak lama digunakan di Yunani
untuk menunjukkan karya-karya tertentu Aristoteles. Maka, istilah metafisika
pun berasal dari bahasa Yunani: meta physika yang berarti “hal-hal yang
terdapat sesudah fisika”.

9
Dewasa ini metafisikan dipergunakan baik untuk menunjukkan filsafat
pada umumnya maupun untuk menunjukkan cabang filsafat yang mempelajari
pertanyaan-pertanyaan terdalam. Metafisika juga sering disamakan artinya
dengan ontologi. Sebenarnya, ontologi adalah bagian dari metafisika. Secara
sederhana metafisika dapat didefinisikan sebagai cabang filsafat atau bagian
pengetahuan manusia yang bersangkutan dengan pertanyaan mengenai hakikat
ada yang terdalam.

Pada umumnya orang mengajukan dua pertanyaan yang bercorak


metafisika, misalnya : (1) Apakah saya ini tidak berbeda dengan batu karang?
Apakah roh saya hanya merupakan gejala materi? (2) Apakah yang merupakan
asal mula jagad raya? Apakah yang menjadikan pusat jagad raya dan bukannya
suatu keadaan yang bercampur aduk? Apakah hakikat ruang dan waktu itu?

Pertanyaan jenis pertama termasuk ontologi, pertanyaan kedua termasuk


kosmologi. Perkataan “kosmologi” berasal dari perkataan Yunani, cosmos (alam
semesta yang teratur) dan logos (penyelidikan tentang, azas-azas rasional dari).
Jadi, kosmologi berarti penyelidikan tentang alam semesta yang teratur.

Perkataan “ontologi” berasal dari perkataan Yunani ontos yang berarti


yang ada dan logos yang berarti penyelidikan tentang. Jadi, ontologi diartikan
sebagai penyelidikan tentang yang ada. Ontologi berusaha untuk mengetahui
esensi yang terdalam dari yang ada, sedangkan kosmologi berusaha untuk
mengetahui ketertibannya serta susunannya. Contoh pandangan ontologis adalah
materialisme. Materialisme ialah ajaran ontologi yang mengatakan bahwa yang
ada yang terdalam bersifat material. Evolusi sebagai teori kefilsafatan
merupakan teori kosmologi, karena teori ini memberitahukan kepada kita
bagaimana timbulmya ketertiban yang ada sekarang. Apakah kenyataan itu
mengandung tujuan atau bersifat mekanis (artinya, bersifat teleologis atau tidak)
merupakan suatu pertanyaan penting di bidang ontologi.

4) Epistemologi

Menurut Kattsoff, epistemologi adalah cabang filsafat yang menyelidiki


asal mula, susunan, metode-metode dan sahnya pengetahuan. Pertanyaan yang

10
mendasar ialah: Apakah mengetahui itu? Apakah yang merupakan asal mula
pengetahuan kita? Bagaimanakah cara kita membedakan antara pengetahuan
dengan pendapat? Apakah yang merupakan bentuk pengetahuan itu? Corak-
corak pengetahuan apakah yang ada? Bagaimanakah cara kita memperoleh
pengetahuan? Apakah kebenaran dan kesesatan itu? Apakah kesalahan itu?

5) Biologi Kefilsafatan

Biologi kefilsafatan membicarakan persoalan-persoalan mengenai


biologi, menganalisa pengertian hakiki dalam biologi. Ia mengajukan
pertanyaan-pertanyaan mengenai pengertian hidup, adaptasi, teleologi, evolusi
dan penurunan sifat-sifat. Biologi kefilsafatan juga membicarakan tentang
tempat hidup dalam rangka segala sesuatu, dan arti pentingnya hidup bagi
penafsiran kita tentang alam semesta tempat kita hidup.

Seorang filsuf dapat menghubungkan bahan-bahan yang ditemukan oleh


ilmuwan biologi dengan teori-teori yang dikemukakan untuk menerangkan
bahan-bahan tersebut. Ia dapat menolong seorang ahli biologi untuk bersifat
kritis, bukan hanya terhadap istilah-istilahnya, melainkan juga terhadap metode-
metode dan teori-teorinya.

6) Psikologi Kefilsafatan

Pertanyaan-pertanyaan yang muncul dalam bidang psikologi kefilsafatan


adalah: Apakah yang dinamakan jiwa itu? Apakah jiwa tiada lain dari kumpulan
jalur urat-urat syaraf, ataukah sesuatu yang bersifat khas? Apakah kita harus
mengadakan pembedaan antara jiwa (mind) dengan nyawa (soul)? Apakah
hubungan antara jiwa dan tubuh, bila kedua hal itu dianggap berbeda? Apakah
yang dimaksud dengan “ego”? Apakah yang merupakan
kemampuan kemampuan yang menyebabkan ego itu berfungsi? Bagaimanakah
susunan jiwa itu? Bagaimana halnya dengan perasaan dan kehendak? Apakah
keduanya merupakan bagian dari jiwa ataukah merupakan kemampuan yang
terpisah? Apakah akal itu dan bagaimana hubungannya dengan tubuh?

11
Demikianlah di dalam lapangan psikologi, seorang filsuf mengajukan
pertanyaan-pertanyaan yang bersifat hakiki. Dan apa yang pada suatu ketika
dulu semuanya merupakan bagian filsafat dibagi dalam dua lapangan psikologi,
yaitu psikologi sebagai ilmu dan psikologi kefilsafatan. Kedua hal ini tidak
pernah terpisah, melainkan hanya segi-segi yang berbeda dari masalah yang
sama.

7) Antropologi Kefilsafatan

Antropologi kefilsafatan mengemukakan pertanyaan-pertanyaan tentang


manusia. Dimulai sejak abad kelima sebelum Masehi, setelah melalui
penyelidikan yang lama, Socrates tampil ke depat dengan semboyannya:
“Kenalilah dirimu sendiri!”. Artinya, filsafat tidak cukup hanya membicarakan
tentang alam saja, tetapi yang tak-kalah penting adalah bertanya dan menjawab
pertanyaan-pertanyaan tentang manusia itu sendiri. Apakah hakikat terdalam
manusia itu? Ada pilihan penafsiran apa sajakah mengenai hakikat manusia?
Yang manakah yang lebih mendekati kebenaran?

Antropologi kefilsafatan juga membicarakan tentang makna sejarah


manusia dan arah kecenderungan sejarah. Sejarah juga dikaji dalam
hubungannya dengan ilmu-ilmu alam, atau dengan nafsu-nafsu atau dogma
keagamaan, atau perjuangan untuk kelangsungan hidup. Telah banyak
penjelasan yang diberikan mengenai hal ini.

8) Sosiologi Kefilsafatan

Sosiologi kefilsafatan merupakan istilah lain untuk filsafat sosial dan


filsafat politik. Di dalam filsafat sosial dan filsafat politik, biasanya
dikemukakan pertanyaan-pertanyaan mengenai hakikat masyarakat dan hakikat
negara, lembaga-lembaga yang terdapat di masyarakat dan hubungan manusia
dengan negaranya. Jadi, kita mengadakan perenungan masalah sosiologi dan
ilmu politik.

Perenungan filsafat mengadakan pertanyaan-pertanyaan: Bagaimanakah


praanggapan kedua ilmu tersebut mengenai metode-metode yang digunakan?

12
Apa makna hakiki dari istilah-istilah yang digunakan? Masalah-masalah ideologi
juga dipertanyakan. Misalnya, ideologi manakah yang lebih dapat diterima di
masa depan dan ideologi manakah yang dapat menimbulkan malapetaka?

9) Etika

Di dalam melakukan pilihan, manusia mengacu kepada istilah-istilah


seperti baik, buruk, kebajikan, kejahatan dan sebagainya. Istilah-istilah ini
merupakan predikat-predikat kesusilaan (etik). Cabang filsafat yang membahas
masalah ini adalah etika. Dalam kondisi yang bagaimanakah kita mengadakan
tanggapan-tanggapan kesusilaan? Ukuran-ukuran apakah yang dipakai untuk
menguji tanggapan-tanggapan kesusilaan?

Tujuan pokok etika adalah menemukan norma-norma untuk hidup


dengan baik. Berkaitan dengan itu muncul pertanyaan-pertanyaan: Apakah yang
menyebabkan suatu perbuatan yang baik itu adalah baik secara etik?
Bagaimanakah cara kita melakukan pilihan di antara hal-hal yang baik? Itulah
beberapa contoh pertanyaan di dalam penyelidikan etika.

10) Estetika

Dua istilah pokok telah digunakan di dalam kajian filsafat, yakni


“kebenaran” dan “kebaikan”. Kebenaran merupakan tujuan yang hendak dicapai
dalam pembicaraan kita tentang epistemologi dan metodologi.

Kebaikan merupakan masalah yang diselidiki dalam etika. Pada hal-hal


ini kita tambahkan unsur ketiga dari ketritunggalan besar yang mendasari semua
peradaban, yakni “keindahan”. Cabang filsafat yang membicarakan definisi,
susunan dan peranan keindahan, khususnya di dalam seni, dinamakan estetika.

Pertanyaan-pertanyaan filsafati di dalam perbincangan estetika adalah:


Apakah keindahan itu? Apa hubungan antara yang indah dengan yang benardan
yang baik? Apakah ada ukuran yang dapat dipakai untuk menanggapi suatu
karya seni dalama rti yang objektif? Apakah fungsi keindahan dalam hidup kita?
Apakah seni itu ? Apakah seni hanya sekedar reproduksi alam kodrat belaka,

13
ataukah suatu ungkapan perasaaan seseorang, ataukah suatu penglihatan ke
dalam kenyataan yang terdalam?

11) Filsafat Agama

Jika kita ingin mengetahui sesuatu di dalam kepercayaan agama tertentu,


maka tanyalah kepada para ahli agama atau ulama-ulamanya. Sedangkan bagi
seorang filsuf, ia akan membicarakan jenis-jenis pertanyaan yang berbeda
mengenai agama. Pertama-tama ia mungkin akan bertanya: Apakah agama itu?
Apakah yang dimaksud dengan istilah “Tuhan” itu? Apakah bukti-bukti tentang
adanya Tuhan itu sehat menurut logika? Bagaimanakah cara kita mengetahui
Tuhan? Apakah makna “eksistensi” bila istilah ini dipergunakan dalam
hubungannya dengan Tuhan?

Filsafat agama tidak berkepentingan dengan apa yang orang percayai.


Tetapi kepada makna istilah-istilah yang dipergunakan, keruntutan di antara
kepercayaan-kepercayaan, bahan-bahan bukti bagi kepercayaan, dan hubungan
antara kepercayaan agama dengan kepercayaan-kepercayaan yang lain. Yang
erat hubungannya dengan kepercayaan agama adalah kepercayaan mengenai
keabadian hidup. Meskipun masalah ini tidak monopoli milik agama, tetapi
merupakan masalah terpenting bagi penganut-penganutnya.

Demikianlah pembahasan cabang-cabang filsafat sebagaimana dikemukakan


oleh Louis O. Kattsoff. Sebenarnya, ada banyak lagi cabang filsafat yang berkaitan
dengan ilmu lain. Apabila filsafat berpaling perhatiannya pada sains, maka akan
lahir filsafat sains. Apabila filsafat menguji konsep dasar hukum, maka lahirlah
filsafat hukum. Apabila filsafat berhadapan dan memikirkan masalah-masalah
hakiki pendidikan, maka lahirlah filsafat pendidikan (Uyoh Sadulloh, 2007:54).

D. Perbedaan Filsafat dengan Ilmu dan Agama

Keberadaan filsafat berbeda dengan ilmu, ilmu ingin mengetahui sebab dan
akibat dari sesuatu, sementara filsafat tidak terikat pada suatu ketentuan dan tidak
mau terkurung hanya pada ruang dan waktu dalam pembahasan dan penyelidikan
tentang hakikat sesuatu yang menjadi objek dan materi bahasanya. Sedangkan

14
agama merupakan wujud kebenaran dan keselamatan manusia untuk hidup di dunia
adan akhirat. Dapat dikatakan bahwa perbedaan filsafat dengan ilmu dan agama
yaitu sebagai berikut,

1. Filsafat, merupakan pengetahuan tentang non-empirik dan dan non-


ekspirmental diperoleh melalui usaha.

2. Ilmu, merupakan kumpulan pengetahuan mengenai suatu kenyataan yang


tersusun sistematis dari usaha manusia yang dilakukan dengan penyelidikan,
pengamatan, dan percobaan.

3. Agama, merupakan kebenaran yang bersumber dari wahyu tuhan mengenai


berbagai hal kehidupan manusia denag lingkupnya.

Secara umum perbedaan antara filsafat dengan ilmu yaitu:

1) Ilmu berhubungan dengan lapangan terbatas, filsafat mencoba berhubungan


dengan keseluruhan pengamatanuntuk memperoleh suatu pandangan yang
lebih komprehensif tentang sesuatu.

2) Ilmu menggunakan pendekatan analitis dan deskriptif, sedangkan filsafat


sintesis dan sinopsis, berhubungan dengan sifat-sifat dan kualitas alam dan
hidup secara keseluruhan.

3) Ilmu menganalisis keseluruhan menjadi bagian-bagian dari organisme menjadi


organ-organ, filsaat mencoba membedakan sesuatu dalam bentuk sintesis yang
menjelaskan dan mencari makna sesuatusecar keseluruhan.

4) Ilmu menghilangkan faktor-faktor pribadi yang subjeknya sedangkan filsafat


tertarik kepada persnalitas nilai-nilai dan semua pengamatan, dan lain-lainnya.

15
BAB III
KESIMPULAN

Dari penjelasan di atas dapat ditarik dua kesimpulan berikut. Pertama, filsafat
dipahami sebagai upaya, proses, metode, cara, dambaan untuk selalu mempersoalkan
apa saja untuk samapai pada kebenaran. Kedua, filsafat dilihat sebagai upaya untuk
memahami konsep atau ide-ide atau gagasan-gagasan. Ada banyak pandangan tentang
cabang-cabang filsafat. Masing-masing ahli filsafat mempunyai telaah sendiri-sendiri.
Tetapi ada cabang-cabang filsafat yang utama, yaitu metafisika, epistemologi, aksiologi,
logika, etika, estetika dan filsafat khusus. Filsafat khusus di antaranya adalah filsafat
sains, filsafat hukum, filsafat sosial, filsafat politik dan filsafat pendidikan.

16
DAFTAR PUSTAKA

Kattsoff, Louis O. (1987). Pengantar Filsafat. Yogyakarta: Tiara Wacana. Penerjemah:


Soejono Soemargono.

Sadulloh, Uyoh. (2007). Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Sidi Gazalba. (1973). Sistematika Filsafat. Jakarta: Bulan Bintang.

Sumantri, Surya. (1994). Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka
Sinar Harapan.

Susanto. (2010). Filasat Imu. Jakarta: Bumi Aksara.

Zen, Zelhendri. (2014). Filsafat Pendidikan. Padang: Sukabina Press.

17

Anda mungkin juga menyukai